Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis volumetri atau analisis titrimetri adalah analisis kuantitatif
yang didasarkan pada pengukuran volume larutan standar yang digunakan,
dimana proses tersebut kemudian disebut proses titrasi. Berdasarkan jenis
reaksinya maka metode titrimetri dapat dibagi menjadi empat, yaitu asidi-
alkalimetri, argentometri, oksidimetri, dan kompleksometri. Pada praktikum
kali ini menggunakan metode titrasi oksidimetri.
Titrasi oksidimetri adalah titrasi yang menggunakan reaksi oksidasi-
reduksi sebagai dasarnya. Reaksi ini melibatkan transfer elektron. Istilah
oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidasi reduksi
harus berlangsung bersama dan saling mengompensasi satu sama lain (Day,
2002). Dikenal berbagai macam titrasi redoks salah satunya yaitu titrasi
permanganometri.
Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4
(oksidator kuat) sebagai titran. Dalam permanganometri tidak diperlukan
indikator, karena titran bertrindak sebagai indikator (auto indikator). Kalium
permanganat bukan larutan baku primer, maka larutan KMnO4 harus
distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida (As2O3), dan Natrium Oksalat
(N2C2O4) (Khopkar, 1990).
Dalam praktikum digunakan metode titrasi permanganometri untuk
menentukan jumlah Kristal air di dalam H2C2O4.xH2O menggunakan larutan
H2C2O4 sebagai titrat dan larutan KMnO4 sebagai titran sekaligus indikator.
Titrasi ini dilakukan dengan penambahan larutan H2SO4 sebagai pemberi
suasana asam dan dilakukan proses titrasi ketika larutan dalam erlenmeyer
dalam keadaan panas (70⁰C) untuk mempercepat terjadinya reaksi. Titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada indikator menjadi
berwarna soft pink (Svehla, 1995).
Air kristal adalah molekul air yang terperangkap pada kristal senyawa
dan berbentuk hablur dengan perbandingan tertentu. Jumlah molekul air yang
terikat dalam kristal senyawa adalah khas bagi setiap senyawa. Senyawa yang
mengandung air kristal disebut hidrat, sedangkan senyawa yang tidak
mengandung air kristal disebut anhidrat. Air kristal dihilangkan dengan
pemanasan secara bertahap. Air kristal juga berperan untuk menentukan
bentuk dan warna senyawa (Nugrahani, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa konsentrasi larutan KMnO4 (Permanganometri) setelah dilakukan
standarisasi?
2. Berapa jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O ?
1.3 Tujuan
1. Menentukan standarisasi larutan KMnO4 (Permanganometri).
2. Menentukan jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Volumetri atau Titrimetri


Analisis volumetri atau analisis titrimetri adalah analisis kuantitatif yang
didasarkan pada pengukuran volume larutan standar yang digunakan, dimana
proses tersebut kemudian disebut proses titrasi.
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam satu cairan
yang menganndung reaktan ditempatkan dalam buret, sebuah tabung yang
panjang salah satu ujungnya terdapat kran dengan skala milimeter dan
sepersepuluh milimeter. Cairan di dalam buret disebut titran (Wahyudi,
2000).
Metode titrimetri merupakan salah satu cara analisis kuantitatif
yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia. Berdasarkan jenis
reaksinya maka metode titrimetri dapat dibagi menjadi empat, yaitu asidi-
alkalimetri, argentometri, oksidimetri, dan kompleksometri. Pada praktikum
kali ini menggunakan metode titrasi oksidimetri (titrasi redoks).
2.2 Titrasi Oksidimetri
Suatu titrasi yang apabila reaksi yang terjadi antara larutan yang
dititrasi (titrat) dengan larutan penitrasi (titran) adalah reaksi redoks, maka
jenis titrasinya dikenal sebagai titrasi oksidasi-reduksi atau titrasi redoks.
Dalam titrasi redoks, titran harus mengandung zat oksidator yang mampu
mengoksidasi secara spontan zat analit yang terdapat pada titrat atau
mengandung zat reduktor yang mampu mereduksi secara spontan zat analit
pada titrat (Hendayana, 2000).
Titrasi oksidimetri adalah titrasi yang menggunakan reaksi oksidasi-
reduksi sebagai dasarnya. Reaksi ini melibatkan transfer elektron. Istilah
oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidasi reduksi
harus berlangsung bersama dan saling mengompensasi satu sama lain (Day,
2002).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap
penurunan bilangan oksidasi disertai dengan hilangnya elektron sedangkan
reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang
terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada
reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
Oksidasi dan reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling
mengkompensasi sau sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada
suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 1990). Dikenal berbagai
macam titrasi redoks yaitu permanganometri, dikromatometri, serimetri, iodo
– iodimetri, dan bromatometri.
Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4
(oksidator kuat) sebagai titran. Dalam permanganometri tidak diperlukan
indikator, karena titran bertrindak sebagai indikator (auto indikator). Kalium
permanganat bukan larutan baku primer, maka larutan KMnO4 harus
distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida (As2O3), dan Natrium Oksalat
(N2C2O4).
Permanganometri dapat digunakan untuk penentuan kadar besi,
kalsium, hidrogen peroksida. Pada penentuan besi pada bijih besi mula-mula
dilarutkan asam klorida, kemudian semua besi direduksi menjadi Fe2+, baru
dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada penetapan kalsium, mula-
mula kalsium diendapakan, dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan
permanganat. Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan
indikator. Sedangkan kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cl- dapat
teroksidasi, demikian juga larutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas
(Khopkar, 1990).
2.3 Permanganometri
Permanganometri merupakan cara titrasi redoks dengan menggunakan
larutan MnO4- sebagai titran. MnO4- sebagai oksidator kuat dapat
mengoksidasi berbagai ion logam atau non logam. Pemakaian MnO4- sebagai
oksidator memberikan beberapa keuntungan karena banyak tersedia, tidak
mahal dan tidak membutuhkan indikator kecuali jika menggunakan larutan
yang sangat encer. Kelebihan satu tetes MnO4- dalam titran memberikan
warna yang dapat dipakai sebagai dasar penetapan telah tercapainya titik
ekuivalen (Hendayana, 2000).
Tingkat reduksi MnO4- tergantung pada kondisi keasaman selama titrasi
berlangsung. Pada kondisi sangat asam (pH < 1) terjadi reduksi dari tingkat
oksidasi +7 menjadi +2 mengikuti persamaan berikut:
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn+ + 4H2O Eᵒ = +1,51 V
Pada kondisi pH antara 2 sampai dengan 12 terjadi reduksi dari tingkat
oksidasi +7 menjadi +4, mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut:
MnO4- + 4H+ + 3e- → Mn+ + 2H2O Eᵒ = +1,70 V
Pada kondisi yang sangat biasa, [OH-] > 1 M terjadi reduksi dari tingkat
oksidasi +7 menjadi +6, mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut:
MnO4- + e- → MnO42- Eᵒ = +0,54 V
Permanganat biasanya bereaksi secara cepat dengan berbagai reduktor,
tetapi dalam kasus reaksi tertentu diperlukan sedikit pemanasan atau
penambahan katalis untuk mempercepat reaksinya. Reaksi yang lambat antara
MnO4- dengan reduktor yang harus dihindari untuk mencegah bereaksinya
Mn2+ hasil reduksi dengan MnO4- yang ditambahkan. Apabila terjadi reaksi
antara Mn2+ dengan MnO4- akan menyebabkan kekeliruan dalam menetapkan
kuantitas reduktor yang dititrasi (Putra, 2016).
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena
sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
seperti H2C2O4. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4
yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan
reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4.
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2+ 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang
diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi
permanganometri yang dilaksanakan (Harjadi, 1993).
Titrasi permanganometri dipilih karena memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya yaitu lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak
memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi
sebagai indikator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah direduksi menjadi
ion Mn tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator (Apriyanti,
2018).
2.4 Prinsip Titrasi Permanganometri
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks.
Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan
berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa
digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.
Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator
kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas
sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat
memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan
dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menenjukkan kelebihan
pereaksi.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri
Kelebihan dari titrasi permanganometri :
Lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan
indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai
indikator, yaitu ion MnO4 - berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion
Mn tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.
Kekurangan dari titrasi permanganometri:
1) Larutan pentiter KMnO4 ¬ pada buret. Apabila percobaan dilakukan
dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar
akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah
larutan berwarna merah rosa.
2) Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti C2H2O4.
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan C2H2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan
reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ .
MnO4- + 3 Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ .
3) Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti C2H2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan C2H2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi
kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian
terurai menjadi air.
C2H2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang


diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan
titrasi permanganometri yang dilaksanakan (Arga, 2011).

4) Dalam medium HCl. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga larutannya,


mempunyai kestabilan yang terbatas.
Banyak aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite
dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan
kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat. Beberapa
contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan
permanganometri.
2.6 Kalium Permanganat (KMnO4)
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam, dimana senyawa tersebut direduksi
menjadi Mn2+(aq). Pada analisis besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan
cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-(aq). Mn2+ mempunyai
warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata
telanjang. MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan
yang dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) pekat dengan hanya
penambahan satu tetes lagi MnO4-.
MnO4- kurang cocok untuk titrasi pada larutan alkali sebab hasil reduksi
MnO2 yang tidak larut mengaburkan titik akhir titrasi (TAT). Titrasi lain yang
menggunakan MnO4- meliputi penentuan nitrit, H2O2 dan kalsium (setelah
mengendap sebagai oksalat). Pada kimia organik MnO4- digunakan untuk
mengoksidasi alkohol dan hidrokarbon tidak jenuh. Mangan dioksida, MnO2,
digunakan pada sel kering, pada kaca dan lapisan keramik, dan sebagai katalis
(Petrucci, 1999).
Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah Kalium
Permanganat dalam air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih,
kemudian saring endapan MnO2 yang terbentuk, lalu dibakukan dengan zat
baku utama. Zat baku utama yang lazim dipakai adalah Natrium Oksalat.
Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan tersebut adalah sebagai berikut :
5C2O42- + 2MnO42- + 16H+ → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Titik titrasi akhir ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang
disebabkan oleh kelebihan Permanganat (Rivai, 1995).
Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen
pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan
mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk
larutan yang amat encer. Kalium permanganat mampu mengoksidasi air
sebagai berikut:
4 MnO4- + 2H2O → 4MnO2 (s) + 3O2 + 4OH
Konstanta kesetimbangan reaksi ini juga besar, tetapi lajunya juga kecil.
Tampak bahwa asam akan menggeser reaksi ke kanan, selain itu MnO2
merupakan katalisator (otokatalisator). Juga basa, cahaya, panas, dan ion Mn2+
akan mempercepat reaksi tersebut. Tak heran bila buret bekas KMnO4 sering
tampak kecoklat-coklatan akibat MnO2 yang terbentuk (Harjadi, 1993).
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari
titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat.
Mangan dioksida mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat.
Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat, atau terbentuk
akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen pereduksi
di dalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya
berupa larutan Kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi-
substansi yang dapat direduksi, dan penyaringan melalui asbestos atau gelas
yang disinter (filter non pereduksi) untuk menghilangkan MnO2. Larutan
tersebut kemudian distandarisasi, dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah selama beberapa bulan (Day,
2002).
Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam ini tidak
menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida dapat
terjadi kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan
reaksi ini mengakibatkan dipakainya larutan permanganat dalam jumlah
berlebih. Meskipun untuk beberapa reaksi dengan arsen (II) oksida, antimoni
(II) dan hidrogen peroksida, karena pemakaian asam sulfat justru akan
menghasilkan beberapa tambahan kesulitan.
Kalium pemanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada
dalam HCl akan mengoksidasi ion Cl– yang menyebabkan terbentuknya gas
klor dan kestabilan ion ini juga terbatas. Biasanya digunakan pada medium
asam 0,1 N. Namun, beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk
mempercepat reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak lambat, akan
dijumpai lebih banyak kesulitan dalam menggunakan reagensia ini (Svehla,
1995).
Larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung
dalam penetapan zat pengoksida, terutama oksida yang lebih tinggi seperti
logam timbal dan mangan, oksida semacam itu sukar dilarutkan dalam asam
atau basa tanpa mereduksi logam itu ke keadaan yang lebih tinggi. Tidak
praktis untuk menitrasi zat ini secara langsung karena reaksi dari zat padat
dengan zat pereduksi berjalan lambat.
2.7 Standar Primer Untuk Permanganat
1. Arsen (III) Oksida (As2O3)
Senyawa ini adalah standar primer yang sangat baik untuk larutan
permanganat. Senyawa ini stabil, nonhigroskopik, dan tersedia dalam tingkat
kemurnian tinggi. Oksida dilarutkan dalan NaOH, dan larutan kemudian
diasamkan dengan HCl dan dititrasi dengan permanganat:
5HAsO2 + 2MnO4+ + 6H+ + 2H2O  2Mn2+ + 5H3AsO4
(Asam yang diperoleh dengan melarutkan As2O3 berperilaku sebagai
asam lemah monoprotik). Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruang kecuali
sebuah katalis ditambahkan (KI, KIO3, ICI) (Day,2002).
2. Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian tinggi dapat digunakan sebagai
standar primer. Unsur ini larut dalam HCl. Jika larutannya kemudian dititrasi
dengan permanganat, cukup banyak ion klorida yang dioksidasi selain besi
(II). Oksida dari ion klorida oleh permanganat berjalan lambat pada suhu
ruangan. Namun demikian dengan kehadiran besi, oksida akan berjalan lebih
cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion
klorida, ion yang belakangan disebut ion teroksidasi secara bersamaan dengan
besi. Kesulitan ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari As2O3 atau Na2C2O4
dalam larutan HCl (Day,2002).
3. Natrium Oksalat (Na2C2O4)
Natrium oksalat merupakan bahan baku primer yang baik, sangat
murni, stabil selama pengeringan, dan tidak higroskopis. Natrium oksalat
dititrasi dalam larutan asam:
5H2C2O4 + 2MnO4- + 6H+ → 2Mn2+ + 10CO2 (g) + 8H2O
Reaksi sebenarnya kompleks sekali dan berjalan lambat walaupun
pada suhu tinggi, tetapi setelah mulai, selanjutnya berlangsung lebih cepat
berkat katalisa oleh MnO4- yang terbentuk (otokatalisa). Diperkirakan
otokatalisa itu terjadi karena Mn2+ dengan cepat dioksidasi oleh MnO4-
menjadi Mn bervalensi 3 atau 4, inilah yang cepat sekali mengoksidasi oksalat
sambil kembali menjadi Mn2+.
Standarisasi larutan Kalium permanganat dapat dilakukan dengan
senyawa Natrium Oksalat (Na2C2O4) yang juga merupakan standar primer
yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini mempunyai
derajat kemurnian yang tinggi, stabil pada pengeringan dan tidak mudah
menguap.
Reaksi dengan Permanganat agak rumit, dan meskipun telah banyak
penyelidikan, mekanisme yang eksak masih belum jelas. Reaksi itu lambat
pada temperatur kamar dan karenanya biasanya larutan dipanaskan yaitu pada
suhu sekitar 60⁰C. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan
baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan
ini untuk membakukan kalium permanganat dapat digunakan natrium oksalat
yang merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan
asam (Day, 2002).
Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah:
Oksidasi : C2O42-  2 CO2 + 2e- (x5)
- + - 2+
Reduksi : MnO4 + 8H + 5e  Mn + 8 H2O (x2)
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+  2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Umumnya titrasi KMnO4 berlangsung pada larutan yang sudah
dipanaskan sampai sekitar 60⁰C, dengan penambahan KMnO4 tidak terlalu
cepat dan juga tak terlalu lambat. Pemberian yang terlalu cepat cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ (kesalahan positif), sedang
bila terlampau lambat, mungkin terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air (kesalahan negatif). Dalam
praktek, berarti tetes berikut diberikan secepat tetes sebelumnya telah lenyap
warnanya (Harjadi, 1993).
Pada standarisasi larutan kalium permanganat dengan natrium oksalat
dilakukan pencampuran 0,1 gram natrium oksalat yang telah diencerkan
dengan aquades dengan H2SO4. Reaksi yang terjadi pada proses pencampuran
antara natrium oksalat dengan H2SO4 adalah sebagai berikut:
2Na+ + C2O42- + 2H+ + SO42- → H2C2O4 + 2Na+ + SO42-
Dari reaksi di atas terlihat bahwa fungsi pengasaman larutan tidak lain
adalah untuk memperoleh hasil yang berupa produk asam oksalat dan sebagai
katalis. H2SO4 merupakan katalis yang bertujuan memperkecil besarnya energi
aktifasi. Serta berfungsi untuk mempercepat jalannya suatu reaksi dalam
keadaan asam sampai H2SO4 ini tidak bereaksi menghasilkan reaksi samping.
2.8 Indikator Titrasi Redoks
Titik akhir titrasi redoks dapat diketahui melalui 3 cara, yaitu yang
pertama menggunakan titran berwarna yang sekaligus dapat berfungsi sebagai
indikator. Titrasi dengan larutan KMnO4 dapat dilangsungkan tanpa
penambahan indikator lain, karena kelebihan sedikit KMnO4 setelah titik
ekuivalen tercapai akan memberikan warna ungu sebagai tanda titik akhir
titrasi. Warna larutan KMnO4 sangat kelam dan dipakai untuk menunjukkan
titik akhir. Hanya 0,01 – 0,02 mL KMnO4 0,02 M sudah cukup untuk
memberikan warna yang tampak dalam 100 mL air. Selama titrasi
berlangsung, KMnO4 lenyap bereaksi, tetapi setelah titrat habis, maka
kelebihan setetes KMnO4 menimbulkan warna yang dengan mudah dapat
dipakai sebagai penunjuk berakhirnya titrasi. Warna pada titik akhir ini tidak
tetap bertahan, setelah beberapa lama lenyap kembali akibat reaksi antara
kelebihan MnO4- tadi dengan ion Mn2+ sehingga hasil titrasi:
2H2O + 2MnO4- + 3Mn2+ → 5MnO2 (s) + 4H+
Namun karena reaksinya sangat lambat, warna tidak segera hilang dan
tidak perlu menimbulkan keraguan (Harjadi, 1993).
Cara kedua yaitu dengan mengukur potensial yang dihasilkan. Titik
ekuivalen tercapai bila penambahan sedikit titran menyebabkan perubahan
potensial yang besar. Dan cara ketiga yaitu dengan menggunakan zat tertentu
sebagai indikator redoks. Indikator redoks harus dapat memberikan perbedaan
warna yang mencolok. Indikator redoks umumnya berupa zat organik yang
berfungsi sebagai oksidator atau reduktor. Warna bentuk oksidator harus
berbeda mencolok dari warna bentuk reduksinya (Hendayana, 2000).
2.9 Aplikasi Penentuan Jumlah Air Kristal dalam H2C2O4.xH2O
Air kristal adalah molekul air yang terperangkap pada kristal senyawa dan
berbentuk hablur dengan perbandingan tertentu. Jumlah molekul air yang
terikat dalam kristal senyawa adalah khas bagi setiap senyawa. Air kristal
dihilangkan dengan pemanasan secara bertahap. Air kristal juga berperan
untuk menentukan bentuk dan warna senyawa (Nugrahani, 2013).
Senyawa yang mengikat air Kristal disebut hidrat yaitu zat padat yang
mengikat beberapa molekul air sebagai bagian dari struktur kristalnya.
Contoh: CuSO4.xH2O, MgSO4. xH2O. Jika suatu hidrat dilarutkan dalam air,
maka kristalnya akan lepas dan jika dipanaskan sebagian atau seluruh air,
kristalnya dapat lepas. Senyawa yang tidak mengandung Kristal disebut
anhidrat. Asam oksalat anhidrat ada sebagai dua polimorf disalah satu
hidrogen ikatan. Hasil dalam struktur seperti rantai sedangkan pola ikatan
hidrogen dalam bentuk lain mendefinisikan struktur lembaran. Karena bahan
anhidrat asam dalam hidrofilik digunakan dalam esterifikasi (Gusnidar,
2008).
Penentuan jumlah molekul air yang terikat padasenyawa dilakukan
dengan beberapa cara berikut:
a. Apabila massa molekul relatif senyawa hidrat diketahui, massa molekul
relatif senyawa anhidrat dapat juga diketahui. Jadi jumlah molekul air
yang terikat dapat ditentukan.

Jumlah molekul air (n) =

b. Jika kadar air dalam senyawa anhidrat diketahui , kadar senyawa anhidrat
dapat juga diketahui. Jadi, perhitungan mol anhidrat dan mol air dapat
ditentukan. Akibatnya, jumlah molekul air yang terikat pada senyawa
dapat diketahui dari perbandingan mol tersebut.
c. Jika senyawa hidrat dengan jumlah massa tertentu dipanaskan, massanya
menjadi berkurang, Artinya, molekul air yang terikat telah terlepas dan
selisih massa merupakan massa molekul air Kristal. Jadi, massa seyawa
anhidrat dapat diketahui. Perbandingannya, molnya juga dapat ditentukan
sehingga jumlah molekul air yang terikat dapat diketahui (Mastuti, 2005).
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam
oksalat dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat
molekul 90,04 g/mol dan mempunyai titik leleh 187 . Sifat dari asam
oksalat anhidrat adalah tidak berbau, berwarna putih, dan tidak menyerap air.
Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran
yang mempunyai rumus bangun (C2H2O4.2H2O) dengan berat molekul 126,07
g/mol dan titik leleh 101,5 dan mengandung 71,42% asam oksalat anhidrat
dan 28,58% air, bersifat tidak berbau dan dapat kehilangan molekul air
apabila dipanaskan sampai suhu 100 (Poedjiadi, 1994).
2.10 Perhitungan Titrasi Permanganometri pada Penentuan Jumlah Kristal
Air
1. Standarisasi larutan (Normalitas KMnO4)
Ntitran x Vtitan = Nanalit x Vanalit
N KMnO4 x V KMnO4 = N Na2C2O4 x V Na2C2O4
2. Normalitas H2C2O4 . x H2O

N H2C2O4 . x H2O = x

3. Penentuan kadar atau jumlah air Kristal


BE H2C2O4 . x H2O = BM H2C2O4 . x H2O / ekuivalen
BM H2C2O4 . x H2O = BM H2C2O4 + x BM H2O
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat
1. Botol vial 1 buah
2. Buret 100mL 1 buah
3. Corong 1 buah
4. Erlenmeyer 250mL 3 buah
5. Gelas Kimia 250mL 1 buah
6. Gelas Kimia 100mL 2 buah
7. Statif dan Klem 1 buah
8. Labu Ukur 100mL 1 buah
9. Piknometer 50mL 1 buah
10.Pipet Gondok 10mL 1 buah
11.Pipet Tetes 3 buah
12. Spatula 1 buah

3.2 Bahan
1. Aquades Secukupnya
2. Na2C2O4 0,6745gram
3. H2SO4 2N 12 mL
4. KMnO4 ±0,1N Secukupnya
5. H2C2O4.H2O 0,378 gram

3.3 Prosedur
1. Penentuan Standarisasi larutan KMnO4 ± 0,1 N dengan menggunakan
larutan baku Na2C2O4.
Siapkan larutan KMnO4 untuk mensterilkan buret. Dengan cara
memasukkan beberapa mL larutan KMnO4 dalam buret dalam keadaan
kran tertutup. Kemudian buka kran untuk mengeluarkan KMnO4.
Lakukan hal tersebut kiranya sampai buret steril (3 kali). Kemudian isi
kembali buret dengan larutan KMnO4 sampai tanda batas minikus atau
titik nol.
Langkah selanjutnya serbuk Na2C2O4 ditimbang sebanyak ±0,674
gram menggunakan neraca analitik, kemudian dimasukkan kedalam labu
ukur 100 mL. ditambahkan aquades untuk melarutkan, dan diencerkan
sampai tanda batas. Kemudian dikocok sampai homogen.
Larutan Na2C2O4 pada labu ukur dipipet sebanyak ± 10 mL dan
dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahkan 2 mL
larutan H2SO4 2 M.Selanjutnya dipanaskan menggunakan spiritus sampai
suhu lebih dari 70oC. Kemudian langsung dititrasi menggunakan larutan
KMnO4 yang sudah disiapka dalam buret sampai larutan berubah warna
dari tak berwarna menjadi berwarna merah muda. Titrasi dihentikan dan
dicatat volume larutan KMnO4 yang dibutuhkan. Dihitung konsentrasi
larutan KMnO4. Titrasi diulang sebanyak 3 kali, setelah perhitungan
maka didapatkan konsentrasi rata-rata KMnO4.
2. Menentukan jumlah krisal air dalam H2C2O4. xH2O.
H2C2O4. xH2O ditimbang sebanyak ±0,378 gram menggunakan
neraca analitik. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan
menggunakan aquades. Selanjutnya diencerkan dengan aquades sampai
tanda batas. Larutan H2C2O4. xH2O dipipet sebanyak 10 mL kemudian
dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. ditambahkan 2 mL larutan
H2SO4 2 M.Selanjutnya dipanaskan menggunakan spiritus sampai suhu
lebih dari 70oC.
Kemudian langsung dititrasi menggunakan larutan KMnO4 yang
sudah disiapka dalam buret sampai larutan berubah warna dari tak
berwarna menjadi berwarna merah muda. Titrasi dihentikan dan dicatat
volume larutan KMnO4 yang dibutuhkan. Dihitung konsentrasi larutan
KMnO4. Titrasi diulang sebanyak 3 kali, setelah perhitungan maka
didapatkan konsentrasi rata-rata KMnO4.
4.2 Analisis dan Pembahasan
Percobaan yang telah dilakukan berjudul Titrasi Oksidimetri
(Permanganometri) dan Aplikasinya untuk Penentuan Jumlah Air Kristal
dalam H2C2O4.xH2O memiliki tujuan antara lain yaitu membuat dan
menentukan (standarisasi) larutan KMnO4 dan menentukan jumlah air Kristal
dalam H2C2O4.xH2O. Titrasi oksidimetri merupakan reaksi oksidasi reduksi
antara zat penitrasi dengan zat yang dititrasi. Permanganometri termasuk
titrasi oksidimetri yang melibatkan KMnO4 dalam suasana asam yang
bertindak sebagai oksidator sehingga ion MnO4- berubah menjadi Mn2+.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium
permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan
indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan
secara luas sebagai pereaksi oksidasi. Setetes permanganat memberikan suatu
warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam titrasi. Satu tetes
berlebih sudah dapat menghasilkan warna yang terang pada titik akhir titrasi.
Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi. Dimana ion
MnO4- berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn2+ tidak berwarna,
dan disebut juga sebagai autoindikator. Dengan menggunakan larutan
KMnO4, maka tidak memerlukan indikator. Namun, dalam medium HCl, ion
Cl- dapat teroksidasi, juga larutannya mempunyai kestabilan yang terbatas.
Penentuan konsentrasi KMnO4 dalam praktikum ini dilakukan dengan larutan
baku natrium oksalat (Na2C2O4) karena Na2C2O4 sesuai dengan karakteristik
larutan standar yaitu memiliki tingkat kemurnian tinggi, mudah larut dalam
air, nonhigroskopik, substansinya stabil.
Penentuan (standarisasi) larutan KMnO4 (permanganometri)
menggunakan larutan baku Na2C2O4
Tahap awal melakukan percobaan yaitu menyiapkan semua alat dan
bahan. Dimana alat yang digunakan haruslah bersih agar tidak ada
pengganggu ketika melakukan percobaan. Dalam menentukan (standarisasi)
larutan KMnO4 menggunakan larutan baku Na2C2O4, yang pertama dilakukan
yaitu pembuatan larutan baku Na2C2O4. Dimana serbuk Na2C2O4 yang
berwarna putih ditimbang dengan neraca analitik sebesar 0,6745 gram. Saat
penimbangan harus dilakukan dengan teliti agar berat yang diinginkan bisa
tercapai. Serbuk Na2C2O4 sebesar 0,6745 gram itu dimasukkan dalam gelas
kimia berisi sedikit aquades kemudian diaduk hingga larut, selanjutnya di
masukkan dalam labu ukur 100 mL ditambahkan aquades lagi sampai tanda
batas, dan dikocok hingga homogen. Hasilnya yaitu menjadi larutan Na2C2O4
tidak berwarna. Berikut persamaan reaksinya:
Na2C2O4 (s) + H2O (l)  Na2C2O4 (aq)
Dengan dibuatnya larutan baku Na2C2O4, maka dapat dihitung konsentrasinya
yang didapatkan sebesar 0,1 N. Dengan menggunakan rumus:
N Na2C2O4 = x

Untuk menentukan standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan


Na2C2O4 baku, maka tahap pertama yaitu diambil 10 mL larutan baku
Na2C2O4 dan dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambah
larutan H2SO4 2 N sebanyak 2 mL menjadi larutan tidak berwarna. Fungsi
penambahan asam sulfat ini yaitu untuk memberikan suasana asam karena
natrium oksalat menjadi standar primer yang baik untuk permanganat jika
dalam suasana asam agar MnO4- (ungu) dapat terjadi reduksi menjadi Mn2+
(merah muda). Jika larutan tidak diasamkan, maka akan terbentuk endapan
MnO2 warna coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah muda.
Digunakannya asam sulfat ini dikarenakan agar volume yang dibutuhkan
dalam titrasi akan lebih sedikit dan asam sulfat tidak bereaksi dengan MnO4-
sehingga tidak menimbulkan galat, jika asam sulfat diganti dengan asam
klorida (HCl), maka ion Cl- akan teroksidasi membentuk gas Cl2 yang
menimbulkan galat sehingga volume KMnO4 yang dibutuhkan akan semakin
banyak.
Kemudian dilakukan pemanasan hingga mencapai suhu 70ᵒC diatas
kaki tiga dengan kasa, pemanasan ini dilakukan agar reaksi dapat berjalan
dengan cepat, karena pada suhu kurang dari 70ᵒC atau pada suhu ruangan,
maka reaksi akan berjalan lambat sehingga volume dari KMnO4 lebih besar,
hal ini menyebabkan titik akhir diperoleh jauh setelah titik ekuivalen dan
akan terbentuk endapan coklat MnO2 yang seharusnya pada titik akhir titrasi
ditandai dengan larutan merah muda karena adanya ion Mn2+. Sedangkan,
pada suhu yang lebih tinggi dari 70ᵒC kecepatan reaksinya terlalu cepat
sehingga asam oksalat terurai menjadi CO2 dan H2O sehingga volume dari
KMnO4 lebih kecil, hal ini menyebabkan titik akhir diperoleh sebelum titik
ekuivalen dan ketika dalam perhitungan akan diperoleh nilai konsentrasi dari
larutan KMnO4 tidak sesuai teori.
Sambil menunggu larutan panas, dilakukan pembilasan pada buret.
Buret yang dipakai yaitu buret berwarna gelap, hal ini dilakukan agar larutan
KMnO4 tidak langsung terkena sinar matahari, karena jika terpapar sinar
matahari langsung akan membuat KMnO4 terurai menjadi MnO2, sehingga
pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang
seharusnya adalah larutan berwarna merah muda yang menunjukkan adanya
ion Mn2+ pada titik akhir titrasi. Setelah buret dibilas, maka diisi dengan
larutan KMnO4 tepat pada titik nol buret.
Setelah larutan dalam erlenmeyer sudah muncul sedikit gelembung-
gelembung maka segera diangkat dan suhunya diturunkan hingga 70oC
kemudian dilakukan titrasi dengan larutan KMnO4 dalam keadaan panas itu
juga. Pada awal titrasi terlihat perubahan warna yang semula tidak berwarna
menjadi ungu, kemudian warna kuning kejingga-jinggaan, dan pada titik
akhir titrasi menjadi larutan berwarna merah muda.
Dalam titrasi permanganometri ini tidak perlu indikator karena
kelebihan setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang
jelas kepada volume larutan dalam titrasi, dan itu telah menunjukkan titik
akhir titrasi. Larutan KMnO4 ini disebut juga sebagai autoindikator. Saat
berubah menjadi merah muda itu, titrasi segera dihentikan, dan dicatat
volume larutan KMnO4. Berikut persamaan reaksi yang terjadi:
C2O42-  2 CO2 + 2e- (x5)
MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 8 H2O (x2)
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+  2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Percobaan ini dilakukan 3 kali pengulangan dan didapatkan hasil volume
larutan KMnO4 yaitu 9,4 mL; 9,4 mL; dan 9,5 mL. Dengan menggunakan
rumus:
Ntitran x Vtitan = Nanalit x Vanalit
N KMnO4 x V KMnO4 = N Na2C2O4 x V Na2C2O4
Didapatkan hasil Normalitas masing-masing pengulangan yaitu 0,1070 N;
0,1070 N; 0,1059 N. Sehingga rata-rata konsentrasi larutan KMnO4 sebesar
0,1066 N.
Penentuan jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O menggunakan larutan
KMnO4 (permanganometri)
Percobaan kedua yaitu dilakukan penentuan jumlah air Kristal dalam
H2C2O4.xH2O. Langkah pertama yaitu Kristal H2C2O4.xH2O berwarna putih
ditimbang dengan neraca analitik sebesar 0,378 gram. Kemudian dimasukkan
dalam gelas kimia berisi sedikit aquades kemudian diaduk hingga larut,
selanjutnya di masukkan dalam labu ukur 100 mL ditambahkan aquades lagi
sampai tanda batas, dan dikocok hingga homogen. Hasilnya yaitu menjadi
larutan H2C2O4.xH2O tidak berwarna. Saat proses pembuatan larutan
H2C2O4.xH2O ini suhu larutan terasa dingin, hal ini menunjukkan telah terjadi
reaksi endoterm ditandai dengan terjadinya penurunan suhu. Berikut
persamaan reaksinya:
H2C2O4.xH2O (s) + H2O (l)  H2C2O4.xH2O (aq)
Kemudian diambil 10 mL dan dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL.
Ditambahkan larutan H2SO4 2 N sebanyak 2 mL menjadi larutan tidak
berwarna. Fungsi penambahan asam sulfat ini yaitu untuk memberikan
suasana asam, karena penentuan konsentrasi H2C2O4.xH2O akan berjalan baik
jika dalam suasana asam agar MnO4- (ungu) dapat terjadi reduksi menjadi
Mn2+ (merah muda). Jika larutan tidak diasamkan, maka akan terbentuk
endapan MnO2 warna coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah
muda. Digunakannya asam sulfat ini dikarenakan agar volume yang
dibutuhkan dalam titrasi akan lebih sedikit dan asam sulfat tidak bereaksi
dengan MnO4- sehingga tidak menimbulkan galat, jika asam sulfat diganti
dengan asam klorida (HCl), maka ion Cl- akan teroksidasi membentuk gas Cl2
yang menimbulkan galat sehingga volume KMnO4 yang dibutuhkan akan
semakin banyak.
Selanjutnya dilakukan pemanasan hingga mencapai suhu 70ᵒC diatas
kaki tiga dengan kasa, pemanasan ini dilakukan agar reaksi dapat berjalan
dengan cepat, karena pada suhu kurang dari 70ᵒC atau pada suhu ruangan,
maka reaksi akan berjalan lambat sehingga volume dari KMnO4 lebih besar,
hal ini menyebabkan titik akhir diperoleh jauh setelah titik ekuivalen dan
akan terbentuk endapan coklat MnO2 yang seharusnya pada titik akhir titrasi
ditandai dengan larutan merah muda karena adanya ion Mn2+. Sedangkan,
pada suhu yang lebih tinggi dari 70ᵒC kecepatan reaksinya terlalu cepat
sehingga asam oksalat terurai menjadi CO2 dan H2O sehingga volume dari
KMnO4 lebih kecil, hal ini menyebabkan titik akhir diperoleh sebelum titik
ekuivalen dan ketika dalam perhitungan akan diperoleh nilai konsentrasi dari
larutan KMnO4 tidak sesuai teori.
Setelah larutan dalam erlenmeyer sudah muncul sedikit gelembung-
gelembung maka segera diangkat dan suhunya diturunkan hingga 70oC
kemudian dilakukan titrasi dengan larutan KMnO4 dalam keadaan panas itu
juga. Pada awal titrasi terlihat perubahan warna yang semula tidak berwarna
menjadi ungu, kemudian warna kuning kejingga-jinggaan, dan pada titik
akhir titrasi menjadi larutan berwarna merah muda.
Dalam titrasi permanganometri ini tidak perlu indikator karena
kelebihan setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang
jelas kepada volume larutan dalam titrasi, dan itu telah menunjukkan titik
akhir titrasi. Larutan KMnO4 ini disebut juga sebagai autoindikator. Saat
berubah menjadi merah muda itu, titrasi segera dihentikan, dan dicatat
volume larutan KMnO4. Berikut persamaan reaksi yang terjadi:
C2O42-  2 CO2 + 2e- (x5)
MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 8 H2O (x2)
5C2O42- - + 2+
+ 2MnO4 + 16H  2Mn + 10CO2 + 8H2O
Percobaan ini dilakukan 3 kali pengulangan dan didapatkan hasil volume
larutan KMnO4 yaitu 5,7 mL; 5,6 mL; dan 5,5 mL. Dengan menggunakan
rumus:
Ntitran x Vtitan = Nanalit x Vanalit
N KMnO4 x V KMnO4 = N H2C2O4.xH2O x V H2C2O4.xH2O
Didapatkan hasil Normalitas masing-masing pengulangan yaitu 0,060762 N;
0,059696 N; 0,059 N.
Dari hasil konsentrasi (Normalitas) larutan H2C2O4.xH2O tersebut dicari berat
molekulnya dengan rumus:

N H2C2O4 . x H2O = x

atau
N H2C2O4 . x H2O = x

Sehingga diperoleh berat molekul dari H2C2O4 .x H2O setiap pengulangannya


sebesar 124,42; 126,64; dan 128.
Yang kemudian jumlah air Kristal dalam H2C2O4 . x H2O dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus:
BM H2C2O4 . x H2O = BM H2C2O4 + x BM H2O
Diperoleh jumlah air Kristal (x) pada masing-masing percobaan yaitu 1,912;
2,03; dan 2,1. Sehingga diperoleh jumlah air Kristal rata-rata sebesar 2,01.
Dimana hal ini menunjukkan bahwa jumlah air Kristal dalam H2C2O4
.xH2O yang tertera dalam label kemasan atau dalam teori sama dengan hasil
percobaan yaitu sebesar 2. Dengan demikian dapat dinyatakan dengan rumus
H2C2O4 . 2H2O (asam oksalat dihidrat).
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, dan Ersy Monica Apriyani. 2018. Analisis Kadar Zat Organik pada Air
Sumur Warga Sekitar TPA dengan Metode Titrasi Permanganometri.
Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan No.2 Vol.2.

Day, R. A, dan Underwood. A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke- 6.
Jakarta: Erlangga.

Gusnidar. 2008. Analisis Gravimetri. Bandung: ITB.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

Hendayana, dkk. 2000. Kimia Analiitk. Jakarta: Universitas Terbuka.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisis. Jakarta: UI Press.

Mastuti, E. 2005. Pembuatan Asam Oksalat dari Sekam Padi. Jurnal Ekuilibrium
Surakarta No.1 Vol. 4.

Nugrahani, Ilma. 2013. Studi Transformasi Hidrat Sefadroksil Monohidrat dan


Sefaleksin Monohidrat dengan FTIR. Jurnal Matematika & Sains. Vol.18
No.1.
Petrucci, R.H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi keempat.
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Uinversitas Indonesia


Press.
Putra, Frinscha A, dan R. Djarot Sugiarso. 2016. Perbandingan Metode Analisis
Permanganometri dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi. Jurnal
Sains dan Seni ITS No.1 Vol.5.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI.

Svehla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta : Kalman Media Pustaka.

Wahyudi. 2000. Kimia dan Larutan. Jurnal Kimia dan Larutan No.5 Vol. 2.
LAMPIRAN

Jawab Pertanyaan
A. Titrasi Permanganometri
1. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi permanganometri, jika
reduktornya adalah ion ferro! Setiap mol ion ferro sama dengan berapa
ekuivalen?
Jawab:
Fe2+  Fe3+ + e
MnO4- + 8 H+ + 5 e  Mn2+ + 4H2O
5Fe2+ + MnO4- + 8H+  Mn2+ + 4H2O + 5 Fe3+
(Putra, 2016).
2. Mengapa pada titrasi permanganometri tidak perlu di tambah indikator
lagi?
Jawab:
Pada titrasi permanganometri tidak perlu ditambah indikator lagi, karena
larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4- yang
berwarna ungu setelah direduksi akan menjadi ion Mn yang tidak
berwarna, hal ini disebut juga autoindikator (Apriyanti, 2018). Selain itu
juga dikarenakan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda ketika menunjukkan titik akhir suatu titrasi dan warna yang
diperoleh pun sudah dalam keadaan tetap yang artinya saat melakukan
pengadukan, warna merah muda yang muncul tidak menghilang.
B. Aplikasi
1. Jika penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat
titrasinya dikerjakan pada temperatur lebih rendah dari 60⁰C, hasil
normalitasnya terlalu tinggi atau terlalu rendah?
Jawab:
Jika penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat
titrasinya dikerjakan pada temperatur lebih rendah dari 60OC, maka
hasil normalitasnya terlampau tinggi karena volume KMnO4 yang
diperlukan lebih banyak disebabkan KMnO4 lebih banyak yang
disebabkan KMnO4 tidak cepat terurai / terdekomposisi dalam larutan
tersebut karena KMnO4 lebih cepat bereaksi dengan H2C2O4 dalam
kondisa asam dan panas (Day, 2002).
2. Berapa volume 0,030 M KMnO4 yang diperlukan untuk bereaksi dengan
5,0 mL H2O2 dalam larutan asam yang mempunyai densitas 1,01
gram/liter dan mengandung 3,05 berat H2O2 ? Permanganat direduksi
menjadi Mn2+ dan H2O2 dioksidasi menjadi O2

Diketahui: M KMnO4 = 0,030 M


V H2O2 = 5 mL = 0,005 L
m H2O2 = 3,05 gr
ρ = 1,01 gr/L
BM H2O2 = 34
Ditanya: V KMnO4 = …?
Jawab:
Persamaan reaksi
2 MnO4- + 6 H+ + 5 H2O2  2 Mn2+ + 5 O2 + 8 H2O
+7 -2 +2 0
+2e
-5e

1 mol MnO4- 5 ekuivalen


1 mol H2O2 2 ekuivalen

M H2O2 =

= 17,94 M
mol ekuivalen titran = mol ekuivalen analit
M KMnO4 x V KMnO4 x ekiv. KMnO4 = M KMnO4 x V KMnO4 x ekiv. KMnO4
0,03 M x V KMnO4 x 5 ekuivalen = 17,94 M x 0,005 L x 2 ekuivalen
V KMnO4 = 1,196 L
(Day, 2002).
Alur Penelitian

 Pembuatan Larutan Baku Na2C2O4

Na2C2O4 serbuk

- Ditimbang dengan neraca analitik sebesar ± 0,6745 gram


- Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
- Dilarutkan dengan aquades
- Diencerkan sampai tanda batas
- Dikocok hingga homogen
Larutan baku Na2C2O4

Reaksi :

Na2C2O4(s) + H2O(l) → Na2C2O4(aq)

 Penentuan standarisasi KMnO4 ±0,1N dengan Na2C2O4 Larutan baku

Larutan KMnO4

- Dibilas pada buret


- Dimasukkan dalam buret diatas titik
nol
- Diturunkan
Larutan KMnO sampai tepat nol
4 dalam buret

Larutan Na2C2O4

- Dipipet 10 mL menggunakan pipet gondok


- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
- Ditambahkan 2 mL H2SO4 2 N
- Dipanaskan sampai 70º C
Larutan panas
- Dititrasi dengan larutan KMnO4

Larutan merah muda

- Dibaca dan dicatat volume


- Dihitung konsentrasi KMnO4
- Diulangi 3 kali
Konsentrasi rata-rata KMnO4

Reaksi :

MnO4- + 8H+ + 5e- →Mn2+ + 4H2O (x2)

C2O42- → 2CO2 + 2e- (x5)

5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

 Penentuan Kadar H2C2O4 x H2O

H2C2O4 Kristal

- Ditimbang dengan neraca analitik sebesar ± 0,378 gram


- Dilarutkan ke dalam labu ukur 100 mL
sampai tanda batas meniscus
- Dikocok hingga homogen

Larutan baku H2C2O4 x H2O

- Dipipet 10 mL menggunakan pipet gondok


- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
- Ditambahkan 2 mL H2SO4 2 N
- Dipanaskan sampai 70º C

Larutan panas
- Dititrasi dengan larutan KMnO4
Larutan merah muda
- Dibaca dan dicatat volume
- Dihitung jumlah air kristal dalam H2C2O4 x H2O
- Diulangi 3 kali

Kadar rata-rata air kristal dalam H2C2O4 x H2O

Reaksi :

MnO4- + 8H+ + 5e- →Mn2+ + 4H2O (x2)

C2O42- → 2CO2 + 2e- (x5)

5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O


Perhitungan

Standarisasi Larutan KMnO4 ± 0,1 N

Diketahui: Volume pelarut = 100 mL


Massa Na2C2O4 = 0,675 gr
Volume Na2C2O4 = 10 mL
Volume1 KMnO4 = 9,4 mL
Volume2 KMnO4 = 9,4 mL
Volume3 KMnO4 = 9,5 mL
Ditanya: Konsentrasi KMnO4 = …?
Jawab:
N Na2C2O4 = x

= x

= 0,1006
 Titrasi pertama
N1 KMnO4 x V1 KMnO4 = N Na2C2O4 x V Na2C2O4
N1 KMnO4 x 9,4 mL = 0,1006 N x 10 mL
N1 KMnO4 = 0,1070 N
 Titrasi kedua
N1 KMnO4 x V1 KMnO4 = N Na2C2O4 x V Na2C2O4
N1 KMnO4 x 9,4 mL = 0,1006 N x 10 mL
N1 KMnO4 = 0,1070 N
 Titrasi ketiga
N1 KMnO4 x V1 KMnO4 = N Na2C2O4 x V Na2C2O4
N1 KMnO4 x 9,5 mL = 0,1006 N x 10 mL
N1 KMnO4 = 0,1059 N

Normalitas rata-rata KMnO4

N KMnO4 = = 0,1066 N
Penentuan (aplikasi) jumlah air Kristal dalam H2C2O4.xH2O

Diketahui: Volume pelarut = 100 mL


Massa H2C2O4.xH2O = 0,378 gram
Volume H2C2O4.xH2O = 10 mL
Normalitas KMnO4 = 0,1066 N
Volume1 KMnO4 = 5,7 mL
Volume2 KMnO4 = 5,6 mL
Volume3 KMnO4 = 5,5 mL
Ditanya: Jumlah air Kristal dalam H2C2O4.xH2O = …?
Jawab:
 Titrasi pertama

N KMnO4 x V1 KMnO4 = N1 H2C2O4.xH2O x V H2C2O4.xH2O


0,1066 N x 5,7 mL = N1 H2C2O4.xH2O x 10 mL
N1 H2C2O4.xH2O = 0,060762 N

N1 H2C2O4.xH2O = x

0,060762 N = x

BM = 124,42

BM H2C2O4.xH2O = BM H2C2O4 + BM x(H2O)


124,42 = 90 + 18 x
x = 1,912

 Titrasi kedua

N KMnO4 x V2 KMnO4 = N2 H2C2O4.xH2O x V H2C2O4.xH2O


0,1066 N x 5,6 mL = N2 H2C2O4.xH2O x 10 mL
N2 H2C2O4.xH2O = 0,059696 N
N2 H2C2O4.xH2O = x

0,059696 N = x

BM = 126,64

BM H2C2O4.xH2O = BM H2C2O4 + BM x(H2O)


126,64 = 90 + 18 x
x = 2,03

 Titrasi ketiga

N KMnO4 x V3 KMnO4 = N3 H2C2O4.xH2O x V H2C2O4.xH2O


0,1066 N x 5,5 mL = N3 H2C2O4.xH2O x 10 mL
N3 H2C2O4.xH2O = 0,059 N

N3 H2C2O4.xH2O = x

0,059 N = x

BM = 128

BM H2C2O4.xH2O = BM H2C2O4 + BM x(H2O)


128 = 90 + 18 x
x = 2,1

Jumlah air Kristal rata-rata dalam H2C2O4.xH2O

= = 2,01 = 2

Sehingga dapat dinyatakan dengan H2C2O4.2H2O


Dokumentasi Foto

Alat Percobaan Bahan padatan

Titrasi Permanganometri Standarisasi Larutan KMnO4 dengan Na2C2O4

Gambar Keterangan

Penimbangan Na2C2O4 seberat 0,6745 gr


menggunakan neraca analitik

Pembuatan larutan baku Na2C2O4


Larutan KMnO4

Larutan KMnO4 dimasukkan dalam


buret

Larutan Na2C2O4 masing-masing 10


mL dalam Erlenmeyer 1,2,3

Menambahkan larutan H2SO4 2 N 2 mL


pada masing-masing erlenmeyer
Proses pemanasan hingga 70oC

Proses titrasi dengan larutan KMnO4

Hasil setelah titrasi


Aplikasi Titrasi Permanganometri untuk Penentuan Jumlah Air Kristal
dalam H2C2O4.xH2O

Gambar Keterangan

Penimbangan H2C2O4.xH2O seberat


0,3780 gr menggunakan neraca analitik

Pembuatan larutan baku H2C2O4.xH2O

10 mL larutan H2C2O4.xH2O
Larutan H2C2O4.xH2O masing-masing
10 mL dalam Erlenmeyer 1,2,3

Menambahkan larutan H2SO4 2 N 2 mL


pada masing-masing erlenmeyer

Proses pemanasan hingga 70oC

Proses titrasi dengan larutan KMnO4


Hasil setelah titrasi

Anda mungkin juga menyukai