Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
[FeF6]3- + I-
Kemudian dilakukan penambahan KI terhadap larutan tersebut dan larutan
berwarna hijau, KI berfungsi sebagai penyedia I- yang akan bereaksi dengan Cu2+.
Reaksi:
2Cu2+ + 4I- 2CuI + I2
Larutan campuran kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 dan mendekati titik
akhir titrasi ditambahkan amilum dan dititrasi hingga larutan putih. Amilum
memiliki fungsi untuk mengidentifikasi bahwa titik akhir telah terjadi ditandai
hingga warna birunya hilang dengan larutan berubah menjadi putih susu. Jika titik
akhir titrasi telah terjadi maka melewati titik ekivalen artinya semua iod telah
direduksi oleh tiosulfat.
Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan tujuan agar data yang
diperoleh lebih akurat. Volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi berturut-
turut adalah 5 mL, 6 mL dan 6 mL dan volume rata-ratanya 5,67 mL dengan
kadar Cu 1,67 mg/mL. Artinya dalam 1 mL sampel terdapat 1,67 mg Cu.
Hasil yang diperoleh jauh berbeda ketika sampel B tidak ditambahkan
NaF, karena pada sampel B ketika ditambahkan dengan NaF mampu
menghilangkan inteferensi Fe. Dan jika kadar sampel B + NaF dibandingkan
dengan sampel A perbedaan kadarnya sangat sedikit, dikarenakan sampel A tidak
terdapat inteferensi Fe.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penentuan
kadar Cu dalam suatu sampel dapat dilakukan dengan metode titrasi iodometri.
Kadar Cu dalam sampel A yaitu 2,16 mg/mL dan kadar Cu dalam sampel B yaitu
6,214 mg/mL. Penentuan kadar Cu dalam sampel B yang ditambah NaF adalah
1,67 mg/mL karena inteferensi Fe (III) telah diikat oleh NaF.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, M. Sodik., Endang Budiasih., Hayuni Retno Widarti dan Munzil. 2004.
Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri Malang
Novitriani, Korry, Dina Sucianawati. 2014. Analisa Kadar Iodium Pada Telur
Asin. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Volume 12 Nomor 1.