Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

Pandangan mengenai teori ikatan ionik muncul berdasarkan berbagai fakta yang diperoleh pada eksperimen. Pada tahun 1808 Davy menemukan bahwa elektrolisis NaOH cair menghasilkan unsure Na dan O2. Pada elektrolisis berbagai senyawa, sekelompok unsur seperti O2 dan Cl2, selalu dihasilkan di anoda, sedangkan sekelompok unsur lain seperti H2, Na dan Cu siperoleh di katoda. Berdasarkan penemuan di atas, pada tahun 1812. Berzelius mengajukan hipotesis dualistic yang menyatakan bahwa dalam senyawanya atom-atom mempunyai kutub-kutub yang berlawanan tandanya, sebagai akibat kelebihan muatan listrik negative atau positif. Teori mengenai ikatan ionik yang sampai sekarang diterima adalah yang dikemukakan oleh Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas mulia disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh (yakni,

konfigurasi elektron di kulit terluarnya, kulit valensi, terisi penuh). Ia berusaha memperluas interpretasinya ke atom lain. Atom selain gas mulia cenderung

mendapatkan muatan listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar, bergantung apakah jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau lebihbanyak dari atom gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron, atom tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia yang dibentuk disebut dengan ikatan ionik. Kulit K dan L atom natrium terisi penuh elektron, tetapi hanya ada satu elektron di kulit terluar (M). Jadi natrium dengan mudah kehilangan satu elektron terluar ini menjadi ion natrium Na+ yang memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan atom neon Ne (1s22s22p6). Konfigurasi elektron atom khlor (1s22s22p63s23p5).

Bila satu atom khlorin menangkap satu elektron untuk melengkapi kulit M-nya agar menjadi terisi penuh, konfigurasi elektronnya menjadi (1s22s22p63s23p6) yang identik dengan konfigurasi elektron argon Ar. Pada waktu itu, sruktur kristal natrium khlorida telah dianalisis dengan analisis kristalografik sinar-X, dan keberadaan ion natrium dan khlorida telah diyakini. Oleh Langmuir, senyawa yang terbentuk karena adanya serah terima electron pada atom-atom pembentuknya, disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ionis dan ikatan pada senyawa tersebut dinamakan ikatan elektrovalen atau ikatan ionis. Istilah polar kadang-kadang dipergunakan juga sebagai pengganti istilah elektrovalen. Pada suhu kamar, senyawa ionis terdapat dalam bentuk 2ristal yang disebut 2ristal ion. Kristal ion tersebut terdiri dari ion-ion positif dan ion-ion negative, dengan susunan/bentuk yang teratur yang ditentukan oleh muatan dan jari-jari ion pembentuknya.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ikatan Ion Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan ion-ion dalam suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini terdiri dari ka2tion dan juga anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan dari atom-atom pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan keelektronegatifan ion penyusunnya. Pembentukan ikatan ionik dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam aturan Lewis. Selanjutnya elektron yang dilepaskan ini akan diterima oleh anion hingga mencapai jumlah oktet. Proses transfer elektron ini akan menghasilkan suatu ikatan ionik yang mempersatukan ion anion dan kation. Menurut Mulyono (2005) ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk antara atom berelektropositif tinggi dan atom berafinitas elektron tinggi ; ikatan yang terbentuk antara ion positif (atom yang mudah melepaskan elektron) dan ion negatif (atom yang mudah mengikat elektron). B. Pembentukan Senyawa Ion Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan elektron dengan atom yang menangkap elektron. Biasanya antara atom logam dan non logam, atom logam setelah melepaskan elektron, berubah menjadi ion positif, elektron tersebut diterima oleh atom bukan logam, sehingga atom bukan logam menjadi ion negatif. Antara ion-

ion yang berlawanan muatan ini terjadi tarik menarik (gaya elektrostatis) yang disebut ikatan ion.Untuk menjelaskan terbentuknya senyawa ionis, sebagai contoh dapat digunakan unsur-unsur Na dan Cl yang membentuk natrium klorida (NaCl). PENJELASAN
Pengaturan pada aton Na sebagai berikut:

konfigurasi atom

konfigurasi atom Cl : K = 2, L = 8, M = 7 Natrium dapat dengan mudah melepaskan electron terluarnya membentuk ion dengan muatan +1. ion ini stabil karena memiliki kulit terluar penuh.

konfigurasinya menjadi: K = 2, L = 8, M = 0 Pengaturan electron dari atom klor adalah sebagai berikut:

konfigurasi atom Cl : K = 2, L = 8, M = 7 Diperlukan satu electron tambahan untuk membentuk ion dengan kulit terluar penuh, electron ini diperoleh dari atom natrium, sehingga dihasilkan ion dengan muatan -1.

konfigurasinya menjadi: K = 2, L = 8, M = 8 Pengaturan electron baru dari natrium dan klor adalah sebagai berikut:

C. Pembentukan Dan Sifat-Sifat Senyawa Ionis 1. Struktur Susunan Kristal Dalam keadaan padat, senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal dengan susunan tertentu. Penafsiran terhadap hasil difraksi sinar-X pada senyawa ion dapat memberi pettunjuk mengenai susunan internal dari kristal ion poositiff. Misalnya pada kristal NaCl dapat diketahui bahwa setiap ion Na+ dikelilingi oleh ion Cl- juga dikelilingi oleh 6 ion Na+ 2. Isomorf Senyawa-senyawa ion yang mempunyai susunan yang mirip sattu sama lain seperti NaCl dan KNO3 mempunyai bentuk kristal yang sama disebut isomorf. Disamping itu terdapat pula senyawa-senyawa yang mempunyai muatan ion berbeda, tetapi mempunyai susunan kristal yang sama, misalnya NaF dan MgO, CaCl2 dan K2S masing-masing mempunyai susunan kristal yang sama. Fakta tersebut dapat dijelaskan dengan meninjau konfigurasi elektron ion-ion penyusunan kristal tersebut. 3. Daya Hantar Listrik

Baik dalam keadaan cair (meleleh) maupun dalam larutannya senyawa ionis dapat menghantarkan arus listrik.

Pada table 1.1 dapat dilihat daya hantar berbagai senyawa klorida dalam keadaan cair (meleleh) pada suhu titik lelehnya.

4.

Titik Leleh Dan Titik Didih

Ion positif dan ion negative pada senyawa ionis, terikat satu sama lain oleh gaya elektrostatis yang sangat kuat. Untuk memisahkan ion-ion tersebut baik yang terdapat dalam bentuk kristal maupun dalam bentuk cairnya, diperlukan energy yang cukup

besar, yang mengakibatkan titik leleh dan titik didih senyawa ionis juga tinggi. Pada table 1.2 dapat dilihat titik didih berbagai senyawa klorida.

5.

Kelarutan

Pada umumnya senyawa ionis larut dalam pelarut yang mengandung gugs OHseperti H2O dan C2H5OH yang merupakan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa kovalen larut dalam pelarut nonpolar.

6.

Reaksi ion Pada reaksi senyawa ionis, ion-ion tidak tergantung pada ion pasangannya, misalnya bila NaCl dan AgNO3 (dalam larutan) dicampurkan, maka segera terbentuk endapan AgCl. Reaksi yang terjadi adalah: Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl (s)

7.

Keras, kaku dan rapuh

D. ENERGI KISI Energi kisi kristal didefinisikan sebagai energi potensial total dari penataan muatan di dalam struktur kristal. Energi kisi berasal dari energi ikat antara ion tak sejenis, energi tolak anat ion sejpat kta ini denis serta energi tolakan jarak pendek karena overlap dari awan elektron. Senyawa-senyawa ionik dari unsur-unsur logam goloongan utama pada priode tiga (Na, Mg dan Al) dengan unsur nonlogam pada priode dua ( F, O dan N), seperti NaF, Na2O, MgF2, Na3N, MgO, Mg2N3, AlF3, Al2O3 dan AlN dan meiliki kation dan anion dengan konfigurasi 1s2 2s2 2p6, analog dengan konfigurasi elektron dari atom Ne (Neon). Dengan kata lain, anion dan kation memenuhi aturan otlet sehingga senyawa-senyawa tersebut bersifat stabil. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa senyawa-senyawa tersebut stabil karena terpenuhinya aturan oktet.

Untuk menguji anggapan ini, maka diperlukan energi ionisasi dari kation dan anfinitas elektron anion Na(g) Mg (g) Al (g)
F(g) + e O(g) + 2e N (g) + 3e

Na(g) + e Mg2+(g) + 2e Al 3+ (g) + 3e


FO2-(g) N3(g)

IE = 495,4 kj/mol IE =2188,4 kj/mol IE = 5139,1 kj/mol


EA = 328,0 EA = 603 kj/mol EA = 1736 kj/mol

Keterangan : IE : Energi ionisasi EA: afinitas elektron Berdasarkan data di atas , energi ionisasi (IE) pembentukan kation dari atom netralnya untuk memenuhi aturan oktet selalu berlangsung secara endotermik. Sedangkan pembentukan anion dari atomnya bisa berlangsung secara eksotermik dan endotermik. Untuk memenuhi aturan oktet maka terjadi transfer elektron dari atom logam ke atomj non logam sehingga diperoleh kation dan anion. Besarnya energi besarx energi yang terlibat dalam pembentukan beberapa senyawa ionik dapat dihitung sebagai berikut :

Na(g)
F(g) + e F

Na(g) + e
-

IE = 495,4 kj/mol
EA = 328,0 kj/mol

Mg (g)
F(g) + e F

Mg
-

2+

(g)

+ 2e

IE =2188,4 kj/mol
EA = 328,0 kj/mol

Jika dilakukan penjumlahan terhadap energi ionisasi dan afinitas elektron maka akan diperoleh harga H yang bernilai positif , artinya reaksi pembentukan berlangsung secara endodermik. Oleh sebab itu pembentukan kation dan anion yang memenuhi aturan oktet dari atom atom bukan merupakan sumber kestabilan senyawa ionik. Apabila disebabkan oleh terbentuknya kation dan anionyang memenuhi aturan oktet maka transfer elektron secara sempurna dari atom ,logam ke atom non logam harus berlangsung secara eksotermik Perbandingan energi yang diperlukan pada pembentukan kation dan anion yg memenuhi aturan oktet (H) dan energi yg dilepaskan pada pembentukan kisi kristal (U): H(kj/mol) 167,4 11593,8 3222,2 1522,4 2791,4 10037,2 4155,1 12087,2 6875,1

Senyawa NaF Na2O Na3F MgF2 MgO Mg2N AlF3 Al3O2 AlN

U(kj/mol) -885 -2564 -5058 -2764 -3817 -14745 -6383 -15438 -9514

Dari data-data di atas dapat diketahui bahwa sumber kestabilan senyawa ionik bukan karena terpenuhi aturan oktet oleh ion ion yang ada di dalamnya. Kestabilan senyawa ionik ternyatab bersumber pada energi kisi kristal yang dilepaskan pada pembentukan kristal senyawa- senyawa ionik dari ion-ion nya dari fasa gas. Energi kisi tersebut ammpu mengatasi energi yang diperlukan untuk membentuk ion-ion yang memenuhi aturan oktet dari atom netralnya. Selain itu energi kisi juga mampu mengatasi energi-energi yang lain yang terlibat dalam pembentukan senyawasenyawa ionik dari unsur-unsurnya seperti energi atomisasi dan energi disosiasi.

Senyawa NaF, Na2O, MgF2, Na3N, MgO, Mg3N2, AlF3, Al2O3 dan AlN energi pembentukan senyawa ionik ( Hf ) dari unsur-unsurnya adalah paling

menguntungkan apabila ion-ion yang ada memenuhi aturan oktet sedangkan pembentukan senyawa ionik yang kationnya tidak memenuhi aturan oktet tidak menguntungkan secara enegitika. Misalnya senyawa NaF2, NaO, Mg2O3, Na3N, MgN, AlF4, AlO2 dan Al3N4 Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sumber kestabilan senyawa ionik adalah bersumber pada energi kisi kristal yang dilepaskan pada pembentukan kristal senyawa-senyawa ionik dari ion-ionnya dalam fasa gas.

Kisi krista

Anda mungkin juga menyukai