Anda di halaman 1dari 31

A.

IKATAN ION

1. Pengertian

Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat adanya serah terima elektron sehingga

membentuk ion positif dan ion negatif yang konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia.

Ion positif dan ion negatif diikat oleh suatu gaya elektrostatik. Senyawa yang dihasilkan

disebut senyawa ion.

Salah satu contoh ikatan ion yang sering kita jumpai sehari-hari adalah garam dapur.

Ya, garam dapur rumus kimianya NaCl (Natrium klorida). Dalam NaCl padat terdapat ikatan

antara ion Na+ dan ion Cl dengan gaya elektrostatik sehingga disebut ikatan ion. Bentuk

kristal NaCl merupakan rangkaian antara ion Na+ dan ion Cl. Satu ion Na+ dikelilingi oleh

enam ion Cl dan satu ion Cl dikelilingi oleh enam ion Na+ seperti yang diilustrasikan oleh

gambar di bawah.

Ilustrasi Kristal NaCl

2. Pembentukan Ikatan Ionik

Ionic sederhana terbentuk hanya antara unsur-unsur metalik dan non metalik yang

keduanya sangat aktif. Dua persyaratan penting, yaitu energi ionisasi untuk membentuk

kation dan afinitas elektron untuk membentuk anion, harus lebih menguntungkan

(favourable) ditinjau dari pertimbangan energi. Ini bukan berarti kedua reaksi pembentukan

ion-ion tersebut harus eksotermik, tetapi lebih berarti bahwa reaksi tidak membutuhkan

energi yang terlalu besar. Jadi, persyaratan untuk membentuk ikatan ionik adalalah salah satu
atom unsur harus mampu melepas satu atau dua elektron (jarang tiga elektron) tanpa

memerlukan banyak energi, dan atom unsure lain harus mampu menerima satu atau dua

elektron (hampir tidak pernah tiga elektron) tanpa memerlukan banyak energi. Oleh karena

itu ikatan ionik banyak dijumpai pada senyawa pada logam golongan 1, 2 sebagian 3 dan

beberapa logam transisi dengan bilangan oksidasi rendah, dan non logam golongan

halogen,oksigen dan nitrogen. Semua energi ionisasi adalah endotermik, dan afinitas elektron

untuk halogen adalah eksotermik, tetapi untuk oksigen dan nitrogen sedikit endotermik.

3. Sifat-sifat Senyawa Ionik

Pada temperatur kamar, senyawa kovalen dapat berwujud padat,cair, dan gas, tetapi

senyawa ionik berwujud padat dan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

Senyawa ionik cenderung mempunyai konduktivitas listrik sangat rendah dalam

bentuk padatan, tetapi penghantar listrik sangat baik pada keadaan leburnya.

Senyawa ionik cenderung mempunyai titik leleh tinggi, ikatan ionik biasanya sangat

kuat dan terarah ke segala arah.

Senyawa ionik biasanya sangat keras tetapi rapuh. Kekerasan senyawa ionik sesuai

dengan argumen diatas, sekalipun perlakuannya melalui pemisahan secara mekanik

ketimbang pemisahan secara termal terhadap gaya-gaya tarik-menarik antar ion.

Senyawa ionik biasanya larut dalam pelarut polar dengan permitivitas (tetapan

dielektrikum) tinggi. Energy interaksi dua partikel bermuatan dinyatakan dengan

rumus E= , dalam hal ini q+ dan q adalah muatan listrik partikel, r adalah jarak pisah

kedua partikel dan = permitivitas atau tetapan dielektrikum medium; untuk mediu

hampa, o=8,85x 10-12 C2m-1J-1.

a. Kecenderungan pada Jari-jari ionik

Jari-jari kation semakin kecil untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu

periode dengan kenaikan muatan ion. Sebagai contoh 11Na +,12Mg2+ dan 13Al3+, secara
berurutan mempunyai jari-jari ionik 116, 86, dan 68 pm; ketiga-tiganya isoelektronik,

mempunyai 10 elektron dengan konfigurasi elektronik 1s 2 2s2 2p6. Satu-satunya

perbedaan adalah jumlah proton didalam intinya; makin besar jumlah proton atau muatan

inti makin besar muatan inti efektifnya, Zef! dan oleh karena itu makin kuat gaya tariknya

terhadap elektron sehingga makin kecil ukuran atau jari-jari ionnya. Jari-jari anion

semakin kecil untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu periode dengan penurunan

muatan ion. Sebagai contoh, anion 7N 3-,8O2-,dan 9F, secara berurutan mempunyai jari-

jari ionic 132,124 , dan 117 pm. Model Ionik dan Ukuran Ion

Pauling melukiskan bahwa kenaikan perubahan perbedaan keelektronegativitas

akan mengakibatkan kenaikan sifat ionik secara perlahan dan kontinu. Perbedaan

elektronegativitas nol merupakan titi ekstrem sifat kovalen murni. Jadi, sesungguhnya

tidak ada garis pembatas yang tegas antara karakter kkovalen dan ionik , ddan

kenyataanya banyak. Karena logam umumnya mempunyai sifat elektronegativitas rendah

dan nonlogam bersifat elektronegativitas tinggi, senyawa yang dibentuk dari keduanya

sering termasuk kategori ionik. Menurut model ionik murni, satu atau dua elektron

valensi telah berpindah dari atom berelektronegativitas rendah ke atom

berelektronegativitas tinggi.

b. Kecenderungan Titik leleh

Pelelehan melibatkan pemutusan parsial gaya tarik-menarik tersebut dan

mengizinkan ion-ion dapat bergerak bebas dalam fase cairnya. Aturan yang dikemukakan

oleh Kasimir Fajans perihal polarisasi adalah srbagai berikut.

Kation dengan ukuran semakin kecil dan muatan positif semakin besar mempuyai

daya mempolarisasi semakin kuat.

Anion dengan ukuran semakin besar dan muatan negatif semakin besar akan semakin

mudah terpolarisasi.
Kation yang mempunyai konfigurasi elektronik bukan konfigurasi elektronik gas

mulia mempunyai daya mempolarisasi lebih kuat.

c. Polarisasi

Ukuran daya mempolarisasi suatu kation dinyatakan dalam rapatan muatanya.

Rapatan muatan adalah muatan ion (jumlah unit muatan dikalikan dengan muatan proton

dalam satuan coulomb,C) persatuan volume, sehingga:

= (dengan n = muatan ion , = muatan proton dalam satuan coulomb, dan r = jari-

jari ion). Sebagai contoh, ion natrium mempunyai muatan +1 dan jari-jari ion 116 pm

(1.16 x 10-7mm), maka rapatan muatanya adalah:

Rapatan muatan, = 24 C mm-3.

Proses Pelarutan NaCl dalam Air

4. Struktur Kristal Ionik dan Contohnya serta Kisi Kristal

a. Struktur Kristal Ionik

Zat padat dapat diklasifikasi atas dasar tipe ikatan, yaitu ionik, kovalen, metalik

dan van der waals, dan atas dasar simetri kristal dalam hal hubungan antar panjang dan

sudut sumbu-sumbu kristal yaitu kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, rombohedral,

monoklinik, dan triklinik. Klasifikasi kristal atas dasar tipe ikatan berdasarkan pada sifat-

sifat hantaran listrik, kekrasan, titik leleh, dan sebagainya sesuai dengan sifat-sifat
kimiawi atom-atom yang terlibat. Sedangkan, klasifikasi kristal terhadap sinar-X untuk

menentukan sudut-sudut antar muka atau oleh difraksi sinar-X untuk menemukan

keteraturan internal.

Klas Kondisi sumbu dan sudut

unit sel
Kubus a = b = c ; _=__=__=

90
Ortorombik a b c ; _=__=__=

90
Tetragonal a = b c ; _=__=__=

90
Monoklinik a b c ; _=__= 90
Triklinik a b c ; ___

90

Heksagonal a = b c ; _=__= 90;

=120
Rombohedral (Trigonal) a = b = c ; _=__=_ _

90

Kisi Kristal Senyawa Ionik

Senyawa ionik berupa padatan, dan tataan ion-ion dalam kisi kristalnya dapat

diperlakuan seperti kemasan pada logam sebagaimana diuraikan pada bab 1 (ikatan

metalik). Pada umumnya anion mempunyai ukuran lebih besar daripada kation, sehingga

anion-anion membentuk suatu kemasan, dan kation terselip di dalam rongga-rongga antar

anion yang disebut intertisi. Sebelum pembicaraan kemasan lebih lanjut, prinsip umum

untuk kisi ionik diuraikan terlebih dahulu seperti berikut ini.


- Ion-ion diasumsikan sebagai bola-bola bermuatan yang tak terkompresi dan

takterpolarisasi. .

- Ion-ion mengatur dirinya sedemikian sehingga dikelilingi oleh ion lawan muatan

sebanyak-banyaknya dan sedekat-dekatnya.

- Rasio kation terhadap anion harus menggambarkan komposisi kimiawi senyawa

yang bersangkutan. Misalnya, struktur kristal CaCl2 harus tersusun oleh tataan

ion-ion klorida dan kation kalsium yang banyak nya hanya setengah jumlah ion

klorida dalam kisi kristal.

Struktur kristal ion dipengaruhi oleh muatan relatif dan ukuran relatif ion0ion yang

bersangkutan. Suatu kristal ion bersifat stabil apabila setiap kation tepat menyinggung anion-

anion disekelilingnya demikian pula sebaliknya. Kation yang lebih kecil membuat

singgungan terbaik apabila dengan empat anion tetangga terdekat membentuk bilangan

koordinasi empat, dan menempati ronggangga terahedron yang lebih kecil dari pada

rooktahedron. Ada dua rongga tetrahedron tiap anion dalam satu larikan kemas rapat anion.

Untuk mempermudah visualisasi, bangun kisi kristal sering dilukiskan menurut model

kemas-rapatan stick and ball, sehingga baik bangun geometri, jumlah atom atau ion maupun

bilangan koordinasi dapat ditentukan dengan mudah. Senyawa sederhana dengan rasio

formula kation/anion 1:1, 1:2, 2:1, dan 2:2 akan dijelaskan secara ringkas berkut ini:

Struktur Natrium Klorida

Natrium klorida mengkristal dalam bentuk kubus pusat muka (face centered cube,

fcc). Untuk membayangkan bentuk ini prhatikan posisi salah satu ion-ion yang sama,

ion-ion Na+ saja atau ion-ion Cl saja pada sistem satu unit sel kristal sebagaimana

ditunjukan gambar 1.21. Delapan ion Cl (lingkaran terang besar) menempati

kedelapan sudut suatu kubus, enam ion Cl yang lain (lingkaran berbintik besar)

menempati keneam pusat muka kubus ini. Jika kubus tersebut diperluas atau
diperpanjang dengan tambahan masing-masing satu muka lagi kearah horizontal (kiri-

kanan, muka belakang) dan vertikal (atas-bawah), maka akan terlihat bahwa tiap ion

Na+ menempati pusat setiap bangun oktahedron ion Cl . Dengan demikian kristal

NaCl dapat dikatakan mempunyai bangun kemas-rapat kubus pusat muka ion Cl

dengan ion Na+ yang lebih kecil menempati rongga oktahedral. Selain itu, perluasa

bangun ini juga akan memperlihatkan adaya betuk kubus pusta muka yang dibangun

oleh ion-ion Na+ seperti halnya yang dibangun oleh ion-ion Cl. Oleh karena itu, kisi

kristal natrium klorida merupakan dua kisi kubus pusat muka yag saling tertanam

didalamnya (interpentrasi).

Struktur sesium klorida

Berbeda dengan natrium klorida, NaCl, sesium klorida CsCl, mengkristal

dalam bentuk kubus sederhana atau kubus primitif, jadi tidak termasuk kemas rapat.

Hal ini berkaitan dengan ukuran Cs+ yang relatif lebih besar sehingga memerlukan

rongga yang lebih besar daripada rongga oktahedron. Sebagaimana ditunjukan

gambar 1.22, didalam kisi ristalnya ion-ion Cl menempati kedelapan titik sudut

kubus dan ion pasangannya, Cs+, menempati pusat badan kubus ini. Dengan

demikian, bilangan koordinasi Cs+ dapat ditentukan dengan mudah, yaitu delapan,

karena dihubungkan dengan delapan ion Cl. Kedelapan io Cl masing-masing

menempati posisi yang ekivalen dengan nilai yang sama dengan satu uniit selnya

sebagai bilangan koordinasi.


Struktur Cesium klorida

Struktur zink blende dan wurtzit

Zink sulfida, ZnS, merupakan satu contoh senyawa polimorf, mengkristal

dalam dua macam bentuk kisi yang sangat berebda yaitu zink blende dan wurtzit

(Gambar 1.23) dalam kedua macam bentuk ini kedua ion Zn dan ion S masing-masing

mempunyai bilangan koordinasi empat. Zink blende mempunyai struktur kemas rapat

kubus pusat muka anion dengan kation mengisi setengah rongga tetrahedron (Gambar

1.23 A). Dalam satu unit sel, masing-masing ion dapat dihitung dengan mudah yaitu

empat untuk kubus pusat muka ion S2- dengan ion Zn2+ mengisi setengah rongga

tetrahedron sebagaimana terlihat pada gambar 1.20B yang menunjukan lapis A-B-A

untuk atom S. Dalam satu unit sel, terdapat enam atom Zn yang terdiri atas empat

atom interior, dan x 6 atom sudut heksagonal tengah ; dan enam atom S yang terdiri

atas tiga atom interior 2 x x 6 atom muka, dan pusat muka. Dengan demikian,

bangun ini memenuhi rasio stoikiometri 1:1. Pada kedua bentuk ini, masing-masing

kation dan anion mempunyai bilangan koordinasi empat.


Struktur fluorit

Kalsium fluorid, CaF2, mengkristal dalam bentuk struktur fluorit (Gambar

1.24). struktur ini merupakan kemas apat kubus pusat muka ion (Ca2+), dan ion (F)

menempati delapan rongga tetrahedral, dengan demikian, dalam satu unit sel terdapat

empat ion Ca dan delapan ion F sehingga dipenuhi rasio stoikiometri 1:2. Bilangan

koordinasi ion F dengan mudah dapat diketahui yaitu empat, sesuai dengan posisi nya

sebagai atom interior yang menempat rngga tetrahedral dengan empat stick

penghubung. Bola kation menempati dua macam posisi yaitu posisi sudut kubus dan

pusat muka kubus. Posisi sudut kubus dihubungkan oleh satu stick penghubung dan

ini ekivalen dengan posisi pusat muka kubus yang dihubungkan dengan empat stick

penghubung.

Struktur Kisi Fluorit


Struktur rutil

Titanium dioksida, TiO2, bersifat polimorf mengkristal dalam dua macam

bentuk, yaitu rutil dan anatase. Rutil merupakan bangun kemas-rapat heksagonal ion

O2-, dan ion Ti4+ menempati hanya setengah rongga oktahedral. Susunan seperti ini

menghasilkan struktur tetragonal dengan ion Ti4+ menempati pusat badan dan

kedelapan sudutnya, sehingga memberikan nilai dua ion dalam satu unit selnya

(Gambar 1.25). sedangkan keenam ion oksida yang mengakomodasi rongga

oktahedral-isi, dua menempati posisi interior dan empat menempati posisi dua bidang

muka tetragon.

Struktur kristobalit

Silikon dioksida, SiO2 mengkristal dalam bermacam-macam bentuk; beberapa

diantranya distabilkan oleh kehadiran atom-atom asing. Saah satunya adalah

kristobalit yang mirip dengan struktur zink blende; atom-atom silikion menempati

semua posisi atom Zn dan S didalam struktur zink blende, dan atom-atom oksigen

menempati posisi diantara atom-atom silikon. Bentuk lain adalah tridimit yang mirip

dengan struktur wurtzit. Dalam kedua macam struktur ini bilangan koordinasinya

adalah empat untuk silikon dan dua untuk oksigen.

Energi kisi

Energi kisi adalah kuantitas termodinamik yang didefinisikan sebagai energi

yan dibebaskan apabila ion-ion dalam keadaan gas bergabung untuk menghasilkan

satu mol senyawa ionik kristalin.energi kisi secara esensial merupakan entalpi

pembentukan senyawa ionik dari ion-ion dalam fase gas. Energi kisi bervariasi

terhadap jarak antar ion dalam kristal dan terhadap muatan ion. Semakin dekat

bergabungnya ion-ion dan semakin besar muatan ion yang bersangkutan semakin

besar energi kisi nya.


Perhitungan energi kisi

Siklus Born-Haber

Salah satu uji manfaat deskripsi model ionik tersebut adalah kemampuannya

menghasilkan perhitungan harga entalpi pembentukan yang akurat, misalnya bagi NaCl.

Perlu dicatat bahwa pada proses reaksi pembentukan NaCl(s) dari ion-ionnya, Na+ (g)

dan Cl (g) , secara prinsip memungkinkan dilakukan pengukuran entalpi pembentukan

secara langsung meskipun secara eksperimen hal ini tidak mungkin layak dapat

dilaksanakan. Tetapi, untuk proses sebaliknya jelas tidak mungkin dilaksanakan karena

NaCl(s) tidak menguap menjadi ion-ionnya, melainkan menjadi NaCl(g) baru emudian

mengalami disosiasi menjadi atom-atomnya. Untuk mengatasi problem ini pada tahun

1919, M. Born, K. Fajans dan F. Haber menjelaskan siklus termodinamik yang dikenal

sebagai siklus Born-Haber. Hal ini disasarkan pada peran hukum hess yang menyatakan

bahwa entalpi reaksi adalah sama meskipun reaksi yang bersangkutan terjadi dalam satu

tahap ataupun dalam beberapa tahap.

5. Jari Jari Ionik dan Rasio Jari Jari Ionik

a. Jari Jari Ion

Jari jari ion yang digunakan sekarang diperoleh dengan cara semi-empiris,

yaitu dengan mempergunakan jarak antarion dari kristal senyawa alkil halida yang

diperoleh dari eksperimen.Ukuran jari jari ion ditentukan olehgaya tarik muatan inti

yang efektif terhadap elektron pada orbital terluar ion tersebut. Besar muatan inti

efektif adalah selisih muatan inti dan pengaruh elektron penyaring atau elektron

dalam. Pengaruh elektron penyaring tersebut dapat ditentukan berdasarkan data

spektra yang diperoleh pada eksperimen. Muatan inti ion efektif dapat diperoleh

melalui rumus :

Zef = Z S
Zef = muatan ion efektif

Z = Muatan inti

S = Tetapan saringan

Dengan difraksi sinar- X, jarak ion positif dan ion negatif pada alkil halida

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jarak antar KF = 2,66 KCl = 3,14 KBr = 3,29 KI = 3,53

ion

()
NaF = 2,31 NaCl = 2,81 NaBr = 2,98 NaI= 3,23
0,35 0,33 0,31 0,30
Dari harga jari jari ion pada tabel dapat disimpulkan bahwa :

- Untuk ion yang isoelektrik, jari jari ion akan berkurang bila muatan inti

bertambah, misalnya rMg2+< r Na+< rF< rO2-

- Untuk ion ion pada golongan yang sama jari jari ion bertambah bila masa

atomnya bertambah, misalnya rF< rCl< rBr< rI

- Untuk unsur yang dapat membentuk dua macam atau lebih ion positif, makin

besar muatan positif, makin kecil jari jarinya. Misalnya : rFe3+< rF2+

- Untuk unsur transisi, ion ion yang bermuatan sama Ti2+ Ni2+, bertambahnya

nomor atom tidak banak mempengaruhi ukuran jari jarinya, karena

penambahan muatan inti dan penambahan elektron pada orbital 3d saling

mengimbangi. Jari jari ion harus sedemikian rupa sehingga jari jari kristal

dari sepasang ion positif dan ion negatif yang bersinggungan di dalam kristalnya

sama dengan jarak kesetimbangan anatarion. Jarak kesetimbangan ion tersebut

tergantung pada konfigurasi elektron dalam ion, susunan kristal dan angka

banding jari jari ion positif dan ion negatif.

b. Rasio Jari Jari ionik


Besarnya ukuran rongga oktahedral dalam sebuah kisi kemas rapat ion dapat

ditentukan melalui suatu kation yang menempati tepat sebesar oktahedral, bagian

aksialnya akan membentuk bujur sangkar dengan panjang diagonal sebesar 2r+ + 2r.

Dengan demikian, dalam segiriga siku siku sama kaki ABC ( Gambar ) berlaku

hubungan sebagai berikut :

Cos 450 = 0,707

r = 0,707 r+ 0,7070 r+

0,293 r= 0,707 r+ , sehingga = 0,414, atau = 2,42

Rasio ini ( ~ 0,414 ) akan membatasi sifat kestabilan kation dalam ringga

oktahedral untuk menjaga agar anion anion dan anion kation tetap tepat

bersinggungan. Kation dengan ukuran lebih kecil tentu akan memilih rongga

tetrahedral yang lebih kecil daripada rongga oktahedral, dan kation yang lebuh besar

akan memilih rongga kubus sederhana.

Dalam senyawa yang mempunyai jumlah anion tidak sama dengan jumlah

kation, misalnya SrF2, TiO2, Li2O, Rb2S, penerapan rasio jari jari terhadap dugaan

bilangan koordinasi tidak begitu mudah. Dalam hal ini caraterbaik dengan

memepertimbangkan dua macam perhitungan rasio jari jari seperti contoh SrF 2

berikut :

maksimum bilangan koordinasi Sr2+ = 8

maksimum bilangan koordinasi F = 8

Oleh karena jumlah anion F harus dua kali jumlah kation Sr2+, maka

sebaliknya bilangan koordinasi kation Sr2+ harus dua kali bilangan koordinasi anion F.

Kesesuaian bilangan koordinasi dengan stoikiometri ini menyebabkan SrF2

mengadopsi struktur flourit dengan kation Sr2+ mempunyai bilangan koordinasi 8

(maksimum ) dan anion F mempunyai bilangan koordinasi 4.


Contoh kedua adalah senyawa SnO2, dengan rasio ion :

maksimum bilangan koordinasi Sn4+ = 6

maksimum bilangan koordinasi O2- = 6

c. Perkecualian terhadap penerapan rasio jari jari

Penerapan hubungan rasio jari jari terhadap bangun geometri pada berbagai

contoh di atas memang cukup instruksif. Namun rasio jari jari hanalah merupakan

sebuah petunjuk saja yang sesungguhnya sangat terbatas pemakaiannya dan perlu hati

hati khususnya jika ikatan kovalen menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. Walaupun

banyak senyawa ionik benar benar mengadopsi bangunan geometri sesuai dengan

ramalan, ada banyak perkecualian yang ekstrem.

Senyawa r+ / r Kemasan duga Kemasan- nyata


HgS 0,68 NaCl ( koordinasi ZnS ( koordinasi

6) 4)
LiI 0,35 ZnS ( koordinasi NaCl ( koordinasi

4) 6)
RbCl 0,99 CsCl ( koordinasi NaCl ( koordinasi

8) 6)

Sebagai contoh rubidium klorida, RbCl, umumnya mengadopsi geometri struktur

NaCl yaitu kubus pusat muka, dan bukan struktur-CsCl yaitu kubus sederhana sebagaimana

diramalkna. Namun, kristalisasi dibawah tekanan dapat menghasilkan geometri struktur-

CsCl. Jadi perbedaan energi pengemasan antara kedua bangun geometri tentulah sangat

penting. Akhirnya, perlu diingat bahwa nilai jari jari ionik tidaklah tetap dari lingkungan-

tetangganya yang satu ke yang lain. Sebagai contoh, ion Cs + mempunyai jari jari ionik

sebesar 181 pm hanya ketika ion ini dikelilingi oleh enam anion tetangga , dan dengan

delapan anion tetangga seperti dalam CsCl, Cs+ mempunyai jari jari ionik seedikit lebih

besar, 188 pm. Untuk ion ion berukuran besar, perrbedaan ini bukanlah merupakan faktor
utama, tetapi untuk ion ion berukaran kecil perbedaanya sangat signifikan. Litium, dalam

lingkungan koordinasi empat, mempunyai jari jari 73 pm, tetapi dalam lingkungan

koordinasi enam, Li+ mempunyai jari jari 90 pm.

B. IKATAN KOVALEN

1. Pengertian Ikatan Kovalen

ikatan kovalen
.

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur

nonlogam yang lain dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron. Adakalanya dua

atom dapat menggunakan lebih dari satu pasang elektron. Pasangan elektron yang dipakai

bersama disebut pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron valensi yang tidak

terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen disebut pasangan elektron bebas (PEB). Apabila

yang digunakan bersama dua pasang atau tiga pasang maka akan terbentuk ikatan kovalen

rangkap dua atau rangkap tiga. Jumlah elektron valensi yang digunakan untuk berikatan

tergantung pada kebutuhan tiap atom untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia

(kaidah duplet atau oktet).

Pembentukan senyawa kovalen


pembentukan senyawa kovalen

2. Pembentukan Ikatan Kovalen

Seperti yang dijelaskan di atas, ikatan kovalen terjadi akibat pemakaian pasangan

elektron secara bersama-sama oleh dua atom (non logam). Misalkan saja ikatan antara H

(hidrogen) yang atom luarnya 1 dan Cl (klorida) yang atom luarnya 7. Kedua unsur tersebut

merupakan unsur non logam. Untuk mencapai ikatan yang stabil baik H dan Cl memerlukan

1 elektron. Jadi 1 atom H akan berpasangan dengan 1 atom Cl.

Lambang Lewis ikatan H dengan Cl adalah HCl

a. Ikatan Kovalen tunggal, rangkap dan rangkap tiga.

Pada umumnya molekul senyawa kovalen ini atom-atomnya membentuk susunan

elektron gas mulia yaitu pada kulitnya terdapat 8 elektron (oktet) dan khusus untuk atom

hidrogen mempunyai 2 elektron (duplet). Untuk menggambarkan terjadinya ikatan

kovalen, digunakan struktur Lewis yaitu dengan menggunakan titik-titik yang

menggambarkan sejumlah elektron valensi unsur-unsur di sekeliling lambang unsur.

Untuk membentuk ikatan kovalen langkah langkah yang harus diperhatikan adalah:

hitung elektron valensi atom. Jika zat ini adalah ion, tambahkan elektron ke setiap

muatan negatif atau kurangi elektron dari setiap muatan positip


tempatkan satu pasang elektron dalam setiap ikatan

lengkapi bentuk oktet dari ikatan atom ke atom pusat (kecuali H hanya dua elektron)

tempatkan setiap penambahan elektron pada atom pusat dalam pasangan

bila atom pusat masih belum dalam benuk oktet, tambahkan ikatannya dalam bentuk

ikatan rangkap

C. IKATAN LOGAM

1. Fakta Eksperimen

Untuk menjelaskan mengenai ikatan logam, diuraikan beberapa teori yang

menjelaskan ikatan yang terjadi pada atom-atom logam yaitu sebagai berikut:

a. Teori awan electron

Teori ini dikemukakan oleh Drude dan Lorentz pada awal abad ke-20. Menurut

teori ini, di dalam kristal logam terdiri dari ion-ion logam bermuatan positif (kation) yang

tersusun rapat dalam awan elektron. Awan elekton ini merupakan elektron valensi yang

dilepaskan oleh setiap atom. Elektron valensi ini tidak terikat salah satu ion logam atau

pasangan ion logam, tetapi terdelokalisasi terhadap semua ion logam. Hal ini disebabkan

oleh tumpang tindih (overlap) orbital valensi dari atom-atom logam. Akibatnya elektron-

elektron yang ada pada orbitalnya dapat berpindah ke orbital valensi atom tetangganya.

Karena hal inilah elektron-elektron valensi akan terdelokaslisasi pada semua atom yang

terdapat pada logam membentuk awan atau lautan elektron, sehingga elektron valensi

tersebut bebas bergerak keseluruh bagian dari kristal logam. Elektron-elektron bebas

inilah yang menyebabkan adanya ikatan dalam kristal logam. Misalnya logam magnesium

yang memiliki 2 elektron valensi.

Teori lautan atau awan elektron ini dapat menjelaskan berbagai sifat fisika dari logam.

Logam dapat ditempa, dapat dibengkokkan, direntangkan dan tidak rapuh


Hal ini disebabkan atom-atom logam tersusun secara teratur dan rapat sehingga

ketika diberi tekanan atom-atom tersebut dapat tergelincir di atas lapisan atom yang lain

seperti yang ditunjukan pada Gambar.

Gambar 2. perpindahan atom pada suatu logam ketika diberi tekanan atau ditempa

Gambar di atas menjelaskan mengapa logam dapat ditempa, direntangkan ataupun

dibengkokkan, karena pada logam tersebut semua atom sejenis sehingga atom-atom yang

bergeser saat diberi tekanan seolah-olah tetap pada kedudukan yang sama. Dengan kata lain

apabila sebuah ikatan logam putus maka akan segera terbentuk ikatan logam baru.

Sifat Mengkilap

Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu cahaya

jatuh pada permukaan logam, maka elektron-elektron bebas akan menyerap energi

cahaya tersebut. Elektron-elektron akan melepas kembali energi tersebut dalam

bentuk radiasi elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya

awal. Oleh karena frekuensinya sama, maka kita melihatnyta sebagai pantulan cahaya

yang datang. Pantulan cahaya tersebut memberikan permukaan logam tampak

mengkilap.

Daya hantar listrik

Di dalam ikatan logam, terdapat elektron valensi yang bebas (mudah bergerak)

yang dapat membawa muatan listrik. Jika diberi suatu beda tegangan, maka elektron-

elektron ini akan bergerak dari kutub negatif menjadi kutub positif.
Daya hantar panas

Elektron-elektron yang bergerak bebas di dalam kristal logam memiliki energi

kinetik. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan memperoleh energi kinetik yang

cukup untuk dapat bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakannya, elektron-

elektron tersebut akan bertumbukkan dengan elektron-elektron lainnya. Hal ini

menyebabkan terjadinya transfer energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu

rendah.

Titik didih dan titik leleh tinggi

Pada logam, Ikatan logam tidak sepenuhnya putus sampai logam mendidih ini

menunjukkan bahwa ikatan logam memiliki titik didih yang tinggi. Hal ini

dikarenakan atom-atom logam terikat oleh ikatan logam yang kuat. Untuk mengatasi

ikatan tersebut, diperlukan energi dalam jumlah yang besar.

b. Ikatan logam berdasarkan teori resonansi

Pada tahun 1965 Pauling mengemukakan ikatan logam dengan menetapkan

konsep resonansi. Menurut teori ini ikatan logam merupakan ikatan kovalen dan

sesuai dengan struktur kristal logam yang dapat diamati pada eksperimen maka dapat

diperkirakan teradi resonansi. Dalam mengembangkan teorinya Pauling meninjau

kristal logam Li. Dari tafsiran analisis terhadap pola difraksi sinar-X oleh kristal

logam Li dapat diketahui bahwa setiap atom Li dikelilingi oleh 8 atom Li yang lain.

Karena elekton valensi Li adalah 1, maka tidak mungkin 1 atom Li nmengikat 8 atom

Li lainnya.

c. Teori Pita

Teori ini dikembangkan pada tahun 1970 mempergunakan teori orbital

molekul. Ikatan logam mudah dipahami dengan memberi teori orbital molekul ini.
Misalnya pada logam Li memiliki susunan elektron 1s2 2s1. Elektron 1s2 terdapat

dalam orbital yang terarah (localized) sedangkan elektron dalam 2s1 terdapat pada

orbital tidak terarah (delocalized). Elektron 2s inilah yang akan membentuk ikatan.

Definisi dan Contoh

Dari teori diatas maka dapat disimpulkan beberapa definisi dari ikatan logam yaitu:

1. Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik yang

terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-

elektron yang bebas bergerak yang dihasilkan oleh elektron valensi masing-masing

logam.
2. Ikatan logam adalah ikatan yang terjadi antara atom logam dengan 8 atau 12 atom

logam yang lainnya. Misalnya ikatan antara logam Na dengan 8 logam Na yang

lainnya.
3. Ikatan logam adalah ikatan yang disebabkan oleh adanya elektron valensi suatu logam

yang tidak terarah (delocalized). Misalnya pada logam Li memiliki struktur 1s 2 2s1.

Elektron 1s2 terdapat dalam orbital yang terarah (localized) sedangkan elektron dalam

2s1 terdapat pada orbital tidak terarah (delocalized). Elektron 2s inilah yang akan

membentuk ikatan
4. Ikatan logam adalah ikatan yang disebabkan oleh tumpang tindih (overlap) orbital

valensi dari atom-atom logam. Akibatnya elektron-elektron yang ada pada orbitalnya

dapat berpindah ke orbital valensi atom tetangganya.

Pembentukan Ikatan Logam

Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas yang rendah.

Semua jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion-ion

positif /kation logam. Kulit terluar unsur logam relatif longgar (terdapat banyak tempat

kosong) sehingga elektron terdelokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tidak
tetap posisinya pada suatu atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom

lainnya.

Elektron valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya dan berbaur

dengan elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut sehingga menyerupai awan

atau lautan yang membungkus ion-ion positif di dalamnya. Elektron bebas dalam orbit ini

bertindak sebagai perekat atau lem.

Contoh-contoh Ikatan logam adalah:

1. Ikatan Logam Natrium

Natrium memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s1. Tiap atom Natrium

tersentuh oleh delapan atom natrium yang lainnya dan terjadi pembagian (sharing)

antara atom tengah dan orbital 3s di semua delapan atom yang lain. Dan tiap atom yang

delapan ini disentuh oleh delapan atom natrium lainya secara terus menerus hingga

diperoleh seluruh atom dalam bongkahan natrium. Semua orbital 3s dalam semua atom

saling tumpang tindih untuk memberikan orbital molekul dalam jumlah yang sangat

banyak yang memeperluas keseluruhan tiap bagian logam.

2. Ikatan Logam Magnesium

Ikatan logam magnesium lebih kuat dan titik leleh juga lebih tinggi dibanding

dengan ikatan logam pada natrium. Magnesium memiliki struktur elektronik terluar 3s 2.

Diantara elektro-elektronnya terjadi delokalisasi, karena itu lautan yang ada memiliki

kerapatan dua kali lipat daripada yang terdapat pada natrium. Sisa ion juga memiliki

muatan dua kali lipat dan tentunya akan terjadi dayatarik yang lebih banyak antara

ion dan lautan. Atom-atom magnesium memiliki jari-jari yang sedikit lebih kecil

dibandingkan atom-atom natrium dan karena itu elektron yang terdelokalisasi lebih

dekat ke inti.

Klasifikasi
Klasifikasi ikatan logam menurut golongannya adalah:

1. Ikatan Logam pada Unsur Transisi


2. Ikatan logam pada unsur golongan utama
3. Ikatan logam antar unsur sejenis
4. Ikatan logam antar unsur yang berbeda jenis (aloi).

Faktor yang Mempengaruhi Ikatan

1. Titik leleh dan titik didih

Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi karena

kekuatan ikatan logam. Contohnya pada logam alkali semakin kebawah titik didih semakin

rendah sehingga ikatan logamnya akan semakin lemah.

Logam Titik lebur (C) Titik didih (C)


Li 180 1330
Na 97,8 892
K 63,7 774
Rb 38,9 688
Cs 29,7 690

2. Jari-jari atom

Dalam sistem periodik unsur, pada satu golongan dari atas kebawah, ukuran kation

logam dan jari-jari atom logam makin besar. Hal ini menyebabkan jarak antara pusat kation-

kation logam dengan awan elektronnya semakin jauh, sehingga gaya tarik elektrostatik antara

kation-kation logam dengan awan elektronnya semakin lemah.

Logam Jari-jari atom logam (pm) Kation logam Jari-jari kation logam (pm)
Li 157 Li+ 106
Na 191 Na+ 132
K 235 K+ 165
Rb 250 Rb+ 175
Cs 272 Cs+ 188

3. Jumlah elektron valensi (elektron yang terdelokalisasi)


Logam-logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki ikatan logam

yang relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu elektron untuk

dikontribusikan pada ikatan. Sedangkan pada logam golongan II seperti magnesium

memiliki dua elektron untuk dikontribusikan pada ikatan sehingga logam golongan II

memiliki ikatan yang relatif lebih kuat dibanding logam golongan 1.

4. Bilangan koordinasi

Logam natrium dikelilingi oleh delapan logam natrium yang lainnya, sedangkan

logam magnesium dikelilingi oleh dua belas logam magnesium lainnya. Hal ini

menyebabkan ikatan logam pada magnesium lebih besar dibandingkan dengan ikatan

logam pada natrium.

D. Dasar-dasar teori kuantum klasik

a. Spektrum atom

Bila warna ini dipisahkan dengan prisma, beberapa garis spectra akan muncul, dan

panjang gelombang setiap garis khas untuk logam yang digunakan. Misalnya, garis

kuning natrium berkaitan dengan dua garis kuning dalam spektrumnya dalam daerah sinar

tampak, dan panjang gelombang kedua garis ini adalah 5,890 x 10-7 m dan 5,896 x 10-7

m. Bila gas ada dalam tabung vakum, dan diberi beda potensial tinggi, gas akan terlucuti

dan memancarkan cahaya. Pemisahan cahaya yang dihasilkan dengan prisma akan

menghasilkan garisspektra garis diskontinyu. Karena panjang gelombang cahaya khas

bagi atom, spektrum ini disebut dengan spektrum atom.

Fisikawan Swiss Johann Jakob Balmer (1825-1898) memisahkan cahaya yang

diemisikan oleh hidrogen bertekanan rendah. Fisikawan Swedia Johannes Robert Rydberg

(1854-1919) menemukan bahwa bilangan gelombang garis spektra dapat diungkapkan

dengan persamaan berikut (1889).


= 1/ = R{ (1/ni

2 ) -(1/nj

2 ) }cm-1 (2.1)

ni dan nj bilangan positif bulat(ni < nj) dan R adalah tetapan khas untuk gas

yang digunakan. Untuk hidrogen R bernilai 1,09678 x 107 m-1. Umumnya bilangan

gelombang garis spektra atom hodrogen dapat diungkapkan sebagai perbedaan dua

suku R/n2. Spektra atom gas lain jauh lebih rumit, tetapi sekali lagi bilangan

gelombangnya juga dapat diungkapkan sebagai perbedaan dua suku.

b. Teori Bohr

Di akhir abad 19, fisikawan mengalami kesukaran dalam memahami hubungan

antara panjang gelombang radiasi dari benda yang dipanaskan dan intesitasnya. Terdapat

perbedaan yang besar antara prediksi berdasarkan teori elektromagnetisme dan hasil

percobaan. Fisikawan Jerman Max Karl Ludwig Planck (1858-1947) berusaha

menyelesaikan masalah yang telah mengecewakan fisikawan tahun-tahun itu dengan

mengenalkan hipotesis baru yang kemudian disebut dengan hipotesis kuantum (1900). Ide

baru bahwa energi adalah kuantitas yang diskontinyu tidak dengan mudah diterima

komunitas ilmiah waktu itu. Planck sendiri menganggap ide yang ia usulkan hanyalah

hipotesis yang hanya diperlukan untuk menyelesaikan masalah radiasi dari padatan. Ia

tidak bertjuan meluaskan hipotesisnya menjadi prinsip umum.

Fisikawan Denmark Niels Hendrik David Bohr (1885-1962) berusaha

mengkombinasikan hipotesis kunatum Planck dengan fisika klasik untuk menjelaskan

spektra atom yang diskontinyu.

Teori Bohr

- Elektron dalam atom diizinkan pada keadaan stasioner tertentu. Setiap keadaan

stasioner berkaitan dengan energi tertentu.


- Tidak ada energi yang dipancarkan bila elektron berada dalam keadaan stasioner ini.

Bila elektron berpindah dari keadaan stasioner berenergi tinggi ke keadaan stasioner

berenergi lebih rendah, akan terjadi pemancaran energi. Jumlah energinya, h , sama

dengan perbedaan energi antara kedua keadaan stasioner tersebut.

- Dalam keadaan stasioner manapun, elektron bergerak dalam orbit sirkular sekitar inti.

- Elektron diizinkan bergerak dengan suatu momentum sudut yang merupakan

kelipatan bilangan bulat h/2, yakni

mvr = n(h/2), n = 1, 2, 3,. (2.3)

Energi elektron yang dimiliki atom hidrogen dapat dihitung dengan

menggunakan hipotesis ini. Di mekanika klasik, gaya elektrostatik yang bekerja pada

electron dan gaya sentrifugal yang dihasilkan akan saling menyetimbangkan. Jadi,

e2/40r2 = mv2/r (2.4)

Dalam persamaan 2.3 dan 2.4, e, m dan v adalah muatan, massa dan kecepatan

elektron, r adalah jarak antara elektron dan inti, dan 0 adalah tetapan dielektrik

vakum, 8,8542 x 10-2 C2 N-1 m2. Jari-jari r dapat diungkapan dalam persamaan

r = n2aB, n = 1, 2, 3, (2.6) Dalam persamaan ini,

aB adalah jari-jari minimum bila n = 1. Nilai ini, 5,2918 x 10-11 m, disebut

dengan jari-jari Bohr.

E = mv2/2 e2/40r (2.7)

Alasan mengapa nilai E negatif adalah sebagai berikut. Energi elektron dalam

atom lebih rendah daripada elektron yang tidak terikat pada inti. Elektron yang tidak

terikat inti disebut electron bebas. Keadaan stasioner paling stabil elektron akan

berkaitan dengan keadaan dengan n = 1. Dengan meningkatnya n, energinya menurun

dalam nilai absolutnya dan menuju nol.

c. Spektra atom hidrogen


Menurut teori Bohr, energi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atom

berkaitan dengan perbedaan energi dua keadaan stationer i dan j. Jadi,

E = h = Ej Ej= (22me4/0

2h2 )(1/ni

2 ) -(1/nj

2 ) nj > ni (2.9)

Bilangan gelombang radiasi elektromagnetik diberikan oleh:

= me4/80

2n2h3)(1/ni

2 ) -(1/nj

2 ) (2.10)

Suku tetapan yang dihitung untuk kasus nj = 2 dan ni = 1 didapatkan identik

dengan nilai yang didapatkan sebelumnya oelh Rydberg untuk atom hidrogen (lihat

persamaan 2.1). Nilai yang secara teoritik didapatkan oleh Bohr (1,0973 x 10-7 m -1)

disebut dengan konstanta Rydberg R. Deretan nilai frekuensi uang dihitung dengan

memasukkan nj = 1, 2, 3, berkaitan dengan frekuensi radiasi elektromagnetik yang

dipancarkan elektron yang kembali dari keadaan tereksitasi ke tiga keadaan stasioner,

n = 1, n =2 dan n = 3. Nilai-nilai didapatkan dengan perhitungan adalah nilai yang

telah didapatkan dari spektra atom hidrogen. Ketiga deret tersebut berturut-turut

dinamakan deret Lyman, Balmer dan Paschen. Ini mengindikasikan bahwa teori Bohr

dapat secara tepat memprediksi spektra atom hidrogen.

d. Hukum Moseley

Fisikawan Inggris Henry Gwyn Jeffreys Moseley (1887-1915) mendapatkan,

dengan menembakkan elektron berkecepatan tinggi pada anoda logam, bahwa frekuensi

sinar-X yang dipancarkan khas bahan anodanya. Spektranya disebut dengan sinar-X
karakteristik. Ia menginterpretasikan hasilnya dengan menggunakan teori Bohr, dan

mendapatkan bahwa panjang gelombang sinar- X berkaitan dengan muatan listrik Z inti.

Menurut Moseley, terdapat

hubungan antara dua nilai ini (hukum Moseley; 1912).

1/ = c(Z s)2 (2.11)

c dan s adalah tetapan yang berlaku untuk semua unsur, dan Z adalah bilangan

bulat. Moseley dengan benar menginterpretasikan nilai Z berkaitan dengan muatan yang

dimiliki inti. Z tidak lain adalah nomor atom.

e. Keterbatasan teori Bohr

Keberhasilan teori Bohr begitu menakjubkan. Teori Bohr dengan sangat baik

menggambarkan struktur atom hidrogen, dengan elektron berotasi mengelilingi inti dalam

orbit melingkar. Kemudian menjadi jelas bahwa ada keterbatasan dalam teori ini. Seetelah

berbagai penyempurnaan, teori Bohr mampu menerangkankan spektrum atom mirip

hidrogen dengan satu elektron seperti ion helium He+. Namun, spektra atom atom poli-

elektronik tidak dapat dijelaskan. Selain itu, tidak ada penjelasan persuasif tentang ikatan

kimia dapat diperoleh. Dengan kata lain, teori Bohr adalah satu langkah ke arah teori

struktur atom yang dapat berlaku bagi semua atom dan ikatan kimia. Pentingnya teori

Bohr tidak dapat diremehkan karena teori ini dengan jelas menunjukkan pentingnya teori

kuantum untuk memahami struktur atom, dan secara lebih umum struktur materi.

E. SENYAWA AROMATIS

Suatu fakta memperlihatkan bahwa senyawa benzen meskipun memiliki ikatan

rangkap dua akan tetapi tidak dapat bereaksi dengan KMnO4 (dioksidasi) dan mengalami

reaksi adisi elektrofilik seperti halnya senyawa alkena.


Hal ini disebabkan senyawa benzen yang memiliki ikatan rangkap berselang seling dapat

beresonansi sehingga karakter ikatan rangkapnya menjadi hilang.

Benzene:

Bukti bahwa karakter ikatan rangkap hilang adalah dari panjang ikatan dari masing-masing

ikatan dalam benzen. Jika ikatan rangkap masih ada panjang ikatan C=C seharusnya adalah

1.34 dan ikatan tunggal 1.54 . Kenyataannya panjang ikatan C-C dari benzen adalah

sama yaitu 1.40

Bukti lain secara termodinamik adalah mengukur panas hidrogenasi. Seharusnya

untuk panas hidrogenasi sikloheksena adalah 28.6 kcal per mole. Untuk tiga ikatan rangkap

dari 1,3,5 sikloheksatriena seharusnya panas hidrogenasi adalah 85.8 kcal per mole. Akan

tetapi kenyataannya benzen memiliki panas hidrogenasi lebih rendah sebesar 36 kcal/mole.

Dan selisih energi ini disebut energi resonansi dari benzen yang merupakan karakteristik dari

senyawa aromatik
Penggambaran orbital molekul dapat lebih menjelaskan sifat kearomatisan dari

benzen. Benzen memiliki bentuk segi enam planar yang seluruh atom Cnya berupa sp2

dengan panjang ikatan C-C semuanya sama. Seperti terlihat pada gambar dibawah, enam

orbital p untuk masing-masing karbon overlaping satu sama lain membentuk enam orbital

molekul yang terbagi tiga orbital ikatan dan tiga orbital antiikatan. Pada orbital ikatan yang

energi paling rendah dimana 12 elektron valensi cincin benzen mengalami overlaping

sempurna sehingga secara termodinamika dan kimia lebih stabil.


orbital molekul benzen

Syarat Senyawa Aromatik

Yang termasuk senyawa aromatik syaratnya adalah:

1. Atom-atom sp2 dalam cincin terorientasi dalam bentuk molekul planar (mendekati

planar), yang orbital p paralel satu sama lain dengan arah yang sama

2. Memenuhi kaidah Huckel yaitu = 4n+2 untuk senyawa aromatik harga n harus

bilangan bulat.

Tugas MID Ikatan Kimia

RANGKUMAN MATERI
(Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, Ikatan Logam, Dasar-dasar kimia Kuantum
dan Seanyawa Aromatis)

Oleh:
ROSDAYANTI (A1C4 14 034)

KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Hilda Junanda Br. 2012. Makalah Ikatan Logam. Universitas Negeri Medan.

http://www.matadunia.id/2016/01/ikatan-kovalen.html

http://www.slideshare.net/citraanestasha/ikatan-pada-logam-26883025

https://willi4nd.files.wordpress.com/2008/11/aromatisasi2.doc

Sugiyarto, Kristian H., dan Retno D. Suyanti. 2010. Kimia Anorganik Logam. Graha Ilmu:

Yogyakarta.

Maulanai, Ahmad., Carlos T., Widia A., dan Indraniyanti. 2015. Makalah Ikatan Kimia,

Ikatan Ion. Universitas Palangkaraya.

Anda mungkin juga menyukai