Anda di halaman 1dari 11

Senyawa ionik sederhana terbentuk hanya antara unsure-unsur metalik dan nonmetalik yang

keduanya sangat aktif. Dua persyaratan penting, yaitu energy ionisasi untuk membentuk kation dan
afinitas elektron untuk membentuk anion, harus lebih menguntungkan (favourable) ditinjau dari
pertimbangan energy. Ini bukan berarti kedua reaksi pembentukan ion-ion tersebut harus eksotermik,
tetapi lebih berarti bahwa reaksi tidak membutuhkan energy yang terlalu besar. Jadi, persyaratan untuk
membentuk ikatan ionic adalalah salah satu atom unsur harus mampu melepas satu atau dua electron
(jarang tiga electron) tanpa memerlukan banyak energy, dan atom unsure lain harus mampu menerima
satu atau dua electron(hampir tidak pernah tiga elektron) tanpe memerlukan banyak energy. Oleh
karena itu ikatan ionic banyak dijumpai pada senyawa pada logam golongan 1,2 sebagian 3 dan
beberapa logam transisi dengan bilangan oksidasi rendah, dan non logam golongan halogen,oksigen dan
nitrogen. Semua energy ionisasi adalah endotermik, dan afinitas electron untuk halogen adalah
eksotermik, tetapi unruk oksigen dan nitrogen sedikit endotermik. 2. Sifat – Sifat Senyawa Ionik Pada
temperatur kamar, senyawa kovalen dapat berwujud padat,cair, dan gas, tetapi senyawa ionik berwujud
padat dan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Senyawa ionic cenderung mempunyai konduktivitas listrik sangat rendah dalam bentuk padatan,
tetapi penghantar listrik sangat baik pada keadaan leburnya. Daya hantar listrik ini diasosiasikan dengan
adanya ion-ion positif dan negative yang bergerak bebaskarena pengaruh listrik. Dalam keadaan padat,
ion-ion ini diikat kuat dalam kisi, tidak mengalami migrasi atau perpindahan, dan juga tidak membawa
arus listrik.

2. Senyawa ionic cenderung mempunyai titik leleh tinggi, ikatan ionic biasanya sangat kuat dan terarah
kesegala arah. Ini bukan berarti bahwa ikatan ionic lebih kuat dari pada ikatan kovalen, melaikan karena
sebaran arah ikatan kesegala arah, dan inilah yang merupakan faktor penting dalam kaitannya dengan
titik leleh yang tinggi.

3. Senyawa ionic biasanya sangat keras tetapi rapuh.kekerasan senyawa ionic sesuai dengan argumen
diatas, sekalipun perlakuannya melalui pemisahan secara mekanik ketimbang pemisahan secara termal
terhadap gaya-gaya tarik-menarik antar ion. Kecenderungan kerapuhan merupakan akibat sifat alami
ikatan ionik. Jika cukup gaya untuk menggeser 2

3. Kecenderungan pada Jari-Jari Ionik Jari-jari kation semakin kecil untuk sederet spesies isoelektronik
dalam satu periode dengan kenaikan muatan ion. Sebagai contoh 11Na+,12Mg2+ dan 13Al3+, secara
berurutan mempunyai jarijari ionic 116, 86, dan 68 pm; ketiga-tiganya isoelektronik, mempunyai 10
elektron dengan konfigurasi elektronik 1s2 2s2 2p6. Satu-satunya perbedaan adalah jumlah proton
didalam intinya; makin besar jumlah proton atau muatan inti makin besar muatan inti efektifnya, Z ef!
dan oleh karena itu makin kuat gaya tariknya terhadap elektron sehingga makin kecil ukuran atau jari-
jari ionnya. Jari-jari anion semakin kecil untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu periode dengan
penurunan muatan ion. Sebagai contoh, anion 7N3-,8O2-,dan 9F–, secara berurutan mempunyai jari-jari
ionic 132,124 , dan 117 pm. Ketiga spesies anionic ini adalah isoelektronik (10 elektron) dan dengan
argumentasi yang sama seperti tersebut diatas dapat dijelaskan penurunan ukuran anion ini. Kedua
contoh seri kation (Na+,Mg2+ dan Al3+) dan anion (N3-,O2-,dan F–,) yang juga isoelektronik
menunjukkan bahwa ukuran anion jauh lebih besar ketimbang ukuran

kation.

Secara

umum

memang

benar

bahwa

kation

logam

lebih

kecil

ukurannyaketimbang anion nonlogam dalam satu periode. 4. Model Ionik dan Ukuran Ion Berdasarkan
elektronegativitas Pauling, jika perbedaan elektronegatifitas antara dua atom yang berikatan kovalen
membesar, sifat ikatan menjadi semakin polar. Akhirnya, jika perbedaan tersebut sedemikian besarnya
sehingga pasangan elektron sekutu menjadi terabaikan karena lebih mendekat kepada salah satu pihak,
maka ikatan yang terjadi dapat dikatakan sebagai ikatan ionik. Dengan demikian, ikatan ionik secara
sederhana adalah gaya atraksi ( tarik – menarik ) elektrostatik anata ion positif dengan ion negatif.
Pauling melukiskan bahwa kenaikan perubahan perbedaan keelektronegativitas akan mengakibatkan
kenaikan sifat ionik secara perlahan dan kontinu. Perbedaan elektronegativitas nol merupakan titi
ekstrem sifat kovalen murni. Jadi, sesungguhnya tidak ada garis pembatas yang tegas antara karakter
kkovalen dan ionik , ddan kenyataanya banyak ditemui senyawa yang termasuk kategori “intermediat”
atau sering disebut kovalen polar. Kovalen polar ini dapat bersifat ionik parsial atau dapat bersifat
kovalen parsial. 5. Kecenderungan pada Titik Leleh Ikatan ionic adalah hasil dari gaya tarik-menarik satu
ion dengan ion-ion berlawanan muatan di sekelilingnya dalam kisi Kristal. Proses pelelehan melibatkan
pemutusan parsial gaya tarikmenarik tersebut dan mengizinkan ion-ion dapat bergerak bebas dalam
fase cairnya. Titik leleh yang tinggi bagi senyawa ionic menyarankan bahwa ikatan ionic tentunya sangat
kuat. Semakin kecil ukuran ion berarti semakin terpusat muatannya sehingga semakin kuat pula ikatan
ioniknya, dan dengan demikian semakin tinggi titki lelehnya. Hal ini ditunjukkan oleh contoh 3

sederet senyawa halida, KF,KCl,KBr, dan KI, yang secara berurutan mempunyai titik leleh 857,772,735,
dan 685oC. Perbedaan titik leleh secara memcolok dapat terjadi oleh karena perbedaan muatan, yaitu
semakin tinggi muatan semakin tinggi pula titik lelehnya. Sebagai contoh, NaCl(Na + Cl–) meleleh pada
suhu 801 oC, sedangkan MgO (Mg2+ O2-) meleleh pada suhu yang sangat tinggi 2800 oC. 6. Polarisasi
dan Kovalensi Sebagian besar penggabungan logam dan nonlogam mempunyai karakter senyawa ionik,
namun terdapat beberapa kekecualian. Kekecualian ini terjadi apabila electron terluar dari anion tertarik
begitu kuatnyakarah kation sehingga mengakibatkan terbentuknya ikatan kovalen hingga derajat
kovalensi tertentu, artinya rapatan anion terdistorsi kearah kation. Distorsi (penyimpangan) dari bentuk
ideal anion ini, yaitu spherical (bentuk bola), disebut polarisasi. Semakin besar sifat polarisasi anion
semakin besar derajat iatan kovalensinya. Aturan yang dikemukakan oleh Kasimir Fajans perihal
polarisasi adalah srbagai berikut. 1. Kation dengan ukuran semakin kecil dan muatan positif semakin
besar mempuyai daya mempolarisasi semakin kuat. 2. Anion dengan ukuran semakin besar dan muatan
negatif semakin besar akan semakin mudah terpolarisasi. 3. Kation yang mempunyai konfigurasi
elektronik bukan konfigurasi elektronik gas mulia mempunyai daya mempolarisasi lebih kuat. 7. Struktur
Kristal Ionik dan Contohnya serta Kisi Kristal Struktur Kristal Ionik Zat padat dapat diklasifikasi atas dasar
tipe ikatan, yaitu ionik, kovalen, metalik dan van der waals, dan atas dasar simetri kristal dalam hal
hubungan antar panjang dan sudut sumbu-sumbu kristal yaitu kubus, tetragonal, ortorombik,
heksagonal, rombohedral, monoklinik, dan triklinik. Klasifikasi kristal atas dasar tipe ikatan berdasarkan
pada sifat-sifat hantaran listrik, kekrasan, titik leleh, dan sebagainya sesuai dengan sifat-sifat kimiawi
atom-atom yang terlibat. Sedangkan, klasifikasi kristal terhadap sinar-X untuk menentukan sudut-sudut
antar muka atau oleh difraksi sinar-X untuk menemukan keteraturan internal. Untuk mempermudah
dalam melakukan sifat simetri suatu kristal diperkenalkan konsep sumbusumbu kristalografi. Sumbu-
sumbu ini biasanya menunjuk pada arah yang penting dalam kristal sebagaimana didefinisikan oleh
permukaan-permukaan kristal yang bersangkutan. Tiga sumbu a,b, dan c dan sudut-sudut α, β, dan γ
cukup untuk melukiskan klas suatu kristal (gambar 1.18) Gambar 1.18 Posisi sumbu dan sudut dalam
suatu bangun kristal
4

Dalam beberapa hal sumbu c diarahkan sejajar dengan arah unit kristal yang bersangkutan, misalnya
arah memanjang atau memendek. Sumbu-sumbu a dan b yang keduanya tidak sebidang dengan sumbu
c mewakili arah terpilih kristal yang bersangkutan. Bidang-bidang kristal dilukis menurut
perpotongannya dengan sumbu-sumbu tersebut. Atas dasar perbedaan ukuran ketiga sudut dan
ulangan jarak ketiga sumbu tersebut terdapat tujuh klas kristal sebagaimana ditunjukan dalam tabel 1.5
Klas Kubus Ortorombik Tetragonal Monoklinik Triklinik Heksagonal Rombohedral (Trigonal)

Kondisi sumbu dan sudut unit sel a = b = c ; α_=_β_=_γ_= 90° a ≠ b ≠ c ; α_=_β_=_γ_= 90° a = b ≠ c ;
α_=_β_=_γ_= 90° a ≠ b ≠ c ; α_=_γ_= 90°≠ β a ≠ b ≠ c ; α_≠_β_≠ γγ γ ≠ 90° a = b ≠ c ; α_=_β_= 90°; γ=120°
a = b = c ; α_=_β_=_ γ γ_ γ ≠90°

Struktur Natrium Klorida Natrium klorida mengkristal dalam bentuk kubus pusat muka (face centered
cube, fcc). Untuk membayangkan bentuk ini prhatikan posisi salah satu ion-ion yang sama, ion-ion Na +
saja atau ion-ion Cl– saja pada sistem satu unit sel kristal sebagaimana ditunjukan gambar 1.21. pada
gambar 1.21 (B) delapan ion Cl– (lingkaran terang besar) menempati kedelapan sudut suatu kubus,
enam ion Cl– yang lain (lingkaran berbintik besar) menempati keneam pusat muka kubus ini. Jika kubus
tersebut diperluas atau diperpanjang dengan tambahan masing-masing satu muka lagi kearah horizontal
(kiri-kanan, muka –belakang) dan vertikal (atas-bawah), maka akan terlihat bahwa tiap ion Na+
menempati pusat setiap bangun oktahedron ion Cl –. Dengan demikian kristal NaCl dapat dikatakan
mempunyai bangun kemas-rapat kubus pusat muka ion Cl – dengan ion Na+ yang lebih kecil menempati
rongga oktahedral. Selain itu, perluasa bangun ini juga akan memperlihatkan adaya betuk kubus pusta
muka yang dibangun oleh ion-ion Na + seperti halnya yang dibangun oleh ion-ion Cl–. Oleh karena itu,
kisi kristal natrium klorida merupakan dua kisi kubus pusat muka yag saling tertanam didalamnya
(interpentrasi). Perluasan gambar 1.21(B) akan mennjukan dengan jelas bahwa tiap ion dihubungkan
dengan enam ion lain. Maka, masing-masing ion mempunyai bilangan koordinasi enam. Dalam satu unit
sel (Gambar 1.21 (B)), jumlah masing-masing ion/atom dengan mudah dapat ditentukan yaitu empat,
sehingga memenuhi sifat stoikiometri 1:1 dengan formula NaCl. Struktur sesium klorida Berbeda dengan
natrium klorida, NaCl, sesium klorida CsCl, mengkristal dalam bentuk kubus sederhana atau kubus
primitif, jadi tidak termasuk kemas rapat. Hal ini berkaitan dengan ukuran Cs+ yang relatif lebih besar
sehingga memerlukan rongga yang lebih besar daripada rongga oktahedron. Sebagaimana ditunjukan
gambar 1.22, didalam kisi ristalnya ion-ion Cl – menempati kedelapan titik sudut kubus dan ion
pasangannya, Cs+, menempati pusat badan kubus ini. Dengan demikian, bilangan koordinasi Cs+ dapat
ditentukan dengan mudah, yaitu delapan, karena 5
dihubungkan dengan delapan ion Cl–. Kedelapan io Cl– masing-masing menempati posisi yang ekivalen
dengan nilai yang sama dengan satu uniit selnya yaitu , dan mempunyai “satu stick” penghubung
sebagai bilangan koordinasi. Dengan kata lain tiap ion Cl – tentu mempunyai “delapan stick”
penghubung atau bilangan koordinasi delapan. Gambar 1.22 Struktur zink blende dan wurtzit Zink
sulfida, ZnS, merupakan satu contoh senyawa polimorf, mengkristal dalam dua macam bentuk kisi yang
sangat berebda yaitu zink blende dan wurtzit (Gambar 1.23) dalam kedua macam bentuk ini kedua ion
Zn dan ion S masing-masing mempunyai bilangan koordinasi empat. Zink blende mempunyai struktur
kemas rapat kubus pusat muka anion dengan kation mengisi setengah rongga tetrahedron (Gambar 1.23
A). Dalam satu unit sel, masing-masing ion dapat dihitung dengan mudah yaitu empat untuk kubus pusat
muka ion S2- dengan ion Zn2+ mengisi setengah rongga tetrahedron sebagaimana terlihat pada gambar
1.20B yang menunjukan lapis A-B-A untuk atom S. Dalam satu unit sel, terdapat enam atom Zn yang
terdiri atas empat atom interior, dan x 6 atom sudut heksagonal “tengah” ; dan enam atom S yang
terdiri atas tiga atom interior 2 x x 6 atom muka, dan “pusat” muka. Dengan demikian, bangun ini
memenuhi rasio stoikiometri 1:1. Pada kedua bentuk ini, masing-masing kation dan anion mempunyai
bilangan koordinasi empat. Gambar 1.23 (a) kemas rapat kubus anion s 2- dengan kation Zn2+ didalam
setengah rongga tetrahedron dalam kristal Zink blende, ZnS. (b) kemas rapat heksagon anion s 2-
dengan kation Zn2+ didalam setengah rongga tetrahedron dalam kristal Wurtzit, ZnS. Struktur fluorit
Kalsium fluorid, CaF2, mengkristal dalam bentuk struktur fluorit (Gambar 1.24). struktur ini merupakan
kemas apat kubus pusat muka ion (Ca2+), dan ion (F–) menempati delapan rongga tetrahedral, dengan
demikian, dalam satu unit sel terdapat empat ion Ca dan delapan ion F sehingga dipenuhi rasio
stoikiometri 1:2. Bilangan koordinasi ion F– dengan mudah dapat diketahui yaitu empat, sesuai dengan
posisi nya sebagai atom interior yang menempat rngga tetrahedral dengan empat “stick“ penghubung.
Bola kation menempati dua macam posisi yaitu posisi sudut kubus dan pusat muka kubus. Posisi sudut
kubus dihubungkan oleh satu “stick” penghubung dan ini ekivalen dengan posisi pusat muka kubus yang
dihubungkan dengan empat “stick” penghubung. Kedua posisi ini menghasilkan bilangan koordinasi
delapan untuk kation. Jika baik posisi maupun jumlah kation dan anion dibalik, hasilnya adalah struktur
antifluorit, misalnya Li2O dan Na2O. 

Jari – Jari Ionik dan Rasio Jari – Jari Ionik

Jari – Jari Ion 6


Jari – jari ion yang digunakan sekarang diperoleh dengan cara semi-empiris, yaitu dengan
mempergunakan jarak antarion dari kristal senyawa alkil halida yang diperoleh dari eksperimen. Ukuran
jari jari ion ditentukan olehgaya tarik muatan inti yang efektif terhadap elektron pada orbital terluar ion
tersebut. Besar muatan inti efektif adalah selisih muatan inti dan pengaruh elektron penyaring atau
elektron dalam. Pengaruh elektron penyaring tersebut dapat ditentukan berdasarkan data spektra yang
diperoleh pada eksperimen. Muatan inti ion efektif dapat diperoleh melalui rumus : 

Zef = Z – S

Zef = muatan ion efektif Z = Muatan inti S = Tetapan saringan Jari – jari ion positif lebih kecil daripada jari
– jari atomnya, karena muatan inti efektifnya bertambah, sedangkan jari – jari negatif lebih besar dari
jari – jari atomnya, karena muatan inti efektifnya berkurang. Dengan difraksi sinar- X, jarak ion positif
dan ion negatif pada alkil halida dapat dilihat pada tabel berikut ini Jarak antarion (Å) Δ

KF = 2,66 NaF = 2,31 0,35

KCl = 3,14 NaCl = 2,81 0,33

KBr = 3,29 NaBr = 2,98 0,31

KI = 3,53 NaI= 3,23 0,30

Harga Δ yang hampir konstan, memberi petunjuk, bahwa jari – jari ion dapat dianggap tetap ion – ion
merupakan bola dan ion – ion tersebut saling bersinggungan ( GAMBAR ) Bila ion – ion dalam kristal,
berbentuk bola, maka jarak antarion – ion adalah d = r++ r–( r+adalah jari –jari kation, dan r– adalah jari
– jari anion).Bila jari- jari salah satu ion diketahui, maka jari – jari ion yang lain dapat dihitung karena
harga d yaitu jarak antar ion-ion dapat ditentukan secara eksperimen. Dari eksperimen dengan sinar- X
dapat diketahui susunan ion positif dan ion negatif pada kristal LiBr dan KBr, seperti pada hambar
berikut ini Jari – jari ion Li+ yang mempunyai susunan elektron 1s 2 lebih kecil dari jari- jari ion Br –
dengan susunan elektron 1s2 2s 22p 6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p2. Karena itu susunan ion dalam kristal LiBr
sangat ditentukan oleh ukuran jari – jari ion Br-. Jari – jari ion Br- adalah ½ x jarak d yang diperoleh pada
eksperimen. Bila jarak antara inti K+ dan inti Br- juga dietahui dari eksperimen yaitu b, maka jari – jari
ion K+ dapat dihitung yaitu b – ½ d. Dengan cara yang sama, dapat diperoleh jari – jari berbagai ion
seperti pada tabel ini Dari harga jari – jari ion pada tabel dapat disimpulkan bahwa : 1. Untuk ion yang
isoelektrik, jari – jari ion akan berkurang bila muatan inti bertambah, misalnya rMg2+< r Na+< rF–< rO2-

2. Untuk ion – ion pada golongan yang sama jari – jari ion bertambah bila masa atomnya bertambah,
misalnya rF–< rCl–< rBr–< rI– 3. Untuk unsur yang dapat membentuk dua macam atau lebih ion positif,
makin besar muatan positif, makin kecil jari – jarinya. Misalnya : rFe3+< rF2+ 4. Untuk unsur transisi, ion
– ion yang bermuatan sama Ti2+à Ni2+, bertambahnya nomor atom tidak banak mempengaruhi ukuran
jari – jarinya, karena penambahan muatan inti dan penambahan elektron pada orbital 3d saling
mengimbangi. Pada tahun 1927, Pauling menentukan harga jari –jari ion yang sekarang dipergunakan ,
dengan metode semiempiris, yaitu dengan anggapan bahwa ion – ion dengan susunan elektron yang
sama (isoelektronik) seperti ion K+ dan ion Cl–, jari – jarinya berbanding terbalik dengan muatan
efektifnya atau rK+ : rCl– = : Sebagai contoh dapat dilihat pada kristal KCl. Tetapan saring untuk ion K +
dan ion Cl– yang isoelektronik adalah 10,87 e ( e= muatan elektron ). Muatan inti efektif ion K + adalah
( 19 – 10,87 ) e = 8,13e dan untuk ion Cl– adalh ( 17 – 10,87 ) = 6,13 e. Bila jarak antarion K dan ion Cl =
3,14Å Jari – jari ion K+ = x 3,14 Å = 1,35 Å Jari – jari ion Cl– = x 3,14 Å = 1,79 Å Jari – jari ion pada tabel
yang ditentukan dengan cara Pauling diperoleh dengan anggapan bahwa ion – ion beripa bola yang satu
sama lain bersinggungan. Bagaimanappun, susunan elektron yang mengelilingi inti sebenarnya adalah
diffuse, sehingga sukar ditentukan batas orbital, dan 2 ion yang sangat berdekatan akan saling tumpang
tindih sehingga terjadi deformasi kristal, artinya dalam kristal yang berbeda bentuknya deformasi ion –
ion juga berbeda. Harga ion –ion yang bermuatan tunggal. 

Rasio Jari – Jari ionik

Besarnya ukuran rongga oktahedral dalam sebuah kisi kemas rapat ion dapat ditentukan melalui
(gambar 1.29 ). Suatu kation yang menempati tepat sebesar oktahedral, bagian aksialnya akan
membentuk bujur sangkar dengan panjang diagonal sebesar 2r+ + 2r–. Dengan demikian, dalam segiriga
siku – siku sama kaki ABC ( Gambar ) berlaku hubungan sebagai berikut : Cos 450 = = 0,707 r– = 0,707 r–
+ 0,7070 r+ 0,293 r–= 0,707 r+ , sehingga = 0,414, atau = 2,42 Rasio ini ( ~ 0,414 ) akan memnatasi sifat
“kestabilan” kation dalam ringga oktahedral untuk menjaga agar anion – anion dan anion – kation tetap
tepat bersinggungan. Kation dengan ukuran lebih kecil tentu akan memilih rongga tetrahedral yang lebih
kecil daripada rongga oktahedral, dan kation yang lebuh besar akan memilih rongga kubus sederhana.
Gambar 1.29 Posisi kation dalam : 8

1. Rongga oktahedron anion 2. Penampang irisan mendatarnya dan 3. Penampang irirsan mendatar
untuk struktur triagonal Perkecualian terhadap penerapan rasio jari – jari Penerapan hubungan rasio jari
– jari terhadap bangun geometri pada berbagai contoh di atas memang cukup instruksif. Namun rasio
jari – jari hanalah merupakan sebuah petunjuk saja yang sesungguhnya sangat terbatas pemakaiannya
dan perlu hati – hati khususnya jika ikatan kovalen menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan.
Walaupun banyak senyawa ionik benar – benar mengadopsi bangunan geometri sesuai dengan ramalan,
ada banyak perkecualian yang ekstrem ( tabel 1.2 ) Senyawa

r+ / r –

HgS

0,68

LiI

0,35

RbCl

0,99

Kemasan – duga Kemasan- nyata NaCl ( koordinasi ZnS ( koordinasi 4 ) 6) NaCl ( koordinasi ZnS
( koordinasi 4 ) 6) CsCl ( koordinasi NaCl ( koordinasi 8)

6)

Kimia bukanlah subjek yang sederhana, dan dalam senyawa yang sangat ionik sekalipun sesungguhnya
terdapat sifat kovalen parsial walaupun hanya berderajat rendah; semakin berkurang derajt
ioniknyasemakin bertambah derajt kovalensinya, dan dalam keadaan demikian ini model bola keras bagi
suatu ion dalam berbagai senyawa tidal lagi tepat. Sebagai contoh, raksa ( II ) sulfida, HgS, mempunyai
tingkat kovalensi yang cukup tinggi sehingga dapat dipertimbangkan sebagai senyawa dengan jaringan
kovalen seperti intan dan silikon dioksida. Tingginya sifat kovalensi ini memungkinkan pemilihan
geometri tetrahedron- struktur ZnS, sebagaimana sering dijumpai bagi senywa Hg (II). Sifat kovalen
parsial juga terdapat dalam litium iodida (ion iodida mudah terpolarisasi). Pemilihan bangun geometri-
struktur NaCl pada senyawa ini sunggguh tidak masuk akal jika alasannya didasarkan pada harga standar
jari – jariioniknya. Ion Li+ terlalu kecil ukurannya dalam rongga oktahedral anion iodida sehingga akan
mengakibatkan posisi kation tidak fit ( pas) tetapi bergejolak terus – menerus. Studi struktur kristal
menunjukkan bahwa rapatan elektron litium tidak berupa bola (sferis) melainkan mencuat keluar ke
arah keenam atom iodin disekelilingnya; oleh karena itu, litium iodida tidak dapat dipertimbangkan
sebagai senyawa yang benar – benar ionik, dan diduga mengandung 30% karakter kovalen. Selain itu
ditemukan bukti bahwa perbedaan energi antara kemasan geometri sering sangat kecil. Sebagai contoh
rubidium klorida, RbCl, umumnya mengadopsi geometri struktur –NaCl yaitu kubus pusat muka, dan
bukan struktur-CsCl yaitu kubus sederhana sebagaimana diramalkna.

Namun, kristalisasi dibawah tekanan dapat menghasilkan geometri struktur-CsCl. Jadi perbedaan energi
pengemasan antara kedua bangun geometri tentulah sangat penting. Akhirnya, perlu diingat bahwa nilai
jari – jari ionik tidaklah tetap dari lingkungan- tetangganya yang satu ke yang lain. Sebagai contoh, ion Cs
+ mempunyai jari – jari ionik sebesar 181 pm hanya ketika ion ini dikelilingi oleh enam anion tetangga ,
dan dengan delapan anion tetangga seperti dalam CsCl, Cs+ mempunyai jari – jari ionik seedikit lebih
besar, 188 pm. Untuk ion – ion berukuran besar, perrbedaan ini bukanlah merupakan faktor utama,
tetapi untuk ion – ion berukaran kecil perbedaanya sangat signifikan. Litium, dalam lingkungan
koordinasi empat, mempunyai jari – jari 73 pm, tetapi dalam lingkungan koordinasi enam, Li +
mempunyai jari – jari 90 pm. 

Kelarutan Senyawa Ionik dalam Air dan Hidrasi Ionik

Kelarutan Senyawa Ionik

Pada umumnya padatan ionik larut dalam air, sedangkan padatan kovalen tidak larut.namun demikian,
penurunan tak selalu dapat dikaitkan dengan kenaikan karakter kovalen. Perhatikan deret berikut ini :
AgF
AgCl

AgBr

CaI2

Dari kiri ke kanan kelarutan berkurang, karakter ion dan polarisasi bertambah. CaF2

CaCl2

CaBr2

CaI2

Dari kiri ke kanan kelarutan bertambah, karakter ion dan polarisasi bertambah. Masalah kelarutan
padatan ionik ini harus ditinjau dari segi antaraksi antara ion – ionya. Ada ddua jenis antaraksi , yaitu
antara ion dan molekul air disatu pihak, dan atar ion dalam kristal. Kedua jenis antaraksi tersebut naik
dengan semakin kecilnya ion dan semakn besarnya muatan. Nilai ΔHddan ΔGdbergantung pada
perbedaan antara dua nilai antaraksi tersebut. Kelarutan padatan ionik bergantung pada perubahan
energi bebas kelarutan standar, ΔG°d: ΔG°d= ΔH°d – TΔS°d Hubungan antara kelarutan dan energi kristal
dinyatakan sebagai perubahan entalpi : ΔH°d+ ΔH°d = ΔH°h ΔH°h = perubahan entalpi hidrasi standar,
ΔH°c = energi kristal standar. Bila ΔG°d negaif, maka padatan dapat larut.

Hidrasi Ionik

Molekul air bersifat polar (dwikutub),dengan muatan negatif lebih berpusat pada atom oksigen dan
muatan positif pada atom hidrogen. Pada proses pelarutan senyawa ionik, kutub negatif oksigen dari
molekul air akan mengepung dan menarik kation, dan kutub positif atom hydrogen dari molekul air akan
mengepung dan menarik anion. 10
Jika interaksi dipol-dipol lebih kuat dari pada jumlah gaya tarik antar ion dan gaya antar molekul air,
maka proses pelarutan akan berlangsung. Secara sederhana proses pelarutan ionik NaCl dalam air dapat
dituliskan sebagai berikut: Na+Cl– + 2nH2O Na+Cl– + H2O

Atau

Na+(H2O)n

Cl–(H2O)n

Na+(aq)

Cl–(aq)

Dalam hal ini terbentuk ion-ion tersolvasi (artinya ion-ion terikat oleh pelarut) atau ion-ion terhidrasi
dalam pelarut air. Apabila senyawa ionic mengkristal dari pelarutnya (air), sangat sering molekul air
terkorporasi kedalam kristal, dan terbentuklah senyawa hidrat. Dalam berbagai contoh, molekul air
secara sederhana hanya menempati rongga-rongga kosong dalam kisi-kisi kristal, tetapi umumnya
molekul air terasosiasi lebih dekat kepada ion-ion, biasanya kation. Sebagai contoh, alumunium klorida
yang mengkristal sebagai heksahidrat, AlCl3. H2O, kenyataanya keenam molekul air tertata dalam
bangun oktahedron teratur disekeliling kation Al3+. Sehingga senyawa hidrat ini lebih akurat ditulis
dengan formula [Al(OH 2)6]3+Cl– dan formula ini menyarankan bahwa kutub negatif oksigen (air)
berinteraksi dengan kation Al 3+ membentuk interaksi kation-dipol. Tentu saja dapat dipahami bahwa
jumlah molekul air terhidrat dapat dikaitkan dengan ukuran maupun besarnya muatan kation.

Anda mungkin juga menyukai