TUGAS PRAKTIKUM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Analitik I
Yang diampu Ibu Rusmini S. Pd, M.Si
Oleh :
Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion
(kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik.
Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis
kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan
terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk
endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas (G. Svehla : 1985).
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam
analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan
warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan
penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut jika larutan menjadi terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan bergantung pada
berbagai kondisi eperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut.
Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting
dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka
pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan
endapan kecuali pada pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku
sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena uhu ini dapat digunaan sebagai dasar
pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan
dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida kemudian memisahkan
Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan
memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedngkan kedua kation
lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain
yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion
sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion
sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan
konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada
beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan.
Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut denga ion
sekutu tersebut (Masterton,1990).
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif.Untuk tujuan analisis
kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan
berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia.Dengan memakai
apa yang disebut regensia golongan secara sistematik,dapat kita tetapkan ada
tidaknya golongan-golongan kation ,dan dapat juga memisahkan golongan-
golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagensia golongan yang dipakai
untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida,
ammonium sulfida, dan ammonium karbonat.Klasifikasi ini didasarkan atas
apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia- reagensia ini dengan membentuk
endapan atau tidak.Jadi boleh kita katakan ,bahwa klasifikasi kation yang paling
umum , didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,sulfida,dan karbonat dari
kation tersebut (Svehla G,1985).
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation golongan III
menurut vogel adalah larutan hydrogen sulfida dengan adanya ammonia dan
ammonium klorida atau laruta ammonium sulfida (Svehla G, 1985).
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagensia-reagensia tertentu dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh
kita katakan bahwa, klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas
perbedaan larutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut .Reaksi
golongan II yaitu membentuk endapan. Endapan dengan berbagai warna seperti
Fe2S2 (hitam), Al(OH)3 (putih), Cr(OH)3 (hijau), NiS (hitam), CoS (hitam), MnS
(merah jambu), dan ZnS (putih) (Svehla G, 1985).
Logam-logam pada golongan III ini tidak diendapkan oleh reagensia
golongan untuk kation golongan I dan II, tetapi semuanya diendapkan dengan
adanya ammonium klorida, dan hydrogen sulfide dari larutan yang telah dijadikan
basa dengan larutan ammonia. Logam-logam ini diendapakan dengan sulfide
kecuali alumunium dan kromium yang diendapkan sebagai hidroksida karena
hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan air. Besi, alumunium dan
krom (sering disertai mangan) juga diendapkan sebagai hidrokdsida aleh larutan
ammonia dengan adanya ammonium klorida. Sedangkan logam-logam dari kation
golongan ini tetap berada dalam larutan dan dapat diendapkan sebagai sulfida oleh
hydrogen sulfida. Maka golongan ini biasanya dibagi menjadi golongan besi,
meliputi besi, alumunium, atau kromium sering disebut golongan III A dan
dolongan Zink meliputi nikel, kobalt, mangan dan seng atau disebut golongan III
B (Svehla G, 1985).
Kation golongan IV, meliputi barium, stronsium, dan kalsium. Reagensia
yang dipakai untuk klasifikasi kation golongan IV adalah (NH 4)2CO3, yang
nantinya akan menghasilkan endapan putih (Mulyono HAM, 2005).
Kation golongan V sering disebut sebagai golongan sisa sehingga tak ada
regensia umum untuk golongan V. Kation-kation golongan V tidak bereaksi
dengan HCl, H2S, (NH4)2CO3. Reaksi-reaksi atau uji-ujinya ia dapat dipakai untuk
mengidentifikasi ion-ion ini. Adapun kation yang termasuk golongan V adalah
magnesium, kalium, natrium, dan ion ammonium (Svehla G, 1985).
Dalam contoh campuran ditunjukan kesulitan untuk menentukan dengan
pasti kation-kation apa saja yang terdapat dalam campuran. Disebutkan bahwa
pereaksi spesifik dapat dipakai untuk tujuan itu dengan melakukan reaksi untuk
ion perion. Cara lain untuk analisa campuran adalah dengan reaksi selektif
(Mulyono HAM, 2005).
IV. Alur Percobaan :
A. Fe3+
B. Mn2+
Larutan Mn2+
Larutan CO2+
Larutan CO2+
D. Zn2+
Larutan Zn2+
A. Ba2+
Larutan Ba2+
Larutan Ba2+
Endapan kuningan
B. Ca2+
Larutan Ca2+
A. Mg2+
Larutan Mg2+
V. Reaksi
Hasil Pengamatan
No Prosedur Percobaan Dugaan Reaksi
Sebelum Sesudah
1. Kation Golongan III -Fe2+ (aq): larutan -Fe2+(aq) + NaOH(aq) 1M terbentuk Fe3+(aq) + 2OH-(aq) → Fe(OH)2↓(s)
A. Fe3+ berwarna kuning endapan oranye kecoklatan
2Fe(OH)2(s) +2(l) + O2(g) → 2Fe(OH)3↓ (s)
-NaOH (aq): larutan -Fe2+(aq) + NH4Cl 1M tidak terjadi
tidak berwarna perubahan (larutan tetap berwarna Fe3+(aq) + NH4Cl (aq) ↛
Sebelum Sesudah
-Zn2+ (aq) : larutan tidak -Zn2+(aq) + NaHPO4(aq) terbentuk -3Zn2+(aq) + 2HPO42-(aq) ↔
berwarna endapan putih, ditambahkan Zn3(PO4)2↓(s) + 2H+ (g)
3. Kation Golongan V
Mg2+(aq) + HPO42-(aq) →MgHPO4↓(s)
2+
-Mg (aq) : larutan tidak berwarna
-Mg2+(aq) + Na2HPO4 (aq)
Mg2+(aq) ditambahkan Na2HPO4 (aq)
-Na2HPO4(aq) : larutan tidak
menjadi larutan keruh dan membentuk endapan berwarna putih
berwarna
terbentuk endapan putih
VII. Pembahasan
Pada Golongan III -Fe2+(aq) + NaOH(aq) menbentuk endapan putih bila tidak
ada udara dan saat terkena udara, endapan Fe(OH) dengan cepat teroksidasikan
dan menghasilkan endapan Fe(OH)3 yang berwarna oranye kecoklatan. Fe2+(aq)
dengan larutan amonia (NH3) akan mengendap membentuk endapan Fe(OH)2.
Tetapi jika terdapat ion ammonium dengan jumlah yang banyak, maka
pengendapan tidak terjadi. Fe3Cl + NH4Cl tidak terjadi reaksi. Co2+(aq) mudah
melarut dalam asam-asam mineral encer.Mn2+(aq) diberi larutan amonia (NH3)
tidak dapat mengendap karena turunnya ion-hidroksi (OH -) Mn2+(aq) membentuk
endapan Mn(OH)2 apabila diberi NaOH (aq). Zn2+(aq) ditambahkan Na2HPO4 (aq)
akan membentuk endapan putih, dan akan larut pada H2SO4
VIII. Diskusi
Kelebihan dari percobaan ini ialah hasil yang sudah sesuai dengan apa
yang ada pada vogel. Dan percobaan ini berjalan sesuai dengan prosedur SOP
yang ada, praktikan juga telah menggunakan APD yang sesuai dan melakukan
percobaan secara runtut.
IX. Kesimpulan
X. Daftar Pustaka