KIMIA FISIKA
Zat Padat dan Struktur Kristal
• Bahan kristal bisa dalam bentuk kristal tunggal atau agregat dari
banyak kristal è disebut polikristal è dipisahkan oleh batas è batas
grain.
• Bahan polikristal lebih kuat daripada kristal biasa karena kristal
dalam polikristal memiliki orientasi yang berbeda satu sama lain dan
batas grain menghalangi gerak dislokasi è isotropi karena
menunjukkan sifat yang sama dalam setiap bidang dan arah
• Kristal tunggal è anisotropi
ZAT PADAT
Kristal
• memiliki muka yang berkembang dengan baik dan
bentuk yang khas. Difraksi sinar X menunjukkan zat
padat kristalin memiliki struktur teratur dan rapi yang
tersusun atas satuan-satuan yang berulang yang
memiliki orientasi yang sama di seluruh kristal. Satuan
berulang tersebut adalah kelompok dari satu atau lebih
atom, molekul atau ion.
Amorf
• tidak memiliki bentuk kristal yang khas. Jika
dipanaskan, zat padat ini melunak dan melebur pada
rentang suhu tertentu. Difraksi sinar X menunjukkan
struktur yang tidak teratur.
IKATAN KIMIA DALAM ZAT PADAT
𝐴 𝐵
𝐸! = − 𝐸" = −
𝑟 𝑟#
1
𝐴= 𝑧 𝑒 𝑧& 𝑒 𝑛≈8
4𝜋𝜀$ %
(a) (b)
Gaya tarik lemah antara
atom-atom terpolarisasi
Ion positif Elektron valensi Pusat antara muatan positif dan negatif
berbagi Yang terpisah dalam setiap atom
(c) (d)
NaCl(c ) ¾¾®
(a )
Na (c ) + 12 Cl 2 (g ) ¾¾®
(b )
Na (g ) + Cl(g ) ¾¾®
(c )
Na + (g ) + Cl- (g )
M W
Sistem kristal Primitif (P) Terpusat-badan (I) Terpusat-muka (F) Terpusat-sisi (C)
Kubus
a=b=c
a = b = g = 90°
Heksagonal
a=b¹c
a = b = 90°, g = 120°
Tetragonal
a=b¹c
a = b = g = 90°
Rhombohedral
(Trigonal)
a=b=c
a = b = g ¹ 90°
Orthorombic
a¹b¹c
a = b = g = 90°
Monoclinic
a¹b¹c
a = g = 90° ¹ b
Triclinic
a¹b¹c
a ¹ b ¹ g ¹ 90°
STRUKTUR KRISTAL: SATUAN SEL
c b
a
(a) Bidang (220). (b) Bidang (110). (c) Bidang (111). Dua satuan sel
ditunjukkan pada (a) dan pada (b); satu ditunjukkan pada (c).
• Bidang yang diarsir yang diberi label r memotong sumbu a pada a/2 dan
sumbu b pada b/2 dan terletak sejajar dengan sumbu c (memotong pada
¥). Langkah 1 memberikan ½, ½, ¥. Langkah 2 memberikan 2, 2, 0. Jadi,
indeks Miller adalah (220).
• Bidang yang diberi label s mempunyai indeks Miller (110).
• Bidang yang diberi label t memiliki titik potong 3/2 a, 3/2 b, ¥; langkah 2
memberikan 2/3, 2/3, 0, dan indeks Miller adalah (220).
• Bidang u mempunyai titik potong 2a, 2b, ¥, sehingga langkah 2
memberikan ½, ½, 0, dan langkah 3 memberikan (110). Juga
ditunjukkan adalah bidang (111) dan bidang (100).
• Semakin tinggi nilai indeks Miller h dari sebuah bidang, semakin dekat
titik potong a dari bidang ke titik pusatnya.
INDEKS MILLER
• Selain memberikan orientasi bidang tunggal, indeks
Miller juga digunakan untuk menunjukkan seluruh
tumpukan bidang sejajar yang berjarak sama.
• Bidang s, u dan bidang yang jumlahnya tak berhingga
yang sejajar dengan bidang tersebut dan dipisahkan oleh
jarak yang sama seperti s dan u membentuk himpunan
bidang (110). Himpunan bidang (220) dipandang
meliputi bidang (110) ditambah bidang ditengah-tengah
antara bidang (110). Bidang r, s, t, . . . membentuk
himpunan (220).
• Dalam menentukan indeks Miller dari sebuah himpunan
bidang sejajar yang berjarak sama, yang dilihat adalah
titik potong bidang terdekat dengan titik pusat
koordinat tetapi yang tidak mengandung titik pusat.
r s t u
c b
a (c)
(a) (b)
Tentukan indeks Miller untuk bidang yang ditunjukkan pada
sketsa (a).
Karena bidang melalui titik pusat O yang dipilih, titik pusat baru
dipilih pada sudut satuan sel yang berbatasan, O’ (sketsa (b)). Bidang
ini sejajar dengan sumbu x, dan titik potong adalah ∞a. Merujuk ke
O’, titik potong sumbu y dan z adalah –b dan c/2. Langkah 2
memberikan ∞, –1, ½. Langkah 3 memberikan 0, –1, 2 dan indeks
Miller adalah 0 1 2 .
KRISTAL LOGAM
• Atom logam berbentuk bola dan struktur unsur
logamnya dapat digambarkan dalam berbagai cara
pengemasan bola.
• Dua karakteristik penting lain struktur kristal
adalah bilangan koordinasi CN dan faktor
pengepakan atom (atomic packing factor,
APF).
• CN: jumlah atom terdekat atau bersentuhan yang
sama dari setiap atom
volume atom dalam sel satuan
APF =
volume sel satuan total
𝑎 = 2𝑅 2
𝑉' = 16𝑅 ( 2
• Jadi,
𝑉! 16⁄3 𝜋𝑅#
APF = = = 0,74
𝑉" #
16𝑅 2
PEMBENTUKAN STRUKTUR KRISTAL
• CN = 8 • CN = 12
• APF = 0,68 • APF = 0,74
• Contoh: Cr, Mo, W, Ba, Li, • Contoh: Be, Mg, Cd, Co,
Na, K, Rb dan Cs Zn, Ti dan Tl
KRISTAL ION
Per satuan sel (FCC):
• Jumlah ion Cl– = 8/8 + 6/2 = 4
- + - • Jumlah ion Na+ = 12/4 + 1 = 4
+ - + + - +
- • Jumlah satuan rumus per
+ -
+ - + satuan sel, Z = 4
- + - - + - • CN = 6
+ - + • LiH, KF, KH, KCN, LiCl,
- + - NaBr, NaCN, MgO, CaO,
+ - + + - +
- + - MgS, AgBr, MnO, PbS, CeN,
FeO
(a) Sel satuan NaCl; (b) Susunan ion NaCl.
1
0,1 0,1
2
KRISTAL KOVALEN à
umumnya FCC
Struktur Br2(c) dan I2(c) Satuan sel CO2
(Orthorombik)
KRISTAL MOLEKUL
DENSITAS KRISTAL
Z = jumlah satuan rumus per satuan sel
𝑍𝑀 M = berat molekul
𝜌=
𝑉9 𝑁: Vs = volume sel
NA = bilangan Avogadro
Silikon (Si) mengkristal dalam kisi kubus terpusat sisi yang sama
seperti intan. Jadi, untuk Si: a = b = c dan Z = 8. Untuk kristal
tunggal sangat murni Si pada 22,5°C dan 0 atm didapatkan
(Seyfried dkk., Z. Phys. B, 87, 289, 1992)
Cari NA.
Penyelesaian:
𝑍𝑀 8 28,08538
𝑁! = = = 6,02214×10&( mol*%
𝜌𝑎( 2,329032 5,431020×10*%$ (
Pekan depan:
Teori kinetika gas