Dosen Pengampu:
Nur Asbirayani Limatahu S.Pd,. M.Si
Oleh :
Sulistiyawati Koronci
03291711046
B/IV
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-
elektron valensi antar atom-atom logam. Ikatan logam terjadi akibat interaksi antara elektron valensi
yang bebas bergerak dengan inti atau kation-kation logam yang menghasilkan gaya tarik. Contoh:
logam besi, seng, dan perak. Ikatan logam bukanlah ikatan ion atau ikatan kovalen. Salah satu teori
yang dikemukakan untuk menjelaskan ikatan logam adalah teori lautan elektron. Menurut teori ini,
atom logam harus berikatan dengan atom-atom logam yang lain untuk mencapai konfigurasi elektron
gas mulia. Dalam model ini, setiap elektron valensi mampu bergerak bebas di dalam tumpukan
bangun logam atau bahkan meninggalkannya sehingga menghasilkan ion positif. Elektron valensi
inilah yang membawa dan menyampaikan arus listrik. Gerakan elektron valensi ini jugalah yang dapat
memindahkan panas dalam logam. Ikatan metalik (Ikatan logam) adalah suatu jenis ikatan
kimia yang melibatkan gaya tarik menarik di antara elektron konduksi yang dikumpulkan di
dalam suatu awan elektron (lautan elektron) dan kation. Dalam model ini, setiap electron
valensi mampu bergerak bebas di dalam tumpukan bangun logam, dan oleh karena itu dipakai
istilah lautan electron, dan bahkan meninggalkannya sehingga menghasilakan ion positif.
Electron valensi inilah yang membawa dan menyampaikan arus listrik. Gerakan electron
valensi ini juga memindahkan bahang dalam logam. Kelemahannya, model ikatan ini tidak
menjelaskan sifat logam yang berkaitan dengan daya pantul yang tinggi. Contoh ikatan
metalik : Cu2+
1) Sifat Logam
Logam banyak kita jumpai di sekitar kita, contohnya besi, aluminium, tembaga,
perak, emas, dan lain-lain. Pada umumnya logam mempunyai sifat fisis, antara lain:
1. Logam biasanya memiliki titik leleh yang tinggi.
Logam biasanya memiliki titik leleh yang tinggi karena membutuhkan banyak energi
panas untuk memecah kisi-kisi, dengan ikatan logam yang kuat. Tembaga meleleh
pada 1083 C, dan nikel pada 1455 C. (Tapi ada pengecualian. Sodium meleleh di
hanya 98 C, misalnya. Dan merkuri meleleh pada -39 C, sehingga merupakan cair
pada suhu kamar.)
2. Logam lunak dan ulet.
Logam bisa ditekuk dan ditekan. Ulet berarti mereka dapat ditarik keluar
menuju kabel. Hal ini karena lapisan bisa geser lebih dari satu sama lain. Diagram
berikut ini merupakan salah kisi logam:
jumlah electron dalam orbital ikat dan orbital antiikat; numeric perbedaan ini dibagi
dengan jumlah atom yang berikatan disebut derajat ikatan (bond order) yang dapat
dipakai sebagai petunjuk kekuatan ikatan yang bersangkutan.
Orbital molekuler ikat yaitu orbital yang memiliki energi yang lebih rendah dan
kestabilanya yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Orbital
molecular antiikat yaitu orbital yang memiliki energi yang lebih tinggi dan kestabilanya
yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Contoh orbital
molekular ikat dan orbital molekular antiikat adalah: O3
x y
p
z z
px py
2px2
2py1
2px2
2pz1
2py1
2px2
2pz1
2py1
px py
2pz1
p
z
s
s
O O=O
O+ O O-
-
O O O+
3) Teori Pita
Sifat logam salah satunya adalah dapat menghantarkan panas dan listrik, logam yang
tidak begitu baik menghantarkan listrik disebut semikonduktordan logam yang dapat
menghantarkan listrik dengan baik yaitu konduktor. Sifat logam konduktor,
semikonduktor ini dapat dijelaskan melalui Teori Pita(bond theory).
Kombinasi linear orbital-orbital terluar atom-atom logam menghasilkan orbital-orbital
bonding dan orbital-orbital antibonding dengan tingkat energi yang berdekatan yang
disebut pita energi. Pita energi ini sebetulnya terdiri dari dua bagian, yaitu separuh pita
bagian bawah yang terbetuk dari orbital-orbital bonding yang disebut dengan pita
bonding dan separuh pita bagian atas yang terbentuk dari orbital-orbital anti bonding yang
disebut dengan pita anti bonding.
Pada logam pita bonding dan pita antibonding yang terbentuk dari kombinasi linear
orbital-orbital atom yang sama adalah menyatu. Pita energi terisi penuh bila orbital-
orbital atom pembentuknya terisi penuh elektron. Sebaliknya, pita energi tidak terisi
penuh bila orbital-orbital atom pembentuknya tidak terisi penuh elektron.
Pita energi tertinggi yang berisi penuh elektron disebut pita valensi. Pita energi
tertinggi berikutnya tempat elektron dapat menjelajah secara bebas sebagai penghantar
listrik disebut pita konduksi. Mengapa demikian? Pita konduksi terdiri atas elektron-
elektron yang disebut elektron konduksi yaitu elektron yang mempunyai cukup energi
sehingga tidak tertarik balik oleh tarikan ion positif; elektron-elektron lainnya pada
tingkat energi yang lebih rendah dalam pita konduksi membutuhkan energi yang lebih
besar untuk mencapai pita kosong dan umumnya tidak berpartisipasi dalam sifat hantaran.
Dalam pengaruh medan listrik, elektron konduksi dipercepat ke arah medan dan hasilnya
adalah aliran elektron. Pita konduksi ini ada yang kosong, ada yang berisi elektron
banyak, dan ada yang setengah penuh sebagaimana ditemui pada logam.
Pita energi ada yang saling terpisah satu sama lain dengan menghasilkan celah energi
terlarang (forbidden energi gap). Celah energi antara pita valensi dengan pita konduksi
berperan penting dalam menentukan sifat hantaran listrik. Celah energi ini ukurannya
dapat lebar ataupun sempit. Celah yang lebar tidak memungkinkanelektron melintasinya
(yakni insulator) dan celah yang sempit memungkinkan elektron melintasinya ke pita
energi yang lebih tinggi sebagai penghantar listrik (yakni konduktor). Adanya celah
energi ini merupakan konsekuensi sifat mekanika kuantum elektron, yaitu memungkinkan
peluang mendapatkan elektron dengan nilai nol. Selain itu pita energi ada juga yang
saling tumpang tindih. Sifat hantaran listrik konduktor (logam), insulator (nonlogam), dan
semikonduktor dapat dijelaskan berdasarkan susunan pita-pita energi tersebut dalam
bahan yang bersangkutan.
Untuk logam-logam golongan 1, pita konduksi terdiri atas setengah pita isi penuh
elektron dan setengah pita kosong. Kedua bagian tengahan pita energi ini tentu sangat
dekat satu sama lain karena tidak ada celah energi, sehingga elektron-elektron dalam pita
konduksi ini dengan mudah mampu menjelajahi pita kosong sebagai pembawa arus
listrik.
Elektron-elektron berperan dalam kondukis hanya jika berada dalam pita yang terisi
secara persial. Dalam pita yang terisi penuh dengan tanpa adanya pita kosong cukup
dekat, elektron-elektron hanya bergerak saling bertukar tempat. Dalam pengaruh medan
listrik elektron-elektron terbagi menjadi dua bagian yang sama jumlahnya dengan dua
arah yang menghasilkan resutante nol, tanpa konduksi. Untuk unsur-unsur golongan 2,
elektron-elektron dengan energi tertinggi (ns2) menempati secara penuh pita valensi.
Sepintas elektron-elektron ini bukan elektron konduksi. Namun, pita konduksi kosong
berikutnya tersusun oleh orbital np yang ternyata tumpang tindih dengan pita valensi,
sehingga elektron pada pita valensi mampu berperan sebagai elektron konduksi,
menjelajah bebas pada orbital np dalam pita konduksi.
Elektron-elektron yang menempati energi dibawah pita valensi disebut elektron
inti(core elektrons); elektron-lektron ini terikat kuat oleh inti atom yang bersangkutan
dan dianggap kurang berperan dalam menentukan sifat konduktivitas.
4) Sifat Logam
Logam banyak kita jumpai di sekitar kita, contohnya besi, aluminium, tembaga,
perak, emas, dan lain-lain. Pada umumnya logam mempunyai sifat fisis, antara lain:
5. Logam biasanya memiliki titik leleh yang tinggi.
Logam biasanya memiliki titik leleh yang tinggi karena membutuhkan banyak energi
panas untuk memecah kisi-kisi, dengan ikatan logam yang kuat. Tembaga meleleh
pada 1083 C, dan nikel pada 1455 C. (Tapi ada pengecualian. Sodium meleleh di
hanya 98 C, misalnya. Dan merkuri meleleh pada -39 C, sehingga merupakan cair
pada suhu kamar.)
6. Logam lunak dan ulet.
Logam bisa ditekuk dan ditekan. Ulet berarti mereka dapat ditarik keluar
menuju kabel. Hal ini karena lapisan bisa geser lebih dari satu sama lain. Diagram
berikut ini merupakan salah kisi logam:
Lapisan bisa di geser tanpa memutuskan ikatan logam, karena elektron bebas bisa
bergerak
7. Logam adalah konduktor panas yang baik.
Logam adalah konduktor panas yang baik karena elektron bebas mengambil energi
panas, yang membuat mereka bergerak lebih cepat. Mereka dengan cepat mentransfer
panas melalui struktur logam:
jumlah electron dalam orbital ikat dan orbital antiikat; numeric perbedaan ini dibagi
dengan jumlah atom yang berikatan disebut derajat ikatan (bond order) yang dapat
dipakai sebagai petunjuk kekuatan ikatan yang bersangkutan.
Orbital molekuler ikat yaitu orbital yang memiliki energi yang lebih rendah dan
kestabilanya yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Orbital
molecular antiikat yaitu orbital yang memiliki energi yang lebih tinggi dan kestabilanya
yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Contoh orbital
molekular ikat dan orbital molekular antiikat adalah: O3
x y
p
z z
px py
2px2
2py1
2px2
2pz1
2py1
2px2
2pz1
2py1
px py
2pz1
p
z
s
s
O O=O
O+ O O-
-
O O O+
6) Teori Pita
Sifat logam salah satunya adalah dapat menghantarkan panas dan listrik, logam yang
tidak begitu baik menghantarkan listrik disebut semikonduktordan logam yang dapat
menghantarkan listrik dengan baik yaitu konduktor. Sifat logam konduktor,
semikonduktor ini dapat dijelaskan melalui Teori Pita(bond theory).
Kombinasi linear orbital-orbital terluar atom-atom logam menghasilkan orbital-orbital
bonding dan orbital-orbital antibonding dengan tingkat energi yang berdekatan yang
disebut pita energi. Pita energi ini sebetulnya terdiri dari dua bagian, yaitu separuh pita
bagian bawah yang terbetuk dari orbital-orbital bonding yang disebut dengan pita
bonding dan separuh pita bagian atas yang terbentuk dari orbital-orbital anti bonding yang
disebut dengan pita anti bonding.
Pada logam pita bonding dan pita antibonding yang terbentuk dari kombinasi linear
orbital-orbital atom yang sama adalah menyatu. Pita energi terisi penuh bila orbital-
orbital atom pembentuknya terisi penuh elektron. Sebaliknya, pita energi tidak terisi
penuh bila orbital-orbital atom pembentuknya tidak terisi penuh elektron.
Pita energi tertinggi yang berisi penuh elektron disebut pita valensi. Pita energi
tertinggi berikutnya tempat elektron dapat menjelajah secara bebas sebagai penghantar
listrik disebut pita konduksi. Mengapa demikian? Pita konduksi terdiri atas elektron-
elektron yang disebut elektron konduksi yaitu elektron yang mempunyai cukup energi
sehingga tidak tertarik balik oleh tarikan ion positif; elektron-elektron lainnya pada
tingkat energi yang lebih rendah dalam pita konduksi membutuhkan energi yang lebih
besar untuk mencapai pita kosong dan umumnya tidak berpartisipasi dalam sifat hantaran.
Dalam pengaruh medan listrik, elektron konduksi dipercepat ke arah medan dan hasilnya
adalah aliran elektron. Pita konduksi ini ada yang kosong, ada yang berisi elektron
banyak, dan ada yang setengah penuh sebagaimana ditemui pada logam.
Pita energi ada yang saling terpisah satu sama lain dengan menghasilkan celah energi
terlarang (forbidden energi gap). Celah energi antara pita valensi dengan pita konduksi
berperan penting dalam menentukan sifat hantaran listrik. Celah energi ini ukurannya
dapat lebar ataupun sempit. Celah yang lebar tidak memungkinkanelektron melintasinya
(yakni insulator) dan celah yang sempit memungkinkan elektron melintasinya ke pita
energi yang lebih tinggi sebagai penghantar listrik (yakni konduktor). Adanya celah
energi ini merupakan konsekuensi sifat mekanika kuantum elektron, yaitu memungkinkan
peluang mendapatkan elektron dengan nilai nol. Selain itu pita energi ada juga yang
saling tumpang tindih. Sifat hantaran listrik konduktor (logam), insulator (nonlogam), dan
semikonduktor dapat dijelaskan berdasarkan susunan pita-pita energi tersebut dalam
bahan yang bersangkutan.
Untuk logam-logam golongan 1, pita konduksi terdiri atas setengah pita isi penuh
elektron dan setengah pita kosong. Kedua bagian tengahan pita energi ini tentu sangat
dekat satu sama lain karena tidak ada celah energi, sehingga elektron-elektron dalam pita
konduksi ini dengan mudah mampu menjelajahi pita kosong sebagai pembawa arus
listrik.
Elektron-elektron berperan dalam kondukis hanya jika berada dalam pita yang terisi
secara persial. Dalam pita yang terisi penuh dengan tanpa adanya pita kosong cukup
dekat, elektron-elektron hanya bergerak saling bertukar tempat. Dalam pengaruh medan
listrik elektron-elektron terbagi menjadi dua bagian yang sama jumlahnya dengan dua
arah yang menghasilkan resutante nol, tanpa konduksi. Untuk unsur-unsur golongan 2,
elektron-elektron dengan energi tertinggi (ns2) menempati secara penuh pita valensi.
Sepintas elektron-elektron ini bukan elektron konduksi. Namun, pita konduksi kosong
berikutnya tersusun oleh orbital np yang ternyata tumpang tindih dengan pita valensi,
sehingga elektron pada pita valensi mampu berperan sebagai elektron konduksi,
menjelajah bebas pada orbital np dalam pita konduksi.
Elektron-elektron yang menempati energi dibawah pita valensi disebut elektron
inti(core elektrons); elektron-lektron ini terikat kuat oleh inti atom yang bersangkutan
dan dianggap kurang berperan dalam menentukan sifat konduktivitas.
Contoh terjadinya ikatan logam. Tempat kedudukan elektron valensi dari suatu atom besi (Fe)
dapat saling tumpang tindih dengan tempat kedudukan elektron valensi dari atom-atom Fe yang lain.
Tumpang tindih antarelektron valensi ini memungkinkan elektron valensi dari setiap atom Fe
bergerak bebas dalam ruang di antara ion-ion Fe+ membentuk lautan elektron. Karena muatannya
berlawanan (Fe2+ dan 2 e–), maka terjadi gaya tarik-menarik antara ion-ion Fe + dan elektron-elektron
bebas ini. Akibatnya terbentuk ikatan yang disebut ikatan logam. Logam mempunyai sifat-sifat antara
lain:
a. pada suhu kamar umumnya padat,
b. mengilap,
c. menghantarkan panas dan listrik dengan baik,
d. dapat ditempa dan dibentuk.
Dalam bentuk padat, atom-atom logam tersusun dalam susunan yang sangat rapat (closely
packed). Susunan logam terdiri atas ion-ion logam dalam lautan elektron. Dalam susunan seperti ini
elektron valensinya relatif bebas bergerak dan tidak terpaku pada salah satu inti atom, sehingga
elektron-elektron ini tidak terus-menerus digunakan bersama oleh dua ion yang sama. Bila diberikan
energi, elektron-elektron ini mudah dioperkan dari atom ke atom. Telah kita ketahui bahwa unsur
logam memiliki sedikit elektron valensi. Berarti, pada kulit luar atom logam terdapat banyak orbital
kosong. Hal ini menyebabkan elektron valensi unsur logam dapat bergerak bebas dan dapat berpindah
dari satu orbital ke orbital lain dalam satu atom atau antar atom.
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-
elektron valensi antar atom-atom logam. Ikatan logam terjadi akibat interaksi antara elekron valensi
yang bebas bergerak dengan inti atau kation-kation logam yang menghasilkan gaya.
1) Sifat Logam
Logam banyak kita jumpai di sekitar kita, contohnya besi, aluminium, tembaga, perak,
emas, dan lain-lain. Pada umumnya logam mempunyai sifat fisis, antara lain:
Maka, teori awan atau lautan elektron pada ikatan logam itu didefinisikan sebagai gaya tarik
antara muatan positif dari ion-ion logam (kation logam) dengan muatan negatif yang terbentuk dari
elektron-elektron valensi dari atom-atom logam. Jadi, logam yang memiliki elektron valensi lebih
banyak akan menghasilkan kation dengan muatan positif yang lebih besar dan awan elektronn dengan
jumlah elektron yang banyak atau lebih rapat. Hal ini menyebabkan logam memiliki ikatan yang lebih
kuat dibanding logam yang tersusun dari atom-atom logam dengan jumlah elektron valensi lebih
sedikit.
Adapun menurut pauling pada tahun 1965 mengemukakan ikatan logam dengan menetapkan
konsep resonansi, menurut teori ini ikatan logam merupakan ikatan kovalen dan sesuai dengan
struktur kristal logam yang dapat diamati pada eksperimen maka dapat diperkirakan terjadi resonansi.
Dalam mengembangkan teorinya pauling meninjau kristal logam Li. Dari tafsiran analisis terhadap
pola difraksi sinar-X oleh kristal logam Li dapat diketahui bahwa setiap atom Li dikelilingi oleh 8
atom Li yang lain. Karena elektron valensi Li adalah 1, maka tidak mungkin 1 atom meggikat 8 atom
Li lainnya. Bila atom Li menggunakan elektron valensinya, mak resonansi pasangan ikatan Li-Li
terjadi secara serempak didalam kisi kristalnya. Dinyatakan dalam 2 dimensi, resonansi yang
memungkinkan.
Yang dapat disimpulkan dari bebrapa pengertian secara umum dan para ahli tentang ikatan
logam yakni ikatan logam adalah ikatan kimia dimana elektron valensinya terbentuk dengan adanya
penggunaan bersama didalam atom-atom logam. Sehingga terjadi interaksi elektron yang bebas,
elektron valensi juga dilepaskan oleh atom karena elektron valensi tidak terikat dengan pasangan ion
logam. Jadi, logam yang memiliki elektron valensi lebih banyak akan menghasilkan kation dengan
muatan positif lebih besar. Contohnya seperti Be2+
Orbital molekul merupakan sebuah orbital dari persamaan Schrödinger yang melibatkan
beberapa iinti atom. Jika orbital molekul merupakan tipe orbital yang elektrin-elektronnya memiliki
keboleh jadian lebih tinggi berada di antara dua anti daripada dilokasi lainnya, maka orbital ini
merupakan orbital ikat dan menjaga kedua inti bersama. Jika elektron-elektron berada di orbital
molekul yang berada dilokasi lainnya, maka ini adalah orbital anti-ikat dan akan melemahkan ikatan.
Orbital molekuler ikat (bonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat yang
mendekat pada daerah antara kedua anti atom yang bergabung dan akan lebih stabil. Orbital
molekuler anti-ikat (anti-bonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat yang menjauh
fari daerah antara anti atom yang bergabung dan bersifat kurang stabil. Orbital ikatan yang dihasilkan
disebut orbital non-ikat (non-bonding) jika pada daerah tumpang tindih terdapat orbital atomik yang
bereaksi dalam pembentukan ikatan. Kerapatan elektron dalam orbital molekul ikatan lebih besar di
antara inti atom yang berikatan, sedangkan dalam orbital molekul anti-ikatan kerapatan elektron
mendekati nol di antara inti.
Pembentukan orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi konstruktif, dimana
interferensi konstruktif memperbesar amplitudo. Dan pembentukanorbital molekul anti-ikatan
berkaitan engan interferensi destruktif, dimana interferensi destruktif meniadakan amplitud. Interaksi
konstruktif dan destruktif antara dua orbital 1s dalam molekul H 2 mengarah pada pembentukan ikatan
sigma (σ1s) dan pembentukan anti-ikatan sigma (σ*1s). (Chang, 2004).
Dimana
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa selain adanya orbital atom (samping),
terdapat juga orbital molekul (tengah). Elektron-elektron pada orbital molekul merupakan jumlah dari
elektron-elektron yang terdapat di dalam masing-masing orbital kulit valensi unsur penyusunnya.
Orbital s akan membentuk ikatan sigma dan orbital p akan membentuk ikatan pi. Orbital dengan tanda
asterik (*) merupakan orbital anti-ikatan sehingga suatu molekul menjadi tidak stabil. Semakin
banyak elektron pada orbital anti-ikatan, maka suatu molekul akan semakin tidak stabil. Dari gambar
tersebut dapat diketahui bahwa gas O 2 merupakan gas paramagnetik karena terdapat elektron yang
tidak mengisi orbital π*px dan π*py secara penuh, sehingga konfigurasi elektron valensi molekul
O2 adalah:
(σ2s)2(σ*2s)2(σ2pz)2(π2px)2(π2py)2(π*2px)1(π*2py)1 atau (σ2s)2(σ*2s)2(σ2p)2( π2p)4(π*2p)2.
Teori ini dikembangkan Band Theory pada tahun 1970 mempergunakan teori orbital molekul.
Ikatan logam mudah dipahami dengan memberi teori orbital molekul ini. Misalnya pada logam Li
memiliki susunan elektron 1s2 2s1. Elektron 1s2 terdapat dalam orbital yang terarah (localized)
sedangkan elektron dalam 2s1 terdapat pada orbital tidak terarah (delocalized). Elektron 2s inilah yang
akan membentuk ikatan.
Bila dua atom Li mendekat, orbital atom 2s akan bergabung dengan orbital atom 2s dari atom lain
membentuk dua orbital molekul, yaitu orbital molekul bonding dan anti bonding. Bila atom ketiga
mendekat, terbentuk tiga orbital molekul, dan seterusnya. Jadi jumlah molekul sama dengan jumlah
atonya. Bila N atom litium bersatu, terbentuk N orbital molekul dengan energi berbeda-berda yang
membentuk pita energi, dengan distribusi energi yang kontinyu.
Dalam Litium, Elektron-elektron yang berasal dari orbital 2s kedua atom Li, akan menempati
orbital molekul bonding, sedangkan pada orbital molekul antibonding tidak terdapat elektron. Pada
pembentukan molekul Li3, terdapat 1 orbital molekul bonding yang berisi 2 elektron, 1 orbital molekul
nonbonding dimana terdapat sebuah elektron dan 1 orbital molekul antibonding yang masih kosong.
Pada pembentukan molekul Li4, terdapat 2 orbital molekul bonding yang masing-masing berisi 2
elektron dan 2 orbital molekun antibonding yang masih kosong. Proses ini dapat diperluas ke atom
yang ke N, meliputi seluruh atom dalam kristal Li. Hal ini mengakibatkan dihasilkan orbital molekul
sejumlah N, yang mempunyai perbedaan energi. Sebagai akibatnya adalah bahwa N atom Li yang
terdapat dalam kisi kristalnya akan memberntuk N/2 orbital molekul bonding dan N/2 orbital molekul
antibonding. N/2 orbital molekul bonding yang terjadi mempunyai tingkat energi yang hampir sama
dan menempati ruang yang sangat berdekatan sehingga menjadi kontinyu.
Baik kelompok orbital molekul antibonding, maupun kelompok orbital bonding yang kontinyu
tersebut akan berupa pita. Pita terbentuk bila orbital-orbital 2s pada atom-atom Li membentuk orbital
molekul dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini.
Bagian dari pita 2s di mana terdapat elektron valensi disebut pita valensi dan tingkat energi
tertinggi pada pita valensi disebut energi fermi E F. Dibagian atas tingkat fermi terdapat tingkat-tingkat
energi yang masih kosong yang disebut pita konduksi, karena elektron dapat mengalir melalui pita
orbital molekul tersebut.
Kesenjangan antara pita valensi dan pita konduksi yang disebut kesenjangan energi merupakan
ukuran kemudahan suatu logam untuk menghantarkan listrik. Bila logam dihubungkan dengan sumber
arus atau medan magnit, elektron yang berada disekitar tingkat fermi memperoleh tambahan energi
yang menyebabkan tingkat energinya naik, sehingga dapat pindah kedalam pita konduksi yang masih
kosong dan arus elektron listrik mengalir melalui pita konduksi tersebut.
Struktur FCC mempunyai sebuah atom pada pusat semua sisi kubus dan sebuah atom
pada setiap titik sudut kubus. Beberapa logam yang memiliki struktur kristal FCC
yaitu tembaga, aluminium, perak, dan emas (lihat Tabel 1).
Sel satuan FCC mempunyai empat (4) buah atom, yang diperoleh dari jumlah delapan
seperdelapan-atom pada delapan titik sudutnya plus enam setengah-atom pada enam
sisi kubusnya (8 1/8 + 6 1/2).
Atom-atom atau inti ion bersentuhan satu sama lain sepanjang diagonal sisi.
Hubungan panjang sisi kristal FCC, a, dengan jari-jari atomnya, R, ditunjukkan oleh
persamaan berikut:
Tiap atom dalam sel satuan FCC ini dikelilingi oleh duabelas (12) atom tetangga, hal ini
berlaku untuk setiap atom, baik yang terletak pada titk sudut maupun atom dipusat sel satuan
(lihat Gambar 2a). Jumah atom tetangga yang mengelilingi setiap atom dalam struktur kristal
FCC yang nilainya sama untuk setiap atom disebut dengan bilangan koordinasi (coordination
number). Bilangan koordinasi struktur FCC adalah 12.
Faktor tumpukan atom (atomic packing factor, APF) adalah fraksi volum dari sel satuan yang
ditempati oleh bola-bola padat, seperti ditunjukkan oleh persamaan berikut:
Struktur kristal kubus berpusat badan (BCC): (a) gambaran model bola pejal sel satuan BCC,
(b) Sel satuan BCC digambarkan dengan bola padat kecil, (c) Sel satuan BCC yang berulang
dalam padatan kristalin
Logam–logam dengan struktur BCC mempunyai sebuah atom pada pusat kubus dan
sebuah atom pada setiap titik sudut kubus
Sel satuan BCC mempunyai dua (2) buah atom, yang diperoleh dari jumlah delapan
seperdelapan atom pada delapan titik sudutnya plus satu atom pada pusat kubus (8 1/8
+ 1).
Atom-atom atau inti ion bersentuhan satu sama lain sepanjang diagonal ruang.
Hubungan panjang sisi kristal BCC, a, dengan jari-jari atomnya, R, diberikan sebagai
berikut:
Tiap atom dalam sel satuan BCC ini dikelilingi oleh delapan (8) atom tetangga (lihat Gambar
3a), sebagai akibatnya bilangan koordinasi struktur BCC adalah 8.Karena struktur BCC
mempunyai bilangan koordinasi lebih kecil dibandingkan dengan bilangan koordinasi FCC,
maka faktor tumpukan atom struktur BCC, yang bernilai 0.68, adalah juga lebih kecil
dibandingkan dengan faktor tumpukan atom FCC.
Hexagonal Close Packed (HCP)
Gambar Struktur kristal heksagonal tumpukan padat (HCP): (a) sel satuan HCP digambarkan
dengan bola padat kecil, (b) sel satuan HCP yang berulang dalam padatan kristalin.
Ciri khas logam–logam dengan struktur HCP adalah setiap atom dalam lapisan
tertentu terletak tepat diatas atau dibawah sela antara tiga atom pada lapisan
berikutnya
Sel satuan HCP mempunyai enam (6) buah atom, yang diperoleh dari jumlah dua-
belas seperenam-atom pada dua belas titik sudut lapisan atas dan bawah plus dua
setengah-atom pada pusat lapisan atas dan bawah plus tiga atom pada lapisan
sela/tengah (12 1/6 + 2 1/2 + 3).
Jika a dan c merupakan dimensi sel satuan yang panjang dan pendek (lihat Gambar 4),
maka rasio c/a umumnya adalah 1.633. Akan tetapi, untuk beberapa logam HCP, nilai
rasio ini berubah dari nilai idealnya.
Bilangan koordinasi struktur HCP dan faktor tumpukannya sama dengan struktur
FCC, yaitu 12 untuk bilangan koordinasi dan 0.74 untuk faktor tumpukan.
BAB II
IKATAN IONIK
Ikatan ionik adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu atom ke atom
yang lain(james E. Braday. 1990). Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan elektron
(logam) dengan atom yang menangkap elektron bukan logam. Atom logam, setelah melepaskan
elektron berubah menjadi ion positif. Sedangkan atom bukan logam setelah menerima
elektronberubah menjadi ion negatif. Antara ion-ion yang berlawanan muatan ini terjadi tarik-
menarik (gaya elektrilisis) yang disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen). Senyaawa yang memiliki
ikatan ion disebut senyawa ionik. Senyawa ionik biasanya terbentuk antara atom-atom unsur logam
dan non-logam.
Proses terbentuknya ikatan ionik dicontohkan dengan pembentukan NaCl. Natruin (Na)
dengan konfigurasi elektron (2,8,1) akan lebih stabil jika melepaskan 1 elektron sehingga konfigurasi
elekton berubah menjadi (2,8), sedangkan klorin (Cl), yang mempunyai konfigurasi (2,8,8). Jika agar
keduannya menjadi lebih stabil, maka natrium menyumbang satu elektron dan klorin akan kedapatan
satu elektron dari natruium.
Ikatan ionik adalah ikatan yang terjadi antara atom logam dengan atom non logam karena
adanya serah terima elektron. Teori mengenai ikatan ionis yang sampai sekarang diterima adalah atom
unsur yang sangat elektropositif dapat melepaskan 1 atau 2 elektron yang terdapat pada kulit
terluarnya dan atom unsur yang elektronegatif dapat menerima 1 atau 2 elektron yang dilepaskan oleh
atom unsur yang elektropositif. Oleh senyawa yang terbentuk karena adanya serah terima elektron
pada atom-atom pembentuknya disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ionis dan ikatan pada
senyawa tersebut dinamakan ikatan elektrovalen atau ikatan ionis. Pada suhu kamar, senyawa ionis
terdapat dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut terdiri dari ion-ion positif
dan ion-ion negatif, dengan bentuk yang teratur yang ditentukan oleh muatan dan jari-jari ion
pembentuknya. Contohnya :
Proses terbentuknya ikata ion pada senyawa NaCl (nomor atom Na =11, Cl= 17)
Ketika natrium kehilangan satu elektron, maka natrium menjadi lebih kecil. Sedangkan klorin
akan menjadi lebih besar karena ketambahan satu elektron. Oleh karena itu ukuran ion positif selalu
lebih kecil daripada ukuran sebelumnya. Namun ion negatif akan cenderung lebih besar daripada
ukuran sebelumnya. Ketika pertukaran elektron terjadi maka Na akan menjadi bermuatan positif Na +
dan Cl akan menjadi bermuatan negatif Cl -. Kemudian terjadi gaya elektrostatik antara Na + dan Cl-
sehingga membentuk ikatan ionik.
1. Dalam bentuk padatan tidak menghantar listrik karena partikel-partikrl ionnya terikat kuat
pada kisi, sehingga tidak ada elektron yang bebas bergerak.
2. Leburan dan larutannya menhantarkan listrik
3. Umumnya berupa zat padat kristal yang permukaannya keras dan sukar digores
4. Titik leleh dan titik didihnya tinggi
5. Larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut nonpolar.
Ikatan ion terjadi adanya gaya tarik-menarik antar ion yang bermuatan positif dan ion yang bermuatan
negatif.
Menurut Wibowo (2013) ada beberapa yang perlu diperhatikan, biasanya terjadi kesalahan konsep
dalam materi ikatan kimia ini, seperti:
1. Ikatan ionik hanya dapat terjadi antara kation dan anion sederhana .
2. Senyawa ionik hanya dapat terbentuk secara langsung dari ion-ion
Pada formula atau senyawa ionik, senyawa ion itu tidak ada sebagai molekul, sehingga kita tidak
dapat mengetahui tentang rurmus molekul dari senyawa ion. Sebagai gantinya rumus ionik suatu
senyawa itu tidak ada sebagai molekul. Sehingga kita tidak dapat mengetahui tentang rumus molekul
dari senyawa ion. Sebagai gantinya, rumus ionik suatu senyawa ialah rumus empiris senyawa
tersebut. Contohnya seperti natrium klorin rumusnya NaCl.
Menurut Saunders (2007) ada beberapa jumlah yang sama dengan ion tersebut dalam kisis ioniknya,
seperti contoh:
1. Magnesium oksida berisi Mg2- dan O2- ion dan rumusnya itu MgO
2. Kalsium klorida berisi Ca2- dan Cl2- ion dan rumusnya itu CaCl
3. Aluminium oksida berisi Al2- dan O2- ion, dan rumusnya itu Al2O2.
Cacat dan Poin Cacat
Kecuali kristal-kristal tunggal yang tumbuh dalam kondisi khusus, senyawa-senyawa
kristalin jarang bersifat “sempurna”. Suatu kristal sempurna bersifat kimiawi murni dan
mempunyai struktur sempurna dengan setiap titik-titik kisi terisi seperti yang dilukiskan
oleh unit sel. Sifat-sifat fisik dan kimiawi suatu padatan banyak yang bergantung pada
hadirnya cacat-cacat dalam padatan yang bersangkutan. Kristal- kristal sempurna bersifat
sangat kuat sedangkan hampir sebagian besar padatan mengandung cacat yang cukup
untuk menyebabkan padatan ini mudah dipengaruhi oleh gaya-gaya mekanik. Reaksi
kimia dalam keadaan padat memerlukan gerakan atom-atom atau ion-ion melalui padatan
yang bersangkutan. Namun dalam kristal sempurna tidak ada jalan khusus yang tersedia
untuk keperluan gerakan ini, tetapi dalam kristal-kristal “cacat” atom-atom atau ion-ion
dapat bergerak dari cacat satukecacatlain.
Jadistrukturcacatsangatberperandalammenentukan sifat-sifat suatu semikonduktor.
Gambar 1.27 Model tipe cacat (a) kekosongan, (b) selit dan (c) pengotoran
Satu dari beberapa tipe cacat yang didefinisikan oleh para ahli kimia zat padat adalah
variasi di dalam penempatan kisi atau variasi bagian-bagian interstitial (selit) dalam
kristal. Ada tiga tipe dasar poin cacat yang dapat terjadi seperti ditunjukkan pada Gambar
1.27, yaitu:
(a) kekosongan, adalah adanya bagian kisi yang tidak terisi atau tidak dihuni
(b) interstitial (selit), adalah adanya atom atau ion dalam ruang atau celah di antara
bagian-bagian kisi, dan
(c) pengotoran (impurity), adalah adanya ion atau atom asing di dalam bagian kisi regular
atau bagian selit.
Dalam kristal ionik, sifat kenetralan muatan listrik harus diper- tahankan, dan dalam
banyak hal ini dicapai melalui keseimbangan antara cacat-cacat yang bermuatan positif
dan negatif. Kecenderungan beberapa senyawa untuk mengakomodasi poin cacat dalam
struktur kristalnya menyebabkan terjadinya senyawa-senyawa nonstoikiometrik yaitu
rasio dari atom-atom berbeda yang bergabung bukan merupakan bilangan bulat. Senyawa
demikian ini hanya terdapat pada keadaan padatan dan dalam banyak hal mempunyai
komposisi yang bervariasi. Sebagai contoh di dalam senyawa wüstite, FexO (0 < x < 1),
bagian kationnya terdapat kekosongan hingga 14%. Untuk mempertahankan sifat
kenetralan muatan, dua ion Fe2+ diubah menjadi ion Fe3+ untuk setiap ion Fe2+ yang
hilang. Pembuatan Fe(II) oksida maupun Cu(II) sulfida di dalam laboratorium dengan
tekanan atmosfer tidak pernah dihasilkan komposisi stoikiometrik. Dalam titanium
oksida, TiO2, 15 % bagian dari tiap tipe (rutil dan anatase) terdapat kekosongan. Oleh
karena itu ter- dapat komposisi nonstoikiometrik titanium oksida, TiO 2, dalam rentang
yang luas dengan harga x < 1 atau x > 1, bergantung pada tekanan oksigen selama
pembuatan sampel senyawa yang bersangkutan.
1. Karakter Ionik Senyawa Biner tidak ada senyawa ionik yang karakter ioniknya 100%.
Menurut Pauling, untuk senyawa biner yang tersusun atas atom-atom A dan B, dengan
keelektronegatifan aton B lebih besar dibandingkan keelektronegatifan atom A, karakter
ioniknya dapat diperkirakan dengan persamaan berikut:
Karakterionik = 1- e-1/4(ᵪB- ᵪA)
ᵪA = Keelektronegatifan atom A
ᵪB = Keelektronegatifan atom B
Perkembangan munculnya teori ionisasi mendorong pemahaman adanya senyawa
ionik dan senyawa kovalen atau nonionik. Senyawa ionik sederhana terbentuk hanya antara
unsur-unsur metalik dan nonmetalik yang keduanya sangat aktif. Tiga persyaratan penting
untuk dapatnya senyawa ionik terbentuk adalah: (1) energi ionisasi dalam pembentukan
kation; (2) afinitas elektron dalam pembentukan anion; dan (3) energi kisi untuk pembentukan
kisi kristal dari kation-kation dan anion-anion harus lebih menguntungkan (favourable)
ditinjau dari pertimbangan energi atau menguntungkan secara energetik. Ini bukan berarti
kedua reaksi pembentukan ion-ion tersebut harus eksotermik, tetapi lebih berarti bahwa reaksi
tidak membutuhkan energi yang terlalu besar. Jadi, persyaratan untuk membentuk ikatan
ionik adalah salah satu atom unsur harus mampu melepas satu atau dua electron (jarang tiga
electron) tanpa memerlukan banyak energi, dan atom unsur lain harus mampu menerima satu
atau dua elektron (hampir tidak pernah tiga elektron) tanpa memerlukan banyak energi. Oleh
karena itu ikatan ionik banyak dijumpai pada senyawa pada logam golongan 1,2 sebagian 3
dan beberapa logam transisi dengan bilangan oksidasi rendah, dan nonlogam golongan
halogen,oksigen dan nitrogen. Semua energi ionisasi adalah endotermik, dan afinitas elektron
untuk halogen adalah eksotermik, tetapi unruk oksigen dan nitrogen sedikit endotermik.
Siklus Born Haber
Berdasarkan Hukum Hess, perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi adalah
sama, tidak bergantung apakah reaksi itu berlangsung melalui satu tahap atau melalui
beberapa tahap. Born dan Haber pada tahun 1919 menerapkan hukum Hess untuk menghitung
entalpi pembentukan suatu zat padat ionik. Tahap-tahap yang diperlukan dalam pembentukan
kristal ionik beserta perubahan entalpi yang menyertai setiap tahap tersebut dapat
digambarkan dalam suatu daur yang disebut dengan daur Born-Haber (Born-Haber cycle).
Daur Born-Haber untuk pembentukan Kristal NaCl dari unsur-unsurnya ditunjukkan pada
Pada daur di atas tingkat energi pereaksi, yaitu padatan natrium, Na(s), dan gas klorin, Cl2(g),
dianggap sama dengan nol. Rincian tahap-tahap yang diperlukan untuk membentuk Kristal
NaCl dari unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
i. Atomisasi natrium. Pada tahap ini padatan Na diubah menjadi atom-atom Na dalam fase
gas. Energi yang menyertai tahap ini disebut energi atomisasi, ∆HA. Tahap ini berlangsung
secara endotermik karena diperlukan sejumlah energi untuk memutuskan ikatan logam antara
atom-atom Na yang terdapat dalam logam natrium. Berdasarkan daur di atas, persamaan
reaksi untuk tahap ini dituliskan sebagai berikut.
Na(s) + ½ Cl2(g) Na(g) + ½ Cl2(g) ∆HA(Na) =108,4 kJ/mol
Pada tahap ini gas Cl2 tidak mengalami perubahan.
ii. Atomisasi klorin. Pada tahap ini gas Cl2 diubah menjadi atom-atom Cl dalam fase gas.
Energi yang menyertai tahap ini disebut energi atomisasi atau energi disosiasi ikatan, ∆HD.
Tahap ini berlangsung secara endotermik karena diperlukan sejumlah energi untuk
memutuskan ikatan kovalen antara dua atom Cl. Persamaan reaksi untuk tahap ini dapat
dituliskan sebagai berikut.
BAB III
METALURGI
“Apa itu Metalurgi?”. Metalurgi dapat kita mengerti sebagai ilmu yang mempelajari
suatu characteristic (karakter), Metallic Properties (sifat logam), dan Metallic Behavior
(perilaku logam). Semua spesifikasi sifat tersebut ditinjau dari kekuatan, kekerasan,
ketahanan, dll. Spesifikasi dan sifat mekanis lainnya. Seperti spesifikasi dari segi sifat fisik,
kimiawi dan teknologi.
Teknologi : kegiaatan atas logam seperti dicor, diolah mesin, dibentuk, dikeraskan,
disambung, dll.
Dalam pendidikan ilmu metalurgi dasar dari pada sifat-sifat yang dimiliki suatu logam,
baik logam murni atau pun logam campuran akan mengalami relasi antara satu dengan
lainnya. Bentuk aplikasi komponen dengan bahan dasar logam akan sangat berpengaruh dan
menentukan penggunaannya. Karena dalam pengaplikasiannya komponen berbahan dasar
logam ini, sangat penting diketahui dasar karakteristik yang dimiliki logam itu sendiri.
Khususnya untuk orang yang menggunakan dan memperlajari mengenai ilmu metalurgi
(berperan).
Metalurgi adalah ilmu pengetahuan dan teknologi logam, pengolahan dari bijihnya,
pemurnian, serta studi sifat maupun penggunaannya.
Metalurgi adalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengolahan bijih sampai
menjadi logam dinamakan metalurgi. Proses pengolahan logam dari bijinya melibatkan tahap
pengolahan awal atau pemekatan, reduksi logam dan pemurnian (refining) logam.
A. Jenis-jenis metalurgi
1. Pirometarulgi
Suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi panas. Suhu yang
dicapai ada yang hanya 50-250 oC (proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi
ada yang mencapai 2.000oC (proses pembuatan paduan baja). Yang umum
dipakai hanya berkisar 500-1.600 oC; pada suhu tersebut kebanyakan metal atau
paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas.
Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat
mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga
dilakukan dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik
(exothermic).
Melibatkan reaksi kimia yang dilaksanakan pada temperature tinggi. Misalnya dalam
smelting (peleburan atau pelelehan), reduksi mineral menghasilkan lelehan logam yang dapat
dipisahkan dari batuan yang tak diinginkan. Dalam proses reduksi ini biasanya dipakai karbon
atau logam lain. Oksida-oksida hasil pemanggangan bijih sulfide atau hasil kalsinasi bijih
karbonat tersebut umumnya direduksi dengan peleburan oleh karbon, menurut persamaan
reaksi :
ZnO (s) + C (s) → Zn (s) + CO (g)
Bantuan pengotor fluks slag lelehan logam dan slag membentuk lapisan yang dalam
terpisah dalam tungku sehingga dapat dipisahkan. Slag dapat dipadatkan sebagai massa mirip
gelas untuk dibuang atau dipakai pada pembuatan semen portland. Metode pirometalurgi
diterapkan untuk produksi tembaga, zink, dan besi.
Adapun contoh dari pirometralurgi adalah sebagai berikut:
a. Tembaga
Pada mulanya, bijih tembaga dipekatkan dengan penggerusan, kemudian dipanggang
dan dilebur dalam proses multitahap yang memisahkan besi dan tembaga sulfide yang
sebagian besar ada dalam bijih tembaga (kalkosit-Cu 2S, kalkopirit-CuFeS2). Bijih pertama-
tama dipanggang untuk membebaskan sebagian belerang sebagai belerang dioksida dan
belerang trioksida. Kemudian pemanasan dalam tungku dengan fluks silica akan mengubah
oksida-oksida besi dan beberapa besi belerang menjadi ampas (slag), dan menghasilkan
campuran lelehan tembaga sulfide dan besi sulfide dengan ampas besi silikat terapung di atas.
Beberapa persamaan reaksi yang penting dalam proses ini adalah :
FeS2 (l) +O2 (g) → FeS (l) + SO2 (g)
3 FeS (l) + 5 O2 (g) → Fe3O4 (l) + 3 SO2 (g)
2 CuFeS2 (l) + O2 (g) → Cu2S (l) + 2 FeS (l) + SO2 (g)
Fe3O4 (l) + FeS (l) + 4 SiO2 + O2 (g) → 4 FeSiO3 (l) + SO2 (g)
Campuran lelehan sulfide dibawa ketangki pengubah (conventer) untuk dilebur
dengan silika bersama oksigen yang ditiupkan melalui campuran. Dibagian ini sisa besi
dipisahkan sebagai ampas besi silikat dan langkah terakhir adalah reduksi menjadi logam
tembaga. Persamaan reaksinya adalah :
Dihaluskan
Serbuk bauksit
Dipanaskan
Dibuang/dihilangkan Digiling
Dibuang
Aluminium hidroksida
Larutan yang dihasilakan
mengendap di bagian bawah
direaksikan dengan asam
tangki dikalsinasi
klorida
Endapan aluminium
hidroksida disaring dan
dikalsinasi pada 2000 oF
SKEMA REAKSI :
Alumina dilebur menjadi logam
aluminium dalam tong baja atau pot
reduksi atau sel elektrolisis yang bagian
bawah dilapisi dengan karbon, sebagai
elektroda
Mengendap di
bagian bawah Al(OH)3
tangki
Al
B. Pengolahan logam
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengolahan bijih sampai menjadi loga,. Dinamakan
metalurgi, proses pengolahan logam dari bijinya melibatkan tahap pengolahan awal atau
pemekatan, reduksi logam dan pemurnian (refining) logam.
1. Pengolahan awal (pemekatan)
Pemekatan biji bertujuan untuk Pemekatan bijih bertujuan untuk memisahkan mineral dari
pengotornya sehingga diperoleh kadar bijih tinggi. Pemekatan dapat dilakukan melalui dua
teknik pemisahan, yaitu pemisahan secara fisis dan pemisahan secara kimia. Pemisahan
secara fisis terdiri dari :
v Pemisahan pengapungan (flotation separation)
v Pemisahan gaya berat (gravity separation)
v Pemisahan magnetik (magnetic separation)
v Pemisahan pencairan (liquation separation)
v Pemisahan amalgam (amalgams separation).
Pemisahan secara kimia terdiri dari :
v Proses pelindian (leaching),
v Proses pemanggangan (roasting),
Pada Proses ini dibahas menggunakan pemekatan tembaga dari bijihnya melalui cara
pengapungan (flotasi), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Pada proses ini, bijih
dihancurkan menjadi serbuk, kemudian dicampurkan dengan zat pengapung, dan udara
dialirkan hingga berbusa. Zat pengapung berupa surfaktan (memiliki ujung polar dan
nonpolar), misalnya saponin.
Proses pemekatan dengan cara flotasi.
Partikel-partikel yang terbasahi oleh air seperti pengotor berada di dasar tanki.
Adapun partikel yang tidak terbasahi menempel pada busa dan mengapung di atas permukaan
tanki.
2. Proses reduksi
Setelah bijih tembaga dipekatkan (tembaga sulfida), kemudian direduksi dengan cara
pemangggangan. Reaksi yang terjadi:
2CuS(s) + 3O2(g) → 2CuO(s) + 2SO2(g)
Pemanggangan bersifat eksoterm sehingga setelah pemanggangan dimulai tidak perlu
ditambahkan panas lagi. Untuk memperoleh logam tembaga dilakukan dengan cara reduksi
tembaga oksida dengan karbon sebagai reduktor :
CuS(s) + C(s) → Cu(g) + CO(g)
Uap logam tembaga meninggalkan reaktor dan terkondensasi menjadi cair, yang
selanjutnya memadat. Hidrogen dan logam aktif, seperti natrium, magnesium, dan aluminium
juga digunakan sebagai reduktor jika karbon yang dipakai tidak cocok. Hasil reduksi pada
tahap ini dinamakan tembaga blister yang kemurniannya mencapai 98%. Untuk kebutuhan
penghantar listrik, tembaga harus dimurnikan melalui elektrolisis.
Bagan metode pemurnian besi kasar
Zona refining merupakan teknik pemurnian logam dengan hasil kemurnian yang
sangat tinggi. teknik ini berdasarkan pada kenyataan bahwa pengotor lebih mudah larut
dalam fase cairan daripada fase padatan. Dalam proses ini batangan logam yang akan
dimurnikan di lewatkan secara perlahan kedalam kumparan pemanas listrik yang
mengakibatkan logam meleleh dan pengotor larut di dalam fase lelehan logam.
Batangan logam bergerak terus maju dan ketika keluar dari kumparan pemanas maka
bagian ujung luar menjadi dingin dan segera memadat kembali, sedangkan pengotor akan
tetap tertinggal larut dalam zona pelelehan didalam kumparan pemanas.
Ada dua macam metalurgi yaitu Metalurgi Extraksi (Extrative Metalurgi), Proses Bahan
Galian (PBG).
1. Peta konsep dan skema reaksinya
Pirometalurgi
Pirometalurgi Besi
Sejumlah besar proses metalurgi menggunakan suhu tinggi untuk mengubah bijih
logam menjadi logam bebas dengan cara reduksi. Penggunaan kalor untuk proses
reduksi disebut pirometalurgi. Pirometalurgi diterapkan dalam pengolahan bijih besi.
Reduksi besi oksida dilakukan dalam tanur sembur (blast furnace), yang merupakan
reaktor kimia dan beroperasi secara terus-menerus (Gambar 2).
Pirometalurgi besi
Campuran material (bijih besi, kokas, dan kapur) dimasukkan ke dalam tanur melalui
puncak tanur. Kokas berperan sebagai bahan bakar dan sebagai reduktor. Batu kapur
berfungsi sebagai sumber oksida untuk mengikat pengotor yang bersifat asam. Udara
panas yang mengandung oksigen disemburkan ke dalam tanur dari bagian bawah untuk
membakar kokas. Di dalam tanur, oksigen bereaksi dengan kokas membentuk gas CO.
Reaksinya melepaskan kalor hingga suhu tanur sekitar 2.300 °C. Udara panas juga
mengandung uap air yang turut masuk ke dalam tanur dan bereaksi dengan kokas
membentuk gas CO dan gas H2.
Reaksi kokas dan oksigen bersifat eksoterm, kalor yang dilepaskan dipakai untuk
memanaskan tanur, sedangkan reaksi dengan uap air bersifat endoterm. Oleh karena itu,
uap air berguna untuk mengendalikan suhu tanur agar tidak terlalu tinggi ( 1.900 °C).
Pada bagian atas tanur ( 1.000 °C), bijih besi direduksi oleh gas CO dan H2 (hasil reaksi
udara panas dan kokas) membentuk besi tuang.Persamaan reaksinya :
Gas CO2 yang dihasilkan dari penguraian batu kapur pada bagian bawah tanur (sekitar
1.900 °C) direduksi oleh kokas membentuk gas CO.
Oleh karena bersifat endoterm, panas di sekitarnya diserap hingga mencapai suhu ±
1.500 °C. Besi tuang hasil olahan berkumpul di bagian dasar tanur, bersama-sama terak
(pengotor). Oleh karena terak lebih ringan dari besi tuang, terak mengapung di atas besi
tuang dan mudah dipisahkan, juga dapat melindungi besi tuang dari oksidasi.
2. Proses recovery
Adalah pengambilan logam-logam berharga dari Pregnant Leach Solution (PLS);
larutan kaya hasil proses pelindian, dengan cara pengendapan (presipitasi) selektif.
Pada umumnya, proses pemurnian PLS dilakukan terlebih dahulu sebelum
menuju proses recovery agar proses presipitasi dapat berlangsung dengan efektif
dan efisien. Contoh teknik pemurnian larutan yang umum diterapkan adalah
adsorpsi dengan karbon aktif, resin penukar ion, dan ekstraksi pelarut.
DAFTAR PUSTAKA