KIMIA ANALITIK 1
Nama : Listiyaningtias
NIM : 1430211021
Dosen : Dikdik Mulyadi, M.Pkim
Asdos :
PERCOBAAN 1
ANALISA PENDAHULUAN
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam melakukan pemeriksaan suatu analit, baik itu dengan menggunakn
analisa kualitati ataupun kuantitatip seringkali dilakukan analisa pendahuluan yang
mencakup bentuk( padatan, cairan dan gas) dan rupa, bau, sifat higroskopik, dan
sifat asam basa.
Selain uji pendahuluan dalam awal percobaan kimia analitik I, pemeriksaan
analit dilakukan kualitatif, yakni pemeriksaan untuk mengetahui analit yang
terdapat pada sampel. Dalam analisa kualitatif terdapat beberapa cara untuk
melakukan analisa yakni :
1. Cara Kering
Cara kering mencakup pemeriksaan analit dalam bentuk kering. Contoh larutan
harus diuapkan terlebih dahulu untuk mendapatkan analit dalam bentuk kering.
Cara kering ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengamati bentuk kristal analit
b. Pemanasan (mengamati warna, gas yang dihasilkan dan lain-lain)
c. Uji nyala
2. Cara Basah (Uji kation dengan pereaksi khas)
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan contoh dalam bentuk larutan.
Hasil yang dapat diamati dari cara basah ini adalah :
a. Pembentukan endapan
b. Pembentukan gas
c. Pembentukan warna
1.2 Tujuan
a. Untuk menganalisis suatu analit
b. Untuk menguji analit dengan analisa kualitatif
II.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1 Hari, Tanggal Praktikum
Sabtu, 24 Januari 2016
2.2 Tempat Praktikum
Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Sukabumi
III.PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Tabung reaksi
Spirtus
Pipet 10 mL
Penjepit
b. Bahan
Tabung
reaksi
NaOH
Penjepit
Tabung
MgSO4
CuSO4
Pb(NO)3
Aseton
CaCO3
AgNO3
Na2SO4
Benzene
Spirtus
K2CrO7
Kloroform
Amonia
NaCl
Urea
Aseton
.
c. Pemeriksaan analit dengan pemanasan
Ambil 0,5 g bubuk MgSO4, CuSO4, CaCO3, Na2SO4, NaCl
Masukan masing masing kedalam tebung reaksi
Masing masing tabung dipanaskan sampai terjadi perubahan (gas dan warna)
Residu analit yang berada didasar tabung diambil kemudian diamati
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Pemeriksaan bentuk
No. Senyawa
Bentuk
Warna
Bau
Higroskopis Asam
dan Basa
NaOH
Padatan
Putih
Tidak berbau
Higroskopis Basa
2.
MgSO4
Padatan, serbuk
Putih
Tidak berbau
Higroskopis Basa
3.
AgNO3
Cairan
Bening
Tidak berbau
Basa
4.
CaCO3
Cairan
Bening
Berbau khas
Basa
5.
Na2SO4
Cairan
Bening
Tidak berbau
Netral
6.
K2Cr2O7
Padatan, serbuk
Jingga
Tidak berbau
Asam
7.
NaCl
Tidak berbau
Netral
kristal
8.
KOH
Padatan,
Putih
Tidak berbau
Higroskopis Basa
serpihan
9.
Aseton
Cairan
Bening
Berbau khas
Netral
10.
Benzene
Cairan
Bening
Berbau khas
Netral
11.
Kloroform
Cairan, dingin
Bening
Berbau
Netral
12.
Amoniak
Cairan
Bening
Berbau
Netral
13.
Urea
Padatan
Putih
Tidak berbau
Netral
No. Senyawa
MgSO4
CaCO3
Na2SO4
Pb(NO)3
NaCl
No. Senyawa
MgSO4
CuSO4
CaCO3
Na2SO4
NaCl
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita mengidentifikasi zat dalam analisa pendahuluan.
Hal yang di amati adalah warna, bau, sifat higroskopik zat, sifat asam dan basanya.
Pada pemeriksaan bentuk padatan seperti NaOH, MgSO4, K2Cr2O7, NaCl dan
KOH. Pada suatu zat padat, susunan molekul nya tersusun rapat dan rapi dengan
gaya tarik antar partikel yang lebih besar dibanding cairan dan gas. Mempunyai
bentuk dan volume tertentu serta partikel-partikelnya tidak dapat bergerak bebas.
Pemeriksaan bentuk wujud cairan (AgNO3, CaCO3, Na2SO4, Aseton, benzene,
Kloroform dan amoniak).Bentuk tidak tetap bergantung wadahnya, volume
tertentu. Susunan partikelnya agak rapi atau agak renggang namun masih relative
bergerak bebas, dimana gaya antar partikelnya : gaya kohesi sebanding dengan
gaya dispersi.
Pemeriksaan bentuk wujud warna pada padatan memiliki warna putih kecuali
pada senyawa K2Cr2O7 memiliki warna jingga sedangkan pada cairan memiliki
warna bening.
Pemeriksaan bentuk berdasarkan sifat higroskopis hanya dimiliki oleh analit
NaOH, MgSO4, dan KOH karena Senyawa yang mampu menyerap air di
lingkungannya secara adsorpsi atau absorpsi. Adapu pemeriksaan bentuk
berdasarkan sifat asam dan basa, apabila tidak merubah lakmus merah tapi
merubah lakmus biru disebut asam, tidak merubah lakmus biru tapi merubah
lakmus merah disebut basa serta Tidak merubah lakmus biru dan lakmus merah
disebut netral.
Pemeriksaan bentuk kristal analit dengan cara kering MgSO4 (Monoklinik
(hidrat)
), CaCO3 (Kristal jarum dan bentuk kristal kotak (kubus), Na2SO4
(Ortorombik atau heksagonal), NaCl (Kubus berpusat muka).
Pemeriksaan analit dengan pemanasan MgSO4, CuSO4, CaCO3, Na2SO4,
NaCl Kebanyakan senyawa ini memiliki titik didih yang tinggi sehingga
memerlukan waktu pemanasan yang cukup lama
V.
PENUTUP
Untuk menganalisa suatu analit dapat melalui cara uji kering dan uji basah.
Analisa kualitatif adalah analisa terhadap suatu zat, senyawa atau ion yang belum
diketahui pada suatu sampel
VI.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Analisa kualitatif terbagi dua yaitu cara kering dan cara bersih.
Cara Kering
Cara kering mencakup pemeriksaan analit dalam bentuk kering. Contoh larutan
harus diuapkan terlebih dahulu untuk mendapatkan analit dalam bentuk kering.
Cara kering ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengamati bentuk kristal analit
b. Pemanasan (mengamati warna, gas yang dihasilkan dan lain-lain)
c. Uji nyala
Cara Basah (Uji kation dengan pereaksi khas)
PERCOBAAN II
UJI KATION
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Beberapa kation-kation logam yang terdapat dalam suatu campuran dapat ditentukan
berdasarkan sifat khas kation tersebut terhadap pereaksi.
Beberapa Kation
Bahan :
Larutan AgNO3, Pb(NO3)2, H2SO4, HCl, FeCl3, ZnCl2, CuSO4, NaOH, NH4OH,
NH4SCN, KCN, KI,NH4(COO)2, K2CrO4, Na2CO3, MgSO4, NaCl masing masing
0,1M, H2SO4 pekat, HCl pekat dan paku.
2.2 Cara kerja :
Golongan I :
Ag
Ambil larutan AgNO3 kemudian masukan kedalam 6 buah tabung reaksi
Tabung 1 : tambahkan HCl 0,1M sedikit demi sedikit diamkan selama 1menit,
kemudian tambahkan HCl berlebihan dan diamkan kemudian tambahkan HCl pekat 2 tetes
Tabung 2 : tambahkan HCl 0,1M sedikit demi sedikit diamkan selama 1menit,
kemudian tambahkan HCl berlebihan dan diamkan kemudian tambahkan NH4OH 0,1M
Tabung 3 : tambahkan NaOH berlebih diamkan dan tambahkan NH4OH 0,2M
Tabung 4 : tambahkan larutan KI 0,1M idamkan kemudian tambahkan laruatn Na2S2O3 0,1M
Tabung 5 : tambahkan larutan 0,1 M
Tabung 6 : tambahkn larutan n=Na2CO3 0,1M kemudian panaskan bagian atas tabung ditutup
dengan lakmus biru yg telah dibasahi air
Pb2+
Ambil larutan PbNO3 masukan kedalam 9 buah tabung dan berilah tanda
Tabung 1 : tambahkan HCl 0,1M sedikit demi sedikit diamkan selama 1menit,
kemudian tambahkan HCl berlebihan dan diamkan kemudian tambahkan air panas
Tabung 2 : tambahkan HCl 0,1M sedikit demi sedikit diamkan selama 1menit, kemudian
tambahkan HCl berlebihan dan diamkan kemudian tambahkan larutan NH4OH 0,1 M
Tabung 3 : tambahkan NaOH 0,1M, tambahkan NaOH berlebih
Ba2+
Ambil larutan BaOH2 dan masukan kedalam 4 buah tabung reaksi dan berilah tanda
Tabung 1 : +larutan H2SO4 0,1M diamkan diudara terbuka
Ca2+
Lakukan uji nyala Ca2+
Golongan V
Mg2+, dan K+
Lakukan uji nyala pada larutan Mg2+, dan K+
NH4
Masukan 10ml larutan NH4OH 0,1M pada tabung reaksi kemudian panaskan pada bagian
atas ditutp dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi air.
II. PEMBAHASAN
3.1 Data pengamatan dan pembahasan
Golongan 1 :
Data pengamatan :
Ag+ (bening)
Tabung 1
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Tabung 6
Pembahasan :
Ag +
Ag (perak, Ar= 107,868) tidak larut dalam HCl, H2SO4 encer (1M) atau HNO3
encer (2M). Tetapi larut dalam HNO3 pekat dan asam pekat panas. Reaksi :
6 Ag + 8HNO3 6Ag+ +2NO + 6NO3- + 4H2O
2Ag + 2H2SO4 2Ag + SO42- + SO2 + 2H2O
Ag + direaksikan dengan HCl encer terbentuk endapan perak klorida, karena Ag tidak
larut dalam HCl encer, reaksi :
Ag + + Cl- AgCl
Dengan HCl berlebih,hasil menunjukan adanya endapan. Dalam literatur, dengan penambahan
berlebih tersebut dapat melarutkan endapan karena telah terdekantasi. Reaksi :
AgCl + Cl- [AgCl2] Dengan penambahan NH4OH (setelah + HCl) larutan keruh, tetapi dalam literatur
amonia encer dapat melarutkan Ag. Hal ini dimungkinkan masih ada pengotor dalam
larutan. Reaksi :
AgCl + 2NH3 [Ag(NH3)2]+ + Cl-
Dengan +NaOH endapan coklat perak oksida terbentuk, karena A tidak larut dalam
NaOH. Reaksi :
2Ag+ +2OH- Ag2O + H2O
Dengan + NH4OH larutan keruh, dalam literatur endapan tersebut melarut. Reaksi :
Ag2O + 4NH3 + H2O 2[Ag(NH3)2]+ + 2OH Penambahan KI akan membentuk endapan kuning perak iodida. Reaksi :
Ag+ + I- AgI
Setelah ditambah Na2S2O3 terbentuk beberapa fasa,ini mungkin terjadi karena reaksi tidak
sempurna. Dalam literatur, penambahan Na2S2O3 akan melarutkan endapan. Reaksi :
AgI + 2S2O3 2- [Ag(S2O3)2]3- + I Lar. Ag yg direaksikan dengan K2CrO4 akan membentuk endapan merah perak
kromat. Reaksi :
2Ag+ + CrO4 2- Ag2CrO4
Dengan + Na2CO3 lar. Menjadi putih susu/ kekuningan, kemungkinan lar. Tersebut
merupakan endapan perak karbonat. Reaksi :
2Ag+ + CO32- Ag2CO3
Setelah dipanaskan endapan terurai dan membentuk endapan cokelat perak oksida :
Ag2CO3 Ag2O + CO2
Lakmus biru berubah menjadi merah, hal ini menunjukan bahwa gas yg dihasilkan bersifat
asam.
Data pengamatan
Pb2+
Tabung 1
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Tabung 6
Tabung 7
Tabung 8
Tabung 9
Pembahasan :
Pb
Pb (timbel, Ar : 207,19) yaitu logam abu abu kebiruan, dan mudah larut dalam asam nitrat
pekat.
Dengan +HCl hasil menunjukkan tdk ada perubahan, dalam literatur HCl dapat
membentuk endapan timbel (II) klorida :
Pb2+ +2Cl- PbCl2
Dan endapan tersebut larut dengan +air panas( 33,4 g l- pd 100 C), tp memisah lagi sebagai
kristal2 panjang sprt jarum setengah dingin.
Golongan 2 :
Data pengamatan
Cu2+ (biru muda)
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
: CuSO4 + NH4SCN => terjadi perubahan warna menjadi hijau tidak ada
endapan
Tabung 5
Pembahasan
Cu2+
2+
Cu
2OH-
Cu(OH)2
Dengan pemanasan, endapan diubah jd tembaga (II) oksida hitam oleh dehidratasi :
Cu(OH)2 CuO + H2O
+ KI larutan berwarna hijau, dalam literatur ada endapan tembaga (I) iodida putih,tp
larutannya cokelat tua krn terbentuk ion-ion tri-iodida :
2Cu 2+ + 5I- 2CuI + I3Dengan penambahan Na2S2O3 warna menjadi putih krn ion tri-iodida direduksi jd ion iodida,
dan menghasilkan ion tetra tionat :
I3- + 2S2O3 2- 3I- + S4O6 2 + KCN hasil menunjukan larutan keruh, ini dimungkinkan karena endapan yg
terbentuk akan cepat terurai menjadi tembaga (l) sianida putih dan sianogen :
Cu 2+ + 2CN- Cu(CN)2
2Cu(CN)2 2CuCN + (CN)2
Dalam reagen berlebih endapan larut, berwarna hijau. Sedangkan dalam literatur tak berwarna
:
CuCN + 3CN- [Cu(CN)4]3 + NH4SCN warna larutan menjadi hijau, membentuk endapan tembaga (II) tiosianat
hitam. Reaksi :
Cu 2+ + 2SCN- Cu(SCN)2
Endapan terurai secara perlahan & membentuk tembaga (I) tiosianat putih dan
tiosianogen :
2 Cu(SCN)2 CuSCN + (SCN)2
+ Paku, terjadi karat pada paku tersebut. Reaksi :
Cu 2+ + Fe Fe2+ + Cu
Potensial elektroda tembaga (II) lebih positif dibandingkan dengan potensial elektroda
besi (II)
Golongan III :
Data pengamatan
Fe2+ (kuning)
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Pembahasan
Fe 2+
Fe (besi, Ar: 55,85) adalah logam putih perak, kokoh dan liat. HCl encer atau pekat dan
H2SO4 encer melarutkan besi, yg menghasilkan garam-garam besi (II) dan gas hidrogen.
Dengan penambahan NaOH warna larutan tetap jingga, dalam literatur ada endapan
putih Fe(OH)2 . Ketidak samaan hasil itu terjadi krn untuk mendapatkan endapan
harus tanpa udara (kedap udara), karena udara masuk maka endapan tak didapat.
Reaksi :
Fe 2+ + 2OH- Fe(OH)2
+ NH4OH tidak ada perubahan, ini terjadi karena amonium hidroksida tertekan dan
konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah, sehingga hasil kali kelarutan
Fe(OH)2 tak tercapai dan pengendapan tak terjadi.
+KCN larutan jd keruh, sedangkan dalam literatur membentuk endapan cokelat
kekuningan besi (II) sianida. Reaksi :
Fe2+ + 2CN- Fe(CN)2
Fe3+ (kuning)
Data pengamatan :
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Pembahasan :
Fe 3+
Mn2+ (bening)
Data pengamatan :
Tabung 1
Tabung 2
Pembahasan :
Mn (mangan, Ar: 54,938) adalah logam putih abu-abu, bereaksi dengan air hangat membentuk
mangan (II) hidroksida dan juga larut dalam asam mineral encer atau asetat.
+ NH4OH tidak ada perubahan, sedangkan dlm literatur ada pengendapan mangan (II)
hidroksida putih. Pengendapan ini tak terjadi karena ada garam amonium yg
disebabkan oleh turunnya konsentrasi ion-hidroksil,yg mengakibatkan ketidak
mampuan untuk menghasilkan Mn(OH)2.
+ NaOH larutan keruh lalu jadi jingga, dalam literatur ada endapan putih mangan (II)
hidroksida. Hal ini terjadi dimungkinkan adanya udara yg masuk sehingga endapan
tak didapat. Reaksi :
Mn2++ 2OH-Mn(OH)2
Zn2+ (bening)
data pengamatan :
Tabung 1
Tabung 2
Pembahasan :
Zn (zink, Ar : 65,38) adalah logam putih kebiru-biruan,mudah ditempa, dan liat. Mudah larut
dalam HCl dan H2SO4 encer.
+ NaOH membentuk endapan putih zink hidroksida :
Zn2++ 2OH- Zn(OH)2
+NH4OH tidak ada pengendapan, ini terjadi karena penambahan reagen yg terlalu
banyak sehingga melarutkan endapan. Reaksi :
Zn2++ 2NH3 + 2H2O Zn(OH)2+ 2NH4 +
Zn(OH)2 + 4NH3 [Zn(NH3)4]2+ +2OH-
Golongan IV
Data pengamatan :
Ba2+ (bening)
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Pembahasan :
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat. Bereaksi dengan air dlm udara
lembab, membentuk oksida atau hidroksida.
+ H2SO4 larutan jd keruh, ini kemungkinan endapan barium sulfat. Reaksi :
Ba 2+ + SO4 2- BaSO4
+K2Cr2O7 larutan jg jd keruh, dlm literatur endapan kuning barium kromat terbentuk.
Reaksi :
Ba 2+ + CrO4 2- BaCrO4
+ (NH4)2(COO)2 tidak ada perubahan, sedangkan dalam literatur terbentuk endapan
putih barium oksalat. Reaksi :
Ba 2+ +(COO)2 2- Ba(COO)2
Uji nyala yg dilakukan menunjukan warna hijau kekuningan.
Ca2+
Data pengamatan
Tabung 1
Pembahasan :
Kalsium adalah logam putih perak,agak lunak. Dalam uji nyala ini, kalsium mudah menguap
dan memberi warna merah kepada nyala bunsen.
Golongan V
Mg2+
Tabung 1
Pembahasan :
Mg adalah logam putih yang melebur pada 650 C dan mudah terbakar dalam oksigen
dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang. Warna bunsen yang dihasilkan cahaya
putih. Semua senyawa Mg dengan adanya Natrium Karbonat diubah menjadi Magnesium
oksida putih yang berkilau/bercahaya ketika terkena panas
K+
Tabung 1
Pembahasan :
Uji nyala
hasilnya
lembayung,
senyawa
mewarnai
Pb2+, Hg22+Ag+
nyala
bunsen yang
Golongan II : tidak bereaksi dengan HCl, membentuk endapan dengan H2S dalam
suasana asam mineral encer
PERCOBAAN III
UJI ANION
I.
PENDAHULUAN
2.
3.
4.
Kelas B :
1. Reaksi pengendapan.
2. Oksidasi dan reduksi larutan.
1.2 Tujuan :
Untuk dapat mengetahui reaksi spesifik suatu anion
Untuk dapat membedakan beberapa anion berdasarkan reaksi spesifik
IAmilah larutan KI kemudian masukan kedalam 2 buah tabung reaksi dan berilah tanda
Tabung 1 : + larutan H2SO4 pekat amati gas yang terjadi
Tabung 2 : + laurtan AgNO3 sedikit demi sedikit
(COO)2
Ambilah larutan (NH4)2(COO)2 dan masukan kedalam tabung reaksi
+ beberapa tetes KMnO4
Masukan ujung tabung reaksi kedalam labu enlemeyer yang telah berisi laarutan Ba(OH)2
Kocoklah larutan Ba(OH)2
Amati perubahan yang terjadi
NO3
Ambilah larutan HNO3 dan masukan kedalam tabung reaksi
+ beberapa tetes larutan H2SO4 pekat dan panaskan
III. PEMBAHASAN
3.1 Data pengamatan dan pembahasan
CO3
Data pengamatan :
Tabung 1 : CaCO3 + HCl => keruh
Tabung 2 : CaCO3 + BaCl2 => terbentuk endapan putih
Tabung 3 : CaCO3 + AgNO3 => terbentuk endapan putih
Tabung 4 : CaCO3 + AgNO3 + HNO3 => perubahan endapan, dari endapan putih jadi tidak
ada endapan
Tabung 5 : CaCO3 + AgNO3 => terbentuk endapan putih
Dididihkan => tidak terjadi perubahan
Pembahasan :
Dari hasil percobaan, pada tabung 1 larutan menjadi keruh, penguraian dengan buih terjadi
karena dilepaskannya CO2. Pada tabung 2, terbentuk endapan berwarna putih, karena
hidrogen karbonat memang tidak bereaksi . Pada tabung 3 terbentuk endapan putih dari
AgCO3 karena sifanya larut dalam amonia dan HNO 3. Pada tabung 4, harusnya terbentuk
endapan berwarna kuning ketika penambahan reagensia yang berlebih dan terbentuk Ag 2O,
dan setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan
S2O3
Data pengamatan :
Tabung 1 : Na2S2O3 + HCl => perubahan warna putih
Tabung 2 : Na2S2O3 + I2 => tidak ada perubahan
Tabung 3 : Na2S2O3 + BaCl2 => tidak ada perubahan
Tabung 4: Na2S2O3 + AgNO3 => terbentuk endapan warna coklat
Tabung 5 : Na2S2O3 + Pb2+ => terbentuk endapan putih
Tabung 6 : Na2S2O3 + KCN => tidak ada perubahan
[Ag(S2O3)2]3-. Endapan ini tidak stabil, karena terbentuk Ag2S hitam. Pada tabung 5, terbentuk
endapan putih, ketika penambahan reagensia berlebih warna larutan putih. Setelah
penambahan tiosulfat berlebih larutan menjadi keruh dan endapannya larut. Pada tabung 6,
tidak terjadi perubahan, larutan tetap bening. Pada tabung 7, warna kecoklatan timbul karena
terbentuk
membentuk S4O62- dan 2Fe2+ dan ketika ditambahkan KI larutan menjadi kuning.
CNData pengamatan :
Tabung 1 : KCN + HCl => tidak ada perubahan
Tabung 2 : KCN + H2SO4 => tidak ada perubahan
Tabung 3 : KCN + Fe3+ => terbentuk endapan hitam kehijau hijauan
Pembahasan :
Dari hasil percobaan, pada tabung 1, larutan bening dan terbentuk uap dan berbau, pahit, yang
dilepaskan dalam keadaan dingin. Pada tabung 2, warna larutan bening, bersuhu panas. Pada
tabung 3, warna larutan kuning dan terbenuk endapan kehijau hijauan. Seharusnya berwarna
merah darah karena terbentuk [Fe (SCN)3].
SCN
Data pengamatan :
berwarna dan stabil. Pada tabung 4, larutan Zn larut, H2S dan HCN dilepaskan. Pada tabung 5,
ketika pemanasan terurai menjadi warna merah dan pelepasan NO dan HCN yang awalnya
larutan tersebut berwarna bening.
ClData pengamatan :
Tabung 1 : NaCl + H2SO4 => berbau , panas , tidak terjadi perubahan warna
Tabung 2 : NaCl + H2SO4 pekat => berbau , lebih panas, terjadi perubahan warna keruh
Tabung 3 : NaCl + H2SO4 pekat => berbau , lebih panas, terjadi perubahan warna keruh
Tabung 4 : NaCl + AgNO3 => terbentuk endapan putih
: NaCl + AgNO3 + H2SO4 pekat => terasa dingin , masih endapan putih
Tabung 5 : NaCl + Pb(NO3)2 => tidak ada perubahan
Tabung 6 : NaCl + K2Cr2O7 => perubahan warna kuning
Pembahasan :
Dari hasil percobaan, pada tabung 1, tidak menimbulkan bau. Pada tabung 2, menimbulkan
bau dan menimbulkan gelembung. Cl- terurai banyak dalam keadaan dingin, penguraian
sempurna pada pemanasan karena disertai dengan pelepasan HCl. Pada tabung 3, lakmus biru
menjadi merah. Pada tabung 4, larutan berwarna putih dan terbentuk endapan putih ketika
penambahan Ag dan membentuk AgCl. Ketika ditambahkan asam sulfat pekat, endapan
tersebut larut dan warna larutan menjadi putih pudar. Pada tabung 5, warna larutan dan
endapan putih dan PbCl2 yang terbentuk. Pada tabung 6, larutan berbau asam cuka, berwarna
jingga. Sedikit klor mungkin juga dibebaskan.
I2
Data pengamatan :
Tabung 1 : KI + H2SO4 => tidak ada gas, terjadi perubahan warna kuning
Tabung 2 : KI + AgNO3 => terbentuk endapan hijau muda
Pembahasan :
Dari hasil percobaan, pada tabung 1, larutan berwarna bening dan membentuk gas berwarna
lembayung dari I2 yang dilepaskan, larutan bersuhu panas sehingga iod dilepaskan. Pada
tabung 2, larutan berubah dari warna bening menjadi hijau toska. Membentuk endapan
kuning, endapan ini mudah larut dalam KCN dan Na2S2O3. sedikit larut dalam NH3 pekat dan
tidak akan larut dalam HNO3 encer.
(COO)2
Data pengamatan :
Tabung 1 : (COO)3 + KMnO + Ba(OH)2 => Warna larutan kuning
tidak terjadi
NO3
Data pengamatan :
Tabung 1 : HNO3 + H2SO4 + panaskan => Terbentuk 2 lapisan (putih keruh diatas dan bening
dibawah) larutan warna bening di atas dan warna putih keruh dibawah
Pembahasan :
Membentuk dua lapisan, putih diatas dan bening dibawah. Setelah dipanaskan warna bening
menjadi diatas dan putih dibawah, seharusnya jika nitrat padat dipanaskan uap NO2 berwarna
cokelat kemerahan disertai uap asam nitrat , H2SO4 encer tidak beraksi dengan NO32IV.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
o
Dari hasil percobaan yang termasuk anion diuji dengan uji sulfat pereduksi dan
oksidasi, serta uji dengan AgNO3.
Yang termasuk anion diantaranya; CO32-, HCO3-, SO32-, S2O32-, S2-, NO2-, SCN-,Cl-, Br-,
F-, I-, NO3-, ClO3-, SO42-, PO43-, CrO42-, CH3COO-, (COO)22-
PERCOBAAN IV
EKSTRAKSI PELARUT
I.
PENDAHULUAN
C1
Kd
= koefisien distribusi/partisi
Kd = c2/c1
Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat zat terlarut dan
temperature
1.2 Tujuan
o
II.
METODE PERCOBAAN
b.
Pelarut CHCL3
c.
Akuades
d.
e.
Kanji
Ulangi langkah no 5 sampai tak terdengar bunyi gas keluar saat membuka kran
Setelah selesai digojog, segera buka tutup corong lalu pisahkan kedua lapisan melalui kran
dan tamping lapisan bawah dengan gelas piala sedangkan lapisan atas dengan labu
Erlenmeyer
Titrasi larutan y dengan larutan Na2S2O3 0,1M dengan indicator kanji
Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan
Hitung berat I2 yang tersisa dalam lapisan air setelah ektraksi
B. Ektraksi sekaligus
Masukan 10mg iod kedalam tabung reaksi yang berisi 12ml akuades, dikocok dan perhatikan
warna larutan kemudian masukan kedalam corong pisah
Masukan 6ml CCl4 kedalam corong pisah yang berisi larutan iod tadi
Dipasang sumbat corong pisah dan pegang corong dengan posisi ibu jari kanan menekan
tutup dan jari kiri memegang kran
Buka kran sebentar , tutup kran kembali dan gojoglah
Buka kran sebentar , tutup kembali lalu gojog
Ulangi langkah no 5 sampai tak terdengar bunyi gas keluar saat membuka kran
Setelah selesai digojog, segera buka tutup corong lalu pisahkan kedua lapisan melalui kran
dan tamping lapisan bawah dengan gelas piala sedangkan lapisan atas tetap di corong
pisah
Tambahkan lagi 2ml CCl4 yang kedua kedalam corong pisah kemudian lakukan lakukan
seperti langkah 3-7
Tambahkan lagi 2ml CCl4 yang ketiga kedalam corong pisah kemudian lakukan lakukan
seperti langkah 3-7
Setelah selesai digojog, segera buka tutup corong lalu pisahkan kedua lapisan melalui kran
dan tampung lapisan bawah dengan gelas piala sedangkan lapisan atas dengan labu
Erlenmeyer
III.
PEMBAHASAN
Ekstraksi adalah tahap pemurnian dan pemisahan yang didasarkan pada kelarutan suatu zat
dalam plarut yang mempunyai daya melarutkan senyawa yang diinginkan.
Percobaan ekstraksi pelarut ini menggunakan pelarut klorofrom (CHCl3) wujudnya
pada suhu ruang berupa cair, namun mudah menguap. Memiliki massa molar sebesar 119,88
gr/mol, densitas 1,48 gr/m3, titik lebur -63,5o c, titik didih 6112o c, bentuk molekul tetra
hedral, kelarutan dalam air
0,8gr/100ml di 200c.
Pada percobaan ini butiran I2 yang dicampur dengan air mula-mula tidak larut karenya
I2 berdifusi pada akuades, ketidak larutan ini karena air bersifat polar sedangkan I 2 bersifat
nonpolar, sehingga kedua zat tidak larut sempurna. Percobaan ini dilakukan dua tahap yaitu
ekstraksi sekaligus dan ekstraksi bertahap.
Tahap pertama yaitu dengan 6mL CHCl3 dari hasil pengamatan ini terbentuk 2 pasa, hal ini
disebabkan karena molekul-molekul CHCl3 akan saling menjauh untuk memberi tempat pada
molekul-molekul I2, sehingga molekul-molekulnya akan memisah. Larutan I2 berada di bawah
corong, hal ii disebabkan kaerena berat jenis larutan lebih beras dibandingkan dengan CHCl 3.
maka bagian bawah corong I2 selanjutnya dilakukan titrasi agar konsentrasinya diketahui.
Ekstraksi sekaligus ini membutuhkan larutan Na2s2o3 0,1m untuk mencapai titik ekivalenya.
Tahap kedua yaitu ekstrasi bertahap, yaitu menambahkan 2ml CHCl3 dengan 3kali
pengulangan, hal ini untuk menentukan iodin yang di perkirakan masih tercampur. Akan
tetapi pada tahap ini terjadi kesalahan, ketika di titrasi tidak terjadi perubahan sedikitpun. Hal
ini dimungkinkan bahwa larutan yang mengandung I 2 telah terdistribusi oleh CHCl3, sehingga
dengan penambahan larutan kanji dalam jumlah besarpun tidak ada perubahan berat molekui
I2 pada ekstraksi langsung sebesar 25,4gr, sedangkan pada ekstraksi bertahap tidak di temukan
berat molekulnya karena tidak adanya perubahan pada pada Na2S2O3.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
o Ekstraksi bertahap lebih efektif karena larutan lebih bersih dari pengotor, namun pada
praktikum kali ini tidak di dapatkan bobot I2. hal ini dapat di sebabkan oleh beberapa
factor, diantaranya adalah karena I2 terdistribusi dalam CHCl3, human elor, alat yang
kurang bersih dll.
o