Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Analisis Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan bagian analisis kuantitatif untuk menentukan jum
lah zat berdasarkan pada penimbangan dari hasil reaksi setelah bahan/analit yang dianali
sis diperlakukan terhadap pereaksi tertentu. Hasil reaksi dapat berupa gas atau suatu end
apan yang dibentuk dari bahan yang dianalisis, dan residu. Berdasarkan macam hasil ya
ng ditimbang, metode gravimetri dibedakan dalam kelompok evolusi gas dan metode pe
ngendapan (Didik, 2010).
Sedangkan menurut Saepudin (2000) analisa gravimetri adalah penentuan kuanti
tatif suatu zat dengan cara pengendapan diikuti dengan pemisahan dan penimbangan en
dapan.
II.2. Titrasi Gravimetri
Titrasi gravimetri adalah Gravimetri merupakan salah satu metode analisis
kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat
komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri
adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian
terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsure atau
radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu factor-faktor koreksi
dapat digunakan (Khopkar,1990).
Zat ini mempunyai ion yang sejenis dengan endapan primernya. Postpresipitasi
dan kopresipitasi merupakan dua penomena yang berbeda. Sebagai contoh pada
postpresipitasi , semakin lama waktunya maka kontaminasi bertambah, sedangkan pada
kopresipitasi sebaliknya. Kontaminasi bertambah akibat pengadukan larutan hanya pada
postpresipitasi tetapi tidak pada kopresipitasi (Khopkar, 1990).
II.3 Indikator Gravimetri
Indikator yang digunakan adalah EBT atau murexide mampu menghasilkan
kompleks berwarna dengan ion logam tetapi berubah warna apabila logam-logam
terkomplekskan sempurna oleh EDTA pada titik akhir titrasi, karena indicator-indikator
ini juga peka terhadap perubahan pH, larutan yang akan dititrasi harus dibuffer
(Harjadi, 1993).
II.4 Prinsip Umum Analisis Gravimetri
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia
seperti :
aA + rR  AaRr
dimana a molekul analit, A bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya yakni
AaRr, biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang
setelah pengeringan, atau dapat dibakar menjadi senyawa lain. Contohnya dapat
ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran
oksalat tersebut menjadi kalsium oksida:

II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ca2 + C2O42-  CaC2O4(S)


CaC2O4(S)  CaO(S) + CO2(S) + CO(g)
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan.
(Underwood, 2002)
II.5 Syarat – Syarat dalam Analisis Gravimetri
Menurut Underwood (2002), Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode
gravimetri berhasil:
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang
tak-terendapkan secara analitis tak-dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg kurang,
dalam menetapkan penyusunan utama suatu makro).
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya
murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.
Sedangkan menurut Saepudin (2000), syarat – syarat dalam gravimetri :
1. Kelarutan endapan sangat kecil (˂˂0,1 mg)
2. Endapan yang terjadi harus murni
3. Endapan harus mudah dan cepat disaring dan dicuci
4. Endapan yang ditimbang harus mempunyai rumus yang pasti.
II.6 Tahapan Dalam Analisis Gravimetri
Tahapan analisis gravimetri meliputi yaitu pertama pelarutan analit, kemudian
pengaturan kondisi larutan yaitu meliputi pH dan temperatur. Kemudian akan terjadi
pengendapan. Setelah itu, menumbuhkan kristal endapan (digestion atau aging).
Kemudian dilakukan penyaringan dan pencucian endapan. Setelah itu, dilakukan
pemanasan atau pemijaran endapan untuk mendapatkan endapan kering dengan suasana
tertentu yang stabil dan spesifik. Kemudian dilakukan pendinginan dan penimbangan
endapan. Setelah itu, melakukan perhitungan (Didik , 2010).
II.5 Teori Terjadinya Endapan
Endapan mungkin mengandung air akibat adsorpsi, okulasi, penyerapan dan
hidrasi. Temperature pembakaran ditentukan berdasarkan pada sifat zat kimia.
Pemanasan harus diteruskan sampai beratnya konstan serta seragam. Berat dari abu
kertas saring harus di perhitungkan (Khopkar,1990).
Partikel endapan terjadi dalam larutan yang lewat jenuh. Pertama terjadi proses
nukleasi yaitu terjadinya partikel-partikel yang sangat kecil yang disebut nukleus
(nuklei) yang memiliki ukuran 10-8 sampai dengan 10-7 cm. Kemudian nuklei kecil-kecil
ini tumbuh ke arah tiga dimensi menjadi partikel-partikel yang relatif besar. Pertama
yaitu partikel koloid yang memiliki ukuran sebesar 10-7 sampai 10-4. Kedua yaitu
partikel endapan yang memiliki ukuran sebesar lebih dari 10-4 cm (Suwarsa, 2004).
Ketika terjadi pengendapan, ukuran partikel endapan ditentukan oleh laju relatif
dari dua proses berikut yaitu, pembentukan inti (nuclei), yang disebut nukleasi, dan
pertumbuhan inti – inti ini untuk membentuk partikel – partikel yang cukup besar
untuk mengendap. Jika laju nukleasi lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan
inti, maka hanya dihasilkan partikel dengan jumlah yang sedikit, namun ukurannya
relatif besar. Endapan seperti ini lebih mudah disaring dan seringkali lebih murni

Laboratorium Kimia Industri II-2


Departemen Teknik Kimia
Industri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

daripada endapan yang ukuran partikelnya relatif kecil. Oleh karena itu, para analis
berusaha menetapkan kondisi – kondisi selama pengendapan agar laju nukleasi kecil
dibandingkan dengan laju tumbuhnya partikel (Underwood, 2002).
II.7 Kesempurnaan Pengendapan
Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebab kelarutan
bertambah dengan bertambanya temperatur (Khopkar, 1990).
Untuk memperoleh kesempurnaan pengendapan, pengendapan harus diusahakan
sesempurna mungkin , dengan mengatur kelarutan endapan agar sekecil mungkin. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengatur faktor-faktor kelarutan zat yaitu pertama sifat
endapan, dapat dilihat dari harga Ksp. Sebagai contoh, pada penentuan Cl, ion Cl - akan
diendapkan sebagai AgCl dari pada PbCl2. PbCl2 lebih mudah larut dari pada AgCl
(terlihat dari harga Ksp). Kedua yaitu pemberian ion pengendapan berlebihan, akan
menyebabkan pergeseran kesetimbangan. Ketiga yaitu pada umumnya suhu tinggi akan
memperbesar kelarutan endapan, bila perbedaan kelarutan pada suhu itu besar, maka
pada waktu pengendapan suhu larutan dibuat rendah. Sebagai contoh, pengendapan
Mg2+ sebagai MgNH4PO4 secara gravimetri diendapakan dengan air es, tetapi Fe(OH)3
dan BaSO4 akan lebih sempurna diendapkan pada larutan mendidih, sebab reaksi
berjalan cepat dan kemurnian endapan akan lebih baik. Keempat yaitu sifat polaritas
larutan perlu dikurangi dengan menambahkan misalnya alkohol, karena endapan
elektrolit sebagai suatu senyawa polar juga akan berkurang kelarutannya atau bisa
dikatakan lebih mudah mengendap (Didik , 2010).
II.8 Pengotoran Endapan
Ada dua peristiwa penyebab pengotoran endapan yaitu kopresipitasi dan post
presipitasi.
Kopresipitasi adalah peristiwa dimana ion-ion (bukan ion endapan) yang
sebenarnya larut terbawa serta pengendapan oleh endapan yang diinginkan.
Kopresiptasi terjadi menurut tiga cara yaitu adsorpsi permukaan, okulasi, dan
pembentukan kristal campuran (Saepudin , 2000).
Adsorpsi permukaan yaitu ion asing dapat teradsorpsi pada permukaan partikel
endapan. Adsorpsi permukaan dapat dikurangi dengan cara digestion dan pencucian. (Sa
epudin , 2000)
Sedangkan menurut Harrizul Rivai (1995) penyerapan pada permukaan senyawa y
ang sukar larut hampir selalu terjadi dalam proses pembentukan endapan. Penyerapan in
i disebabkan oleh karena permukaan hablur tidak jenuh secara menyeluruh. Ketidakjenu
han ini lantaran terjadi interaksi elektrostatik antara ion-ion yang bermuatan berlawana
n dalam larutan dengan ion-ion dalam kisi hablur. Penyerapan merupakan proses yang b
ersifat bolak-balik, karena pelepasan kembali dapat terjadi bersamaan dengan proses pe
nyerapan. Karena itu, keadaan setimbang yang dinamis dapat tercapai, yang disebut kes
etimbangan penyerapan. Oleh karena itu, penyerapan merupakan proses kesetimbangan,
maka cemaran dapat dihilangkan sebagian dengan pencucian atau diusir dengan zat-zat l
ain yang mudah menguap, sehingga cemaran itu dapat hilang selama pemijaran. Namun
demikian, endapan yang mendidih tidak bisa dibebaskan dari ion-ion yang terserap deng

Laboratorium Kimia Industri II-3


Departemen Teknik Kimia
Industri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

an cara pencucian karena sifatnya yang liat dan banyak pelarut yang tertahan kuat pada
endapan itu.
Okulasi adalah peristiwa dimana ion – ion asing terkurung di dalam kisi kristal
endapan. Okulasi dihilangkan dengan cara digestion (Saepudin, 2000).
Penjeratan atau okulasi, tejadi saat cemaran terjerat dalam hablur yang sedang
tumbuh. Cemaran yang terjerat itu tersebar secara tidak merata di dalam endapan, tapi
umumnya terletak dibagian kisi – kisi hablur yang tidak beraturan. Dalam keadaan
tertentu pada pertumbuhan hablur, kadang-kadang terbentuk kantong-kantong yang
terisi cairan induk dan kantong-kantong itu bertindak sebagai pembawa cemaran yang
terlarut dalam cairan induk. Cara untuk menghilangkan cemaran penjeratan tidak dapat
dihilangkan dengan cara pencucian endapan. Karena itu pengendapan harus dilakukan
sedemikian rupa seingga jumlah ion yang terjerat sesedikit mungkin. Cara lain untuk
mengurangi penjeratan adalah dengan melarutkan endapan dalam asam –asam mineral
dan kemudian mengendapkannya kembali (Rivai, 1995).
Pembentukan kristal sempurna terjadi karena inkulsi isomorph. Isomorf
adalah zat – zat yang mempunyai tipe rumus yang sama dan mengkristal dengan bentuk
geometri yang sama. Bila ukuran kisi kristal zat-zat yang isomorf hampir sama, maka
zat-zat tersebut dapat saling mengganti kedudukan dalam kristalnya, sehingga terjadi
krsital campuran (Saepudin, 2000).
Penyebab pengotor kedua yaitu post presipitasi. Post presipitasi adalah peristiwa
dimana pengotor suatu endapan terjadi sesudah endapan tersebut terbentuk. Contoh dala
m penentapan kalsium dalam larutan yang mengandung magnesium, kalsium diendapka
n sebagai kalsium oksalat. Bila endapan dibiarkan dalam larutan induknya selama kira –
kira 3 jam, maka akan dikotori oleh magnesium oksalat yang mengendap kemudian (Sa
epudin , 2000).
II.9 Perhitungan Gravimetri
Menurut Underwood (2002), dalam prosedur gravimetri yang lazim, suatu
endapan ditimbang, dan darinya nilai analit dalam sampel dihitung. Maka presentase
analit adalah
beratA
%A= × 100
beratsampel

Sedangkan menurut Saepudin (2000), perhitungan kadar % berat unsur atau ion
yang dicari yang ditentukan didasarkan atas berat cuplikan, berat endapan, dan faktor gr
avimetri.

beratformulazatyangdicari
Faktor gravimetri =
beratformulazatyangditimbang

beratendapan× faktorgravimetri
Kadar % berat zat yang dicari = × 100%
beratcuplikan

Laboratorium Kimia Industri II-4


Departemen Teknik Kimia
Industri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Kimia Industri II-5


Departemen Teknik Kimia
Industri

Anda mungkin juga menyukai