Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU KIMIA

PERCOBAAN 7
UJI WARNA NYALA

Disusun oleh:
Hanna Angelina 171444040
Kelompok 10

Dosen Pengampu:
1. Johnsen Harta, M.Pd
2. Risnita Vicky Listyarini, M.Sc
Asisten Dosen:
1. Clarentia Dwivani
2. Elni Meilianti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA
SEMESTER GASAL 2017/2018
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU KIMIA
A. Judul Praktikum
Uji Warna Nyala
B. Hari dan Tanggal Praktikum
Senin, 4 Desember 2017
C. Tujuan Percobaan
Mendeteksi keberadaan suatu ion logam, berdasarkan karakteristik masing-masing
spektrum emisi warna nyala.
D. Landasan Teori
1. Logam Alkali
Logam alkali merupakan logam yang sangat reaktif. Dalam sistem periodik,
unsur-unsur logam alkali terdapat pada golongan IA dengan anggotanya adalah
litium (Li), natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb), sesium (Cs), dan fransium
(Fr). “Alkali” berasal dari bahasa Arab yang berarti pembentuk basa. Logam Li,
Na, dan K berwarna putih menilap, sedangkan Cs berwarna kuning keemasan.
Semua logam alkali merupakan logam lunak dan mempunyai daya hantar listrik
dan panas yang baik [CITATION Hil04 \p 7 \l 14345 ].
2. Logam Alkali Tanah
Logam alkali tanah dalam sistem periodik unsur terletak pada golongan IIA
yang terdiri atas berillium (Be), magnesium (Mg), kalsium (Ca), stronsium (Sr),
Barium (Ba), dan radium (Ra). Radium merupakan unsur radioaktif. Kecuali
berillium, semua logam alkali tanah merupakan logam yang tergolong reaktif
meskipun kurang reaktif dibandingkan logam alkali, mempunyai kilap logam,
relatif lunak, serta dapat menghantarkan panas dan listrik dengan baik [CITATION
Cha05 \p 247 \l 14345 ].
3. Spektrum
Spektrum dapat dikatakan sebagai deretan warna-warna atau sinar hasil
penguraian sinar jamak. Spektrum dibedakan atas spektrum kontinu dan spektrum
diskontinu. Spektrum kontinu adalah deretan sinar yang tidak terputus-putus,
misalnya spektrum sinar matahari. Spektrum diskontinu adalah deretan sinar yang
terputus-putus, misalnya spektrum unsur (Emeleus dan Sharpe, 1969, p. 159).
1
4. Model Atom Niels Bohr
Niels Bohr mengajukan teori atom Bohr ini pada tahun 1915. Model atom Bohr
terbentuk seperti tata surya, dengan elektron yang berada di lintasan peredaran
(orbit) mengelilingi inti bermuatan positif yang ukurannya sangat kecil. Gaya
gravitasi pada tata surya secara matematis dapat diilustrasikan sebagai gaya
Coulomb antara nukleus (inti) yang bermuatan positif dengan elektron bermuatan
negatif [CITATION Kra12 \p 39 \l 14345 ].
5. Proses Eksitasi
Proses eksitasi adalah penambah sejumlah tertentu diskrit energi (energi
eksitasi) sebagai sistem seperti atom atau molekul, inti atom sehingga dapat
menghasilkan perubahan. Umumnya dari kondisi energi yang paling terendah (di
tingkat dasar) pada salah satu energi yang lebih tinggi (keadaan tereksitasi)
(Kuniawan, 2016).
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Pemanas bunsen d. Sumpit kayu
b. Tabung reaksi e. Gunting
c. Rak tabung reaksi f. Kawat nikrom
2. Bahan
a. LiCl 0,2 M f. SrCl2 0,2 M
b. NaCl 0,2 M g. CuCl2 0,2 M
c. KCL 0,2 M h. HCl 3 M
d. CaCl2 0,2 M i. Sampel tidak diketahui
e. BaCl2 0,2 M

2
F. Prosedur Kerja
1. Uji Warna Nyala

Menggunakan Dibuat bulatan di Kawat dililitkan pada


gunting, kawat nikrom bagian ujung dari ujung sumpit kayu untuk
dipotong 10 cm. kawat. membuat pegangan

Kawat Kemudian dipanaskan di api


dimasukkan (hingga memerah) untuk Kawat dicelupkan
kedalam setiap membersihkan (menghilangkan kedalam larutan
larutan ion logam kontaminan logam). HCl 3 M

Sebelum melakukan uji untuk


Kawat dipanaskan pada api larutan logam yang lain, kawat
untuk mengamati nyala api, dan dibersihkan agar tidak terjadi
catat hasilnya. kontaminasi.

2. Sampel tidak Diketahui

Menggunakan Dibuat bulatan di Kawat dililitkan pada


gunting, kawat nikrom bagian ujung dari ujung sumpit kayu untuk
dipotong 10 cm. kawat. membuat pegangan

Kawat Kemudian dipanaskan di api


dimasukkan (hingga memerah) untuk Kawat dicelupkan
kedalam setiap membersihkan (menghilangkan kedalam larutan
larutan ion logam kontaminan logam). HCl 3 M

Kawat dipanaskan pada api Sebelum melakukan uji untuk


untuk mengamati nyala api, dan larutan logam yang lain, kawat
tentukan jenis ion logam dibersihkan agar tidak terjadi
berdasarkan warnanya. kontaminasi.

Catatan :
1. Hati-hati dengan pemanas bunsen.
2. Kacamata pelindung digunakan.
3
3. Api dimatikan jika pengujian telah selesai.
4. Ba2+ dan Sr2+ memiliki nyala yang cepat, sehingga perlu hati-hati dalam
mengamati warna nyala.
5. Bulatan dibuat di bagian ujung kawat nikrom untuk membuat kawat
mendapatkan lebih banyak larutan.
6. Ion natrium ditunjukkan dengan warna kuning yang lama, walaupun hanya
dengan jumlah yang sedikit. Oleh karena itu, hati-hati untuk tidak
mengkontaminasi larutan dengan ion natrium dan pengujian ion natrium
dilakukan di akhir semua pengujian.
G. Data Percobaan
1. Pembutan larutan KCl 0,2 M dari padatan
Massa KCl 1000
M = x
Mr mLlarutan
masa KCl 1000
0,2 M = x
74,5 gr /mol 25 mL
Massa KCl = 0,37 gram
2. Pembutan larutan LiCl2 0,2 M dari padatan
Massa LiCl 2 1000
M = x
Mr mLlarutan
masa LiCl 2 1000
0,2 M = x
42,39 gr /mol 25 mL
Massa LiCl2 = 0,21 gram
3. Pembuatan NaCl 0,2 M dari padatan
Massa NaCl 1000
M = x
Mr mLlarutan
masa NaCl 1000
0,2 M = x
58,44 gr /mol 50 mL
11,69 = 20 x massa NaCl
Massa NaCl = 0,58 gram
4. Pembuatan CaCl2 0,2 M dari padatan
MassaCaCl2 1000
M = x
Mr mL larutan

4
masaCaCl2 1000
0,2 M = x
110,98 gr /mol 25 mL
Massa CaCl2 = 0,55 gram

5. Pembuatan larutan CuCl2.2H2O 0,2 M dari padatan


MassaCuCl 2 .2 H 2 O 1000
M = x
Mr mLlarutan
masaCuCl 2 . 2 H 2 O 1000
0,2 M = x
170,48 gr /mol 25 mL
Massa CuCl2 = 0,85 gram
6. Pembuatan larutan BaCl2 0,2 M dari padatan
Massa BaCl2 . 2 H 2 O 1000
M = x
Mr mLlarutan
masa BaCl2 .2 H 2 O 1000
0,2 M = x
244,28 gr /mol 25 mL
Massa BaCl2 = 1,22 gram
7. Pembuatan larutan SrCl2 0,2 M dari padatan
Massa SrCl2 . 6 H 2 O 1000
M = x
Mr mLlarutan
masa SrCl 2 . 6 H 2 O 1000
0,2 M = x
266,62 gr /mol 25 mL
Massa SrCl2 = 1,34 gram
8. Pembuatan larutan HCl 0,2 M dari larutan pekat
10 x ρ x %
M =
Mr
10 x 1,015 x 36 %
M = = 10,15 M
36
M1 V1 = M2 V2
10,15 V1 = 3 x100
300
V1 = = 29,57 mL = 30 mL
10,15

5
Mr Titik Titik didih Desnsitas
Sampel Warna Nyala
(gr/mol) lebur (oC) (oC) (gram/mL)
LiCl 47,39 605oC 1382 oC 2,07 Merah
NaCl 58,44 801oC 1413 oC 2,16 Orange
KCl 74,55 770oC 1420 oC 1,984 Ungu
CaCl2 110,98 772oC 1935 oC 2,15 Merah
BaCl2 244,28 962oC 1560 oC 3,86 Hijau kekuningan
SrCl2 266,62 874oC 1250 oC 3,05 Merah
CuCl2 170,48 498oC 993 oC 3,39 Hijau toska
Sampel - - - - Hijau kekuningan

H. Pembahasan
Sebelum melakukan praktikum uji warna nyala, terlebih dahulu membuat beberapa
larutan yang akan digunakan pada praktikum uji warna nyala, yaitu larutan LiCl, NaCl,
KCl, CaCl2, BaCl2, SrCl2, CuCl2, dan HCl. Cara pembuatan beberapa larutan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan Larutan dari Padatan
Larutan dari bahan padat yang akan dibuat dalam praktikum ini adalah larutan
LiCl, NaCl, KCl, CaCl2, BaCl2, SrCl2, dan CuCl2. Dalam membuat larutan dari
bahan padat tersebut, terlebih dahulu menghitung massa padatan yang digunakan
untuk membuat larutan tersebut. Dalam praktikum ini, dibutuhkan 0,2 M untuk
masing-masing larutan. Adapun cara untuk menghitung larutan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pembutan larutan KCl 0,2 M dari padatan
Massa KCl 1000
M = x
Mr mLlarutan
masa KCl 1000
x
0,2 M = gr 25 mL
74,5
mol
Massa KCl = 0,37 gram
b. Pembutan larutan LiCl2 0,2 M dari padatan
Massa LiCl 2 1000
M = x
Mr mLlarutan

6
masa LiCl 2 1000
x
0,2 M = gr 25 mL
42,39
mol
Massa LiCl2 = 0,21 gram
c. Pembuatan NaCl 0,2 M dari padatan
Massa NaCl 1000
M = x
Mr mLlarutan
masa NaCl 1000
x
0,2 M = gr 50 mL
58,44
mol
Massa NaCl = 0,58 gram
d. Pembuatan CaCl2 0,2 M dari padatan
MassaCaCl2 1000
M = x
Mr mL larutan
masaCaCl 2 1000
x
0,2 M = 110,98 gr 25mL
mol
Massa CaCl2 = 0,55 gram
e. Pembuatan larutan CuCl2 0,2 M dari padatan
MassaCuCl 2 .2 H 2 O 1000
M = x
Mr mLlarutan
masaCuCl 2 . 2 H 2 O 1000
x
0,2 M = gr 25 mL
170,48
mol
Massa CuCl2 = 0,85 gram
f. Pembuatan larutan BaCl2 0,2 M dari padatan
Massa BaCl2 . 2 H 2 O 1000
M = x
Mr mLlarutan
masa BaCl2 .2 H 2 O 1000
x
0,2 M = gr 25 mL
244,28
mol
Massa BaCl2 = 1,22 gram
g. Pembuatan larutan SrCl2 0,2 M dari padatan

7
Massa SrCl2 . 6 H 2 O 1000
M = x
Mr mLlarutan
masa SrCl 2 . 6 H 2 O 1000
x
0,2 M = gr 25 mL
266,62
mol
Massa SrCl2 = 1,34 gram
Setelah didapatkan jumlah padatan yang akan digunakan, selanjutnya padatan
tersebut dilarutkan dalam akuades hingga volumenya mencapai 25 mL. Setelah
larutan selesai dibuat, larutan tersebut diberi label untuk membedakan larutan yang
satu dengan larutan lainnya.

Gambar 1. Larutan yang Digunakan

8
2. Pembuatan Larutan dari Larutan Pekat
Larutan yang dibuat dengan larutan pekat adalah larutan HCl 3 M.
Untuk membuat larutan tersebut, terlebih dahulu dilakukan pengukuran atau
perhitungan untuk menentukan volume yang digunakan dalam praktikum
dengan perhitungan sebagai berikut:
Pembuatan larutan HCl 0,2 M dari larutan pekat
10 x ρ x %
M =
Mr
10 x 1,015 x 36 %
M = = 10,15 M
36
M1 V1 = M2 V2
10,15 V1 = 3 x100
300
V1 = = 29,57 mL = 30 mL
10,15
Setelah diketahui volume yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah
membuat larutan tersebut. Untuk mengambil larutan, harus digunakan masker
dan sarung tangan sebagai alat perlindungan diri. Ketika mencampur antara
larutan HCl dengan akuades maka gelas kimia diisi dengan akuades terlebih
dahulu. Pencampuran ini menghasilkan reaki eksotermis sehingga suhu pada
gelas kimia cukup tinggi.

Gambar 2. Larutan HCl 3 M


3. Pengujian Warna Nyala Pada Masing-Masing Larutan Logam Alkali
Larutan logam alkali yang akan diuji pada praktikum kali ini adalah larutan
LiCl, NaCl, KCl, CaCl2, BaCl2, SrCl2, dan CuCl2. Hal yang pertama dilakukan

9
adalah memotong 10 cm kawat nikrom dan melilitkannya pada sebuah sumpit
bambu. Setelah itu, kawat dicelupkan pada larutan HCl dan dipanaskan hingga
kawat berwarna merah. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kontaminan
yang terdapat pada kawat. Kemudian, kawat dicelupkan pada setiap larutan
yang akan diuji. Pada percobaan ini menggunakan garam-garam klorida dari
golongan logam alkali dan alkali tanah karena garam-garam ini mampu
membentuk garam-garam klorida yang ketika di bakar dapat menunjukkan
warna yang spesifik (Pratama, 2012).
a. Larutan LiCl
Larutan pertama yang dilakukan uji warna nyala adalah larutan LiCl.
Sebelum melakukan pengujian, kawat dibersihkan dari kontaminan dengan
menggunakan larutan HCl dan dipanaskaan hingga kawat berwarna merah.
Selanjutnya, kawat dimasukkan ke dalam larutan LiCl hingga seluruhnya
mengenai larutan LiCl. Kawat diletakkan di atas bunsen sambil diamati
warna nyala yang dihasilkan. Warna yang didapatkan adalah warna merah.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa litium mempunyai
warna nyala yang berwarna merah [ CITATION Sud07 \l 14345 ].

Gambar 4. Warna Nyala Larutan LiCl


b. Larutan NaCl
Kawat dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan HCl dan dipanaskan
hingga kawat berwarna merah untuk menghilangkan kontaminan dari
larutan LiCl yang diuji sebelumnya. Setelah itu, kawat dicelupkan ke dalam
larutan NaCl dan diamati warna nyalanya. Didapatkan warna nyala kuning

10
dan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa warna nyala natrium
adalah kuning [ CITATION Oxt08 \l 14345 ].

Gambar 5. Warna Nyala Larutan NaCl


c. Larutan KCl
Kawat dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan HCl dan dipanaskan
hingga kawat berwarna merah untuk menghilangkan kontaminan dari
larutan NaCl yang diuji sebelumnya. Setelah itu, kawat dicelupkan ke
dalam larutan KCl dan diamati warna nyalanya. Didapatkan warna nyala
ungu dan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa warna nyala natrium
adalah ungu [ CITATION Whi10 \l 14345 ].

Gambar 6. Warna Nyala Larutan KCl


d. Larutan CaCl2
Kawat dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan HCl dan dipanaskan
hingga kawat berwarna merah untuk menghilangkan kontaminan dari
larutan KCl yang diuji sebelumnya. Setelah itu, kawat dicelupkan ke dalam
larutan CaCl2 dan diamati warna nyalanya. Didapatkan warna nyala oranye

11
dan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa warna nyala natrium
adalah oranye [ CITATION Cha05 \l 14345 ].

Gambar 7. Warna Nyala Larutan CaCl2


e. Larutan BaCl2
Kawat dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan HCl dan dipanaskan
hingga kawat berwarna merah untuk menghilangkan kontaminan dari
larutan CaCl2 yang diuji sebelumnya. Setelah itu, kawat dicelupkan ke
dalam larutan BaCl2 dan diamati warna nyalanya. Didapatkan warna nyala
hijau dan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa warna nyala natrium
adalah hijau [ CITATION Sum06 \l 14345 ].

Gambar 8. Warna Nyala Larutan BaCl2


f. Larutan SrCl2
Kawat dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan HCl dan dipanaskan
hingga kawat berwarna merah untuk menghilangkan kontaminan dari
larutan BaCl2 yang diuji sebelumnya. Setelah itu, kawat dicelupkan ke
dalam larutan SrCl2 dan diamati warna nyalanya. Didapatkan warna nyala

12
merah dan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa warna nyala
natrium adalah merah [ CITATION Les10 \l 14345 ].

Gambar 9. Warna Nyala Larutan SrCl2


g. Larutan CuCl2
Kawat dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan HCl dan dipanaskan
hingga kawat berwarna merah untuk menghilangkan kontaminan dari
larutan CuCl2 yang diuji sebelumnya. Setelah itu, kawat dicelupkan ke
dalam larutan BaCl2 dan diamati warna nyalanya. Didapatkan warna nyala
hijau kebiruan dan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa warna
nyala natrium adalah hijau kebiruan [ CITATION Cha05 \l 14345 ].

Gambar 10. Warna Nyala Larutan CuCl2


4. Pengujian Warna Nyala pada Sampel Tidak Diketahui
Kawat dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan HCl dan dipanaskan hingga
kawat berwarna merah untuk menghilangkan kontaminan dari larutan CuCl 2
yang diuji sebelumnya. Setelah itu, kawat dicelupkan ke dalam larutan sampel
yang tidak diketahui dan diamati warna nyalanya. Didapatkan warna nyala

13
hijau kebiruan dan sesuai dengan teori, larutan tersebut merupakan larutan
CuCl2 karena memiliki warna nyala yang sama.

Gambar 11. Warna Nyala Larutan Sampel


I. Diskusi
1. Spektrum emisi hidrogen adalah spektrum garis. Apa maksud pernyataan ini ?
Jawab:
Spektrum garis adalah spektrum pancar atom yang terjadi dalam farasa gas, tidak
menunjukkan spektrum panjang gelombang kontinyu yang merentang dari merah
sampai violet, namun atom hanya memnacarkan cahaya pada panjang (gelombang
yang khas).
2. Jika ion logam tidak menunjukkan warna atau menunjukkan warna yang sama
dengan ion logam lainnya dalam uji nyala, bagaimana cara Anda untuk dapat
menganalisisnya?
Jawab:
Cara untuk menganalisisnya adalah dengan metode analisis lainnya seperti
direaksikan dengan pereaksi tertentu yang dapat mendeteksi kandungan ion logam
dalam sebuah larutan dan dapat diidentifikasi berdasarkan warna endapan, bau dan
lain sebagainya.
3. Berdasarkan data warna nyala yang diperoleh, mengadung ion logam apakah
sampel yang tidak diketahui ?
Jawab:
Dari warna nyala sampel didapatkan berwarna hijau kekuningan dan lebih dominan
berwarna hijau sehingga menurut kami sampel tersebut mengandung ion logam Cu
atau tembaga.

14
J. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
keberadaan suatu ion logam dapat dideteksi berdasarkan karakteristik masing-masing
spektrum emisi warna nyala.
K. Daftar Pustaka
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Emeleus, H. J., & Sharpe, A. G. (1969). Advances in Inorganic Chemistry and
Radiochemistry. London: Academic Press.
Hill, J. (2004). Sodium and The Alkali Metals. Oxford: Harcourt Education.
Kragh, H. S. (2012). Niels Bohr and The Quantum Atom: The Bohr Model of Atomic
Structure 1913-1925. Oxford: Oxford University Press.
Kurniawan, Aris. 2006. Pengertian Ionisasi, Disosiasi, dan Eksitasi beserta
Contohnya. http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-ionisasi-disosiasi-dan-
eksitasi-beserta-contohnya/. Diakses tanggal 7 Desember 2017.
Lestari, S. (2010). Mengurai Sistem Periodik Unsur. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Campion, A. (2008). Principles of Modern Chemistry
6th Edition. Belmont: Thomson Higher Education.
Pratama, Ganda R. 2012. Laporan Reaksi Nyala Alkali dan Alkali Tanah.
http://www.fabrian.web.id/2012/03/laporan-reaksi-nyala-alkali-dan-alkali-
tanah.html. Diakses tanggal 7 Desember 2017.
Sudarmo, U. (2007). Kimia. Jakarta: Erlangga.
Sumardjo, D. (2006). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Whikun. (2010). Radioaktivitas pada Perairan Pesisir Cilacap. Jakarta: Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai