Anda di halaman 1dari 27

TUGAS ANORGANIK II

MEMBUKTIKAN DAN MEMAHAMI IKATAN METALIK


Dosen pengampuh :
Nur asbirayani limatahu S,pd.M,Si

OLEH :

NAMA : NENI ABD HAMID


NPM : 03291811016
KELAS : B
SEMESTER : IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020

Page 1
A.IKATAN METALIK
1.Model ikatan metalik

Dalam ilmu kimia, kita mengenal berbagai macam ikatan, salah satu di antaranya ialah
ikatan metalik. Teori ikatan metalik mana pun harus mampu menjelaskan sifat utama logam,
khususnya sifat hantaran listriknya yang sangat tinggi. Selain itu, teori tersebut juga harus
mampu menjelaskan sifat logam dalam hal hantaran bahang (kalor) atau kondukstivitas
termal dan
Sifat pantulan atau reflektifitas yang tinggi

Di antara teori ikatan metalik yang ada, yang paling sederhana adalah model lautan
elektron. Dalam model ini, setiap elektron valensi mampu bergerak bebas di dalam tumpukan
bangun logam, dan oleh karena itu dipakai istilah lautan elektron, dan bahkan meninggalkannya
sehingga menghasilkan ion positif. Elektron valensi inilah yang membawa dan menyampaikan
arus listrik. Gerakan elektron valensi ini juga memindahkan bahan dalam logam.
Kelemahannya, model ini tidak menjelaskan sifat logam yang berkaitan dengan daya pantul yang
tinggi.

Teori orbital molekular yang sangat unggul menjelaskan bahwa ikatan kovalen ternyata
mampu menyediakan model ikatan metalik yang lebih komprehensif. Perluasan teori ini untuk
logam sering disebutteori pita (band theory). Tataan atom-atom dalam kristal logam dapat
ditafsirkan dalam bentuk kemas bola-bola keras. Tataan kemas (packing) merupakan hal yang
umum, baik dalam logam maupun senyawa ionik padatan. Dengan demikian, studi ikatan
metalik memberikan wawasan penghubung antara ikatan kovalen dan ikatan ionik.

II. Teori Orbital Molekular

Teori orbital molekular mengandaikan bahwa apabila dua atom atau lebih bergabung
membentuk suatu spesies, maka spesies ini tidak lagi memiliki sifat orbital atomik secara
individual, melainkan membentuk orbital molekular yang elektron-elektronnya dipengaruhi
secara serentak oleh kedua inti atom yang bergabung. Pendekatan sederhana menyarankan
bahwa hanya elektron-elektron dalam orbital atomik luar saja yang dianggap membentuk ikatan,
sehingga elektron ikatan ini berada dalam orbital molekular; sedangkan elektron-elektron dalam
orbital atomik dalam masih tetap sebagaimana keadaannya dalam masing-masing atom secara
individual.

Menurut pendekatan kombinasi linear (linear combination), banyaknya orbital molekular


yang terbentuk sama dengan jumlah orbital atomik yang bergabung. Bila dua atom yang
bergabung masing-masing menyediakan satu orbital atomik (Ψ) maka dihasilkan dua orbital
molekular, satunya merupakan kombinasi jumlahan kedua orbital atomik yang saling
menguatkan dan lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan. Kombinasi jumlahan
menghasilkan orbital molekular ikat (Ψb, bonding) yang mempunyai energi lebih rendah, dan

Page 2
kombinasi kurangan menghasilkan orbital molekular antiikat (Ψa, antibonding) yang mempunyai
energi lebih tinggi
Hal ini bukan berarti bahwa semua orbital molekular ini harus ditempati oleh elektron,
melainkan elektron mengisi orbital-orbital molekular menurut tingkat energinya dari rendah
ke tinggi. Dengan demikian terdapat perbedaan antara jumlah elektron dalam orbital ikat
dan dalam orbital antiikat, numerik perbedaan ini dibagi dengan jumlah atom yang
berikatan disebut derajat ikatan atau orde ikatan (bond order) yang dapat dipakai sebagai
petunjuk kekuatan ikatan yang bersangkutan.

Gambar 1.1 Diagram energi orbital molekular spesies dwiatomik - homonuklir A-A (a) dan -
heteronuklir A-B dengan atom B lebih elektronegatif daripada atom A (b) (Untuk molekul H , ∆E ~
458
kJ mol-1 ~ 4,5 eV)

Orbital molekular ikat adalah orbital yang rapatan elektron ikat terpusat mendekat pada
daerah antara kedua inti atom yang bergabung, dan dengan demikian menghasilkan situasi yang
lebih stabil. Orbital molekular antiikat adalah orbital di mana rapatan elektron ikat terpusat
menjauhi daerah antara kedua inti atom yang bergabung, dan dengan demikian menghasilkan
situasi yang kurang stabil.

Relatif terhadap energi orbital atomik, penurunan energi orbital molekular ikat (ΔE)
sama dengan kenaikan energi orbital molekular antiikat ). Untuk molekul homonuklir,
orbital atomik yang sama mempunyai tingkat energi yang sama pula, tetapi dalam molekul
heteronuklir menjadi lebih rendah bagi atom yang bersifat lebih elektronegatif (Gambar
1.1b). Jika perbedaan elektronegativitas antara kedua atom yang bergabung ini sangat besar,
yang berarti ΔE relatif lebih kecil, karakteristika orbital molekular ikat praktis didominasi

Page 3
oleh orbital atomik dari atom yang lebih elektronegatif dan sebaliknya orbital molekular
antiikat didominasi oleh orbital atomik dari atom yang bersifat kurang elektronegatif. Jika
pada daerah tumpang-tindih (overlap) ada orbital atomik yang tidak berinteraksi dalam
pembentukan ikatan, orbital molekular yang dihasilkan disebut orbital nonikat (nonbonding)
dan mempunyai tingkat energi tetap sama dengan orbital atomik dari atom yang
bersangkutan.

a) Konstruksi diagram energi orbital molekular logam

Konstruksi diagram energi orbital molekular, misalnya untuk dua atom Li dalam
fase gas yang membentuk molekul Li2, Selanjutnya, andaikata terdapat empat orbital
atom 2s dari empat atom Li bergabung dalam molekul Li4, maka diperoleh empat orbital
molekular σ2s,yaitu dua orbital ikat dan dua yang lain antiikat. Namun agar tidak

melanggar hukum kuantum, energi orbital-orbital ini tidak


* setingkat (degenerat), artinya

energi orbital σ2s yang satu tidak boleh mempunyai energi yang persis sama dengan

energi orbital σ2s yang lain. Oleh karena itu, konstruksi diagram energi orbital

molekular Li4 Dalam kristal logam, sejumlah besar (n) orbital atomik dari n atom logam
bergabung. Orbital-orbital ini berinteraksi secara tiga dimensional membentuk n orbital
molekular dengan prinsip yang sama seperti halnya pada pembentukan orbital
molekular Li4 tersebut. Oleh karena itu, misalnya dalam gabungan n atom Li menjadi
Lin, akan terdapat orbital molekular ikat ½n σ2s dan antiikat ½n σ2s. Karena demikian

banyaknya tingkat energi orbital-orbital ini, jarak tingkat yang satu dengan yang lain
menjadi sedemikian dekatnya sehingga menghasilkan suatu bentuk kontinu
(sinambung) atau ”pita”. Untuk logam litium, pita energi orbital molekular yang
dihasilkan dari orbital atomik 2s, setengahnya akan terisi penuh yaitu bagian pita ikat
½n σ2s, dan setengah yang lain kosong yaitu bagian pita antiikat ½ n  σ 2s.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam teori atom, cahaya diserap dan dipancarkan
apabila elektron pindah dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi yang lain, dan
pancaran cahaya ini diamati sebagai spektrum garis. Menurut teori pita tersebut, dalam
logam terdapat tingkat-tingkat energi yang sangat banyak jumlahnya, sehingga jumlah

Page 4
kemungkinan terjadinya transisi elektroniknya juga tak terbatas. Akibatnya, permukaan
atom-atom logam dapat menyerap cahaya dengan segala panjang gelombang dan
kemudian memancarkan kembali dengan panjang gelombang yang sama karena
elektron membebaskan energi yang sama ketika kembali ke peringkat dasarnya (ground
state). Jadi, teori pita ini mampu pula menjelaskan sifat reflektivitas logam.

Kontruksi diagram orbital molekular golongan 2 dapat diwakili unsur Berilium,


Be. Unsur ini mempunyai sifat mirip logam atau semi-logam. Dengan konfigurasi
elektronik [He] 2s2, kedua orbital molekular ikat σ2s dan antiikat σ2s berisi elektron

penuh, sehingga dalam daerah pita energi σ2s– σ2s tidak lagi terdapat daerah kosong

tempat electron dapat bergerak bebas. Namun demikian, orbital kosong 2p membentuk
pita energi 2p yang sedikit bertumpang-tindih dengan pita 2s, dan ini memungkinkan
elektron-elektron ”menjelajah” dalam bangun logamnya. Akibatnya, berilium
mempunyai konduktivitas listrik yang tinggi, meskipun sifat-sifat kimiawinya lebih
mendekati sebagai semilogam.

Teori orbital molekular yang menghasilkan pita energi dapat di terapkan tidak
hanya pada logam melainkan juga pada setiap bahan padatan karena orbital-orbital dari
atom-atom secara individu dapat saling mendekat untuk mengadakan tumpang-tindih.
Ukuran celah energi antara pita valensi dan pita konduksi bervariasi dalam bahan yang
berbeda. Dalam insulator, suatu bahan yang tidak menghantar listrik, celah energi
sedemikian lebar sehingga elektron dalam pita valensi ti- dak mungkin dapat
melintasinya.
Oleh karena dalam insulator pita va- lensi penuh terisi elektron, aliran elektron
tidak mungkin berlangsung sehingga sifat konduksi tidak terjadi Dalam unsur
semikonduktor, juga terdapat celah energi antara pita valensi dan pita konduksi, namun
celah ini lebih sempit dibanding- kan dengan celah dalam insulator. Bahkan pada
temperatur kamar, beberapa elektron mempunyai energi yang cukup untuk melompati
celah ini dan masuk ke dalam pita konduksi tempat elektron ini mampu menjelajah
bebas.

Page 5
b) Semikonduktor

Semikonduktor adalah suatu padatan, bahan kristalin dengan konduktivitas listrik


intermediat antara metal dan insulator. Sifat konduktivitas semikonduktor tidak sebaik
metal karena jumlah elektron-elektron yang terdapat dalam pita konduksi lebih sedikit
dibanding dengan jumlah elektron ini dalam metal. Dengan kata lain semikonduktor
mempunyai harga tahanan listrik lebih tinggi daripada tahanan listrik metal.
Konduktivitas (dengan unit ohm-1 cm-1) adalah kebalikan dari tahanan. Sebagai
contoh, aluminium mempunyai tahanan listrik 2,7.10-6 ohm cm pada 20 0C; silikon
murni mempunyai tahanan listrik 105 ohm cm, sedangkan intan murni (insulator)
mempunyai tahanan listrik yang sangat tinggi, 1014 ohm cm, pada 15 0C.
Semikonduktor mempunyai tahanan listrik pada rentang 10-3 –108 ohm cm.

Temperatur mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap sifat hantaran listrik


suatu logam dengan semikonduktor. Dalam kisi kristal metalik, kenaikan temperatur
mengakibatkan meningkatnya frekuensi vibrasi ion-ion pada posisi kisinya. Hal ini
menyebabkan elektron yang bergerak melalui metal dibawah pengaruh medan listrik
menjadi meningkat peluangnya dalam menumbuk ion. Akibatnya, untuk logam
kenaikan temperatur menaikkan tahanan listriknya. Tetapi untuk semikonduktor,
kenaikkan temperatur menyebabkan bertambahnya jumlah elektron yang memperoleh
cukup energi untuk melompat keluar dari pita valensi ke pita konduksi. Dengan
demikian, kenaikan temperatur mengakibatkan penurunan tahanan listrik
semikonduktor. Seberapa jauh perubahan tahanan listrik oleh karena perubahan
temperatur ini bagi semikondoktor berbeda satu sama lain. Secara umum, kondukti-
vitas semikonduktor menyerupai metal pada temperatur tinggi, tetapi menyerupai
insulator pada temperatur rendah.

Page 6
III.Struktur Logam dan Model Kemas Geometri
Struktur logam dapat dianggap terbentuk oleh tataan atom-atom yang terkemas (packed)
bersama dalam suatu kristal. Cara penataan atom-atom logam ini sangat penting dalam kimia
anorganik, karena hal ini merupakan dasar pemahaman kemasan ion dalam senyawa padatan
ionik (bahkan juga kovalen) yang akan dibahas kemudian. Konsep kemasan kristal
mengasumsikan bahwa atom-atom berupa bola keras dan tentunya mempunyai ukuran yang
sama untuk atom yang sama. Dalam suatu kristal logam, atom-atom tertata dalam rangkaian
terulang yang disebut kisi kristal.

Page 7
Gambar 2,1 Model lapis sebelah – menyebelah dengan empat bola tetangga (a) ,model tumpang
atas A-A menghasilakan Kemas kubus sederhana (b),dan model kubus pusat badan(c)

Pengemasan atom-atom logam merupakan problem geometri, cara yang paling mudah
adalah menata bola-bola atom dalam bentuk satu lapis (atau layer), kemudian menempatkan
lapisan-lapisan berikutnya di atas lapisan yang terdahulu. Ada dua macam tataan bola-bola
dalam lapisan yaitu

1. pertama

dengan bola tertata persis sebelah-menyebelah satu sama lain sehingga setiap bola
disentuh oleh empat bola lain dan membentuk dua diagonal bujursangkar Apabila lapis
kedua ditata persis di atasnya, artinya tiap bola pada lapis kedua persis di atas tiap bola
lapis pertama, demikian seterusnya sehingga diperoleh susunan lapisan A-A-A.maka
diperoleh model kemasan kubus sederhana Jika di dalam rongga antara kedua lapis A-A
ini terdapat satu bola ukuran sama yang tepat menyinggung kedelapan bola dari kedua
lapis dan berakibat bola-bola pada tiap lapis A merenggang tidak lagi saling
bersinggungan, maka diperoleh model bangun kubus pusat badan Model tataan demikian
ini bukanlah kemas rapat, karena memang bukan paling rapat.

Dalam bangun kubus sederhana, tiap bola (atom) disentuh oleh enam bola (atom)
tetangga yaitu empat bola pada lapisannya dan masing-masing satu bola pada lapisan atas
dan lapisan bawahnya. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa tiap atom mempunyai
bilangan koordinasi enam. Tetapi dalam bangun kubus pusat badan, tiap atom
mempunyai bilangan koordinasi delapan. Dengan demikian, bangun kubus pusat badan
lebih rapat ketimbang bangun kubus sederhana.

Penataan yang kedua berdasarkan pembentukan lapisan heksagon. Dalam lapisan


ini, setiap bola disentuh oleh enam bola yang lain dan tataan demikian ini merupakan
cara yang paling rapat (mampat), oleh karena itu disebut kemas rapat). Jika bola-bola
lapisan kedua ditempatkan persis di atas rongga-rongga antara bola-bola

 lapisan pertama, ternyata hanya setengahnya saja jumlah rongga lapis pertama
yang terisi (tertutupi) oleh bola-bola lapis
 kedua.penataan dua lapis demikian ini menghasilkan kemasan A-B, karena posisi
lapis pertama tidak sama dengan posisi lapis kedua. Penataan lapis
 ketiga dan selanjutnya ada dua cara. Alternatif pertama, bola-bola lapisan ketiga
ditempatkan di atas rongga-rongga lapisan kedua sedemikian sehingga bola-bola
lapisan ketiga tepat lurus di atas bola-bola lapisan pertama, demikian seterusnya
lapisan keempat tepat lurus dengan lapisan kedua, tataan demikian adalah
kemasan lapisan A-B-A-B

Page 8
Gambar 3.1 Model lapis heksagon (a), dengan tumpang atas A-B-A (b)
menghasilkan bangun kemas rapat heksagonal, hcp (c), dan tumpang atas A-B-C (d)
menghasilkan bangun kemas rapat kubus pusat muka, fcc (e).

Kemas rapat bola-bola dengan ukuran sama menyisakan 2 tipe celah / ruang terbuka
atau rongga (atau lubang) antara lapis-lapisnya. Ada dua macam rongga dalam suatu kemas
rapat yaitu rongga tetrahedral dan rongga oktahedral. Rongga tetrahedral lebih kecil
ukurannya daripada rongga oktahedral. Rongga tetrahedral adalah rongga sebagai titik pusat
bangun bola tetrahedron. Jadi, jika rongga ini ditempati oleh bola (atom) lain yang tepat
ukurannya, yaitu tepat menyinggung keempat bola tetrahedron, maka ia mempunyai
bilangan koordinasi empat. Rongga oktahedral adalah rongga sebagai titik pusat bangun
oktahedron. Jadi, jika rongga ini ditempati oleh bola (atom) lain yang tepat ukurannya yaitu
tepat menyinggung keenam bola oktahedron, maka atom tersebut mempunyai bilangan
koordinasi enam.
Jumlah rongga tetrahedral adalah dua kali jumlah rongga okta- hedral. Untuk
mengetahui hubungan jumlah dan tipe rongga, perlu diingat bahwa pada penyusunan kemas
rapat lapisan heksagon terse- but, bola-bola lapis kedua hanyalah menempati rongga di
bagian atas lapis pertama saja. Bagian bawah lapis pertama tentu juga menghasil- kan
jumlah rongga yang sama pula. Ronga-rongga lapis pertama yang ditempati bola-bola lapis
ke dua menghasilkan rongga tetrahedral, dan rongga-rongga lapis pertama yang tidak
ditempati bola-bola lapis kedua menghasilkan rongga oktahedral. Dalam satu larikan (array)
ke- mas rapat terdapat dua rongga tetrahedral dan satu rongga oktahedral untuk setiap bola
kemas rapat.

Page 9
Hubungan volume ruang suatu kristal yang ditempati atau diisi oleh bola (atom)
dengan tipe bangun kemasan kira-kira 52 % untuk kubus sederhana, 68 % untuk kubus pusat
badan, dan 74 % untuk kemas rapat heksagonal maupun kemas rapat kubus pusat muka. Ini
berarti bahwa makin besar persentase volume isian makin kecil ruang kosong yang
ditinggalkan dan makin dekat / rapat atom-atom terkemas.
Logam umumnya mengadopsi bcc, hcp, dan fcc. Sulit diramalkan bangun mana yang
diadopsi oleh suatu logam, namun ada kecende- rungan umum bahwa naiknya jumlah elektron
terluar paralel dengan perubahan bangun dari bcc ke hcp kemudian fcc. Jadi, logam-logam alkali
(Li, Na, K, Cs) mengadopsi kemasan bcc, demikian juga ham- pir semua logam golongan 2
sampai 8 (Ba, α-Cr, α-Fe, -Fe, Mo, β-W). Logam-logam golongan 7, 8, dan 12 (Zn) mengadopsi
bangun hcp, dan

logam-logam golongan 8 -11 (γ-Fe, β-Ni, Cu, Ag, Au) mengadopsi ba- ngun fcc. Hal ini
hanyalah kecenderungan umum dan tentunya terdapat beberapa kekecualian, misalnya
magnesium, titanium, γ-Ca, Cd, α-Co, dan β-Cr, mengadopsi bangun hcp; kristal stronsium dapat
mengadopsi bangun ketiga-tiganya bergantung pada kondisi pengkristalan.

IV. IKATAN IONIK

Ikatan kimia tidak terjadi dengan cara pembentukan persekutuan electron antara atom –
atom yang bergabung seperti halnya pada ikatan kovalen ,melainkan dapat juga terjadi dengan
cara perpindahan electron yang menghasilkan ion positing (kation ) dan ion negative anion).gaya
tarik elektrostatik antara kedua ion yang berbeda muatan inilah yang memelihara kestabilan
ikatan dalam spesies yang terjadi .ikatan demikian ini dikatakan sebagai ikatan ionic,namun
kenyataannya ,hanya sedikit senyawa yang bersifat ionic murni.

Satu percobaan yang paling sederhana adalah pemasangan alat uji hantaran jenis
(konduktivitas) di dalam air murni. Hasil amatan menunjukkan bahwa bola lampu tidak menyala,
yang berarti air tidak menghantarkan listrik. Tetapi, jika ke dalam air dilarutkan garam NaCl,
ternyata bola lampu menyala. Pada tahun 1884, Svante Arrhenius man- gajukan teori disosiasi
elektrolit untuk menjelaskan hasil percobaan ter- sebut, dan pada waktu itu hampir tidak ada
seorang pun menerima usu- lan teori tersebut. Lebih sayang lagi, thesis doktornya perihal
kesimpu- lan tersebut memperoleh nilai rendah.

Namun demikian, mulai tahun 1891 terdapat banyak dukungan terhadap usulan teori
bahwa partikel- partikel dalam larutan mengalami disosiasi menjadi ion-ion. Akhirnya pada
tahun 1903 setelah signifikansi hasil kerjanya disadari oleh banyak ahli, Arrhenius diusulkan

Page 10
untuk mendapatkan hadiah nobel dalam bi- dang kimia bersama fisika; namun, karena para
fisikawan menolaknya, ia menerima hadiah nobel tersebut hanya dalam bidang kimia. Pada
waktu itu, masyarakat ilmuwan (saintis) terbagi menjadi dua kelompok, yaitu mereka yang
percaya bahwa atom tak dapat terbagi dan mereka yang tidak percaya. Arrhenius melawan
keduanya, dan ia menjelaskan bahwa garam dapur terpecah menjadi ion-ion natrium dan ion
klorida dalam larutan tetapi ion-ion ini tidak sama dengan atom-atom natrium dan atom-atom
klorin. Tak diragukan lagi bahwa ide tersebut ditolak hingga abad penemuan elektron (tahun
1895) oleh J.J. Thomson (yang mendapat hadiah nobel pada tahun 1906).

1. Pembentukan Ikatan Ionik

Perkembangan munculnya teori ionisasi mendorong pemahaman adanya senyawa


ionik dan senyawa kovalen atau non ionik. Senyawa ionik sederhana terbentuk hanya antara
unsur-unsur metalik dan nonmetalik yang keduanya sangat aktif. Dua persyaratan penting,
yaitu energi ionisasi untuk membentuk kation dan afinitas elektron untuk membentuk
anion, harus lebih menguntungkan (favourable) ditinjau dari pertimbangan energi. Ini bukan
berarti kedua reaksi pembentukan ion-ion tersebut harus eksotermik, tetapi lebih berarti
bahwa reaksi tidak membutuhkan energi yang terlalu besar. Jadi, persyaratan untuk terjadi
ikatan ionik adalah salah satu atom unsur harus mampu melepas satu atau dua elektron
(jarang tiga elektron) tanpa memerlukan banyak energi, dan atom unsur lain harus mampu
menerima satu atau dua elektron (hampir tidak pernah tiga elektron) tanpa memerlukan
banyak energi. Oleh karena itu, ikatan ionik banyak dijumpai pada senyawa dari logam
golongan 1, 2, sebagian 3, dan beberapa logam transisi dengan bilangan oksidasi rendah, dan
nonlogam golongan halogen, oksigen, dan nitrogen. Semua energi ionisasi adalah
endotermik, dan afinitas elektron untuk halogen adalah eksotermik, tetapi untuk oksigen dan
nitrogen sedikit endotermik.

Gambar 1.16 Hubungan ikatan metalik ,kovalen ,dan ionic dalam model segitiga ikatan.

Jenis ikatan atom-atom unsur dengan contoh unsur-unsur periode ke tiga, dan
senyawaannya dapat dipahami dengan mudah menurut model ”segitiga ikatan” (segitiga
Van Arkel-Ketelaar) Gambar Pada garis dasar segitiga, dari kiri kekanan (dari Na ke Cl) atom-
atom unsur tersusun dari sifat dominasi ikatan metalik ke sifat ikatan kovalen. Sifat paling
logam dimiliki oleh unsur paling kiri (Na) dan sifat paling kovalen atau nonlogam dimiliki oleh

Page 11
unsur paling kanan dalam periode, sedangkan di antaranya memberikan sifat logam amfoterik
dan semikonduktor. Ikatan antara kedua atom unsur paling ujung ini menghasilkan senyawa
dengan ikatan ionik yang digambarkan sebagai titik puncak segitiga. Senyawa di antaranya
menghasilkan sifat ikatan dari sifat metalik ke sifat ionik yaitu untuk senyawa NaX (X = Mg, Al,
Si, P, S), dan dari sifat kovalen ke sifat ionik yaitu untuk senyawa XCl (X = S, P, Si, Al, Mg),
yang keduanya digambarkan sebagai sisi-sisi miring segitiga. Akhirnya dapat dipahami bahwa
MgS dan AlP merupakan senyawa yang mempunyai karakteristika ketiga macam ikatan secara
serentak. Dari model segitiga ikatan ini dapat dipahami banyaknya senyawa yang mempunyai
karakter ionik dan kovalen secara serentak dengan derajat ionik-kovalen yang berbeda-beda.

2. Karakteristika Senyawa Ionik


Pada temperatur kamar, senyawa kovalen dapat berwujud padat, cair, dan gas, tetapi senyawa
ionik berwujud padat dan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Senyawa ionik cenderung mempunyai konduktivitas listrik sangat rendah dalam bentuk
padatan, tetapi menghantar listrik sangat baik pada keadaan leburannya. Daya hantar
listrik ini diasosiasikan dengan adanya ion-ion positif dan negatif yang bergerak bebas
karena pengaruh listrik. Dalam keadaan padat, ion-ion ini diikat kuat dalam kisi, tidak
mengalami migrasi atau perpindahan, dan juga tidak membawa arus listrik. Sebagai
catatan, sesungguhnya tidak ada bukti yang mutlak adanya ion-ion dalam padatan,
misalnya NaCl. Kenyataan bahwa ion-ion didapat dalam larutan (air) bukan merupakan
bukti bahwa ion-ion yang bersangkutan juga ada dalam kristal padatannya, sehingga
keberadaan ion-ion dalam padatan hanyalah merupakan asumsi berdasarkan sifat-sifat
yang diinterpretasikan dengan gaya tarik-menarik elektrostatik.

b. Senyawa ionik cenderung mempunyai titik leleh tinggi. Ikatan ionik biasanya sangat kuat
dan terarah ke segala arah. Ini bukan berarti bahwa ikatan ionik lebih kuat daripada
ikatan kovalen, melainkan karena sebaran arah ikatan ke segala arah, dan inilah yang
merupakan faktor penting dalam kaitannya dengan titik leleh yang tinggi. Intan, yang
mempunyai struktur ikatan kovalen dan bersifat multiarah, juga mempunyai titik leleh
sangat tinggi.

c. Senyawa ionik biasanya sangat keras tetapi rapuh. Kekerasan senyawa ionik sesuai
dengan argumen di atas, sekalipun perlakuannya melalui pemisahan secara mekanik
ketimbang pemisahan secara termal terhadap gaya-gaya tarik-menarik antar ion.
Kecenderungan kerapuhan merupakan akibat sifat alami ikatan ionik. Jika cukup gaya
untuk menggeser sedikit ion-ion (misalnya dalam unit sel NaCl, panjang ikatan menjadi
memendek separohnya), maka gaya yang semula tarik-menarik akan berubah menjadi
gaya tolak-menolak karena kontak antar anion dan antar kation menjadi lebih signifikan.
Akibatnya, kristal menjadi mudah terpecah-belah, dan hal inilah yang banyak ditemui
pada banyak mineral.

d. Senyawa ionik biasanya larut dalam pelarut polar dengan permitivitas (tetapan
dielektrikum) tinggi. Energi interaksi dua partikel bermuatan dinyatakan dengan

rumus dalam hal ini q+ dan q- adalah muatan listrik partikel, r adalah

Page 12
jarak pisah kedua partikel dan ε = permitivitas atau tetapan dielektrikum medium;
untuk medium hampa, εo = 8,85 x 10 Cm J.oleh karena permitifitas amonia 25 kali
permitivitas hampa, maka dapat dimengerti bahwa gaya tarik ion-ion terlarut dalam
amonia hanyalah sebesar 4 % dari pada gaya yang sama tanpa pelarut; semakin tinggi
permitivitas pelarut semakin besar pengaruhnya.

3.Model Ionik dan Ukuran Ion

Berdasarkan elektronegativitas Pauling, jika perbedaan


elektrone- gativitas antara dua atom yang berikatan kovalen membesar, sifat ikatan menjadi
semakin polar. Akhirnya, jika perbedaan tersebut sedemikian besarnya sehingga pasangan
elektron sekutu menjadi terabaikan ka- rena lebih mendekat kepada salah satu pihak, maka
ikatan yang terjadi dapat dikatakan sebagai ikatan ionik. Dengan demikian, ikatan ionik
secara sederhana adalah gaya atraksi (tarik-menarik) elektrostatik antara ion positif dengan
ion negatif.

Melukiskan bahwa kenaikan perubahan perbedaan elektronegativitas akan


mengakibatkan kenaikan sifat ionik secara perlahan dan kontinu. Perbedaan elektronegativitas
nol merupakan titik ekstrem sifat kovalen murni, perbedaan berkisar 1,7 merupakan pertengahan
sifat kovalen-ionik, dan perbedaan lebih besar 3,4 merupakan titik ekstrem sifat ionik murni.
Jadi, sesungguhnya tidak ada garis pembatas yang tegas antara karakter kovalen dan ionik, dan
kenyataannya banyak ditemui senyawa yang termasuk kategori ”intermediat” (antara), atau
sering disebut kovalen polar. Kovalen polar ini dapat bersifat ionik parsial atau dapat bersifat
kovalen parsial.

Karena logam umumnya mempunyai sifat elektronegativitas rendah dan nonlogam


bersifat elektronegativitas tinggi, senyawa yang dibentuk dari keduanya sering termasuk kategori
ionik. Menurut model ionik murni, satu atau dua elektron valensi telah berpindah dari atom
berelektronegativitas rendah ke atom berelektronegativitas tinggi.

4.Kecenderungan pada Jari-jari Ionik

Jari-jari kation semakin kecil untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu periode
dengan kenaikan muatan ion. Ketiga spesies anionik ini adalah isoelektronik (10 elektron) dan
dengan argumentasi yang sama seperti tersebut di atas dapat dijelaskan penurunan ukuran anion

Page 13
ini. Kedua contoh seri kation (Na+, Mg2+, Al3+) dan anion (N3-, O2-, F-) yang juga
isoelektronik menunjukkan bahwa ukuran anion jauh lebih besar ketimbang ukuran kation.
Secara umum memang benar bahwa kation logam lebih kecil ukurannya ketimbang anion
nonlogam dalam satu periode.

Karena logam umumnya mempunyai sifat elektronegativitas rendah dan nonlogam


bersifat elektronegativitas tinggi, senyawa yang dibentuk dari keduanya sering termasuk kategori
ionik. Menurut model ionik murni, satu atau dua elektron valensi telah berpindah dari atom
berelektronegativitas rendah ke atom berelektronegativitas tinggi.Ukuran atom dalam periode
semakin kecil dengan naiknya nomor atom (dari kiri ke kanan) sebagai akibat naiknya muatan
inti efektif, Zef. Tetapi, perubahan atom menjadi ion mengakibatkan perubahan yang komparatif
besar pada ukurannya. Pembentukan ion logam (kation) dari atomnya biasanya melibatkan
pelepasan semua elektron valensi, sehingga ukuran kation akan menjadi jauh lebih kecil
ketimbang ukuran atom induknya. Sebagai contoh, jari-jari atom natrium adalah 186 pm,
tetapi jari-jari ionnya, Na+, hanya 116 pm. Dengan demikian terjadi penyusutan ukuran yang
sangat dramatik. Volume bola (atom/ ion), adalah V = 4/3 π r3, maka penyusutan jari-jari
kation tersebut mengakibatkan penyusutan volume menjadi kira-kira hanya ¼ volume induknya.

Untuk anion berlaku sebaliknya. Ukuran ion negatif lebih besar ketimbang atom
induknya. Sebagai contoh, jari-jari kovalen atom oksigen adalah 74 pm, tetapi jari-jari ion
oksidanya (O2-) adalah 124 pm; dalam hal ini kenaikan ukuran volume anion kira-kira lima kali
lipat dari volume atom induknya. Kenaikan jari-jari anion ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
bahwa penangkapan elektron (tambahan) mengakibatkan mengecilnya muatan inti efektif, Zef.,
terhadap individu elektron terluar sehingga, gaya tarik inti melemah dan ukuran anion
menjadi lebih besar ketimbang atom induknya.

5. Kecenderungan pada Titik Leleh

Ikatan ionik adalah hasil dari gaya tarik-menarik satu ion dengan ion-ion berlawanan
muatan di sekelilingnya dalam kisi kristal. Proses pelelehan melibatkan pemutusan parsial gaya
tarik-menarik tersebut dan mengizinkan ion-ion dapat bergerak bebas dalam fase cairnya. Titik
leleh yang tinggi bagi senyawa ionik menyarankan bahwa ikatan ionik tentulah sangat kuat.
Semakin kecil ukuran ion berarti semakin terpusat muatannya sehingga semakin kuat pula ikatan
ioniknya, dan dengan demikian semakin tinggi titik lelehnya. Hal ini ditunjukkan oleh contoh
sederet senyawa halida, KF, KCl, KBr, dan KI, yang secara berurutan mempunyai titik leleh
857, 772, 735, dan 685 oC.

Perbedaan titik leleh secara mencolok dapat terjadi oleh karena perbedaan muatan, yaitu
semakin tinggi muatan semakin tinggi pula titik lelehnya. Sebagai contoh, NaCl (Na+ Cl-)
meleleh pada suhu 801 oC, sedangkan MgO (Mg2+ O2-) meleleh pada suhu yang sangat
tinggi, 2800 oC.

Tabel 1.4 Jari-jari ionik (dalam pm) dan bilangan koordinasi beberapa unsur

Page 14
Ion Bilangan Jari-jari
Koordinasi
Ag+ 2 81
4 (Td) 114
4 (bs) 116
Al3+ 4 (Td) 53
6 67,5
Au+ 6 151
Au3+ 4 (bs) 82
B3+ 3 15
Ba2+ 6 149
Bi3+ 6 117
Br- 6 182
Br3+ 4 (bs) 73
Br7+ 4 (Td) 39
6 53
C4+ 4 (Td) 29
Ca2+ 6 114
Cd2+ 4 (Td) 92
6 109
Cl- 6 167
Cl5+ 3 (Prmd) 26
Cl7+ 4 22
6 41
Co2+ 4 72
6 (ls) 79
6 (hs) 88,5
Cr2+ 6 (ls) 87
6 (hs) 94
Cr3+ 6 75,5
Cr6+ 4 (Td) 40
6 58
Cs+ 6 181
8 188
Cu+ 2 60
4 (Td) 74
6 91
Cu2+ 4 (Td) 71
4 (bs) 71
5

V.Polarisasi dan Kovalensi

Page 15
Sebagian besar penggabungan logam dan non-logam mempunyai karakter senyawa ionik,
namun terdapat beberapa kekecualian. Kekecualian ini terjadi apabila elektron terluar dari anion
tertarik begitu kuatnya ke arah kation sehingga mengakibatkan terbentuknya ikatan kovalen
hingga derajat kovalensi tertentu, artinya rapatan anion terdistorsi ke arah kation. Distorsi
(penyimpangan) dari bentuk ideal anion ini, yaitu spherical (bentuk bola), disebut polarisasi.
Semakin besar sifat polarisasi anion semakin besar derajat ikatan kovalensinya. Aturan yang
dikemukakan oleh Kasimir Fajans perihal polarisasi adalah sebagai berikut:
 Kation dengan ukuran semakin kecil dan muatan positif semakin besar mempunyai daya
mempolarisasi semakin kuat.
 Anion dengan ukuran semakin besar dan muatan negatif semakin besar akan semakin
mudah terpolarisasi.
 Kation yang mempunyai konfigurasi elektronik bukan konfigurasi elektronik gas
mulia mempunyai daya mempolarisasi lebih kuat.

Ukuran daya mempolarisasi suatu kation dinyatakan dengan rapatan muatannya. Rapatan
muatan () adalah muatan ion (jumlah unit muatan dikalikan dengan muatan proton dalam satuan

coulomb, C) per satuan volume, sehingga: = (dengan n = muatan ion, =


muatan proton dalam satuan coulomb, dan r = jari-jari ion).

Salah satu cara yang paling mudah untuk membedakan sifat ionik dari sifat kovalen suatu
spesies adalah dengan membandingkan titik lelehnya. Senyawa ionik (dan juga senyawa kovalen
jaringan) cenderung mempunyai titik leleh tinggi, tetapi senyawa kovalen sederhana mempunyai
titik leleh rendah. Sebagai contoh, senyawa AlF3 dan AlI3 mempunyai titik leleh yang sangat
berbeda yaitu masing-masing 1290 dan 190 oC.

Ion fluorida mempunyai jari-jari ionik 117 pm, jauh lebih kecil daripada jari-jari ionik
iodida, 206 pm. Tingginya titik leleh aluminium fluorida mengindikasikan bahwa senyawa ini
lebih bersifat ionik. Ini berarti bahwa ion fluorida yang ukurannya kecil tidak atau sukar
terpolarisasi oleh ion Al3+ sekalipun muatan positifnya besar. Sebaliknya karena besarnya
ukuran ion iodidamaka rapatan elektronnya mudah dipolarisasi oleh ion Al3+, sehingga senyawa
AlI3 yang terbentuk lebih bersifat kovalen dengan titik leleh yang jauh lebih rendah. Bandingkan
dengan titik leleh senyawa KI (685 oC), dan KF (857 oC).

Oleh karena jari-jari ionik dengan sendirinya bergantung pada muatan ionnya, maka
besarnya muatan kation sering merupakan petunjuk yang baik untuk menentukan derajat
kovalensi spesies (sederhana) yang bersangkutan. Kation dengan muatan +1, dan +2, biasanya
mendominasi sifat ionik, sedangkan kation dengan muatan+3 membentuk senyawa ionik
hanya dengan anion yang sangat sukar terpolarisasi seperti ion fluorida. Kation dengan muatan
teoretik +4 atau lebih sesungguhnya tidak dikenal sebagai ion, dan senyawanya sering dianggap
sebagai senyawa yang didominasi oleh sifat kovalen.

VI.Struktur Kristal Ionik

Page 16
gambar struktur Kristal.

Zat padat dapat diklasifikasi atas dasar tipe ikatan, yaitu ionik, kovalen, metalik, dan van
der Waals, dan atas dasar simetri kristal dalam hal hubungan antar panjang dan sudut sumbu-
sumbu kristal yaitu kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, rombohedral, monoklinik, dan
triklinik. Klasifikasi kristal atas dasar tipe ikatan berdasarkan pada sifat- sifat hantaran listrik,
kekerasan, titik leleh dan sebagainya sesuai dengan sifat-sifat kimiawi atom-atom yang terlibat.
Sedangkan, klasifikasi kristal atas dasar sifat simetrinya bergantung pada refleksi kristal terhadap
sinar-X untuk menentukan sudut-sudut antar muka atau oleh difraksi sinar-X untuk menemukan
keteraturan internal.

Untuk mempermudah dalam melukiskan sifat simetri suatu kristal diperkenalkan konsep
sumbu-sumbu kristalografi. Sumbu-sumbu ini biasanya menunjuk pada arah yang penting dalam
kristal sebagaimana didefinisikan oleh permukaan-permukaan kristal yang bersangkutan. Tiga
sumbu a, b, dan c, dan sudut-sudut α, β, dan γ cukup untuk melukiskan klas suatu kristal
(Gambar 1.18).

Gambar 1.18 Posisi sumbu dan Sudut dalam suatu bangun kristal

Page 17
Dalam beberapa hal sumbu c diarahkan sejajar dengan arah unit kristal yang bersangkutan,
misalnya arah memanjang atau memendek. Sumbu-sumbu a dan b yang keduanya tidak
sebidang dengan sumbu c mewakili arah terpilih kristal yang bersangkutan. Bidang-bidang
kristal dilukis menurut perpotongannya dengan sumbu-sumbu tersebut. Atas dasar perbedaan
ukuran ketiga sudut dan ulangan jarak ketiga sumbu tersebut terdapat tujuh klas kristal
sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Jenis klas kristal dan kondisi unit sel

Klas Kondisi sumbu dan sudut unit sel

Kubus a = b = c ; α_=_β_=_γ_= 90o

Ortorombik a b c ; α_=_β_=_γ_= 90o

Tetragonal a = b c ; α_=_β_=_γ_= 90o

Monoklinik a b c ; α_=_γ_= 90o β

Triklinik a b c ; α_ _β_ γ 90o

Heksagonal a = b c ; α_=_β_= 90o ; γ = 120o

Rombohedral (Trigonal) a = b = c ; α_=_β_= γ 90o

Struktur kristal dapat dibedakan berdasarkan tipe kisi Bravais atau kisi ruang yang dibangun
berdasarkan pada sifat simetri unit sel dan translasi yang diperlukan dalam memperoleh titik-titik
ekivalen di dalam unit sel yang bersangkutan. Hasilnya adalah empat belas macam bangun
geometri kisi Bravais sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.19.

Page 18
Gambar 1.19 Tujuh klas kristal dengan 14 jenis kisi Bravais

Oleh karena adanya translasi titik-titik kisi (translasi nonprimitif ) inilah yang
mengakibatkan beberapa kemungkinan kisi ruang menjadi tidak perlu ada karena hal ini
dapat diperoleh dari salah satu dari ke 14 kisi Bravais tersebut. Sebagai contoh, kisi
tetragonal pusat muka (BIJK-FLMN) pada Gambar 1.20 tidak diperlukan, karena kisi ini dapat
diperoleh dari translasi titik-titik kisi tetragonal pusat badan (ABCD- EFGH) yang mempunyai
sifat simetri lebih tinggi.

Gambar 1.20 Satu satuan sel kisi tetragonal pusat muka (BIJK-FLMN) dalam lima satuan sel
kisi tetragonal pusat badan (BCDA-FGHE)

VII.Cacat dan Poin Cacat

Kecuali kristal-kristal tunggal yang tumbuh dalam kondisi khusus, senyawa-senyawa


kristalin jarang bersifat “sempurna”. Suatu kristal sempurna bersifat kimiawi murni dan
mempunyai struktur sempurna dengan setiap titik-titik kisi terisi seperti yang dilukiskan oleh unit
sel. Sifat-sifat fisik dan kimiawi suatu padatan banyak yang bergantung pada hadirnya cacat-
cacat dalam padatan yang bersangkutan. Kristal- kristal sempurna bersifat sangat kuat
sedangkan hampir sebagian besar padatan mengandung cacat yang cukup untuk menyebabkan

Page 19
padatan ini mudah dipengaruhi oleh gaya-gaya mekanik. Reaksi kimia dalam keadaan padat
memerlukan gerakan atom-atom atau ion-ion melalui padatan yang bersangkutan. Namun dalam
kristal sempurna tidak ada jalan khusus yang tersedia untuk keperluan gerakan ini, tetapi dalam
kristal-kristal “cacat” atom-atom atau ion-ion dapat bergerak dari cacat satu ke cacat lain. Jadi
struktur cacat sangat berperan dalam menentukan sifat-sifat suatu semikondukto

Gambar 1.27 Model tipe cacat (a) kekosongan, (b) selit dan (c) pengotoran

Satu dari beberapa tipe cacat yang didefinisikan oleh para ahli kimia zat padat adalah variasi di
dalam penempatan kisi atau variasi bagian-bagian interstitial (selit) dalam kristal. Ada tiga tipe
dasar poin cacat yang dapat terjadi seperti ditunjukkan pada Gambar 1.27, yaitu:

 kekosongan, adalah adanya bagian kisi yang tidak terisi atau tidak dihuni
 interstitial (selit), adalah adanya atom atau ion dalam ruang atau celah di antara bagian-
bagian kisi, dan
 pengotoran (impurity), adalah adanya ion atau atom asing di dalam bagian kisi
regular atau bagian selit.

Dalam kristal ionik, sifat kenetralan muatan listrik harus dipertahankan, dan dalam banyak
hal ini dicapai melalui keseimbangan antara cacat-cacat yang bermuatan positif dan negatif.
Kecenderungan beberapa senyawa untuk mengakomodasi poin cacat dalam struktur kristalnya
menyebabkan terjadinya senyawa-senyawa nonstoikiometrik yaitu rasio dari atom-atom berbeda
yang bergabung bukan merupakan bilangan bulat. Senyawa demikian ini hanya terdapat pada
keadaan padatan dan dalam banyak hal mempunyai komposisi yang bervariasi. Seagai contoh di
dalam senyawa wüstite, Fe O (0 < < 1), bagian kation- nya terdapat kekosongan hingga 14%.
Untuk mempertahankan sifat kenetralan muatan, dua ion Fe2+ diubah menjadi ion Fe3+ untuk
setiap ion Fe2+ yang hilang. Pembuatan Fe(II) oksida maupun Cu(II) sulfida di dalam
laboratorium dengan tekanan atmosfer tidak pernah dihasilkan komposisi stoikiometrik. Dalam
titanium oksida, TiO2, 15 % bagian dari tiap tipe (rutil dan anatase) terdapat kekosongan. Oleh
karena itu ter- dapat komposisi nonstoikiometrik titanium oksida, TiO2, dalam rentang yang luas
dengan harga < 1 atau > 1, bergantung pada tekanan oksigen selama pembuatan sampel
senyawa yang bersangkutan.

VIII.Energi Kisi

Energi kisi adalah kuantitas termodinamik yang didefinisikan sebagai energi yang
dibebaskan apabila ion-ion dalam keadaan gas bergabung untuk menghasilkan satu mole
senyawa ionik kristalin. Energi kisi secara esensial merupakan entalpi pembentukan senyawa
ionik dari ion-ion dalam fase gas. Seperti diilustrasikan dalam Tabel 1.13, energi kisi bervariasi

Page 20
terhadap jarak antar-ion dalam kristal dan terhadap muatan ion. Semakin dekat bergabungnya
ion-ion dan semakin besar muatan ion yang bersangkutan semakin besar energi kisinya.

Tabel 1.13 Energi kisi (dalam kJ mol-1) seri halida

Garam Energi Jarak antar Garam Energi


kisi ion /nm kisi
NaF -910 0,2317 FeCl2 -2525
NaCl -769 0,282 FeCl3 -5364
NaBr -732 0,297 Na2SO4 -1827
NaI -682 0,323 FeSO4 -2983
LiCl -834 0,257 Na2CO3 -2301
NaCl -769 0,282 FeCO3 -3121
KCl -701 0,315
RbCl -680 0,329
CsCl -657 -

IX. Perhitungan Energi Kisi

Perhitungan energi kisi dimulai dari cara perhitungan entalpi pembentukan senyawa ionik
padatan dari gas-gas penyusun ion yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah senyawa sederhana
NaCl. Studi sinar-X menunjukkan bahwa atom-atom tersusun dalam bentuk kubus (Gambar
1.21) dan setiap atom Na dikelilingi oleh enam atom Cl secara oktahedron demikian juga
sebaliknya. Bila diasumsikan bahwa atom- atom ini berupa ion-ion Na+ dan ion Cl-, maka energi
larikan dapat dihitung melalui cara berikut. Jarak Na+– Cl- paling pendek dinyatakan sebagai ro,
maka energi elektrostatik antara dua ion bertetangga ini dapat dinyatakan dengan rumusan
Coulomb:

E (Joule) , dengan εo = 8,854 x 10 C m J .

Gambar 1.21B menunjukkan bahwa setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl- pada jarak r , dan
o

ini menghasilkan energi atraktif sebesar E . Ion tetangga terdekat yang lain
kemudian adalah 12 ion Na+ yang secara trigonometri berjarak r 2 Gambar 1.30); maka energi
o

repulsif (tolakan) yang dihasilkan adalah . .

Page 21
Gambar 1.30 Perbandingan jarak Na-Cl-Na dalam kristal NaCl
Dengan mengulang prosedur ini hingga berakhirnya interaksi semua ion, diperoleh penjumlahan
energi sebagai berikut:

E =

Rumus umum bagi seri tak terbatas tersebut dapat diturunkan untuk mendapatkan harga numerik

yang semakin menyebar. Harga nu- merik ini, , adalah khas


bagi setiap struk-tur dan tak bergantung pada jenis ionnya. Harga penjumlahan semua interaksi
geometrik ini disebut tetapan Madelung, MNaCl, untuk struktur NaCl. Tetapan Madelung untuk
struktur ionik yang umum telah diketahui perhitungannya dan hasilnya sebagaimana ditunjukkan
Tabel 1.14.

Tabel 1.14 Tetapan Madelung beberapa senyawa


Tipe Tetapan Madelung, M Bilangan koordinasi
NaCl 1,74756 6:6
CsCl 1,76267 8:8
Rutile 2,408 6:3
CaF2 2,51939 8:4
Zink blende 1,63805 4:4
Wurtzit 1,64132 4:4

Tetapan Madelung yang unik, didefinisikan hanya untuk struktur-struktur yang rasio
vektor antar-atomik cocok oleh simetri. Untuk struktur rutil, TiO2 terdapat dua dimensi kristal
yang dapat bervariasi secara bebas, oleh karena itu terdapat tetapan Madelung yang berbeda
untuk masing-masing dimensi yang bebas. Apabila 1 mol NaCl terbentuk dari ion-ion gas yang
bersangkutan (masing-masing ada N ion Na+ dan Cl-, N = bilangan Avogadro), maka energi
total yang dibebaskan adalah:

Page 22
E (atraktif) = N Z MNaCl dengan Z dan Z , masing-masing adalah muatan kation (Na+)
dan muatan anion (Cl-).Hal ini memang benar demikian, karena ekspresi energi elektrostatik
untuk satu ion Cl- sama dengan energi elektrostatik untuk satu ion Na+. Energi elektrostatik,
tepatnya energi atraktif antara dua muatan yang berlawanan, bukanlah energi aktual yang
dibebaskan dalam proses:

Na+ (g) + Cl- (g) → NaCl (s)

Kenyataannya, ion bukanlah sebagai bola kaku (rigid). Keseimbangan pemisahan Na+ dan
Cl- dalam NaCl adalah tepat ketika gaya-gaya atraktif (tarik) benar-benar tepat diseimbangkan
oleh gaya- gaya repulsif (tolak). Secara umum menurut Born, energi total repulsif per mol dapat
dituliskan kaitannya dengan jarak r, yaitu :

E (rep) = , dengan B = konstante.

X. Siklus Born-Haber

Salah satu uji manfaat deskripsi model ionik tersebut adalah kemampuannya
menghasilkan perhitungan harga entalpi pembentukan yang akurat, misalnya bagi NaCl. Perlu
dicatat bahwa pada proses reaksi pembentukan NaCl (s) dari ion-ionnya, Na+ (g) dan Cl-(g),
secara prinsip memungkinkan dilakukan pengukuran entalpi pembentukan secara langsung
meskipun secara eksperimen hal ini tidak mungkin layak dapat dilaksanakan. Tetapi, untuk
proses sebaliknya jelas tidak mungkin dilaksanakan karena NaCl(s) tidak menguap menjadi ion-
ionnya, melainkan menjadi NaCl (g) baru kemudian mengalami disosiasi menjadi atom-atomnya.
Untuk mengatasi problem ini pada tahun 1919, M. Born, K. Fajans dan F. Haber menerapkan
siklus termodinamik yang kemudian dikenal sebagai siklus Born-Haber. Hal ini didasarkan pada
peran hukum Hess yang menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah sama meskipun reaksi yang
bersangkutan terjadi dalam satu tahap ataupun dalam beberapa tahap.
Reaksi seperti ini dalam siklus pembentukan logam-halida, MX, sebagaimana ditunjukkan
Gambar 1.31 mewakili konversi logam padat menjadi kation dalam fase gas (tahap 1 dan 2),
konversi molekul- molekul halogen menjadi anion dalam fase gas (tahap 3 dan 4), dan konversi
penggabungan ion-ion untuk menjadi senyawa padatan. Entalpi tahap akhir, U (tahap 5), disebut
sebagai energi kisi. Jadi, energi kisi kristal suatu senyawa ionik adalah energi yang dibebaskan
bila ion- ion dari jarak tak berhingga (berupa gas) bergabung membentuk kristal menurut
persamaan reaksi: M+ (g) + X- (g) → MX (s)

Page 23
Gambar 1.31 Siklus pembentukan MX

Menurut Gambar 1.31 berlaku :

ΔHf = ΔHAM + ΔHAX + ΔHIE + ΔHEA + U ; dalam hal ini


ΔHAM = entalpi atomisasi logam (atau entalpi sublimasi untuk logam yang menguap
membentuk gas monoatomik),
ΔHAX = entalpi atomisasi nonlogam (atau entalpi disosiasi atau energi ikatan untuk gas
nonlogam diatomik),
ΔHIE = energi ionisasi, dan
ΔHEA = afinitas elektron, serta
U = energi kisi kristal

Gambar 1.32 Diagram perhitungan energi kisi NaCl

Energi sublimasi
 (tahap 1), energi ionisasi
 (tahap 2) dan energi ikatan
 (tahap 3), umumnya diperoleh dari pengukuran-pengukuran eksperimental. Afinitas
elektron (tahap 4) dan energi kisi
 (tahap 5) yang keduanya sukar diukur secara eksperimental sering ditentukan melalui
kalkulasi siklus Born-Haber.

Tahap 1, 2, dan 3 semuanya memerlukan energi input, jadi dengan ΔH berharga positif.
Afinitas elektron (tahap 4) berharga negatif untuk halogen dengan rentang harga dari -349
hingga -295 kJ mol-1. Energi kisi (tahap 5) selalu berharga negatif. Apabila energi kisi dan
afinitas elektron yang digabungkan menyediakan energi yang diperlukan oleh tahap 1 hingga
tahap 3, pembentukan senyawa ionik yang diharapkan bersifat eksotermik dan umumnya lebih

sering terjadi daripada yang bersifat endotermik. Suatu hal yang penting dari siklus tersebut
yang berkaitan dengan ikatan kimia adalah bahwa:

Page 24
 ΔHA selalu positif, tetapi biasanya relatif kecil dari besaran-besaran yang lain dan tidak
besar variasinya untuk berbagai senyawa.
 ΔHIE (energi ionisasi) selalu positif (endotermik) dan besar nilainya
 ΔHEA (afinitas elektron) halogen selalu eksotermik, tetapi untuk kalkogen
endotermik, hal ini terjadi karena gaya tarik inti terhadap elektron kedua pada ion X- ( X
= kalkogen) lebih kuat.
 Dalam berbagai kasus, jumlah energi ionisasi, (ΔHIE), ditambah afinitas elektron,
(ΔHEA), selalu positif (endotermik) dan kestabilan senyawa ionik terhadap sifat disosiasi
menjadi unsur-unsurnya menjadi bertambah karena adanya kelebihan eksotermik yang
ditimbulkan oleh gaya atraktif antar ion-ion yang berlawanan.

Siklus Born-Haber sering digunakan dengan cara berbeda. Bila diasumsikan bahwa energi
f
kisi, U, yang dihitung menurut model ionik tersebut adalah benar, maka siklus ini dapat
digunakan untuk menaksir beberapa energi yang terlibat. Misalnya, tidak ada cara langsung
yang dapat dipakai untuk mengukur pembentukan entalpi ion CN-(g). Dari model siklus Born-
Haber untuk NaCN, harga-harga untuk entalpi penguapan dan entalpi ionisasi unsur Na
diketahui dan U dapat dihitung, maka ΔH untuk CN-(g) dapat ditentukan, yaitu~29kJmol-1.

Harga-harga energi kisi beberapa senyawa yang diperoleh dari data eksperimen menurut metode
siklus Born-Haber dengan berbagai model dan dengan perhitungan teoritik ditunjukkan pada
Tabel 1.15.

Tabel 1.15 Energi kisi berbagai garam alkali halide

Eksperimen Perhitungan Perhitungan


Garam Born-Haber Teoritik Terkoreksi Kapustinskii
LiF 1034,0 1008,0 1033,0 952,7
LiCl 840,1 811,3 845,2 803,7
LiBr 781,2 766,1 797,9 792,9
LiI 718,4 708,4 739,7 713,0
NaF 914,2 902,0 915,0 884,9
NaCl 770,3 755,2 777,8 752,9
NaBr 728,4 718,8 739,3 713,4
NaI 680,7 663,2 692,0 673,6
KF 812,1 797,5 813,4 788,7
KCl 701,2 687,4 708,8 680,7
KBr 671,1 659,8 679,5 674,9
KI 632,2 623,0 640,2 613,8

Page 25
RbF 780,3 761,1 777,8 760,2
RbCl 682,4 661,5 686,2 661,9
RbBr 654,0 636,4 659,0 626,3
RbI 616,7 602,5 622,2 589,9
CsF 743,9 723,0 747,7 713,0
CsCl 629,7 622,6 652,3 625,1
CsBr 612,5 599,6 632,2 602,1
CsI 584,5 568,2 601,2 563,6

Kapustinskii berpendapat bahwa tetapan Madelung, jarak antar nuklir, dan formula empiris
senyawa ionik semua saling berhubungan. Jika struktur kristal tidak diketahui energi kisi dapat
ditaksir melalui persam- aan:

U =

dengan v adalah jumlah ion per molekul senyawa, ro (pm) ditaksir sebagai jumlah jari-jari ion
(r+ + r-). Untuk NaCl, v = 2, ro = 281 pm, sehingga menghasilkan harga energi kisi 753 kJ mol-
1 atau kira-kira 98 % signifikan terhadap harga eksperimen. Hasil ini sebanding dengan hasil
perhitungan teoritik sebagaimana dirumuskan dimuka.

Dengan hasil yang signifikan tersebut, maka suatu tahapan dalam siklus Born - Haber
yang sukar atau belum dapat dilakukan secara eksperimen langsung, misalnya penentuan afinitas
elektron, dapat ditaksir melalui taksiran harga U secara teoritik. Selain itu, adalah mungkin untuk
menduga harga entalpi pembentukan suatu senyawa yang tidak diketahui sebelumnya. Taksiran
yang cukup baik dalam hal entalpi atomisasi, energi ionisasi, dan afinitas elektron sekarang
sudah tersedia untuk hampir semua unsur. Oleh karena itu cukup beralasan bila kemudian
dilakukan dugaan yang cukup baik terhadap struktur kisi termasuk jarak antar nuklir dan
geometrinya. Jarak antar nuklir ditaksir dengan jari-jari ionik (Tabel 1.10 atau Tabel 1.4) yang
pada gilirannya juga dapat ditaksir geometri senyawa yang bersangkutan untuk kemudian dapat
ditentukan tetapan Madelung-nya. Dengan demikian, energi kisi, U, atau entalpi
pembentukannya dapat ditentukan.

Page 26
Page 27

Anda mungkin juga menyukai