Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PENENTUAN KADAR KLORIDA METODE ARGENTOMETRI (METODE MOHR)

Dosen : Ir. Enny Fitri, M.Si

Oleh :

Purna Yusika (2021340002)


Rachel Aldian Stefani (2021340003)
Dita Lestari (2021340014)
Muhammad Alif Reza (2021340016)

PRODI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i

PENENTUAN KADAR KLORIDA METODE ARGENTOMETRI (METODE MOHR)

Pendahuluan ............................................................................................................................. 1

Tujuan Praktikum ................................................................................................................... 2

Prinsip percobaan .................................................................................................................... 2

Prosedur Percobaan................................................................................................................. 3

Hasil dan Pembahasan ............................................................................................................ 4

Kesimpulan ............................................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 8

i
PENENTUAN KADAR KLORIDA METODE ARGENTOMETRI (METODE MOHR)
Tanggal Praktikum : 25 Juni 2022

Dosen : Ir. Enny Fitri, M.Si

Pendahuluan

Penentuan klorida dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah metode


argentometri dan metode spektrofotometer. Pengunaan metode titrasi argentometri merupakan
metode yang klasik untuk menganalisis kadar klorida yang dilakukan dengan mempergunakan
AgNO3 dan indikator K2CrO4.
Kelebihan dari analisis klorida dengan cara ini yaitu pelaksanaan yang mudah dan cepat,
memiliki ketelitian dan keakuratan yang tinggi dan dapat digunakan untuk menentukan kadar
yang memiliki sifat yang berbeda beda (Titis, U A. 2009). Pembentukan dari sebuah endapan
berwarna menggunakan metoda Mohr. Persis seperti sistem asam-basa, pembentukan satu
endapan lain dapat dipergunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah titrasi
pengendapan. Contoh yang paling terkenal dari kasus semacam ini adalah yang disebut titrasi
Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion kromat dipergunakan sebagai indikator.
Kemunculan awal endapan perak kromat berwarna kemerah-merahan diambil sebagai titik
akhir dari titrasi. Tentu saja penting bahwa pengendapan indikator terjadi pada titik eqivalen
atau didekat titik eqivalen dari titrasi tersebut. Perak kromat lebih mudah larut (sekitar 8,4 x10-
5 mol /liter) dari pada perak klorida (sekitar 1x10-5 mol/ liter).
Jika ion ion perak ditambah kedalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan
konsetrasi besar dengan ion kromat dengan konsentrasi kecil, perak klorida akan mengandap
terlebih dahulu: perak kromat tidak terbentuk sebelum konsentrasi ion perak meningkat sampai
kenilai yang cukup besar untuk melebihi Ksp dari perak kromat. (R.A. DAY, JR. &
A.L.UNDERWOOD. 2002).
Metode analisis pada sampel hasil olahan; Pemeriksaan sampel meliputi pengukuran
konsentrasi klorida dengan menggunakan Metode Mohr-Volumetri. Prinsip pengukuran
metode ini adalah melakukan titrasi terhadap sampel dengan menggunakan larutan perak nitrat
(AgNO3) sehingga terbentuk endapan AgCl berwarna putih. Pendeteksian endapan AgCl
dilakukan dengan penambahan indikator kalium kromat (K2CrO4) yang akan menghasilkan
endapan Ag2CrO4 berwarna merah bata (Dewa GdeBagus dan James Nobelia I. 2010). Larutan
klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak

1
nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan
oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang
berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan
kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat
merah dalam suasana netral atau agak alkalis.
Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi
dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambahan kalsium
karbonat sebagai pengganti endapan AgCl (Arifin Oputu, 2013). Pengendapan mungkin adalah
metode yang paling sering dipakai dalam praktik analisis kualitatif. Timbulnya endapan
sebagai suatu hasil reagensia tertentu dapat dipakai sebagai uji terhadap suatu ion tertentu.
Namun pengendapan dapat juga digunakan untuk pemisahan. Untuk melakukan hal ini suatu
reagensia yang sesuai ditambahkan, yang membentuk endapan (endapan-endapan) dengan
hanya satu atau beberapa ion yang ada dalam larutan. Setelah penambahan reagensia dalam
jumlah yang sesuai endapan disaring dan dicuci. Kemudahan suatu endapan disaring dan dicuci
tergantung sebagian besar struktur morfologi endapan yaitu pada bentuk dan ukuran kristal-
kristalnya. (VOGEL,1985)
Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat menentukan kadar klorida dengan metode argentometri

Prinsip percobaan

AgNO3 pada awal titrasi akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang
berwarna putih. Bila semua ion Cl- sudah habis bereaksi dengan ion Ag+ dari AgNO3, maka
kelebihan sedikit ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO42- dari indikator K2CrO4 yang
ditambahkan. Pembentukan endapan warna merah bata dari Ag2CrO4 menandakan bahwa titik
akhir titrasi telah tercapai.
Reaksi yang terjadi selama proses titrasi adalah sebagai berikut:
Fase awal titrasi : Ag+ (aq) + Cl-(aq) → AgCl(s) ↓ ( putih)
Fase pada titik akhir titrasi : Ag+(aq) + CrO42-(aq) → Ag2CrO4 (merah bata)

2
Prosedur Percobaan

1. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah sampel garam dapur, larutan NaCl 0,1
N, larutan AgCl 0,1 N, indikator K2CrO4 dan aquadest.
Alat yang digunakan dalam percobaan adalah kaca arloji, labu ukur 250 mL, labu ukur
100 mL, erlenmeyer 250 mL, pipet volume 25 mL, corong kaca, buret 50 mL, pipet
tetes, beaker glass 250 mL dan neraca analitik.

2. Prosedur
2.1. Pembuatan larutan baku NaCl 0,1 N 250 mL
a) Timbang dengan teliti NaCl sebanyak 1,462 g dan masukkan ke dalam labu
ukur 250 mL.
b) Tambahkan aquadest sampai tanda tera, tutup labu ukur dan homogenkan
sampai NaCl larut sempurna.
2.2. Pembuatan larutan baku AgNO3 0,1 N 250 mL
a) Timbang dengan teliti AgNO3 sebanyak 4,246 g dan masukkan ke dalam labu
ukur 250 mL.
b) Tambahkan aquadest sampai tanda tera, tutup labu ukur dan homogenkan
sampai AgNO3 larut sempurna.
2.3. Pembuatan larutan indicator K2CrO4 5% 100 mL
a) Timbang dengan teliti K2CrO4 sebanyak 5 g dan masukkan ke dalam labu ukur
100 mL.
b) Tambahkan aquadest sampai tanda tera, tutup labu ukur dan homogenkan
sampai K2CrO4 larut sempurna.
2.4. Pembakuan larutan AgNO3 0,1 N dengan NaCl 0,1 N metode Mohr
a) Masukkan larutan AgNO3 ke dalam buret, sebelumnya dibilas dulu dengan
larutan AgNO3 tersebut.
b) Pipet 25 mL larutan NaCl 0.1 N dengan pipet volume lalu dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan 1-2 tetes indikator K2CrO4.
c) Titrasi larutan NaCl dengan AgNO3 sampai terjadi perubahan warna menjadi
merah bata dan terdapat endapan putih. Catat volume AgNO3.
d) Lakukan titrasi minimal duplo (dua kali ulangan).

3
2.5. Penetapan kadar klorida pada sampel garam dapur
a) Sampel garam dapur ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL, tepatkan dengan aquadest sampai tepat tanda batas.
b) Pipet 25 mL larutan tersebut ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan 2 tetes
indikator K2CrO4.
c) Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai titik akhir tercapai.
d) Catat volume AgNO3 dan lakukan titrasi minimal duplo.
e) Hitung kadar klor dalam sampel.

Hasil dan Pembahasan

1. Hasil
1.1. Pengamatan
• Penimbangan pembuatan larutan baku NaCl 0,1 N
Penimbangan Hasil (g)
a) Berat Kaca arloji kosong 19,652 g
b) Berat Kaca arloji + NaCl 21,114 g
c) Berat NaCl (b – a) 1,462 g

• Penimbangan pembuatan larutan sampel garam dapur


Penimbangan Hasil (g)
a) Berat Kaca arloji kosong 22,697 g
b) Berat Kaca arloji + NaCl 23,201 g
c) Berat NaCl (b – a) 0,504 g

• Standarisasi larutan AgNO3 0,1 N dengan larutan NaCl 0,1 N


Titrasi ke Volume AgNO3 (mL) Volume NaCl (mL) Dokumentasi

1 25,5 mL 25 mL

2 25,7 mL 25 mL

Rata-rata 25,6 mL 25 mL -

4
• Penetapan kadar sampel
Titrasi ke Volume AgNO3 (mL) Volume sampel (mL) Dokumentasi

1 20,6 mL 25 mL

2 20,7 mL 25 mL

Rata-rata 20,65 mL 25 mL -

1.2. Perhitungan
• Perhitungan pembuatan larutan baku NaCl 0,1 N 250 mL
Dik : BM NaCl = 58,5 g/mol Valensi NaCl = 1
V = 250 mL → 0,25 L N = 0,1 N
massa (g)
N= × valensi
BM × V (L)
massa (g)
0,1 N = g ×1
58,5 × 0,25 L
mol
massa (g) = 1,462 gram
Jadi, untuk membuat larutan baku NaCl 0,1 N sebanyak 250 mL diperlukan
NaCl sebanyak 1,462 gram.

• Perhitungan pembuatan larutan baku AgNO3 0,1 N 250 mL


Dik : BM AgNO3 = 169,87 g/mol Valensi AgNO3 = 1
V = 250 mL → 0,25 L N = 0,1 N
massa (g)
N= × valensi
BM × V (L)
massa (g)
0,1 N = g ×1
169,87 × 0,25 L
mol

massa (g) = 4,246 g

Jadi, untuk membuat larutan baku AgNO3 0,1 N sebanyak 250 mL diperlukan
AgNO3 sebanyak 4,246 gram.

5
• Perhitungan standarisasi larutan AgNO3 0,1 N dengan larutan NaCl 0,1 N
Dik : NNaCl = 0,1 N VAgNO3 = 25,6 mL
VNaCl = 25 mL
NNaCl × VNaCl
NAgNO3 =
VAgNO3
0,1 N × 25 mL
NAgNO3 =
25,6 mL
NAgNO3 = 0,0977 N
Dari standarisasi larutan AgNO3 0,1 N dengan larutan NaCl 0,1 N didapatkan
konsentrasi larutan AgNO3 sebesar 0,0977 N.
• Perhitungan penetapan kadar sampel
100
Dik : VAgNO3 = 20,65 Ml fp = 25

NAgNO3 = 0,0977 N V. sampel = 25 mL


BE Cl = 35,5
VAgNO3 × NAgNO3 × BE Cl × fp × 10−3
Kadar Klorida (%) = × 100%
Volume Sampel
100
20,65 mL × 0,0977 N × 35,5 × × 10−3
Kadar Klorida (%) = 25 × 100%
25 mL
Kadar Klorida (%) = 1,15%

Dari penetapan kadar klorida didapatkan kadar klorida pada garam dapur
sebesar 1,15%.

2. Pembahasan
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi
pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat juga
diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion halida atau kadar
Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3.
Ada dua percobaan pada praktikum ini, pertama yaitu standarisasi larutan
AgNO3 0,1 N dengan larutan NaCl 0,1 N dan yang kedua yaitu penetapan kadar
klorida pada sampel garam dapur.

6
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl maupun
penetapan kadar klorida pada sampel garam dapur adalah metode Mohr dengan
indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan
menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen
ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya
endapan merah.
Penambahan AgNO3 terus-menerus akan membuat ion Cl- habis diikat oleh ion
Ag+ dari AgNO3. Apabila ion Cl- sudah habis bereaksi maka kelebihan ion Ag+
selanjutnya bereaksi dengan CrO42- yang berasal dari indikator K2CrO4 yang
ditambahkan dan membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata, yang
berarti titik akhir titrasi telah tercapai dan harus segera dihentikan.
Adapun volume AgNO3 yang digunakan selama standarisasi adalah 25,5 mL
untuk titrasi pertama dan 25,7 mL untuk titrasi kedua dengan hasil perhitungan
normalitas AgNO3 yang didapatkan yaitu sebesar 0,0977 N. Larutan AgNO3 yang
dibuat adalah dengan konsentrasi 0,1 N namun saat dilakukan pembakuan
didapatkan konsentrasi larutan AgNO3 0,0977 N. Hal ini bisa disebabkan karena
AgNO3 merupakan garam yang tidak stabil karena mudah terurai oleh cahaya,
terutama cahaya matahari. Oleh karena itu perlu dilakukan standarisasi sebelum
digunakan.
Sedangkan volume AgNO3 yang digunakan selama penetapan klorida adalah
20,6 mL untuk titrasi pertama dan 20,7 mL untuk titrasi kedua dengan hasil
perhitungan didapatkan kadar klorida pada sampel garam dapur sebesar 1,15%.
Selama titrasi dengan metode Mohr, larutan sampel harus diaduk dengan baik.
Hal tersebut mencegah terjadinya terjadi kelebihan titran yang menyebabkan
indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan
AgCl yang terbentuk kemudian yang mengakibatkan titik akhir yang diperoleh
menjadi tidak tajam. Gangguan pada titrasi ini antara lain disebabkan oleh :
a. Ion yang akan mengendap lebih dulu dari AgCl, misalnya: F, Br, CNSˉ.
b. Ion yang membentuk kompleks dengan Ag⁺, misalnya: CNˉ, NH₃ diatas pH
c. Ion yang membentuk kompleks dengan Clˉ, misalnya: Hg²⁺.
d. Kation yang mengendapkan kromat, misalnya: Ba²⁺.

7
Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Titrasi Argentometri adalah merupakan titrasi berdasarkan atas reaksi pengendapan


dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat juga diartikan sebagai cara
pengendapan atau pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi
terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3
2. Prinsip metode mohr adalah melakukan titrasi terhadap sampel dengan menggunakan
larutan perak nitrat (AgNO3) sehingga terbentuk endapan AgCl berwarna putih dengan
K2CrO4 sebagai indikator
3. Standarisasi larutan AgNO3 0,1 N dengan larutan NaCl didapatkan normalitas larutan
AgNO3 yaitu 0,0977 N
4. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan kadar klorida pada sampel garam dapur
yaitu sebesar 1,15%.

Daftar Pustaka

Wahyusuri, Petri. 2014. Penentuan Kadar Klorida dengan Metode Mohr. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah.

Hidayati, Nurul dkk. 2018. Modul Praktikum Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Sahid.

Kusumaningrum, Widya dkk. 2014. Penentuan Kadar Ion Klorida dengan Metode
Argentometri (Metode Mohr). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai