Anda di halaman 1dari 16

RESUME FISIKA ZAT PADAT

IKATAN KRISTAL

Oleh
Nama: Denisa Rizka Maulia
NIM : 19033014
Prodi : Pendidikan Fisika

Dosen : Drs. Hufri M. Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
IKATAN KRISTAL
A. Gaya Interaksi dan Jenis-jenis Ikatan
1. Ikatan Ionik
Senyawa ionik sederhana terbentuk hanya antara unsure-unsur metalik dan
nonmetalik yang keduanya sangat aktif. Dua persyaratan penting, yaitu energy ionisasi
untuk membentuk kation dan afinitas elektron untuk membentuk anion, harus lebih
menguntungkan (favourable) ditinjau dari pertimbangan energy. Ini bukan berarti kedua
reaksi pembentukan ion-ion tersebut harus eksotermik, tetapi lebih berarti bahwa reaksi
tidak membutuhkan energy yang terlalu besar. Jadi, persyaratan untuk membentuk
ikatan ionic adalalah salah satu atom unsur harus mampu melepas satu atau dua electron
(jarang tiga electron) tanpa memerlukan banyak energy, dan atom unsure lain harus
mampu menerima satu atau dua electron(hampir tidak pernah tiga elektron) tanpe
memerlukan banyak energy. Oleh karena itu ikatan ionic banyak dijumpai pada senyawa
pada logam golongan 1,2 sebagian 3 dan beberapa logam transisi dengan bilangan
oksidasi rendah, dan non logam golongan halogen,oksigen dan nitrogen. Semua energy
ionisasi adalah endotermik, dan afinitas electron untuk halogen adalah eksotermik, tetapi
unruk oksigen dan nitrogen sedikit endotermik.
a. Sifat-sifat Senyawa ionik
1). Senyawa ionic cenderung mempunyai konduktivitas listrik sangat rendah dalam
bentuk padatan, tetapi penghantar listrik sangat baik pada keadaan leburnya.
Daya hantar listrik ini diasosiasikan dengan adanya ion-ion positif dan negative
yang bergerak bebaskarena pengaruh listrik. Dalam keadaan padat, ion-ion ini
diikat kuat dalam kisi, tidak mengalami migrasi atau perpindahan, dan juga tidak
membawa arus listrik.
2). Senyawa ionic cenderung mempunyai titik leleh tinggi, ikatan ionic biasanya
sangat kuat dan terarah kesegala arah. Ini bukan berarti bahwa ikatan ionic lebih
kuat dari pada ikatan kovalen, melaikan karena sebaran arah ikatan kesegala
arah, dan inilah yang merupakan faktor penting dalam kaitannya dengan titik
leleh yang tinggi.
3). Senyawa ionic biasanya sangat keras tetapi rapuh.kekerasan senyawa ionic
sesuai dengan argumen diatas, sekalipun perlakuannya melalui pemisahan secara
mekanik ketimbang pemisahan secara termal terhadap gaya-gaya tarik-menarik
antar ion. Kecenderungan kerapuhan merupakan akibat sifat alami ikatan ionik.
b. Kecenderungan pada Jari-jari Ionik
Jari-jari kation semakin kecil untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu periode
dengan kenaikan muatan ion. Sebagai contoh 11Na+ ,12Mg2+ dan 13Al3+, secara
berurutan mempunyai jarijari ionic 116, 86, dan 68 pm; ketiga-tiganya isoelektronik,
mempunyai 10 elektron dengan konfigurasi elektronik 1s2 2s2 2p6 . Satu-satunya
perbedaan adalah jumlah proton didalam intinya; makin besar jumlah proton atau
muatan inti makin besar muatan inti efektifnya, Zef! dan oleh karena itu makin kuat
gaya tariknya terhadap elektron sehingga makin kecil ukuran atau jari-jari ionnya.
Jari-jari anion semakin kecil untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu periode
dengan penurunan muatan ion. Sebagai contoh, anion 7N 3- ,8O 2-,dan 9F – , secara
berurutan mempunyai jari-jari ionic 132,124 , dan 117 pm. Ketiga spesies anionic ini
adalah isoelektronik (10 elektron) dan dengan argumentasi yang sama seperti
tersebut diatas dapat dijelaskan penurunan ukuran anion ini. Kedua contoh seri
kation (Na+ ,Mg2+ dan Al3+) dan anion (N3-,O2-,dan F – ,) yang juga isoelektronik
menunjukkan bahwa ukuran anion jauh lebih besar ketimbang ukuran kation. Secara
umum memang benar bahwa kation logam lebih kecil ukurannyaketimbang anion
nonlogam dalam satu periode.
2. Ikatan Kovalen

Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dan
Irving Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan apa yang tidak terjelaskan
oleh teori teori Kossel dengan memperluasnya untuk molekul non polar. Titik krusial teori
mereka adalah penggunaan bersama elektron oleh dua atom sebagai cara untuk mendapatkan
kulit terluar yang diisi penuh elektron. Penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom
atau ikatan kovalen adalah konsep baru waktu itu.

Teori ini kemudian diperluas menjadi teori oktet. Teori ini menjelaskan, untuk gas mulia
(selain He), delapan elektron dalam kulit valensinya disusun seolah mengisi kedelapan pojok
kubus (gambar 3.3) sementara untuk atom lain, beberapa sudutnya tidak diisi elektron.
Pembentukan ikatan kimia dengan penggunaan bersama pasangan elektron dilakukan dengan
penggunaan bersama rusuk atau bidang kubus. Dengan cara ini dimungkinkan untuk
memahami ikatan kimia yang membentuk molekul hidrogen. Namun, pertanyaan paling
fundamental, mengapa dua atom hidrogen bergabung, masih belum terjelaskan. Sifat
sebenarnya ikatan kimia masih belum terjawab.Ikatan kovalen terjadi apabila dua atom atau
lebih saling memberikan elektronnya dan akan membentuk elektron urunan (sharing
electron). Kita telah mengetahui bahwa tiap-tiap elektron beredar mengelilingi intinya maka
pada elektron urunan tersebut di atas beredar bersama-sama di antara atom- atom dan
menghasilkan gaya tarikan antara elektron dengan atom induknya. Sebagai contoh molekul
hidrogen H2, adalah –4,5 eV Berarti untuk memecahkan molekul tersebut menjadi dua atom
diperlukan energi 4,5 eV.

Di samping itu gaya tolak antara dua atom dapat muncul dari prinsip larangan Pauli.
Dalam hal ini, suatu sistem tidak boleh dua elektron dalam tingkat kuantum yang sama
sehingga beberapa elektron dipaksa ke tingkat energi yang lebih tinggi dari pada yang
ditempatinya semula.

Akibatnya, sistem tersebut akan memiliki energi yang lebih besar daripada sebelumnya
dan menjadi tidak stabil. Dengan kata lain elektron- elektron akan lari menjauh satu dengan
yang lainnya untuk menghindari pembentukan sistem tunggal. Keadaan fisis ikatan kovalen
dalam zat padat sama seperti dalam molekul. Telah diuraikan di atas gaya tariknya berasal
dari konsentrasi muatan elektron sepanjang garis yang menghubungkan inti berurutan,
sedangkan gaya tolaknya berasal dari prinsip larangan Pauli. Beberapa kristal yang memiliki
ikatan kovalen adalah intan, silikon, germanium dan timah putih.

Tabel 1.4.
Zat Padat Kovalen

Krital Jarak tetangga Energi (eV)


Terdekat (nm) kohesif

ZnS 0,235 6,32


C (intan) 0,154 7,37
Si 0,234 4,63
Ge 0,244 3,85
Sn 0,280 3,14
SiC 0,189 12,30
Ikatan kovalen hidrogen dapat dilukiskan seperti gambar 1. Penggabungan dua
orbit atom ke dalam suatu orbit molekul (dua elektron mengikat dua inti atom).
a.

b.

c.

Gambar 1.6.
a) dua orbit atom terisolasi b) penggabungan dua elektron c) orbit molekul H2 Suatu
ikatan kovalen biasanya ditunjukkan dengan memperlihatkan dua
elektron di antara simbol atom-atom.

Sifat ikatan kovalen pada umumnya berupa gas dan cair. Selain itu, kristal kovalen
cenderung keras dan mudah rusak serta memiliki titik lebur dan titik didih yang rendah.
Banyak kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip polimer. Dalam
kristal seperti ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu jenis) secara berulang saling
terikat dengan ikatan kovelen sedemikian sehingga gugusan yang dihasilkan nampak dengan
mata telanjang. Intan adalah contoh khas jenis kristal seperti ini, dan kekerasannya berasal
dari jaringan kuat yang terbentuk oleh ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida sp 3. Intan
stabil sampai 3500°C, dan pada temperatur ini atau di atasnya intan akan menyublim.
Kristal semacam silikon karbida (SiC)n atau boron nitrida (BN)n memiliki struktur
yang mirip dengan intan. Contoh yang sangat terkenal juga adalah silikon dioksida (kuarsa;
SiO2). Silikon adalah tetravalen, seperti karbon, dan mengikat empat atom oksigen
membentuk tetrahedron. Setiap atom oksigen terikat pada atom silikon lain. Titik leleh
kuarsa adalah 1700 °C.
Gambar 1: Struktur kristal intan
Sudut ∠C-C-C adalah sudut tetrahedral, dan setiap
atom karbon dikelilingi oleh empat atom karbon lain.
Gambar 2 : Struktur kristal silikon dioksida
Bila atom oksigen diabaikan, atom silikon akan membentuk struktur mirip intan. Atom oksigen
berada di antara atom-atom silikon.

Tabel klasifikasi kristal


padatan Titik leleh (°C) Kelarutan dalam air Hantaran listrik

Kristal molekular 150 Tak larut Tidak

Kristal Logam 1450 Tak larut Menghantar

Kristal Kovalen 2000 Tak larut Tidak

Kristal Ionik 1050 larut Tidak

3. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-
menarik yang terjadi antara ion-ion positif dengan elektron-elektron pada kulit terluar
(valensi) dari sebuah atom unsur logam. Elemen-elemen logam mempunyai energi
ionisasi yang rendah dan dalam ikatan ini atom-atom dari elemen sejenis memberikan
elektron valensinya membentuk suatu awan elektron atau gas elektron pada seluruh
ruangan yang diduduki oleh atom-atom.
Dengan pemberian elektron valensinya maka atom-atom akan menjadi ion-ion
positip. Ion-ion ini mengikat bersama dengan gaya yang serupa dengan ikatan ionik.
Ikatan antara ion-ion positif dengan elektron-elektron (negatif) disajikan seperti pada
Gambar 1.7.
a. Sifat-Sifar Ikatan Logam
1). Mempunyai Permukaan Yang Mengkilap

Menurut teori Drude-Lorentz bila cahaya tampak (visible) jatuh pada permukaan
logam, sebagian elektron valensi logam akan tereksitasi. Saat elektron yang
tereksitasi itu kembali ke keadaan dasar akan disertai pembebasan energi dalam
bentuk cahaya atau kilap. Peristiwa inilah yang menimbulkan sifat mengkilap
terhadap permukaan logam.

2). Penghantar Listrik Yang Baik (Konduktor)

Daya hantar listrik pada logam karena adanya elektron valensi yang bergerak
bebas dalam kristal logam. Kalau listrik dialirkan lewat logam, elektron-elektron
valensi logam akan membawa muatan listrik ke seluruh logam serta bergerak
menuju potensial yang lebih rendah sampai terjadi aliran listrik dalam logam.

3). Penghantar Panas Yang Baik

Sama kasusnya dengan daya hantar listrik, daya hantar panas pun disebabkan
adanya elektron yang bisa bergerak dengan bebas. Kalau bagian tertentu
dipanaskan, maka elektron-elektron pada bagian logam itu akan menerima
sejumlah energi sehingga energi kinetis (energi yang dimiliki suatu pertikel
karena gerakannya) bertambah yang membuat gerakannya sangat cepat.
Elektron-elektron yang bergerak sangat cepat itu menyerahkan sebagian energi
kinetisnya pada elektron lain sampai seluruh bagian logam menjadi panas dan
naik suhunya.

4). Dapat ditempa, Dibengkokkan dan Ditarik


Logam bersifat lentur (mudah ditempa, dibengkokkan namun tidak mudah
patah). Karakteristik ini bisa terjadi karena kisi-kisi kation (ion positif) bersifat
kaku (diam ditempat), sementara elektron valensi logam bergerak bebas. Kalau
logam ditempa atau dibengkokkan akan terjadi pergeseran kation-kation, namun
pergeseran ini tak menyebabkan patah karena selalu dikelilingi oleh lautan
electron.

5). Berupa Padatan Pada Suhu Ruang

Atom-atom logam tergabung sebab adanya ikatan logam yang sangat kuat
membentuk kristal yang rapat. Hal tersebut menyebabkan atom-atom tidak
mempunyai kebebasan untuk bergerak. Biasanya logam pada suhu kamar
berwujud padat kecuali raksa (Hg) yang berwujud cair.

6). Memiliki Titik Didih dan Titik Leleh Yang Tinggi

Diperlukan energi dalam jumlah yang besar untuk dapat memutuskan ikatan
logam yang sangat kuat pada atom-atom logam, hingga dengan adanya ikatan
yang sangat kuat ini menyebabkan logam mempunyai titik didih dan titik leleh
yang tinggi

7). Memberi Efek Fotolistrik dan Efek Termionik

Jika elektron bebas pada ikatan logam memperoleh energi yang cukup dari luar,
maka akan bisa menyebabkan terlepasnya elektron pada permukaan logam itu.
Kalau energi yang datang berasal dari berkas cahaya maka disebut efek foto
listrik, namun kalau dari pemanasan maka disebut efek termionik.

b. Contoh Logam

1). Emas

Unsur logam emas memiliki struktur sifat yang lunak dan memiliki warna bentuk
kuning terang yang biasa dipakai untuk perhiasan dan juga alat-alat elektonik.

2). Perak
Logam perak adalah sebuah logam yang mudah untuk dibentuk, mempunyai
warna dasar putih abu-abu adalah konduktor panas dan listrik yang sangat baik.
Logam ini biasanya dipakai sebagai perhiasan dan peralatan berbahan perak

3). Perunggu

Perunggu adalah sebuah campuran dari tembaga dan timah, yang telah dikenal
sejak jaman kuno. Campuran ini mempunyai sifat tahan korosi dan juga mudah
untuk dibentuk. Dari kebanyakan negara, logam ini biasanya dipakai sebagai
mata uang berbentuk koin yang mempunyai nilai tukar rendah .

4). Tembaga

Logam tembaga adalah logam yang mudah untuk dibentuk dan mempunyai
warna putih keperakan. Jenis logam yang paling baik dipakai untuk membuat
kawat listrik adalah tembaga. Tembaga biasa dipakai sebagai bahan tangki air
panas, kebel listrik, dan campuran kuningan dan kupronikel.

5). Kuningan

Kuningan adalah campuran dari tembaga dan juga seng. Kuningan dimanfaatkan
sebagai hiasan, sekrup, paku-paku kecil dan alat-alat musik, yang memakai
tembaga sebagai komponennya.

6). Besi

Besi adalah logam yang dihasilkan dari peleburan biji hematit di dalam tanur
sembur . Besi biasa dipakai sebagai bahan bangunan dan juga sebagai campuran
baja.

7). Aluminium

Aluminium adalah logam yang memiliki sifat ringan dan tahan korosi.
Alumunium terbuat dari biji bauskit lewat proses elektrolisis. Aluminium
biasanya dipakai pada kabel-kabel listrik, badan pesawat terbang, mobil, kapal
serta kaleng aluminium.

8). Timah
Timah adalah logam lunak serta mudah untuk dibentuk. Timah memiliki warna
putih keperakan . Logam timah biasa dipakai untuk solder.

c. Klasifikasi Ikatan Logam

1. Ikatan Logam Pada Logam Golongan Utama

Ikatan logam pada unsur golongan utama relatif lebih lemah


dibandingkan dengan dengan unsur golongan transisi. Contohnya kristal besi
lebih kuat dibandingkan dengan kristal logam magnesium.

2. Ikatan Logam Pada Logam Golongan Transisi

Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Alasannya adalah logam transisi dapat melibatkan elektron 3d yang ada dalam
kondisi delokalisasi seperti elektron pada 4s. Lebih banyak elektron yang dapat
terlibat, kecenderungan daya tarik akan semakin lebih kuat. Contoh ikatan logam
pada unsur transisi transisi adalah Ag, Fe, Cu dan lain-lain.

d. Faktor yang mempengaruhi ikatan logam

1). Titik leleh dan Titik Didih

Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi
karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu
dengan logam yang lain. Titik leleh dan titik didih logam berkaitan langsung
dengan kekuatan ikatan logamnya. Titik didih dan titik leleh logam makin tinggi
bila ikatan logam yang dimiliki makin kuat. Contohnya pada logam alkali
semakin kebawah titik didih semakin rendah sehingga ikatan logamnya akan
semakin lemah.

2). Jari-Jari Atom

Dalam sistem periodik unsur, pada satu golongan dari atas kebawah,
ukuran kation logam dan jari-jari atom logam makin besar.  Hal ini
menyebabkan jarak antara pusat kation-kation logam dengan awan elektronnya
semakin jauh, sehingga gaya tarik elektrostatik antara kation-kation logam
dengan awan elektronnya semakin lemah
3). Jumlah Elektron Valensi (Elektron Yang Terdelokalisasi)

Logam-logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki ikatan


logam yang relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu elektron
untuk dikontribusikan pada ikatan. Sedangkan pada logam golongan II seperti
magnesium memiliki dua elektron untuk dikontribusikan pada ikatan sehingga
logam golongan II  memiliki ikatan yang relatif lebih kuat dibanding logam
golongan I.

4). Bilangan Koordinasi

Logam natrium dikelilingi oleh delapan logam natrium yang lainnya,


sedangkan logam magnesium dikelilingi oleh dua belas logam magnesium
lainnya. Hal ini menyebabkan ikatan logam pada magnesium lebih besar
dibandingkan dengan ikatan logam pada natrium.

4. Ikatan Van Der Wals

Ikatan van der Waals adalah ikatan antarmolekul karena adanya gaya tarik menarik
van der Waals. Ikatan ini lebih lemah dibandingkan ikatan hidrogen, mudah sekali putus oleh
perubahan suhu atau tekanan yang kecil saja.Contoh pada cairan HBr dan HCl yang
menguap. Begitu juga iodium padat, jika diletakkan didalam botol bermulut lebar, akan
mudah menyublim setelah tiutup botol dibuka.

a. Ikatan antar molekul yang memiliki dipol

Ikatan van der waals terjadi pada senyawa polar yang tidak membentuk ikatan
hydrogen seperti HBr dan HCl, atau senyawa nonpolar yang mengandung sedikit
perbedaan keelektronegatifan. Ikatan van der waals yang terjadi dari dipol-dipol dapat
tersusun secara teratur seperti pada gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Ikatan Van Der Waals Dengan Susunan Teratur

Zat yang memiliki ikatan van der waals dalam susunan yang teratur, biasanya
berwujud padat. Adapun zat yang memiliki ikatan van der waals dalam susunan yang
tidak teratur (random) biasanya berwujud cair.

Gambar 2. Ikatan Van Der Waals Dengan Susunan Tidak Teratur

Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih elektronegatif
disbanding hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat pembentukan dipol akan
menyebabkan molekul saling tarik menarik satu sama lain lebih yang biasa dilakukan
jika hanya menyandarkan pada gaya dispersi saja.

Gambar 3. Gaya Tarik Menarik Antar Molekul HCl

Ikatan hydrogen berpengaruh terhadap titik didih. Adapun ikatan var der waals
yang ikatan anatar molekulnya lebih lemah tidak menyebabkan terjadinya lonjakan yang
berarti pada titik didih. Gaya yang menyebabkan terbentuknya ikatan dipol-dipol disebut
gaya dipol-dipol atau orientasi.

b. Ikatan antara molekul yang memilik dipol dan molekul yang tidak memiliki dipol

Gaya tarik menarik anatara molekul yang memiliki dipol dan yang tidak memilik
dipol terjadi secara induksi.Ujung molekul dipol yang bermuatan positif menginduksi
awan electron molekul yang tidak memiliki dipol. Akibatnya, molekul yang tidak
memiliki dipol membentuk dipol sesaat (dipol sementara). Setelah terbentuk dipol
sesaat, akan terjadi ikatan anatara molekul dipol dan molekul dipol sesaat seperti gambar
7.4 berikut ini.

induksi
- +

Molekul dipol Molekul tidak memiliki dipol

- + -
Ikatan Van Der Waals +
Molekul dipol Molekul dipol sesaat

Gambar 4. Ikatan Anatar Molekul Dipol dan Molekul Dipol


Sesaat

c. Ikatan antar molekul tidak memiliki dipol

Antara senyawa yang tidak memilik dipol dapat membentuk ikatan, karena pada
kenyataannya molekul-molekul tersebut jika didinginkan dapat berwujud cair dan ada
juga molekul diatomik yang pada suhu kamar dapat berwujud cair atau padatan.

Molekul – molekul diatomic, seperti Nitrogen (N2), Oksigen (O2), dan Hidrogen
(H2) tidak memilik dipol karena harga perbedaan keleeloktronegatifannya nol. Akan
tetapi, jika gas-gas tersebut didinginkan dapat berubah menjadi cair.
Begitu juga molekul bromin (Br2), dan molekul iodin (I2), yang tidak memiliki
dipol, tetapi pada suhu kamar molekul bromin berwujud cair dan molekul iodin
berwujud padat. Atom gas helium tidak memilik dipol, tetapi jika didinginkan Helium
dapat berubah wujud dari gas menjadi cair.

Suatu zat berada dalam wujud cair atau padat kareana adanya ikatan antar atom
atau antar molekul.Jadi, pada nitrogen cair, hydrogen cair, oksigen cair, bromin cair,
atau pada iodin padat pasti terdapat ikatan antar molekul.

Gaya tarik-menarik antar molekul yang tidak memiliki dipol ini pertama kali
dikemukakan oleh seorang ahli bernama F. London pada tahun 1932 sehingga gaya ini
disebut gaya London. Gaya London terjadi karena inti atom yang bermuatan positif dari
salah satu molekul yang mengiduksi awan electron molekul lain sehingga kedua
molekul membentuk dipol sesaat. Setelah membentuk dipol sesaat terjadi gaya tarik-
menarik yang disebut gaya London sperti terlihat pada gambar 7.5. Adanya gaya tarik
menarik antardipol sesaat menyebabkan terbentuknya ikatan van der waals. Kemudahan
suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat untuk mengimbas dinamakan
polarisabilitas.

Gambar 5. Gaya London

Dalam banyak kasus, gaya London atau gaya dispersi sebanding atau bahkan
lebih besar daripada dipol-dipol antara molekul-molekul polar. Sebagai ilustrasi titik
didih CH3F (-78,4oC) dan CCl4 (76,5oC). Walaupun CH3F memiliki momen dipol
sebesar 1,8 D, zat ini mendidih pada suhu yang lebih rendah daripada CCl 4 suatu
molekul non polar. CCl4 mendidih pada suhu yang lebih tinggi karena hanya
mengandung lebih banyak electron. Sebagai hasilnya, gaya disperse antara molekul CCl4
lebih kuat daripada gaya dispresi plus gaya dipol-dipol antara molekul CH3F. Kekuatan
gaya London menyebabkan kekuatan ikatan antar molekul yang dipengaruhi oleh 2
faktor, yaitu jumlah awan electron dan bentuk molekul.

a. Jumlah Awan Elektron

Semakin banyak awan electron, gaya tarik-menarik molekul dipol sesat semakin
besar sehingga ikatannya semakin kuat. Hal ini dapat dilihat dari data pada table 7.1.
titik didih terhadap jumlah electron senyawa.

Tabel 1. Jumlah Elektron dan Titik Didih Bebrapa Senyawa

Rumus molekul Jumlah elektron Titik didih (oC)


Hydrogen H2 2 -253
Nitrogen N2 14 -196
Oksigen O2 16 -183
Klorin Cl2 34 -35

Jadi, kenaikan titik didih sesuai dengan kenaikan jumlah electron. Kenaikan titik
didih dalam data tersebut juga dipengaruhi oleh massa molekul relative, karena semakin
kebawah, massa molekul relative semakin besar. Lemahnya gaya London terjadi pada
saat inti atom menginduksi awan electron, ada tolakan yang berasal dari inti atom.

b. Bentuk Molekul

Kekuatan gaya tarik London juga dipengaruhi oleh bentuk molekul. Bentuk
molekul panjang, lebih memudahkan inti atom mengindusi awan electron sehingga
memilik gaya tarik yang lebih besar, sedangkan, jika bercabang inti atom sukar
mengiduksi awan electron sehinga gaya London akan lebih lemah. Hubungan bentuk
molekul dan titik didih tesaji dalam table 7.2

Table 2. Hubungan Bentuk Molekul dan Titik Didih Senyawa

Senyawa Massa molekul relatif Bentuk molekul Titik didih (oC)


n-pentana 72 panjang 36,1
neopentana 72 bercabang 9,5
Jadi, untuk massa molekul relative sama, bentuk molekul panjang akan
memiliki titik didih yang lebih besar bentuk molekul bercabang sehingga bentuk
molekul panjang memiliki gaya London yang lebih besar daripada bentuk molekul
bercabang.

a. Sifat – Sifat Gaya Van Der Waals

Gaya tarik van der waals, tersusun dari bebrapa gaya tarik antar molekul. Gaya –
gaya tersebut ialah : gaya orientasi (kiesom, 1912), gaya induksi (Debey, 1920), dan
gaya disperse (London, 1930). Bila molekul-molekul yang membentuk Kristal
molekuler mempunyai momen dipol, seperti molekul HCl, H 2O dan NH3 maka akan
terjadi gaya tarik dipol-dipol, apabila molekul-molekul mempunyai orientasi yang
tepat. Gaya yang timbul disebut gaya orientasi.

Gaya tarik molekul atau atom nonpolar dengan atom polar cukup besar
karena adanya induksi kepada molekul atau atom yang nonpolar. Gaya tarik yang
terjadi disebut gaya induksi. Molekul-molekul nonpolar seperti I2 atau gas-gas mulia
tidak memiliki dipol, molekulnya simetris. Namun demikian adanya perpindahan
sedikit dari kedudukan inti dan electron dalam molekul, menyebabkan terjadinya
dipol, walaupun sebentar. Hal ini menyebabkan terjadinya dipol pada molekul lain
akibat induksi, hingga terjadi gaya tarik yang disebut gaya tarik disperse.

Gaya dispersi ini ternyata besar, walaupun pada molekul-molekul yang polar.
Untuk memecah Kristal NH3 diperlukan 7,1 kkal dan terdiri atas : 3,18 kkal karena
gaya orientasi 0.37 kkal kerana gaya induksi, dan 5,32 kkal karena gaya disperse.
Energy sebesar 7,1 kkal ini merupakan ukuran bagi gaya tarik van der waaals. Gaya
ini kecil bila dibandingkan dengan gaya ikat pada ikatan kovalen, yang umumnya
berkisar 100 kkal/mol.

b. Jari – Jari Van Der Waals

Setiap atom yang sama dapat memiliki jari-jari yang berbeda bergantung dari
atom yang berapitan dengannya. Seperti terlihat pada gambar 11, kedua atom ini
saling tarik menarik satu sama lain sehingga jari-jarinya lebih pendek dibandingkan

Anda mungkin juga menyukai