Oleh :
NIM : 4173331023
JURUSAN KIMIA
2020
I. Pengantar memuat Identitas masing-masing Journal
Identitas jurnal I :
a) Judul Jurnal : Penentuan Energi Kisi dan Simulasi Molekuler Oksida Perovskit
b) Penulis : Hellna Tehubijuluw dan Ismunandar
c) Tahun Terbit : 2008
d) Jumlah halaman : 8 halaman
e) Volume : Vol. 8, No. 3
Identitas jurnal I I :
Jurnal I
Perovskit mempunyai rumus umum ABO3 dan memiliki struktur ideal kubus, grup
ruang Pm3m.Dalam notasi ABO3, terdapat 3 atom yang berbeda, atom A dan B memiliki
kombinasi kation yang jumlah bilangan oksidasinya enam: +1 dan +5; +2 dan +4; +3 dan
+3 serta atom O bermuatan –2. Kation A biasanya merupakan kation dengan ukuran yang
lebih besar dibandingkan dengan kation B. Hal ini misalnya dapat dijumpai pada
CaTiO3dimana jari-jari Ca+2 = 1,32 Å dan Ti +4= 0,75 Å Koordinasi geometri dari kation B
berbentuk oktahedral sedangkan kation A berbilangan koordinasi duabelas.
Perovskit merupakan kelompok oksida ionik yang saat ini banyak disintesis.
Beragamnya aplikasi dan masih aktifnya usaha eksplorasi sintesis perovskit baru menyebabkan
penentuan energi kisi senyawa berstruktur perovskit penting dilakukan. Oleh karena itu
diperlukan suatu rumusan yang sederhana dan dapat dengan cepat digunakan untuk
memprediksi secara khusus energi kisi oksida perovskit. Penentuan energi kisi pada senyawa
ionik kompleks, Glasser memasukkan konsep kekuatan ionik dan jarak rata-rata kation-anion
dalam struktur dengan memakai jari-jari ion (Goldschmidt) koordinasi enam sebagai berikut:
di mana 1213,9 (kJ/mol Å) = faktor konversi elektrostatik, <r> = jarak rata-rata kation-
anion dalam struktur, yakni rata-rata dari penjumlahan jari-jari ion Goldscmidt koordinasi
enam; 0,345 adalah konstanta tolakan dan ∑ nkZk 2
kekuatan ion ini menggambarkan
kekuatan interaksi antara kation-kation dengan anion- anion (sama dengan kekuatan ionik
pada teori kimia larutan dari Debye dan Huckel; istilah ini belum umum untuk kimia
padatan) Glasser dan Jenkins mengenalkan istilah energi potensial, UPOT yang
menggambarkan seluruh energi sebagai hasil interaksi antar muatan dalam kisi.
Harga UPOT ini merupakan hasil koreksi energi kisi terhadap sumbangan derajat
kebebasan (vibrasi, rotasi, dan translasi) ion-ion 5. Menurut mereka, terdapat korelasi
yang dekat antara harga rata-rata jarak kation-anion dengan distribusi muatan dalam
struktur senyawa ionik kompleks. Persamaan yang mereka ajukan sebagai berikut:
di mana Vm adalah volume satuan rumus dalam sel satuan; I= kekuatan ion = ½∑ nkzk2
Energi kisi yang diperoleh melalui siklus Born Haber menurut Glasser dan Jenkins harus
dikonversikan kedalam persamaan energi potensial kisi sebagai berikut :
Penetapan energi kisi standar U(BHC) oksida perovskit pada oksida golongan
lantanoid ferat dan aluminat melalui siklus Born-Haber, diawali dengan tabulasi data
perubahan entalpi pembentukan, ∆Hfox, LnFeO3 dan LnAlO3 (Ln = unsur-unsur lantanida)
dari oksida-oksida binernya yaitu Ln2O3, Fe2O3, dan Al2O3yang merupakan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Navrotsky dan Kanke . Data hasil penelitian ini menjadi
acuan untuk mencari energi kisi standar U(BHC)oksida perovskit golongan lantanoid ferat
dan aluminat. Mengingat hanya diperoleh data perubahan entalpi pembentukan, Hfox, dari
oksida-oksidanya maka untuk menentukan energi kisi standar perlu dibuat siklus Born-Haber
oksida perovskit seperti terlihat pada Gambar 2.
Dalam penentuan energi kisi standar U(BHC)digunakan persamaan (5) selanjutnya
perhitungan U(BHC)oksida perovskit (A3+)(B3+)O3 golongan lantanoid ferat dan aluminat
dengan persamaan (5) dikoreksi menjadi energi potensial berdasarkan persamaan (3).
Dengan menggunakan persamaan (3), diperoleh energi kisi berdasarkan siklus Born-Haber
U(BHC) oksida perovskit pada golongan lantanoid ferat dan aluminat hasilnya seperti tertera
pada Tabel 1.Pada penentuan energi kisi oksida perovskit lantanoid ferat dan aluminat
dengan pemakaian persamaan Glasser-Jenkins seperti tertera pada Tabel 2 dan hasil korelasi
U(BHC) dengan U(GJ) terlihat pada Gambar 3 menunjukkan selisih yang lebih besar
daripada U(BHC) vs U(G). Plottingsecara terpisah untuk oksida perovskit lantanoid ferat dan
aluminat juga dibuat, seperti terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Plotting terpisah untuk
ferat dan aluminat masingmasing mempunyai korelasi yang baik dibandingkan dengan
plotting gabungan kedua oksida perovskit. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan
karakter ikatan yang kemudian berakibat pada perbedaan energi kisi yang dihasilkan dan
persamaan Glasser-Jenkins sangat dipengaruhi oleh perbedaan ini.
Persentase selisih U(BHC) dengan U(YF) yang diperoleh antara 0,1367 % – 0,4637
%. Hasil yang diperoleh tersebut membuktikan bahwa persamaan Yoder-Flora pada oksida
perovskit paling akurat, menghasilkan rata-rata selisih kurang dari 1 %. Hasil yang serupa
telah diperoleh juga dalam penelitian Yoder - Flora pada sejumlah mineral oksida dan
Suhendar-Ismunandar pada oksida piroklor 6,7.Keakuratannya menyarankan bahwa
pada pembentukan oksida perovskit (juga pada oksidaoksida ion kompleks yang lain), dari
oksida-oksida pembentuknya melibatkan perubahan entalpi yang sangat kecil 6,9.
Persamaan linier yang diperoleh dari hasil plotting U(BHC) vs U(YF) pada Gambar 7 adalah
U(BHC)= 1,0579U(YF) – 835,06 kJ/mol. Persamaan ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam menentukan energi kisi oksida perovskit lain
Jurnal II
Prediksi energi kisi oksida piroklor sangat penting untuk memperkirakan kestabilan
oksida yang akan disintesis.Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mencari rumusan
yang dapat digunakan untuk meramalkan energi kisi oksida piroklor. Sebagai standar awalnya
ditentukan energi kisi, yang data kalor pembentukannya telah diketahui, dengan menggunakan
siklus Born Haber, sehingga didapat U(BHC). Energi kisi, U, oksida-oksida piroklor telah
ditentukan dengan persamaan energi kisi Glasser, (G), Glasser-Jenkins, (GJ), dan Yoder-Flora,
(YF).Plotting U(BHC), terhadap U(G), U(GJ) dan U(YF) berturut-turut memperoleh R2 =
0,9564, 0,8671, dan 0,9993.Berdasarkan hasil plotting yang cocok pada U(BHC) vs. U(YF),
persamaan Yoder-Flora kemudian dicoba dikombinasikan dengan persamaan Kapustinskii untuk
melihat korelasinya terhadap U(BHC) oksida piroklor, dan menghasilkan persamaan kombinasi
Yoder-Flora-Kapustinskii pada oksida piroklor, U(YFK)piroklor = Σ U(K) oksida A + Σ U (K)
oksida B dengan U(K) merupakan energi kisi hasil perhitungan dengan persamaan Kapustinskii
dari oksida dengan jari-jari ion A pada bilangan koordinasi delapan dan ion B pada koordinasi
enam, kecuali untuk ion B yang berasal dari oksida berstruktur fluorit memakai jari-jari ion pada
koordinasi delapan.
Hasil perhitungan U(YFK) mendapatkan selisih < 3 % terhadap U(BHC). Terdapat tiga
rumusan penting mengenai energi kisi senyawa ionik kompleks (terdiri lebih dari dua jenis ion),
yakni persamaan Glasser, Glasser- Jenkins dan Yoder-Flora. Ketiga persamaan memiliki dasar
perumusan yang berbeda. Persamaan Glasser dan Glasser-Jenkins merupakan penyederhanaan
dari persamaan Kapustinskii yang diterapkan pada senyawa ionik kompleks, sedangkan
persamaan Yoder-Flora diturunkan berdasarkan siklus Born-Haber. (K), (G), (GJ), dan (YF)
secara berturut-turut merupakan simbol yang digunakan untuk membedakan persamaan energi
kisi dari Kapustinskii, Glasser, Glasser-Jenkins, dan Yoder-Flora pada paper ini. Persamaan
Kapustinskii berlaku untuk senyawa ionik biner dan merupakan dasar penurunan persamaan
Glasser dan Glasser-Jenkins. Persamaan Yoder-Flora diturunkan sebagai hasil observasi dari
siklus Born-Haber yang hasilnya dapat disimpulkan bahwa energi kisi garam rangkap memiliki
selisih yang sangat kecil terhadap jumlah energi kisi garam-garam sederhananya, sehingga harga
perubahan entalpinya dapat diabaikan.
Kemudian, dihitung harga energi kisi oksida-oksida piroklor dengan persamaan Glasser,
U(G), Glasser-Jenkins, U(GJ) dan Yoder-Flora U(YF), hasilnya dibandingkan (dalam % selisih)
dan diplotkan terhadap U(BHC). Energi kisi dari siklus Born-Haber, U(BHC), tiap oksida
piroklor akan ditentukan dengan menggunakan data entalpi atomisasi (ΔHatom), ionisasi
(ΔHion), dan afinitas (ΔHaf), dari tiap unsur dan molekul yang terlibat dalam pembentukan
oksidapiroklor, serta entalpi pembentukan oksida piroklor dari oksida-oksida binernya, (ΔHfox).
Dengan melihat skema pada gambar 2, data-data ini dapat digunakan untuk menentukan energi
kisi oksida piroklor melalui persamaan: U(BHC) = ΣΔHatom + ΣΔIon + ΣΔ af – ΣΔf(oksida A)
- (oksida B) – ΣΔfox
Berdasarkan isi dari kedua jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa Persamaan sederhana
yang dapat digunakan untuk menentukan energi kisi perovskit dapat diturunkan dari persamaan
U(YF), dimana kecocokkannya dengan U(BHC) sangat baik dibandingkan dengan persamaan
U(G) dan U(GJ). Energi kisi hasil simulasi molekuler dan hasil persamaan yang dihasilkan
mempunyai kecocokan yang sangat baik.Selisih hasil studi difraksi dan perhitungan simulasi
molekuler sangat kecil menunjukkan adanya kesesuaian antara parameter sel hasil studi difraksi
dan simulasi molekuler. Hasil perhitungan energi kisi dengan menggunakan persamaan Glasser
dan Yoder-Flora lebih baik dibandingkan dengan persamaan Glasser-Jenkins, bahkan persamaan
Yoder-Flora menghasilkan selisih < 0,75 % terhadap energi kisi standar. Kendala dalam
penentuan energi kisi siklus Born Haber dari oksida-oksida piroklor adalah jarangnya data
mengenai entalpi pembentukan standarnya, ΔHf°.