Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858):
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara,
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 705/MPP/Kep/11/2003 tentang
Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya,
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum:
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9022/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota bidang Kesehatan:
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat:
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor O1/PRT/M/2009 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM.
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Penyelenggara air minum adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi,
badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat dan/atau individual yang melakukan
penyelenggaraan penyediaan air minum.
Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disingkat KKP adalah unit pelaksana teknis
Kementerian Kesehatan di wilayah pelabuhan, bandara dan pos lintas batas darat.
Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat BPOM adalah badan yang
bertugas di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal D
Setiap penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang diproduksinya aman bagi
kesehatan.
Pasal 3
Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan
radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan.
Parameter wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan persyaratan kualitas air minum
yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara air minum.
Pemerintah daerah dapat menetapkan parameter tambahan sesuai dengan kondisi kualitas
lingkungan daerah masing-masing dengan mengacu pada parameter tambahan sebagaimana diatur
dalam Peraturan ini.
(2) Pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh KKP khusus untuk wilayah kerja KKP.
(3 Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan pengawasan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat
sebagaimana diatur dalam Peraturan ini.
(4) Kegiatan pengawasan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) meliputi inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian kualitas air, analisis hasil
pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatalaksana pengawasan kualitas air minum ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 5
Menteri, Kepala BPOM, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Pasal 6
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri dan Kepala BPOM dapat memerintahkan
produsen untuk menarik produk air minum dari peredaran atau melarang pendistribusian air
minum di wilayah tertentu yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan
ini.
Pasal 7
Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya memberikan sanksi administratif
kepada penyelenggara air minum yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum
sebagaimana diatur dalam Peraturan ini.
Pasal 8
Pada saat ditetapkannya Peraturan ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum sepanjang
mengenai persyaratan kualitas air minum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 9
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan peraturan ini
a.Parameter Fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15 3)Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
3) Kekeruhan NTU 5
4) Rasa Tidak berasa
5) Suhu UC suhu udara t 3 b.Parameter Kimiawi
6) Aluminium mg/l 0,2
7) Besi mg/l 0,3
8) Kesadahan mg/l 500
9) Khlorida mg/l 250
10) Mangan mg/l 0,4
11) p 6,5-8,5
c. Pestisida
Alachlor mg/l 0,02 Aldicarb mg/l 0,01 Aldrin dan dieldrin mg/l 0,00003 Atrazine mg/l
0,002 Carbofuran mg/l 0,007 Chlordane mg/l 0,0002 Chlorotoluron mg/l 0,03 DDT mg/l 0,001
1,2- Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/l 0,001 2,4 Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) mg/l
0,03 1,2-Dichloropropane mg/l 0,04 Isoproturon mg/l 0,009 Lindane mg/l 0,002 MCPA mg/l
0,002 Methoxychlor mg/l 0,02 Metolachlor mg/l 0,01 Molinate mg/l 0,006 Pendimethalin mg/l
0,02 Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0,009 Permethrin mg/l 0,3 Simazine mg/l 0,002 Trifluralin
mg/l 0,02 Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA 2,4-DB mg/l 0,090 Dichlorprop mg/l
0,10 Fenoprop mg/l 0,009 Mecoprop mg/l 0,001 2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg/l 0,009 d. |
Desinfektan dan Hasil Sampingannya Desinfektan Chlorine mg/l 5 Hasil sampingan Bromate mg/l
0,01 Chlorate mg/l 0,7 Chlorite mg/l 0,7 Chlorophenols 2,4,6 -Trichlorophenol (2,4,6-TCP) mg/l
0,2 Bromoform mg/l O,1 Dibromochloromethane (DBCM) mg/l 0,1 Bromodichloromethane
(BDCM) mg/l 0,06 Chloroform mg/l 0,3
MENTERI KESEHATAN,
ttd
dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH
BAKU MUTU AIR boiler
BAKU MUTU AIR UMPAN BOILER
Secara umum air yang akan digunakan sebagai air umpan boiler adalah air yang
tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan yang dapat
membentuk kerak pada boiler, air yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan
korosi terhadap boiler dan sistem penunjangnya dan juga tidak mengandung unsur yang
dapat menyebabkan terjadinya pembusaan terhadap air boiler. Oleh karena itu untuk dapat
digunakan sebagai air umpan boiler maka air baku dari sumber air harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur atau
padatan yang terkandung didalam air baik dalam bentuk tersuspensi, terlarut, ataupun
koloid yang dapat menyebabkan terjadinya kerak, korosi dan pembusaan dalam boiler.
Disamping itu senyawa organik dapat menyebabkan berbagai masalah dalam operasi
boiler. Kualitas air umpan boiler juga dipengaruhi oleh kondisi operasi boiler, dimana
semakin tinggi tekanan dan temperature operasi maka semakin murni kualitas air umpan
yang diperlukan. Batasan terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air umpan
boiler, sering ditentukan oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu pada criteria dari
badan-badan International seperti ASME dan ABMA.
Boiler adalah tungku dalam berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan untuk
menghasilkan uap dengan cara penguapan air untuk dipakai pada pembangkit tenaga
listrik lewat turbin, proses kimia, dan pemanasan dalam produksi, dll. Dalam istilah lain
biasa disebut ketel uap yaitu alat untuk menghasilkan uap, yang terdiri dari dua bagian
utama yaitu sisi api sebagai penyedia panas dan sisi air sebagai bagian untuk proses
penguapan air menjadi uap.Uap kemudian keluar dari boiler untuk digunakan dalam
berbagai aplikasi seperti pemanas, turbin dll
.Boiler feed water merupakan campuran dari Air Make-up (Air baku yg telah di
olah) dengan Air kondensat yang merupakan hasil kondensasi upa yang telah dipakai.
Air make-up adalah air baku yang telah diolah melalui suatu proses. Kondensat adalah
hasil kondensasi uap (steam) yang telah dipakai dan kulaitas kondensat relative murni.
Boiler feed water yang merupakan sampuran dari air make-up dan kondensat komposisi
ion-ion nya bervariasi tergantung pada ratio perbandingan air make-up / kondensat yang
dipergunakan. Pada proses penguapan dalam ketel uap, air menjadi uap. Uap yang
dihasilkan adalah air murni dalam fasa uap (H2O) dimana ion-ion yang terkandung dalam
air boilernya tidak turut menguap. Sebagai akibatnya, konsentrasi ion-ion yang berada
dalam fasa cairnya (air boiler) semakin lama akan semakin tinggi dimana apabila hal ini
tidak dikendalikan kenaikan konsentrasi ion-ion tersebut akan menuju bilangan tak
terhingga,sehingga konsekwensinya pengerakan pada pipa pipa boiler tidak akan bisa
dihindarkan.
Pengendalian ion-ion dalam air boiler tsb pada sistim boiler dilakukan dengan
membuang sebagian dari air boiler secara kontinyu dan disebut sebagai blow-down;
Tujuan blow-down adalah untuk menjaga agar ion-ion yang ada dalam air boiler tidak
melebihi batasan batasan yang telah di tentukan.
Batasan batasan air boiler (disebut sebagai parameter air boiler) dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Ketidaksesuaian kriteria air umpan boiler menurut baku mutu diatas akan
mempengaruhi berbagai hal, misalnya :
1. Korosi
Korosi adalah peristiwa elektrokimia, dimana logam berubah menjadi bentuk
asalnya akibat dari oksidasi yang disebabkan berikatannya oksigen dengan logam, atau
kerugian logam disebabkan oleh akibat beberapa kimia
2. Kerak ( Scale)
Pengerakan pada sistem boiler disebabkan antara lain oleh :
– Pengendapan hardness dan mineral-mineral lainnya apabila batasan konsentrasinya
terlampaui.
– Kerak lazim terdapat pada boiler antara lain : CaCO3, Ca3(PO4)2, Mg(OH)2, MgSiO3, SiO2,
Fe2(CO3)3, FePO4
Kerak adalah senyawa berstruktur kristal dan tidak tembus air, sehingga
keberadaanya akan berfungsi seperti isolator dan menurunkan effisiensi perpindahan
panas sehingga effisiensi boiler akan menjadi rendah dan akan lebih banyak
mengkonsumsi bahan baker; Konsekuensi lain dari adanya kerak adalah terjadinya “hot
spot” yaitu panas yang berlebih pada tempat kerak berada dan hal ini bisa
mengakibatkan pipa boiler menggelembung dan pecah.
3. Endapan (Foculant)
Endapan (foulant) adalah hasil pengendapan dari partikel tersuspensi (suspended
solid);
Endapan berstruktur “porous” dan tembus air, sehingga akibat yang ditimbulkan dari
adanya endapan berbeda dengan akibat dari adanya Kerak; Endapan menyebabkan
terjadinya korosi yang sangat destruktif di bawah endapan tersebut dan akan
menyebabkan kebocoran pipa dalam waktu relative singkat.
TENTANG
BAB I...
MEMUTUSKAN:
BAB I...
-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
5. Tar . . .
-3-
11. Kawasan . . .
-4-
Pasal 2
(2) Penyelenggaraan . . .
-5-
Pasal 3
BAB II . . .
-6-
BAB II PRODUK
TEMBAKAU
Pasal 4
Pasal 5
BAB III . . .
-7-
BAB III
TANGGUNG JAWAB
Pasal 6
Pasal 7
BAB IV . . .
-8-
BAB IV
PENYELENGGARAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
Bagian Kedua
Produksi dan Impor
Pasal 9
(2) Ketentuan . . .
-9-
Pasal 10
(2) Ketentuan . . .
- 10 -
Pasal 11
Pasal 12
(3) Setiap . . .
- 11 -
Pasal 13
Pasal 14
(3) Peringatan . . .
- 12 -
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17 . . .
- 12 -
Pasal
17
Pasal 18 . . .
- 13 -
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
a. pernyataan . . .
- 14 -
Pasal 18
Pasal 21
a. pernyataan . . .
- 14 -
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
(3) Ketentuan . . .
- 15 -
“Ultra Light”, “Mild”, “Extra Mild”, “Low Tar”, “Slim”,
“Special”, “Full Flavour”, “Premium” atau kata lain yang
mengindikasikan kualitas, superioritas, rasa aman,
pencitraan, kepribadian, ataupun kata-kata dengan arti
yang sama.
(3) Ketentuan . . .
- 16 -
Bagian Ketiga
Peredaran
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27 . . .
- 17 -
penyiaran, media teknologi informasi, dan/atau media luar
ruang.
Pasal 27 . . .
- 16 -
Pasal 27
Pasal 28 . . .
- 17 -
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31 . . .
- 18 -
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35 . . .
- 19 -
Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai Iklan Produk Tembakau di
media luar ruang diatur oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 35 . . .
- 19 -
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37 . . .
- 19 -
Pasal 35
(2) Sponsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
untuk kegiatan lembaga dan/atau perorangan yang diliput
media.
Pasal 37 . . .
- 20 -
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40 . . .
- 21 -
Pasal 40
Bagian Keempat
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43 . . .
- 21 -
Kegiatan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41 dilakukan dalam rangka memberi pemahaman kepada
anak dan perempuan hamil mengenai dampak buruk
penggunaan Produk Tembakau.
Pasal 43 . . .
- 22 -
Pasal 43
Pasal 44
c. pelatihan . . .
- 23 -
b. perawatan dan pengasuhan;
c. pelatihan . . .
- 24 -
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47 . . .
- 24 -
Pasal 47
Pasal 48
Bagian Kelima
Pasal 49
Pasal 47
kesehatan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok.
Pasal 50 . . .
- 25 -
Pasal 50
Pasal 51
(2) Tempat . . .
- 26 -
Pasal 52
BAB V
Pasal 53
Pasal 54
b. penyelenggaraan . . .
- 27 -
Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 dilaksanakan melalui:
b. penyelenggaraan . . .
- 28 -
Pasal 55
Pasal 56
BAB VI . . .
- 29 -
mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
kesehatan.
BAB VI . . .
- 30 -
BAB VI PEMBINAAN
DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 57
Pasal 58
(2) Diversifikasi . . .
- 31 -
(2) Diversifikasi . . .
- 32 -
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 59
Pasal 60
(2) Pengawasan . . .
- 33 -
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 61
Pasal 62 . . .
- 34 -
18 (delapan belas) bulan terhitung sejak Peraturan
Pemerintah ini diundangkan.
Pasal 62 . . .
- 35 -
Pasal 62
(1) Setiap orang yang mempromosikan dan/atau mengiklankan
Produk Tembakau harus menyesuaikan
dengan ketentuan Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30,
Pasal 31, dan Pasal 35 paling lambat 12 (dua belas) bulan
terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.
(2) Setiap orang memproduksi, mengimpor, dan/atau
mengedarkan Produk Tembakau yang menjadi sponsor
suatu kegiatan harus menyesuaikan dengan ketentuan Pasal
36, dan Pasal 37 paling lambat 12 (dua belas) bulan
terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
Agar . . .
- 36 -
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
- 37 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2012
ttd.
Diundangkan di Jakarta
INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
Wisnu Setiawan
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
4.000 (empat ribu) zat kimia antara lain Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar
yang bersifat karsinogenik.
Merokok . . .
-2-
mempunyai risiko 2-4 kali lipat untuk terkena penyakit jantung koroner dan
risiko lebih tinggi untuk kematian mendadak.
Pengamanan . . .
-3-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Pasal 4 . . .
-4-
Cukup jelas.
Pasal 4 . . .
-5-
Pasal 4
Pasal 5
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Huruf a
Huruf b . . .
-6-
Pengaturan produksi meliputi uji kandungan kadar Nikotin dan Tar,
penggunaan bahan tambahan, Kemasan dan Label, peringatan
kesehatan.
Huruf b . . .
-7-
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Ayat (2) . . .
-8-
Yang dimaksud dengan “laboratorium yang terakreditasi” adalah
laboratorium yang telah memenuhi standar akreditasi yang
ditetapkan oleh lembaga yang berwenang.
Ayat (2) . . .
-9-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 14 . . .
- 10 -
Pasal 14
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Pasal 15
Ayat (1)
Misal :
- 200 . . .
- 11 -
- 200 (dua ratus) bungkus menggunakan gambar dan tulisan peringatan
kesehatan jenis keempat; dan
- 200 . . .
- 12 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 16
Pasal 17
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) . . .
- 13 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 24 . . .
- 14 -
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24 . . .
- 15 -
Pasal 24
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 25
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 27 . . .
- 16 -
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27 . . .
- 17 -
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Huruf a
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
Yang dimaksud dengan “media luar ruang” adalah segala benda yang
diletakkan di luar ruang yang tidak digunakan sebagai alat penunjang
aktivitas proses produksi dan peredaran Produk Tembakau.
Media luar ruang tersebut antara lain papan reklame, billboard, display,
baliho, poster, megatron, stiker, spanduk, umbul-umbul, neon box,
Pasal 32 . . .
- 18 -
lampu hias, papan nama, balon udara, gerobak, rumah, gardu, tempat
ojek, tenda, bus, mobil, motor, halte, dan sarung ban.
Pasal 32 . . .
- 19 -
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Huruf b . . .
- 20 -
Huruf a
Huruf b . . .
- 21 -
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 47. . .
- 22 -
Pasal 45
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47. . .
- 23 -
Pasal 47
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Huruf g . . .
- 24 -
Huruf f
Huruf g . . .
- 25 -
Huruf g
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54 . . .
- 26 -
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 60 . . .
- 27 -
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60 . . .
- 28 -
Pasal 60
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 62 . . .
- 29 -
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62 . . .
- 30 -
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.