Anda di halaman 1dari 32

IKATAN ION

Merupakan ikatan kimia yang terjadi karena gaya


tarik elektrostatik (listrik) antara ion yang
bermuatan positif (kation) dengan ion yang
bermuatan negatif (anion)

ION POSITIF (KATION):


Terbentuk bila suatu atom KEHILANGAN
ELEKTRON, sehingga atom tersebut memiliki
jumlah elektron yang sama dengan gas mulia
terdekat.

ION NEGATIF (ANION):


Terbentuk bila suatu atom MENDAPATKAN
ELEKTRON, sehingga atom tersebut memiliki
jumlah elektron yang sama dengan gas mulia
Dengan demikian :
IKATAN ION TERBENTUK MELALUI SERAH
TERIMA ELEKTRON

Catatan :
Ikatan kimia belum tentu DAPAT TERJADI dengan serta
merta meskipun ada dua unsur (ada yang
menyerahkan dan ada yangmenerima) didekatkan
atau bersentuhan
TETAPI
Akan sangat bergantung pada tingkat energi sebelum
dan sesudah reaksi.
SECARA ENERGETIKA PEMBENTUKAN SENYAWA
IONIK DAPAT TERJADI apabila :

Senyawa ionik yang terbentuk memiliki


energi potensial yang lebih rendah
dibandingkan atom- atom penyusunnya

Struktur yang diadopsi oleh senyawa ionik


yang terbentuk merupakan struktur yang
memiliki energi potensial yang terendah
PENGGOLONGAN SENYAWA IONIK BERDASARKAN
JENIS ION YANG TERDAPAT DALAM SENYAWANYA

Senyawa ionik yang mengandung ion-ion


sederhana yaitu ion-ion yang terdiri dari satu jenis
atom.
Misalnya : NaCl, Na2O, MgCl2, MgO, dll.
Senyawa ionik yang mengandung kation sederhana
dan anion poliatomik.
Misalnya : K2SO4, NaNO3, K3 [Fe(CN)6, dll.
Senyawa ionik yang mengandung kation poliatomik
dan anion sederhana.
Misalnya : NH4Cl, [Ag(NH3)2]Cl, dll.
Senyawa ionik yang mengandung kation dan anion
poliatomik.
Misalnya : NH4NO3 , (NH4)SO4, [Co(NH3)6][Cr(CN)6], dll
KARAKTER IONIK SENYAWA BINER

Menurut Pauling : untuk senyawa biner yang tersusun


atas atom-atom A dan B dengan keelektronegatifan
masing masing adalah XA dan XB , maka karakter
ioniknya dapat diperkirakan dengan persamaan
berikut :

Karakter Ionik = 1 e [XB XA]

XA = Ke-elektronegatifan A
XB = Ke-elektronegatifan B

Kesimpulan : Suatu senyawa biner dapat dianggap


merupakan senyawa ionik apabila perbedaan ke-
elektronegatifan antara dua atom penyusun senyawa
biner tersebut = 1,7 atau lebih.
Contoh :
Apakah HCl bersifat ion atau kovalen ???
jika diketahui XCl = 3,0 dan XH = 2,1

Jawab : Karakter Ionik (Y)


Y = 1 e [XB XA]
(1 Y) = e [ (3,0) (2,1) ]
(1 Y) = e [0,9]
ln (1 Y) = ln e [0,9]
ln (1 Y) = (0,81) = 0, 2025
(1 Y) = anti ln ( 0, 2025)
(1 Y) = 0,82
Y = 0,18
Jadi :
Karakter ioniknya = 18% dan karakter
kovalennya = 82%
Kesimpulan : HCl bersifat KOVALEN
PEMBENTUKAN SENYAWA IONIK

Ada 3 Persyaratan penting agar ikatan ionik


dapat terbentuk :
Energi ionisasi dalam pembentukan kation.
ENERGI IONISASI didefinisikan sebagai kalor
reaksi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
elektron dari atom netral
Afinitas elektron dalam pembentukan anion.
AFINITAS ELEKTRON didefinisikan sebagai
kalor reaksi saat elektron ditambahkan
kepada atom netral gas
Energi Kisi pada pembentukan kisi kristal
dari kation- kation dan anion-anion adalah
menguntungkan secara energetik.
LANJUTAN !!!

ENERGI KISI didefinisikan sebagai :


Energi yang dibebaskan apabila sejumlah
kation dan anion dalam fasa gas didekatkan
dari jarak tak berhingga sampai ke
kedudukan setimbang dalam suatu kisi
kristal 1 mol senyawa ionik pada suhu 0 K
Energi yang diperlukan pada peruraian 1
mol senyawa ionik menjadi ion-ionnya dalam
fasa gas pada suhu 0 K
MENGHITUNG ENERGI KISI KRISTAL SENYAWA IONIK

Persamaan Born
Lande :

Keterangan :
Uo = Energi kisi pada keadaan
setimbang
A = Tetapan Madelung
N = Bilangan Avogadro
Z+= Muatan kation
Z- = Muatan anion
e = Muatan elektron (1,602. 10 -19 C)
o = 8,854185. 10-1 C2 J-1 m-1
ro = Jarak antar kation dan anion
n = Harga rata-rata eksponen Born
MENGHITUNG ENERGI KISI KRISTAL SENYAWA IONIK

Persamaan
Kapustinskii :

Keterangan :
Uo = Energi kisi (kJ/mol)
v = Jumlah ion per molekul senyawa ionik
Z+= Muatan kation
Z- = Muatan anion
ro = Jumlah jari-jari kation dan anion (ro = r+ + r- )(pm)

Catatan :
Persamaan diatas digunakan untuk menghitung energi
kisi YANG TIDAK DIKETAHUI STRUKTUR KRISTALNYA
KISI KRISTAL SENYAWA IONIK
Kristal senyawa ionik terdiri dari kation kation dan anion
anion yang tersusun secara teratur, bergantian dan
berulang (periodik), oleh karena pola tersebut
menghasilkan kisi kristal dengan bentuk tertentu pula.

Kisi kristal senyawa ionik ada beberapa macam antara lain


(yang penting):

Kisi kristal Natrium Klorida (NaCl) : Kubus berpusat


muka)
Kisi kristal Sesium Klorida (CsCl) : Kubus sederhana
(kubus primitif)
Kisi kristal Zink Sulfida (ZnS) : Kubus berpusat muka
untuk Zink blende (slaferit) dan Heksagonal Primitif
untuk wurtzit.
Kisi kristal Fluorit (CaF2) : Kubus berpusat muka
Kisi kristal Rutil (TiO2) : Tetragonal primitif
Kisi kristal Perovskit (SrTiO3) : Kubus Primitif
KISI KRISTAL SENYAWA NaCl (Natrium Klorida)
Susunan kubus berpusat muka
Ditunjukkan dengan adanya ion-ion klorida (Cl -)
yang terdapat di pojok-pojok dan di pusat muka
kubus atau adanya ion-ion natrium (Na +) yang
terdapat di pojok-pojok dan di pusat muka kubus

CATATAN :

Banyaknya ANION yang mengelilingi kation


dengan jarak yang sama merupakan
BILANGAN KOORDINASI (BK) dari KATION.
Sedangkan
Banyaknya KATION yang mengelilingi anion
dengan jarak yang sama merupakan
BILANGAN KOORDINASI (BK) dari ANION
Struktur Struktur NaCl
fourit
STRUKTUR SENYAWA IONIK

CsCl
Struktur ZnS Struktur
DAUR BORN HABER Pada PEMBENTUKAN KRISTAL
NaCl

Memanfaatkan hukum Hess untuk Menghitung


entalpi pembentukan dan menggambarkan tahapan
tahapan dalam pembentukan kristal ionik

RINCIAN TAHAPAN DALAM PEMBENTUKAN KRISTAL


NACL DARI UNSUR-UNSURNYA :

ATOMISASI NATRIUM
Pada tahap ini padatan Na diubah menjadi atom- atom
Na dalam fasa gas. Energi yang menyertai tahap ini
disebut : ENERGI ATOMISASI (HA).
Pada tahap ini berlangsung secara endotermik karena
diperlukan sejumlah energi untuk memutuskan ikatan
logam atom-aton Na

Na (s) + Cl2 (g) Na (g) + Cl2 (g) HA = 108,4 kJ/mol


LANJUTAN 1
ATOMISASI KLORIN
Pada tahap ini gas Cl2 diubah menjadi atom- atom Cl
dalam fasa gas. Energi yang menyertai tahap ini disebut :
ENERGI DISOSIASI IKATAN (HD).
Pada tahap ini berlangsung secara endotermik karena
diperlukan sejumlah energi untuk memutuskan ikatan
kovalen antara dua atom Cl
Na (g) + Cl2 (g) Na (g) + Cl (g) HD = 120,9 kJ/mol

IONISASI ATOM NATRIUM


Pada tahap ini atom Na dalam fasa gas diionisasi menjadi
ion Na+ dalam fasa gas. Energi yang menyertai tahap ini
disebut : ENERGI IONISASI (IE).
Pada tahap ini berlangsung secara endotermik karena
diperlukan sejumlah energi untuk mengatasi gaya tarik
inti terhadap elektron yang akan dieksitasi sampai jarak
tak berhingga (dilepskan) dari atom Na.
Na (g) + Cl (g) Na+ (g) + Cl (g) + e IE = 495,4 kJ/mol
LANJUTAN 2
IONISASI ATOM KLORIN
Pada tahap ini atom Cl dalam fasa gas diionisasi menjadi
ion Cl- dalam fasa gas. Energi yang menyertai tahap ini
disebut : AFINITAS ELEKTRON (AE).
Pada tahap ini berlangsung secara eksotermik karena
gaya tarik inti atom Cl terhadap elektron yang akan
memasuki atom tersebut lebih kuat dibandingkan gaya
tolak elektron-elektron pada atom Cl terhadap elektron
yang akan memasuki atom tersebut.
Na (g) + Cl2 (g) + e Na+ (g) + Cl- (g) + e EA =
-348,5 kJ/mol
PEMBENTUKAN PASANGAN ION Na+ Cl-
Pada tahap ini ion Na+ dan ion Cl- membentuk pasangan
ion Na+Cl- dalam fasa gas. Energi yang menyertai tahap
ini disebut : ENERGI PASANGAN ION (UIP). (IP= ION PAIR)
Pada tahap ini berlangsung secara eksotermik karena
terjadi gaya tarik antara dua ion dengan muatan
berlawanan.
Na+ (g) + Cl- (g) Na+Cl- (g) UIP = - 450,2 kJ/mol
LANJUTAN 3
PEMBENTUKAN KISI KRISTAL NaCl
Pada tahap ini ion Na+Cl- berubah menjadi kisi kristal
NaCl. Energi yang menyertai tahap ini disebut : ENERGI
KISI (U).
Pada tahap ini berlangsung secara eksotermik karena
terjadi gaya tarik antara pasangan pasangan ion untuk
membentukNa+Clkisi
- kristal.
(g) NaCl (S) + e U = -336,8 kJ/mol

BERDASARKAN HUKUM HESS MAKA :


Hf diperoleh dengan menjumlahkan semua
energi yang terdapat pada semua tahap untuk
pembentukan kristal NaCl secara tidak
langsung.
Hf = HA (Na) + HD (Cl2) + IE + EA + UIP
+ Ukisi
= 410,8 kJ/mol
DAUR BORN HABER Pembentukan kristal NaCl
dapat disederhanakan menjadi :

Na (S) + Cl2 NaCl (S)

(g)
HD (Cl2) Uo
HA (Na)

Cl (g) Cl- (g)


EA
+
IE
Na (g) Na+ (g)
KESTABILAN SENYAWA IONIK DAN ATURAN OKTET
Pertanyaan : Apa sumber kestabilan pada senyawa
ionik ???
Apakah kestabilan itu muncul sebagai akibat
dipenuhinya aturan oktet?
Atau ada faktor lain ?

Ternyata :
Sumber kestabilan senyawa ionik adalah ENERGI KISI
KRISTAL yang dilepaskan pada pembentukan kristal senyawa
ionik dari ion-ionnya dalam fasa gas.
1. Energi kisi kristal tersebut dapat mengatasi energi yang
diperlukan untuk mengatasi energi yang diperlukan untuk
membentuk ion-ion yang memenuhi aturan oktet dari
atom-atom netralnya.
2. Energi kisi kristal juga digunakan untuk mengatasi energi
lain yang terlibat dalam pembentukan senyawa ionik dari
unsur-unsurnya seperti energi atomisasi dan energi
disosiasi.
JARI JARI ION
Di dalam kristal senyawa ionik, panjang ikatan antara
kation dan anion (ro) dapat ditentukan melalui
eksperimen dengan ketelitian yang tinggi

ro = r+ + r -
Tapi persoalannya adalah harga r+ dan r- sangat susah
untuk ditentukan secara tepat hal ini disebabkan
karena :

ADANYA TUMPANG TINDIH ANTARA RAPATAN ELEKTRON


KATION DENGAN ANION SEBAGAI AKIBAT ADANYA
SUMBANGAN KOVALEN PADA SEMUA SENYAWA IONIK.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JARI-JARI
ION

Bilangan Koordinasi
Jari jari kation bertambah besar dengan
bertambahnya bilangan koordinasi dari ion
tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan,
dengan bertambahnya bilangan koordinasi
menyebabkan bertambahnya tolakan antara ion
ion negatif yang terikat oleh kationnya.
Tolakan antar ion negatif dapat dikurangi
dengan jalan jarak antar ion negatif bertambah.
Akibatnya dengan bertambahnya jarak antar ion
negatif menyebabkan semakin besar jarak antar
kation dengan anion yang diikatnya, akibatnya jari
jari ion positif akan bertambah besar.
Muatan Ion
bertambahnya muatan ion positif akan memperkecil
jari jari ion tersebut. Hal ini dikarenakan karena
semakin banyak jumlah proton yang dimiliki suatu
ion (pada kation-kation iso elektron) akan
menyebabkan tarikan proton ke elektron sisa
semakin kuat sehngga JARI-JARI KATION dengan
muatan ion positif lebih besar AKAN SEMAKIN KECIL.

Sedangkan pada ion negatif, bertambahnya muatan


ion negatif akan memperbesar jari jari ion
tersebut.
TRANSISI IKATAN IONIK IKATAN KOVALEN
Apabila atom A dan Atom B bereaksi membentuk
senyawa AB maka jenis ikatan yang terbentuk ada dua
kemungkinan yaitu ikatan kovalen atau ikatan ionik.

KALAU IKATAN YANG TERBENTUK ADALAH IKATAN


KOVALEN maka secara teoritis dapat diperkirakan
panjang ikatannya :

SCHOMAKER
STEVENSON

PORTEFIELD

PETER
Dengan :
rA-B = Panjang ikatan kovalen A-B
rA = Jari-jari kovalen ikatan tunggal atom A
rB = Jari-jari kovalen ikatan tunggal atom B
XA = Kelektronegatifan A
XB = Kelektronegatifan B
CA dan CB = Parameter ikatan
n = orde ikatan

KESIMPULAN
Apabila panjang ikatan senyawa AB yang diperoleh
dari hasil eksperimen SAMA ATAU LEBIH KECIL dari
panjang ikatan kovalen berdasarkan 3 persamaan
diatas maka ikatan AB dianggap ikatan kovalen
sehingga senyawa AB juga dianggap SENYAWA
KOVALEN, tapi kalau LEBIH BESAR maka ikatan AB
dianggap ikatan ionik sehingga senyawa AB juga
dianggap SENYAWA IONIK
SIFAT SIFAT SENYAWA
IONIK
Memiliki daya hantar listrik yang rendah dalam
keadaan padat TETAPI cukup tinggi dalam
keadaan terlarut dalam pelarut polar.
Daya hantar yang tinggi tersebut disebabkan oleh
adanya kation dan anion yang dapat bergerak
bebas dibawah pengaruh medan listrik. Sedang
dalam keadaan padat ion ion dalam senyawa ionik
terikat secara kuat dalam kisi kristal dan tidak bebas
bergerak sehingga daya hantar listriknya rendah.

Senyawa ionik mudah larut dalam pelarut polar


yang mempunyai tetapan dielektrik (o ) yang tinggi.
Senyawa ionik cenderung memiliki titik lebur dan
titik didih yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
adanya ikatan ion yang umumnya kuat dan
bersifat omnidireksional (gaya tarik menarik antara
kation dan anion mengarah ke segala arah.

Senyawa ionik pada umumnya keras tetapi


rapuh.
Sifat keras itu dikarenakan kuatnya ikatan antara
kation dan anion sehingga senyawa ini berupa
padatan keras dan berbentuk kristal
KONDUKTIVITAS PADATAN
IONIK

Konduktifitas atau hantaran listrik padatan ionik atau


kristal ionik pada umumnya adalah LEMAH. Hal ini
disebabkan oleh sulitnya ion-ion mengalami migrasi
perpindahan dari satu posisi ke posisi lain karena ion
tersebut cenderung terikat secara kuat dalam kisi
kristalnya.

Migrasi atau konduksi ion-ion dalam kristal ionik


umumnya berkaitan dengan adanya cacat kristal
khususnya CACAT SCHOTTKY (ditandai dengan
hilangnya kation dan anion dari kisi kristalnya) dan
CACAT FRENKEL (terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan ukuran kation dan anion yang besar
CACAT SCHOTTKY

O2 Ni2 O2 Ni2 O2
+ +
- - -

Ni2 Ni2 O2 Ni2


+ + - +

O2 Ni2 O2 Ni2 O2
Ion O hilang dari
2-
-
+
-
+
- Ion Ni2+ hilang
tempat dari tempat
normalnya Ni2 O2 O2 Ni2 normalnya
+ - - +

O2 Ni2 O2 Ni2 O2
+ +
- - -
CACAT FRENKEL

- - - - Tempat
Selitan

- - - -

- - - -

- - - -

Tempat
Selitan
MEKANISME KONDUKSI ION - ION
KRISTAL
Dapat dibagi :

1. Mekanisme Kekosongan (Vacancy


mechanism)

+ + +
- - -
- - -
+ + +

+ +
- - -
- - -
+ + +
2. Mekanisme Selitan (Vacancy
mechanism)

+ + +
- - -
- - -
+ + +
+
+ + +
- - -
- - -
+ + +
3. Mekanisme Kekosongan -
Selitan

+ + +
- - -
- - -
+ + +
+
+ +
- - -
- - -
+ + +

Anda mungkin juga menyukai