Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
D. PROSEDUR KERJA
1. Uji Molisch
a. 5 tabung reaksi disiapkan.
b. 2 mL larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan laktosa) dan larutan sampel
x, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.
c. 2 tetes α -naftol 1,5 M ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d. 2 mL larutan H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
e. Dicatat dan diamati perubahan yang terjadi.
1. Uji Tollens
a. 3 tabung reaksi yang bersih disiapkan.
b. 2 mL pereaksi tollens dimasukkan ke dalam masing-masing tabung.
c. 5 tetes larutan glukosa, sukrosa, dan larutan sampel x ditambahkan ke dalam
tabung reaksi yang berbeda.
d. Dicatat dan diamati perubahan yang terjadi.
2. Uji Benedict
a. 5 tabung reaksi yang bersih disiapkan.
b. 5 mL larutan benedict dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
c. 5 tetes larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan laktosa) dan larutan
sampel x ditambahkan ke dalam masing-,masing tabung reaksi.
d. Tabung reaksi dipanaskan dalam air yang mendidih.
e. Perubahan warna dari masing-masing tabung diamati dan dicatat.
3. Uji Osazon
a. 4 tabung reaksi yang bersih disiapkan.
b. 2 mL larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan laktosa) dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berbeda.
c. 15 tetes larutan fenilhidrazin ditambahkan ke dalam masing-masing tabung.
d. Campuran diaduk dengan baik.
e. Tabung reaksi disumbat dengan menggunakan kapas.
f. Tabung reaksi dipanaskan dalam air yang mendidih selama 30 menit.
g. Tabung reaksi didinginkan dan kemudian disaring dengan kertas saring.
h. Perubahan yang terjadi dicatat.
4. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
a. 1 tabung reaksi besar disiapkan.
b. 10 mL sukrosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi..
c. 10 mL HCl 10 % ditambahkan ke dalam tabung reaksi.
d. Tabung teaksi dipanaskan dalam air yang mendidih selama 50 menit.
e. Larutan dalam tabung reaksi besar didinginkan.
f. Larutan ditambahkan NaOH 10 % hingga netral (diuji dengan kertas lakmus).
g. 1 mL larutan benedict ditambahkan dalam tabung reaksi besar.
h. Tabung reaksi besar dipanaskan.
i. Perubahan yang terjadi dicatat.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Molisch
No Aktivitas Hasil
2. Uji Tollens
No Aktivitas Hasil
.
3. Uji Benedict
No Aktovitas Hasil
.
4. Uji Osazon
No Aktivitas Hasil
No Aktivitas Hasil
G. PEMBAHSAN
Percobaan reaksi karbohidrat pada umumnya dilakukan untuk dapat
mengetahui pereaksi-peraksi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
karbohidrat. Aadapun tujuan dari percobaan ini yaitu mahasiswa diharapkan dapat
membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi dan dapat
membedakan antara gula disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas dan tidak bebas. Beberapa percobaan
yang dilakukan uaitu Uji Molisch, Uji Tollens, Uji Benedict, Uji Osazon dan
Hidrolisis Sukrosa oleh asam.
1. Uji Molisch
UJI molisch digunakan untuk mengientifikasi adanya senyawa karbohidrat
dalam suatu smampel dan uji ini dapat mengidentifikasi semua senyawa
karbohidrat. Dalam percobaan ini digunakan gula yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa
laktosa dan gula x. Masing-masing larutan tersebut ditambahkan larutan α -naftol
yang berfungsi untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam sampel dan
menghasilkan larutan bening. Kemudian masing-masing larutan ditambahkan
H2SO4 pekat melalui dinding-dinding tabung, pencampuran gula dilakukan
dengan hati-hati agar antara gula dengan asam sulfat tidak tercampur. Setelah
penambahan H2SO4 pekat larutan berwarna bening dan terdapat endapan, hal ini
tidak sesuai dengan teori yang seharusnya terbentuk cincin ungu antara dua
lapisan yang menandakan terjadinya reaksi furfural dengan α -naftol.
Adapun reaksi yang seharusnya terjadi:
a. Glukosa
b. Fruktosa
c. Laktosa
d. Sukrosa
2. Uji Tollens
Pereaksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi atau
bukan. Gula pereduksi akan membentuk cermin perak setelah direaksikan dengan
pereaksi Tollens. Larutan gula yang digunakan yaitu glukosa, sukrosa dan gula x .
Hasil yang diperoleh yaitu tabung yang berisi glukosa terbentuk cermin perak dan
tabung yang berisi sukrosa dan gula x tidak terbentuk. Hal ini telah sesuai dengan
teori bahwa glukosa adalah gula pereduksi yang memiliki gugus aldehid. Sukrosa
tidak membentuk cermin perak karena merupakan gula non-pereduksi memiliki
ikatan antara hemiasetal-hemiketal dan begitu juga dengan gula x yang kuat maka
tidak mudah terurai dan susah untuk tereduksi.
a. Glukosa
b. Sukrosa
3. Uji Benedict
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan antara gula pereduksi dengan
gula non pereduksi. Percobaan ini digunakan larutan glukosa, fruktosa, sukrosa,
laktosa dan gula x. Penambahan Benedict ke masing-masing gula menghasilkan
larutan berwarna biru. Gula yang merupakan gula pereduksi akan menghasilkan
endapan merah bata sedangkan gula non-pereduksi tidak. Semua larutan gula
dipanaskan untuk mempercepat reaksi antara gula dan Benedict. Hasil yang
didapatkan yaitu larutan glukosa, fruktosa, laktosa dan gula x menghasilkan
endapan merah bata, berarti keempatnya merupakan gula pereduksi. Keempat
larutan tersebut dapat dioksidasi oleh Cu karena glukosa mengandung gugus
aldehid, fruktosa mengandung gugus keton dan laktosa memiliki ikatan
hemiasetal yang bebas sehingga dapat dioksidasi oleh endapan Benedict (Cu++)
menjadi CuO2 yang berupa endapan merah bata, sedangkan sukrosa tidak
menghasilkan endapan karena ikatan hemiasetal dan hemiketal tidak bebas
sehingga ikatannya kuat dan sukar untuk dioksidasi oleh Cu++ pada pereaksi
Benedict.
Adapun reaksi yang terjadi:
a. Glukosa:
b. Fruktosa
c. Laktosa:
d. Sukrosa:
4. Uji Osazon
Uji osazon digunakan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi.
Dalam pengujian digunakan larutan gula yaitu glukosa, fruktosa, laktosa dan
sukrosa yang ditambahkan dengan fenilhidrazin yang akan menyediakan gugus
hidrazin yang mengikat gugus aldehid atau keton pada gula pereduksi. Gula
monosakarida (gula pereduksi) dengan penambahan fenilhidrazin berlebih akan
menghasilkan hablur berwarna kuning dan disakarida yang memiliki hemiasetal
atau hemiketal yag bebas, akan menjalani reaksi sejenis dengan fenilhidrazin
membentuk hablur berwarna kuning. Kemudian dilakukan pemanasan untuk
mempercepat reaksi. Penutupan pada mulut tabung dilakukan untuk mengurangi
penguapan agar uap larutan tidak keluar dari tabung karena pemanasan. Uji positif
yang terjadi pada glukosa, sukrosa dan laktosa dimana terbentuk hablur warna
kuning yang disebut osazon. Glukosa, sukrosa dan laktosa menghasilkan larutan
berwarna kuning, sedangkan fruktosa menghasilkan larutan tidak berwarna. Hal
ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya Fruktosa juga dapat membentuk
ozason jika ditambahkan fenilhidrazin.
d. Sukrosa
Azhar, Minda. 2016. Biokimia sel Karbohidrat, Protein, dan Enzim. Padang: UNP
Press.
Lestari Indah dan Eka safitri Lavenia. 2017. Penentuan Karbohidrat pada Pisang
kepok kuning atau putih sebelum dan sesudah sirebus untuk dikomsumsi
penderita diabetes. Jurnal Sains. Vol. 7 No. 13
Mukti, kana satria Arif., Ninna Rohmawati dan Sulistyani. 2018. Analisis
Kandungan Karbohidrat, Glukosa, dan uji daya terima pada nasi pbakar,
nasi panggang, dan nasi biasa. Jurnal Agroteknologi. Vol. 12 No. 1
Sari, Nurmala. 2019. The use of glucose syrup as product of selulosa Hidrolysze
from the jackfruit rags (Artocarpus heteropylus lamk) as Sweetner on
canadas production from the coconut plam. Journa Of Pharmaceutical and
Sciences. Vol. 2 No. 1
Smith, Michael B dan March Jerry. 2007. Marc’s Advance Organik Chemistry.
New Jerssy: John Wiley and Sons Inc.
JURNAL PERCOBAAN
LAPORAN SEMENTARA
JAWABN PERTANYAAN
1. tulis persamaan reaksi yang dapat menyatakan hasil pengujian tollen terhadap
glukosa
Jawab:
3. tulis rumus molekul sukrosa dan terangkan mengapa dapat menunjukkan hasil
seperti diatas terhadap pereaksi tollen dan benedict
Jawab: Rumus molekul sukrosa adalah C11H22O11. Hasil reduksi antara sukrosa
dengan tollens tidak terbentuk cincin perak pada pengujian benedict juga tidak
terdapat endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena pada sukrosa tidak
terdapat gugus aldehid atau gugus keton bebas yang dapat mereduksi tiap ion
anorganik pada pereaksi Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang
mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Begitupun pada pereaksi tollens,
karena ikatan glikosida terbentuk dari hidroksil anomerik dari kedua satuan
monosakarida, sehingga sukrosa tidak menghasilkan cermin perak.
4. terangkan mengapa glukosa dan fruktosa menghasilkan osazon yang sama
Jawab: Glukosa dan fruktosa menghasilkan osazon yang sama karena
monosakarida – monosakarida tersebut mempunyai letak gugus H dan OH yang
sama yaitu pada atom karbon 3, 4 dan 5
6. apakah makna kalimat “hanya gugus asetil dapat dimasukkan ke dalam molekul
glukosa dan fruktosa”
Jawab: Makna kalimat “lima gugus asetil dapat dimasukkan ke dalam molekul
glukosa dan fruktosa” yaitu bahwa dari beberapa gugus asetil yang ada hanya lima
yang masuk ke dalam molekul glukosa dan fruktosa karena kedua gula tersebut
membentuk ikatan rangkap sehingga hanya lima asetil yang dapat diikat.
7. apakah makna kalimat “hanya delapan gugus asetil dapat dimasukkan kedalam
molekul sukrosa”, bukan sepuluh
Jawab: Maka kalimat “hanya delapan gugus asetil dapat dimasukkan ke dalam
molekul sukrosa” bukan sepuluh yaitu sukrosa memiliki dua cincin flural yang
mana masing – masing cincin mengikat empat gugus asetil, jadi jumlahnya ada
delapan. Dalam satu cincin hanya dapat mengikat empat gugus asetil karena
terdapat satu atom C yang berikatan rangkap dan yang satunya telah berikatan
sehingga hanya tersisa 4 tempat untuk gugus asetil untuk masing – masing cincin
flural.
8. gula apakah yang teradapat didalam larutan setelah dilakukan hidrolisis
terhadap sukrosa? Gula manakah yang mereduksi pereaksi benedict
Jawab: Gula yang terdapat di dalam larutan setelah dilakukan hidrolisis terhadap
sukrosa adalah glukosa dan fruktosa. Glukosa dan fruktosa dapat mereduksi
pereaksi benedict karena glukosa merupakan gula pereduksi yang memiliki gugus
aldehid bebas sedangkan fruktosa memiliki gugus keton bebas.
\