Oleh
KB2018 / 18030234036
KIMIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi
tersebut biasa dikenal sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang
berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3.
Khusus dalam penetapan kadar senyawa yang sukar larut dapat digunakan
metode tertentu sebab sifat dari senyawa yang sukar larut memiliki sifat tertentu
yang tidak dimiliki oleh senyawa yang mudah larut. Metode argentometri dapat
digunakan dalam khasus seperti ini karena metode argentometri ditekankan untuk
sebuah senya yang sukar larut (Amalia, 2015).
1.3 Tujuan
1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan AgNO3
2. Menentukan kadar Cl- dalam air laut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi
titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya
adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap
penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan
indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang
dapat digunakan pada titrasi (Khopkar,1990).
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar
zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri zat
pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat diendapkan, kadar garam dalam
larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood,1992).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak
nitrat pada suasana tertentu. Metode ini juga disebut dengan metode
pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa
yang relatif tidak larut atau terjadi endapan. Reaksi yang mendasar dari
argentometri adalah :
Yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan bakuperak nitrat dan dengan penambahan
larutan kalium kromat sebagai indikatornya. Titrasi dengan cara ini harus
dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, dengan rentang pH
6,4 – 9,0.dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat
dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida dan reaksi
yang terjadi adalah : (Khopkar,1990)
Yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan
iodida dalam suasana asam dengan penambahan larutan standar AgNO3.
Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk
menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah
larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar
KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan
larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari
FeSCN (Khopkar,1990).
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan dengan ion tiosianat membentuk
kompleks yang berwarna merah. Yang lainnya dapat ditentukan dengan
menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan
secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi Ag+
dititrasi dengan menggunakan larutan standar (SCN-) dengan menggunakan
indicator ion Fe3+. Ion besi (III) ini akan bereaksi. Reaksi yang terjadi adalah :
(Khopkar,1990)
3. Metode Fajans
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang
digunakan dalam cara ini adalah indikator adsorbsi seperti eosine atau
fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya
adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada
macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator adsorbsi adalah zat yang
dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain
dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik
ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai
ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan
digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder
(Gandjar, 2007).
2.3 Indikator
1. Suhu
2. Sifat pelarut
3. Ion sejenis
4. Aktivitas ion
5. pH
6. Hidrolisis
7. Hidroksida logam
8. Pembentukan senyawa kompleks (Underwood,1992).
Air Laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam
rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram
garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl). Diperkirakan
kadar garam laut di Bumi kita ini sekitar 5 x 10 pangkat 16 ton garam. Sebagai
perbandingan Jika garam itu disebarkan di permukaan daratan di dunia ini
tebalnya kira-kira 40 gedung bertingkat. Atau sekitar 1,02338 gram per kubik.
Keasinan air laut lebih asin 220 kali daripada air-air di tempat lain.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral
yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium,
kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa
garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam
yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena
banyak mengandung garam. Air tawar lebih ringan dari air asin.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat
2.Bahan
3.Prosedur
NaCl ditimbang ± 1,5 gram. Lalu dilarutkan dengan aquades dan dipindahkan
pada labu ukur 100ml lalu diencerkan hingga batas tanda dan dikocok hingga
homogen. Bilas buret dengan AgNO3 dan diisikan kembali dengan AgNO3. NaCl
sebanyak 25ml dimasukan ke dalam erlenmeyer 250ml. Lalu ditambahkan 25ml
aquades dan 1ml indikator K2CrO4. Dan dititrasi dengan AgNO3 sambil terus
dikocokdan titrasi dihentikan apabila telah terjadi endapan merah bata. Baca dan
catat angka pada buret saat awal dan akhir titrasi, ditentukan dan catat volume
larutan AgNO3 yang digunakan dalam titrasi. Hitung konsentrasi larutan AgNO3.
Ulangi titrasi sebanyak 3 kali dan dihitung rata rata konsentrasi
AgNO3.
(Svehla,1985)
Diukur berat jenis air laut menggunakan piknometer dan dicatat tempat
pengambilan sampel. 10ml sampel air laut diencerkan dalam erlenmeyer 250ml.
Lalu diambil 10ml larutan yang telah diencerkan dan ditambahkan dengan 10
tetes indikator K2CrO4 5%. Lalu dititrasikan dengan larutan AgNO3 sampai terjadi
endapan berwarna merah bata. Ulangi titrasi sebanyak 3 kali hitung rata rata kadar
Cl- dalam sampel.
(Svehla,1985)
Daftar Pustaka
Day, RA. Jr dan Al Underwood., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima,
Erlangga: Jakarta.
Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar
: Yogyakarta.
Khopkar, S., 1990, Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik, Universitas Indonesia :
Jakarta.