KIMIA ANORGANIK II
‘’IKATAN METALIK ’’
Dosen pengampuh:
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
SEMESTER / KELAS : IV /B
UNIVERSITAS KHAIRUN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Teori orbital molekular merupakan teori yang mampu menjelaskan bahwa ikatan kovalen
ternyata mampu menyediakan model ikatan metalik yang lebih komprehensif yang sering
disebut teori pita (band theory). Tataan atom-atom dalam kristal logam dapat ditafsirkan
dalam bentuk bola-bola keras, baik pada logam maupun ionik padatan. Selain itu teori pita
jug dapat menjelaskan mengenai sifat logam sebagai konduktor, semikonduktor dan isolator.
PEMBAHASAN
A. Ikatan Metalik
1. Model Ikatan Metalik
Dalam ilmu kimia, kita mengenal berbagai macam ikatan, salah satu di
antaranya ialah ikatan metalik. Teori ikatan metalik mana pun harus mampu
menjelaskan sifat utama logam, khususnya sifat hantaran listriknya yang sangat
tinggi. Selain itu, teori tersebut juga harus mampu menjelaskan sifat logam dalam hal
hantaran bahang (kalor) atau kondukstivitas termal dan sifat pantulan atau
reflektivitas yang tinggi. Di antara teori ikatan metalik yang ada, yang paling
sederhana adalah model lautan elektron. Dalam model ini, setiap elektron valensi
mampu bergerak bebas di dalam tumpukan bangun logam, dan oleh karena itu dipakai
istilah lautan elektron, dan bahkan meninggalkannya sehingga menghasilkan ion
positif. Elektron valensi inilah yang membawa dan menyampaikan arus listrik.
Gerakan elektron valensi ini juga memindahkan bahang dalam logam. Kelemahannya,
model ini tidak menjelaskan sifat logam yang berkaitan dengan daya pantul yang
tinggi. Teori orbital molekular yang sangat unggul menjelaskan bahwa ikatan kovalen
ternyata mampu menyediakan model ikatan metalik yang lebih komprehensif.
Perluasan teori ini untuk logam sering disebut teori pita (band theory). Tataan atom-
atom dalam kristal logam dapat ditafsirkan dalam bentuk kemas bola-bola keras.
Tataan kemas(packing) merupakan hal yang umum, baik dalam logam maupun
senyawa ionic padatan. Dengan demikian, studi ikatan metalik memberikan wawasan
penghubung antara ikatan kovalen dan ikatan ionik.
Kombinasi antara dua orbital p dapat terjadi menurut dua cara, dan oleh
karena itu menghasilkan dua tipe orbital molekular. Cara “ujung” menghasilkan
orbital 𝜎p dan cara “samping” menghasilkan orbital 𝜋p ; dalam orbital π sumbu
ikat terletak pada satu nodal plane (bidang simpul).Jadi, tumpang tindih ikatan
tidak berimpit dengan sumbu ikatan. Dapat dipahami bahwa ikatan σ umumnya
lebih kuat daripada ikatan π karena tumpang-tindih ikatan_σ terletak pada sumbu
ikat. Bila kombinasi tumpang-tindih menghasilkan dua bidang simpul (yang saling
tegak lurus), hasilnya adalah ikatan δ; misalnya, kombinasi antara dua orbital 𝑑xy′
, atau dua orbital 𝑑𝑥 2−𝑦 2, atau kombinasi antara keduanya.
Pita energi tertinggi yang berisi penuh elektron disebut pita valensi. Pita energi
tertinggi berikutnya tempat elektron dapat menjelajah secara bebas sebagai
penghantar listrik disebut pita konduksi. Mengapa demikian? Pita konduksi terdiri
atas elektron-elektron yang disebut elektron konduksi yaitu elektron yang mempunyai
cukup energi sehingga tidak tertarik balik oleh tarikan ion positif; elektron-elektron
lainnya pada tingkat energi yang lebih rendah dalam pita konduksi membutuhkan
energi yang lebih besar untuk mencapai pita kosong dan umumnya tidak
berpartisipasi dalam sifat hantaran. Dalam pengaruh medan listrik, elektron konduksi
dipercepat ke arah medan dan hasilnya adalah aliran elektron. Pita konduksi ini ada
yang kosong, ada yang berisi elektron banyak, dan ada yang setengah penuh
sebagaimana ditemui pada logam.
Pita energi ada yang saling terpisah satu sama lain dengan menghasilkan celah
energi terlarang (forbidden energy gap). Celah energi antara pita valensi dengan pita
konduksi berperan penting dalam menentukan sifat hantaran listrik. Celah energi ini
ukurannya dapat lebar ataupun sempit. Celah yang lebar tidak
memungkinkan elektron melintasinya (yakni insulator) dan celah yang
sempit memungkinkan elektron melintasinya ke pita energi yang lebih tinggi sebagai
penghantar listrik (yakni konduktor). Adanya celah energy ini merupakan
konsekuensi sifat mekanika kuantum elektron, yaitu memungkinkan peluang
mendapatkan elektron dengan nilai nol. Selain itu, pita energi ada juga yang saling
tumpang tindih. Sifat hantaran listrik konduktor (logam), insulator (nonlogam), dan
semikonduktor dapat dijelaskan berdasarkan susunan pita-pita energi tersebut
dalam bahan yang bersangkutan.
Untuk logam-logam golongan 1, pita konduksi terdiri atas se-tengah pita isi
penuh elektron dan setengah pita kosong. Kedua bagian tengahan pita energi ini tentu
sangat dekat satu sama lain karena tidak ada celah energi, sehingga elektron-elektron
dalam pita konduksi ini dengan mudah mampu menjelajahi pita kosong sebagai
pembawa arus listrik.
Elektronelektron berperan dalam konduksi hanya jika berada dalam pita yang t
erisi secara parsial. Dalam pita yang terisi penuh dengan tanpa adanya pita kosong cu
kup dekat,elektronelektron hanya bergek saling bertukar tempat.
Dengan adanya pita energi tersebut sifat konduktivitas listrik suatu logam
secara sederhana dapat dijelaskan, yaitu bahwa sebuah electron mampu mencapai
ketingkat-tingkat energy orbital anti ikat yang kosong dengan energi yang sangat
sedikit lebih tinggi, dan kemudian bergerak bebas melalui struktur logam sebagai arus
listrik. Secara sama, sifat konduktivitastermal dapat dijelaskan oleh karena adanya
elektron-elektron bebas yang mampu membawa energi secara translasi
melalui seluruh bangun kristalnya.
Sifat metalik ternyata masih dapat dipertahankan pada fase cair; pada fase ini
adanya tumpang-tindih antar orbital yang menghasilkan sifat metalik seperti halnya
pada fase padatnya masih dapat dipertahankan, tetapi menjadi lenyap pada fase gas.
Jadi, titik didih suatu logam merupakan temperatur terjadinya pemutusan ikatan-
ikatan metalik dan ini merupakan petunjuk kekuatan ikatan metalik yang
bersangkutan. Sebagai contoh, natrium meleleh pada 98 0C tetapi baru mendidihpada
890 0C.
Teori orbital molekular yang menghasilkan pita energi dapat diterapkan tidak
hanya pada logam melainkan juga pada setiap bahan padatan karena orbital-orbital
dari atom-atom secara individu dapat saling mendekat untuk mengadakan tumpang-
tindih. Ukuran celah energi antara pita valensi dan pita konduksi bervariasi dalam
bahan yang berbeda. Dalam insulator, suatu bahan yang tidak menghantar listrik,
celah energi sedemikian lebar sehingga elektron dalam pita valensi tidak mungkin
dapat melintasinya. Oleh karena dalam insulator pita valensi penuh terisi elektron,
aliran elektron tidak mungkin berlangsung sehingga sifat konduksi tidak
terjadi.Dalam unsur semikonduktor, juga terdapat celah energi antara pita valensi dan
pita konduksi, namun celah ini lebih sempit dibandingkan dengan celah dalam
insulator. Bahkan pada temperatur kamar, beberapa elektron mempunyai energi yang
cukup untuk melompati celah ini dan masuk ke dalam pita konduksi tempat elektron
ini mampu menjelajah bebas. Celah energi ini untuk beberapa bahan
ditunjukkandalam Tabel 1.2.
d. Semikonduktor
Semikonduktor adalah suatu padatan, bahan kristalin dengan konduktivitas
listrik intermediat antara metal dan insulator. Sifat konduktivitas semikonduktor tidak
sebaik metal karena jumlah elektron-elektron yang terdapat dalam pita konduksi lebih
sedikit disbanding dengan jumlah elektron ini dalam metal. Dengan kata lain
semikonduktor mempunyai harga tahanan listrik lebih tinggi daripada tahanan listrik
metal. Konduktivitas (dengan unit ohm-1 cm-1) adalah kebalikan dari tahanan. Sebagai
contoh, aluminium mempunyai tahanan listrik 2,7.10-6ohm cm pada 20 0C; silikon
5
murni mempunyai tahanan listrik 10 ohm cm, sedangkan intan murni (insulator)
mempunyai tahanan listrik yang sangat tinggi, 1014ohm cm, pada 15 0
C.
Semikonduktor mempunyai tahanan listrik pada rentang 10-3–108 ohm cm.
Temperatur mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap sifat hantaran listrik
suatu logam dengan semikonduktor. Dalam kisi Kristal metalik, kenaikan temperatur
mengakibatkan meningkatnya frekuensivibrasi ion-ion pada posisi kisinya. Hal ini
menyebabkan elektron yang bergerak melalui metal dibawah pengaruh medan listrik
menjadi meningkat peluangnya dalam menumbuk ion. Akibatnya, untuk
logam kenaikan temperatur menaikkan tahanan listriknya. Tetapi untuk
semikonduktor, kenaikkan temperatur menyebabkan bertambahnya jumlah elektron
yang memperoleh cukup energi untuk melompat keluar dari pita valensi ke pita
konduksi. Dengan demikian, kenaikan temperature mengakibatkan penurunan tahanan
listrik semikonduktor. Seberapa jauh perubahan tahanan listrik oleh karena perubahan
temperatur ini bagi semikondoktor berbeda satu sama lain. Secara umum,
konduktivitas semikonduktor menyerupai metal pada temperatur tinggi,
tetapi menyerupai insulator pada temperatur rendah.
Teori pita juga dapat dipakai untuk menjelaskan beberapa senyawa
bersifatsebagai konduktor listrik, beberapa lainnya tidak dan beberapa yang lain
semikonduktor. Dalam logam, pita-pita energi electron bertumpang-tindih dan
mengizinkan elektron bergerak bebas melalui pita dalam seluruh struktur kristalnya.
Dalam nonmetal, pita-pita terpisah cukup lebar dan menghasilkan celah energi
sehingga tidak memungkinkan elektron mampu bergerak bebas (Gambar 1.7a);
unsur nonmetal ini dikenal sebagai insulator. Dalam beberapa unsur, celah atau gap
energi antara pita-pita cukup kecil sehingga memungkinkan hanya sedikit elektron
dapat tereksitasi ke pita kosong di atasnya (Gambar 1.7b); unsur demikian ini dikenal
sebagai semikonduktorintrinsik.
Teknologi modern memerlukan material semikonduktor, dan ini dapat
disintesissesuai dengan karakteristika yang diinginkan. Semikonduktor dapat dibuat
dari unsur-unsur dengan celah pita lebar (insulator)kemudian didadah (doping)
dengan unsur-unsur lain sebagai pengotor. Unsur tambahan ini mempunyai pita
tingkat energi (isi kosong tanpa gap atau celah) yang ukurannya tepat pada celah
antara pita isi dan pita kosong dari bahan utama insulator tersebut (Gambar 1.7c).
Melalui pita pengotor ini beberapa elektron dari material utama dapat bergerak bebas
ke pita energi kosong sehingga memungkinkan terbentuknya sifat semikonduktor
listrik; sifat ini dapat diatur sesuai dengan proses pendadahan antara bahan utama
dengan bahan pengotornya seperti yang diinginkan. Komparasi model pita energi
untuk insulator (nonlogam), logam, dan berbagai jenis semikonduktor ditunjukkan
oleh Gambar 1.8.
Sifat konduktivitas semikonduktor sering dipahami dengan penerapan dua
istilah, yaitu aliran elektron bebas dalam pita konduksi dan migrasi “lubang” dalam
pita valensi yang berlawanan arah dengan aliran elektron tersebut. Elektron yang
melompat keluar dari pita valensi akanmeninggalkan“lubang”bekassepertihalnyaseseo
rangbangkit dari tempat duduk meninggalkan tempat duduk yang kosong.
Andaikata tempat duduk yang kosong ini berada di baris ujung (depan),
kemudian baris isi belakangnya pindah ke tempat kosong di depannya
demikian seterusnya, maka seolah-olah telah terjadi migrasitempat duduk
kosong (lubang) dari depan ke arah belakang. Dibawah pengaruh medan
listrik, lubang-lubang (elektron) bermigrasi dalam pita valensi dengan cara seperti
tersebut di atas. Oleh karena lubang yang ditinggalkan electron memberikan efek
muatan positif (sebagai akibat“kekurangan”elektron), maka terjadilah aliran muatan
positif yang berlawanan arah dengan elektron konduksi.
Dalam semikonduktor murni pada temperatur kamar, jumlah elektron dalam
pita konduksi sama dengan jumlah lubang dalam pita valensi. Suatu bahan
semikonduktorintrinsik berisi jumlah yang sama antara lubang dan elektron pembawa
arus (Gambar 1.8f); jadi, konduksi ini adalah sifat intrinsik bahan yang bersangkutan.
Pada temperature cukup tinggi, bahkan insulator intan dapat bersifat
semikonduktor intrinsik. Dalam suatu semikonduktor ekstrinsik, jumlah lubang
dan elektron pembawa arus tidak sama, dan sifat konduksinya bergantung pada bahan
ekstrinsik (“pengotor”) yang didadahkan. Ada dua tipe “pengotor” yaitu donor dan
akseptor.
Pengotor donor menyediakan elektron menurut cara berikut. Dalam silikon
dan germanium murni (dengan karakteristik konfigurasi elektronik ns2 np2), setiap
atom tersambung pada empat atom tetangga dengan ikatan kovalen. Suatu atom unsur
golongan 15, misalnya fosfor, arsen,atauantimon,yang masuk dalam kisikristal silicon
atau germanium dengan tanpa mendistorsi kisi terlalu besar juga berikatan
dengan empat atom tetangganya, silikon atau germanium. Oleh karena atom unsur
golongan 15 ini mempunyai karakteristik konfigurasi elektronik ns2 np3, maka salah
satu elektron dalam setiap atomnya ditinggalkan dan elektron ekstra ini memasuki
pita valensi isi yang disebuttingkat energy donor (donor level of energy); tingkat
donor ini biasanya terletak sedikit di bawah pita konduksi inang silikon atau
germanium. Elektron dalam tingkat donor ini sangat mudah terpromosi ke dalam pita
konduksi inang sehingga meningkatkan sifat konduktivitasnya.
Dalam semikonduktor, pengotor donor benar-benar memberi kontribusi
elektron pada pita konduksi dan hal ini tidak meninggalkan lubang dalam pita valensi
inang. Penambahan sejumlah“pengotor“(100-1000 ppm) ke dalam unsur inang ini
disebut sebagai pendadahan , dan unsur“pengotor”nya sebagai dopan (pendadah).
Kristalsemikonduktor hasil pendadahan dengan dadah donor ini disebut
semikonduktor tipe-n, dengan elektron-elektron negatif sebagai pembawa arus utama.
Dalam semikonduktor tipe-n, setiap elektron yang memasuki pita konduksi inang
meninggalkan satu ion positif dalam struktur kristalnya.
Atom-atom unsur golongan 13, misalnya boron, aluminium atau indium,
mempunyai karakteristik konfigurasi elektronik ns2 np1; oleh karena itu, apabila atom
ini masuk dalam kisi kristal silikon atau germanium, atom tersebut hanya mampu
mengikat tiga atom inang tetangganya. Akibatnya, salah satu atom inang tetangga
hanya memiliki tiga ikatan dengan satu elektron tanpa partner (pasangan). Situasi
ini menghasilkandefisiensisatuelektronataudengankatalainmenghasilkan satu lubang.
Pengotor akseptor memberi kontribusi terjadinya lubang-lubang pada tingkat energi
akseptor kosong (acceptor level of energy), yang biasanya terletak sedikit di atas pita
valensi inang. Elektron- elektron dalam pita valensi inang sangat mudah terpromosi
ke dalam tingkat akseptor kosong dengan meninggalkan lubang-lubang dalam pita
valensinya. Kristal semikonduktor hasil pendadahan dengan dadah akseptor ini
disebut semikonduktor tipe-p, dengan lubang positif sebagai pembawa arus utama.
Dalam semikonduktor tipe-p, setiap atom akseptor yang didadahkan pada inang
meninggalkan satu ion negatif dalam struktur kristalnya.
Bahan semikonduktor yang umum (Tabel 1.3) adalah silikon, germanium, dan
sejumlah senyawa biner intermetalik antara unsur- unsur golongan 13 dan 15 (sering
disebut senyawa III-V) atau antara unsur-unsur dari keluarga zink dan golongan 16
(sering disebut senyawa II-VI, karena zink, kadmium, dan raksa seperti golongan
2 mempunyai elektron ns2). Senyawa III-V, misalnya unsur golongan 13 memberi
kontribusi tiga elektron per atomnya dan unsur golongan 15 memberi kontribusi lima
elektron per atomnya, menghasilkan rata-rata empat elektron per atomnya. Senyawa
semacam ini membentuk Kristal dengan struktur bak-intan, mirip struktur kristal
silikon dan germanium, dan dapat didadah dengan hasil yang sama seperti unsur-
unsur semikonduktor.
Diantara sifat-sifat yang menarik dalam bahan semikonduktor adalah ukuran
celah energi, konsentrasi elektron atau lubang pembawa arus, mobilitas atau
kecepatan bergerak pembawa muatan, dan umur pembawa muatan sebelum anihilasi
(pemusnahan) oleh kombinasi elektron dan lubang.Dengan membuat berbagai variasi
konsentrasi dopan (pendadah) dapat dibuat peralatan semikonduktorsesuai dengan
rentang sifat-sifat yang dibutuhkan.
Jadi, tiap unit sel berisi sejumlah tertentu atom-atom atau ionion. Kristal
molekular intan misalnya, mengadopsi bangun utama fcc ditambah 4 atom terikat
secara tetrahedral di dalamnya (interior). Oleh karena itu, setiap unit sel intan
terdapat: (8 x 1 /8 atom) + (6 x ½ atom pusat muka) + 4 atom interior = 8 atom. Untuk
kristal ionik NaCl yang mengadopsi bangun fcc, kation dan anion berselang-seling,
dalam tiap unit sel terdapat 4 ion Na+ dan 4 ion Cl- Atas dasar pengetahuan tersebut,
jika jenis bangun kemas rapat logam telah diketahui dan densitas logam yang
bersangkutan telah ditentukan, maka jari-jari atom logam dapat dihitung. Jika jumlah
atom dalam satu unit sel diketahui, maka massa unit sel yang bersangkutan dapat
dihitung. Massa satu atom dapat dihitung dengan membagi massa molar spesies yang
bersangkutan dengan bilangan Avogadro, kemudian hasilnya dikalikan dengan jumlah
atom dalam satu unit sel.25
Rapatan merupakan salah satu sifat yang tidak bergantung pada ukuran
sampel. Oleh karena itu,rapatan dapat diperoleh dari massa unit sel dibagi dengan
volumenya. Secara umum hubungan antara rapatan atau densitas dengan volume unit
sel kristal (dan dengan demikian jari-jari atom-atom atau ion-ion penyusunnya)
adalah:
𝜀
(dengan ni adalah banyaknya jenis atom atau molekul atau ion ke i yang
mempunyai massa atom atau massa rumus Mi dalam satu unit sel, V adalah volume
sel, dan N adalah bilangan Avogadro, 6,02 x 1023 atom per mol).
Panjang sisi suatu unit sel dapat diperoleh dari difraksi sinar-X. Untuk unit sel
kubus, panjang sisi-sisinya adalah sama, maka volumemunit sel kubus dapat dihitung
(yaitu pangkat tiga dari panjang sisi unit sel kubus). Rapatan yang dihitung dengan
cara ini untuk satu unit sel kadang-kadang dikatakan sebagai rapatan teoretik. Rapatan
teoretik berbeda dari rapatan aktual, karena hampir semua Kristal mempunyai cacat.
Kekosongan misalnya, akan menghasilkan rapatan aktual yang lebih kecil daripada
rapatan teoretik. Hadirnya pengotor (impurity) akan menghasilkan rapatan aktual
yang lebih besar atau lebih kecil daripada rapatan teoretik bergantung pada massa
relatif partikel pengotor dibanding dengan massa relatif atom utamanya.
Contoh -1. Besi, α-Fe, mengkristal dalam bangun bcc dengan rusuk 2,861Å; hitung
rapatan besi ini dan demikian juga jari-jari atomnya.
Jawab : Jumlah atom dalam satu unit sel bcc adalah 2, maka: Panjang diagonal
muka bcc dengan rusuk a adalah AB = av2, dan panjang diagonal
ruangyanglewattitikpusat kubusbcc adalah AC = a�√ 3 (lihat gambar
samping). Oleh karena diagonal ini tersusun oleh diameter satu bola di
tengah dan jari-jari dua buah bola disudut kubus, maka panjang diagonal
ruang ini adalah: AC = 4r = a√ 3. Jadi, jari-jari atom besi r Fe =
1/4(2,861)�√ 3 Å = 1,24 Å.
Contoh -2. Besi juga mengkristal dalam bentuk fcc. Dengan asumsi jarijari atom besi
tetap, hitung rapatan (densitas) kristal besi ini.
Jawab: Panjangdiagonalpermukaanbujursangkarbangun fccdengan rusuk a, adalah
a√ 2. Diagonal ini tersusun oleh diameter satu bola (dengan jari-jari r) di
tengah dan jari-jari dua buah bola di sudut kubus, maka 4r = a√ 2. Dengan
asumsi r Fe tetap adalah 1,24 Å, maka rusuk kubus dapat dihitung, a = 3,50
Å. Oleh karena setiap unit sel fcc berisi 4 atom Fe, maka rapatan kristal besi
ini:
4. Jelaskan pula sifat logam dari aluminium, 13Al, dengan diagram pita orbital
molekular.27
5. Jelaskan, mengapa sifat logam suatu padatan masih dapat dipertahankan dalam
fase cairnya, tetapi tidak dalam fase gasnya?
7. Apa yang dimaksud dengan semikonduktor, dan jelaskan model tipe yang
mungkin.
8. Sebutkan (dua) tipe tataan lapisan dalam metal, dan mana yang merupakan
kemas rapat ?
9. Apa perbedaan dalam lapisan antara tataan ccp (fcc) dengan hcp?
10. Gambarkan model tataan fcc, dan hitung jumlah atom dalam satu sel
satuannya.
11. Unit sel emas adalah kubus pusat muka (fcc). Berapa jumlah atom
menempatisatu unitsel emas, dan berapa massa satu unitsel emas ini?
(Jawab: 4 atom, dan 1,308 x 10-21 g).
12. Panjang unit sel emas adalah 0,4079 nm. Hitung volume satu unit sel kubus
emas dengan informasi dari soal 1.10 tersebut; hitung pula rapatan teoritis
emas ini ?
13. Panjang unit sel intan terukur 0,3567 nm. Hitung volume unit sel kubus intan
(dalam cm3) dan hitung rapatan teoritis intan jika massa satu atom karbon
adalah 12,01 g mol-1 ; bandingkan hasilnya dengan rapatan intan terukur pada
25 oC yaitu 3,513 g cm-3.