Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Siklus Born-Haber dan Energi Kisi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata kuliah Ikatan Kimia

Oleh :

NAMA : Harvika Simamora

NIM : 4173331023

PRODI : Pendidikan Kimia

KELAS : Kimia DIK A 17

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
I. Pengantar memuat Identitas masing-masing Journal

Identitas jurnal I :

a) Judul Jurnal : Penentuan Energi Kisi dan Simulasi Molekuler Oksida Perovskit
b) Penulis : Hellna Tehubijuluw dan Ismunandar
c) Tahun Terbit : 2008
d) Jumlah halaman : 8 halaman
e) Volume : Vol. 8, No. 3

Identitas jurnal I I :

a) Judul Jurnal : Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor


b) Penulis : Dede Suhendar dan Ismunandar
c) Tahun Terbit : 2006
d) Jumlah halaman : 7 halaman
e) Volume : Vol. 11, No. 1
f) Nama Jurnal : JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS
II. Isi

Jurnal I

Perovskit mempunyai rumus umum ABO3 dan memiliki struktur ideal kubus, grup
ruang Pm3m.Dalam notasi ABO3, terdapat 3 atom yang berbeda, atom A dan B memiliki
kombinasi kation yang jumlah bilangan oksidasinya enam: +1 dan +5; +2 dan +4; +3 dan
+3 serta atom O bermuatan –2. Kation A biasanya merupakan kation dengan ukuran yang
lebih besar dibandingkan dengan kation B. Hal ini misalnya dapat dijumpai pada
CaTiO3dimana jari-jari Ca+2 = 1,32 Å dan Ti +4= 0,75 Å Koordinasi geometri dari kation B
berbentuk oktahedral sedangkan kation A berbilangan koordinasi duabelas.

Perovskit merupakan kelompok oksida ionik yang saat ini banyak disintesis.
Beragamnya aplikasi dan masih aktifnya usaha eksplorasi sintesis perovskit baru menyebabkan
penentuan energi kisi senyawa berstruktur perovskit penting dilakukan. Oleh karena itu
diperlukan suatu rumusan yang sederhana dan dapat dengan cepat digunakan untuk
memprediksi secara khusus energi kisi oksida perovskit. Penentuan energi kisi pada senyawa
ionik kompleks, Glasser memasukkan konsep kekuatan ionik dan jarak rata-rata kation-anion
dalam struktur dengan memakai jari-jari ion (Goldschmidt) koordinasi enam sebagai berikut:

di mana 1213,9 (kJ/mol Å) = faktor konversi elektrostatik, <r> = jarak rata-rata kation-
anion dalam struktur, yakni rata-rata dari penjumlahan jari-jari ion Goldscmidt koordinasi
enam; 0,345 adalah konstanta tolakan dan ∑ nkZk 2
kekuatan ion ini menggambarkan
kekuatan interaksi antara kation-kation dengan anion- anion (sama dengan kekuatan ionik
pada teori kimia larutan dari Debye dan Huckel; istilah ini belum umum untuk kimia
padatan) Glasser dan Jenkins mengenalkan istilah energi potensial, UPOT yang
menggambarkan seluruh energi sebagai hasil interaksi antar muatan dalam kisi.

Harga UPOT ini merupakan hasil koreksi energi kisi terhadap sumbangan derajat
kebebasan (vibrasi, rotasi, dan translasi) ion-ion 5. Menurut mereka, terdapat korelasi
yang dekat antara harga rata-rata jarak kation-anion dengan distribusi muatan dalam
struktur senyawa ionik kompleks. Persamaan yang mereka ajukan sebagai berikut:

di mana Vm adalah volume satuan rumus dalam sel satuan; I= kekuatan ion = ½∑ nkzk2
Energi kisi yang diperoleh melalui siklus Born Haber menurut Glasser dan Jenkins harus
dikonversikan kedalam persamaan energi potensial kisi sebagai berikut :

dimana, nM dan nX tergantung pada ion-ion M Q+ dan X P


yang mempunyai nilai 3, 5, dan 6
masing-masing untuk ion monomolekuler, linier, dan polimolekuler. Sedangkan untuk p dan q
adalah jumlah masing-masing atom dalam senyawa MpXq. Yoder dan Flora telah
merumuskan energi kisi berdasarkan siklus Born-Haber U(BHC) pembentukan senyawa-
senyawa ionik kompleks.

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

I. Pertama , menentukan energi kisi oksida-oksida perovskit dalam hal ini


golongan lantanoid ferat dan aluminat dengan siklus Born-Haber, U(BHC)
II. Kedua, menghitung nilai energi kisi oksidaoksida perovskit golongan
lantanoid ferat dan aluminat dengan persamaan Glasser, U(G),
GlasserJenkins,U(GJ), dan Yoder-Flora,U(YF), hasilnya dibandingkan
(dalam % selisih) dan diplotkan terhadap U(BHC)
III. Ketiga, mempertimbangkan keberlakuan penggunaan ketiga persamaan
tersebut;
IV. Keempat, mencari korelasi paling dekat dan aplikatif di antara ketiga
persamaan tersebut terhadap hasil perhitungan dengan siklus Born-Haber;
Kelima, simulasi molekuler dengan perangkat lunak GULP dengan sistem
operasi linux. Hasil simulasi ini kemudian dibandingkan dengan hasil energi
kisi persamaan sederhana.
Dari siklus Born-Haber seperti pada Gambar 2, energi kisi Born-Haber
dari oksida perovskit, U(BHC)OP, dapat dihitung dengan persamaan (5)
sebagai berikut:

Penetapan energi kisi standar U(BHC) oksida perovskit pada oksida golongan
lantanoid ferat dan aluminat melalui siklus Born-Haber, diawali dengan tabulasi data
perubahan entalpi pembentukan, ∆Hfox, LnFeO3 dan LnAlO3 (Ln = unsur-unsur lantanida)
dari oksida-oksida binernya yaitu Ln2O3, Fe2O3, dan Al2O3yang merupakan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Navrotsky dan Kanke . Data hasil penelitian ini menjadi
acuan untuk mencari energi kisi standar U(BHC)oksida perovskit golongan lantanoid ferat
dan aluminat. Mengingat hanya diperoleh data perubahan entalpi pembentukan, Hfox, dari
oksida-oksidanya maka untuk menentukan energi kisi standar perlu dibuat siklus Born-Haber
oksida perovskit seperti terlihat pada Gambar 2.
Dalam penentuan energi kisi standar U(BHC)digunakan persamaan (5) selanjutnya
perhitungan U(BHC)oksida perovskit (A3+)(B3+)O3 golongan lantanoid ferat dan aluminat
dengan persamaan (5) dikoreksi menjadi energi potensial berdasarkan persamaan (3).
Dengan menggunakan persamaan (3), diperoleh energi kisi berdasarkan siklus Born-Haber
U(BHC) oksida perovskit pada golongan lantanoid ferat dan aluminat hasilnya seperti tertera
pada Tabel 1.Pada penentuan energi kisi oksida perovskit lantanoid ferat dan aluminat
dengan pemakaian persamaan Glasser-Jenkins seperti tertera pada Tabel 2 dan hasil korelasi
U(BHC) dengan U(GJ) terlihat pada Gambar 3 menunjukkan selisih yang lebih besar
daripada U(BHC) vs U(G). Plottingsecara terpisah untuk oksida perovskit lantanoid ferat dan
aluminat juga dibuat, seperti terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Plotting terpisah untuk
ferat dan aluminat masingmasing mempunyai korelasi yang baik dibandingkan dengan
plotting gabungan kedua oksida perovskit. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan
karakter ikatan yang kemudian berakibat pada perbedaan energi kisi yang dihasilkan dan
persamaan Glasser-Jenkins sangat dipengaruhi oleh perbedaan ini.
Persentase selisih U(BHC) dengan U(YF) yang diperoleh antara 0,1367 % – 0,4637
%. Hasil yang diperoleh tersebut membuktikan bahwa persamaan Yoder-Flora pada oksida
perovskit paling akurat, menghasilkan rata-rata selisih kurang dari 1 %. Hasil yang serupa
telah diperoleh juga dalam penelitian Yoder - Flora pada sejumlah mineral oksida dan
Suhendar-Ismunandar pada oksida piroklor 6,7.Keakuratannya menyarankan bahwa
pada pembentukan oksida perovskit (juga pada oksidaoksida ion kompleks yang lain), dari
oksida-oksida pembentuknya melibatkan perubahan entalpi yang sangat kecil 6,9.
Persamaan linier yang diperoleh dari hasil plotting U(BHC) vs U(YF) pada Gambar 7 adalah
U(BHC)= 1,0579U(YF) – 835,06 kJ/mol. Persamaan ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam menentukan energi kisi oksida perovskit lain
Jurnal II
Prediksi energi kisi oksida piroklor sangat penting untuk memperkirakan kestabilan
oksida yang akan disintesis.Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mencari rumusan
yang dapat digunakan untuk meramalkan energi kisi oksida piroklor. Sebagai standar awalnya
ditentukan energi kisi, yang data kalor pembentukannya telah diketahui, dengan menggunakan
siklus Born Haber, sehingga didapat U(BHC). Energi kisi, U, oksida-oksida piroklor telah
ditentukan dengan persamaan energi kisi Glasser, (G), Glasser-Jenkins, (GJ), dan Yoder-Flora,
(YF).Plotting U(BHC), terhadap U(G), U(GJ) dan U(YF) berturut-turut memperoleh R2 =
0,9564, 0,8671, dan 0,9993.Berdasarkan hasil plotting yang cocok pada U(BHC) vs. U(YF),
persamaan Yoder-Flora kemudian dicoba dikombinasikan dengan persamaan Kapustinskii untuk
melihat korelasinya terhadap U(BHC) oksida piroklor, dan menghasilkan persamaan kombinasi
Yoder-Flora-Kapustinskii pada oksida piroklor, U(YFK)piroklor = Σ U(K) oksida A + Σ U (K)
oksida B dengan U(K) merupakan energi kisi hasil perhitungan dengan persamaan Kapustinskii
dari oksida dengan jari-jari ion A pada bilangan koordinasi delapan dan ion B pada koordinasi
enam, kecuali untuk ion B yang berasal dari oksida berstruktur fluorit memakai jari-jari ion pada
koordinasi delapan.

Hasil perhitungan U(YFK) mendapatkan selisih < 3 % terhadap U(BHC). Terdapat tiga
rumusan penting mengenai energi kisi senyawa ionik kompleks (terdiri lebih dari dua jenis ion),
yakni persamaan Glasser, Glasser- Jenkins dan Yoder-Flora. Ketiga persamaan memiliki dasar
perumusan yang berbeda. Persamaan Glasser dan Glasser-Jenkins merupakan penyederhanaan
dari persamaan Kapustinskii yang diterapkan pada senyawa ionik kompleks, sedangkan
persamaan Yoder-Flora diturunkan berdasarkan siklus Born-Haber. (K), (G), (GJ), dan (YF)
secara berturut-turut merupakan simbol yang digunakan untuk membedakan persamaan energi
kisi dari Kapustinskii, Glasser, Glasser-Jenkins, dan Yoder-Flora pada paper ini. Persamaan
Kapustinskii berlaku untuk senyawa ionik biner dan merupakan dasar penurunan persamaan
Glasser dan Glasser-Jenkins. Persamaan Yoder-Flora diturunkan sebagai hasil observasi dari
siklus Born-Haber yang hasilnya dapat disimpulkan bahwa energi kisi garam rangkap memiliki
selisih yang sangat kecil terhadap jumlah energi kisi garam-garam sederhananya, sehingga harga
perubahan entalpinya dapat diabaikan.
Kemudian, dihitung harga energi kisi oksida-oksida piroklor dengan persamaan Glasser,
U(G), Glasser-Jenkins, U(GJ) dan Yoder-Flora U(YF), hasilnya dibandingkan (dalam % selisih)
dan diplotkan terhadap U(BHC). Energi kisi dari siklus Born-Haber, U(BHC), tiap oksida
piroklor akan ditentukan dengan menggunakan data entalpi atomisasi (ΔHatom), ionisasi
(ΔHion), dan afinitas (ΔHaf), dari tiap unsur dan molekul yang terlibat dalam pembentukan
oksidapiroklor, serta entalpi pembentukan oksida piroklor dari oksida-oksida binernya, (ΔHfox).
Dengan melihat skema pada gambar 2, data-data ini dapat digunakan untuk menentukan energi
kisi oksida piroklor melalui persamaan: U(BHC) = ΣΔHatom + ΣΔIon + ΣΔ af – ΣΔf(oksida A)
- (oksida B) – ΣΔfox

Siklus Born-Haber dan proses-proses yang menghasilkan entalpi pembentukan standar,


ΔHf pada pembentukan oksida piroklor (A3+)2(B4+)2O7. Tahap-tahap I, II, III, dan IV
merupakan Siklus Born-Haber. Tahaptahap V dan VI merupakan tahap pembentukan dari unsur-
unsurnya menjadi oksida-oksida biner dan akhirnya menjadi oksida piroklor. Untuk mengubah
unsur A, B dan molekul O2 menjadi atom-atomnya diperlukan energi atomisasi, dan perubahan
entalpinya disebut entalpi atomisasi, ΔHatom (I); atom-atom A, B dan O kemudian diubah
menjadi A3+ dan B4+ memerlukan entalpi ionisasi (jumlah entalpi ionisasi pertama, kedua, dan
ketiga untuk ion A; jumlah entalpi ionisasi pertama, kedua, ketiga dan keempat untuk atom B),
ΔHion, dan O2- menghasilkan entalpi afinitas, ΔHaf (II); selanjutnya ion-ion ini bergabung
membentuk kisi struktur oksida piroklor yang menghasilkan entalpi kisi, ΔHL (III); Jumlah dari
perubahan-perubahan entalpi tahap I, II dan III adalah entalpi pembentukan standar, ΔH°f (IV).
Bila tidak ada data ΔH°f, data entalpi pembentukan oksida A, ΔH°f(A2O3(s)) dan oksida
B,ΔH°f(2BO2(s)) (V), serta entalpi pembentukan oksida piroklor A2B2O7(s) dari oksida A dan
B, ΔH°fox (VI) dapat digunakan.
III. Keunggulan Masing-masing Journal ditinjau dari :
Jurnal I
1) Kedalaman atau Kelengkapan uraian Materinya
Journal ini berisi tentang Penentuan Energi Kisi dan Simulasi Molekuler Oksida
Perovskit.Penjelasan materi pada journal ini sangat lengkap, baik dan mudah dipahami oleh
pembaca. Persamaan sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan energi kisi
perovskit dapat diturunkan dari persamaan U(YF), dimana kecocokkannya dengan U(BHC)
sangat baik dibandingkan dengan persamaan U(G) dan U(GJ).
2) Keterkaitan antar Konsepnya
Keterkaitan antar konsepnya sangat padu (sistematis) serta materi yang satu dengan yang
lainnya saling berhubungan dan penjelasan materi yang berurutan membuat pembaca lebih
mudah memahami materi dimulai dari penjelasan Mengenai Perovskit yang mempunyai
rumus umum ABO3 dan penjelasan mengenai Penetapan energi kisi standar U(BHC)
oksida perovskit pada oksida golongan lantanoid ferat dan aluminat melalui siklus Born-
Haber, diawali dengan tabulasi data perubahan entalpi pembentukan, Hfox, LnFeO3 dan
LnAlO3 (Ln = unsur-unsur lantanida) dari oksida-oksida binernya yaitu Ln2O3, Fe2O3,
dan Al2O3 yang merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Navrotsky dan Kanke.
3) Kemutakhiran uraian materi dan referensinya
Kemutakhtahiran uraian pada materi sangat jelas bisa dipahami oleh pembaca dan
kebenarannya bisa dipastikan karena materi yang ada dalam jurnal sudah diteliti terlebih
dahulu dan sudah ada dalam beberapa buku.Hal ini terbukti dari kutipan yang ada pada
jurnal diambil dari beberapa jurnal dan buku contohnya Islam. M. S., 2002, Solid state
ionic., 154, 75 – 85 dan masih banyak lagi.
Jurnal II
1) Kedalaman atau Kelengkapan uraian Materinya
Journal ini Berisi tentang Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor. Penjelasan
materi pada juornal ini sangat baik dan mudah dipahami oleh pembaca.Penelitian yang
telah dilakukan bertujuan untuk mencari rumusan yang dapat digunakan untuk
meramalkan energi kisi oksida piroklor. Sebagai standar awalnya ditentukan energi kisi,
yang data kalor pembentukannya telahdiketahui, dengan menggunakan siklus Born
Haber, sehingga didapat U(BHC). Energi kisi, U, oksida-oksida piroklor telah ditentukan
dengan persamaan energi kisi Glasser, (G), Glasser-Jenkins, (GJ), dan Yoder-Flora,
(YF).Plotting U(BHC), terhadap U(G), U(GJ) dan U(YF) berturut-turut memperoleh R2
= 0,9564, 0,8671, dan 0,9993.
2) Keterkaitan antar Konsepnya
Keterkaitan antar konsepnya sangat padu (sistematis) serta materi yang satu dengan yang
lainnya saling berhubungan dan penjelasan materi yang berurutan membuat pembaca
lebih mudah memahami materi dimulai dari penjelasan Mengenai Oksida piroklor yang
memiliki rumus umum A2B2O7, dan penjelasan mengenai rumusan penting mengenai
energi kisi senyawa ionik kompleks (terdiri lebih dari dua jenis ion), yakni persamaan
Glasser, Glasser-Jenkins dan Yoder-Flora Ketiga persamaan memiliki dasar perumusan
yang berbeda. Persamaan Glasser dan Glasser-Jenkins merupakan penyederhanaan dari
persamaan Kapustinskii yang diterapkan pada senyawa ionik kompleks, sedangkan
persamaan Yoder-Flora diturunkan berdasarkan siklus Born-Haber.
3) Kemutakhiran uraian materi dan referensinya
Kemutakhtahiran uraian pada materi sangat jelas bisa dipahami oleh pembaca dan
kebenarannya bisa dipastikan karena materi yang ada dalam jurnal sudah diteliti terlebih
dahulu dan sudah ada dalam beberapa buku.Hal ini terbukti dari kutipan yang ada pada
jurnal diambil dari beberapa jurnal dan buku contohnya Lattice Energies, (ed.), 2003,
CRC Handbook of Chemistry and Physics, CRC Press, BocaRaton. 12-22 - 12-35 dan
masih banyak lagi.
IV. Kelemahan Masing-masing Journal ditinjau dari :
Jurnal I
1) Kedalaman atau Kelengkapan uraian Materinya
Journal ini berisi tentang Penentuan Energi Kisi dan Simulasi Molekuler Oksida
Perovskit.Penjelasan materi pada journal ini sangat lengkap, baik dan mudah dipahami
oleh pembaca.Kelemahan jurnal 2 ini sama dengan jurnal 1 yaitu sama sama tidak
memiliki ISSN
2) Keterkaitan antar Konsepnya
Keterkaitan antar konsepnya sangat padu serta materi yang satu dengan yang lainnya
saling berhubungan dan penjelasan materi yang berurutan membuat pembaca lebih mudah
memahami materi yang telah dijelaskan pada jurnal.Akan tetapi penjelasan pada Gambar 6
yaitu Ilustrasi gaya tolakan antara O-O pada oktahedral BO6 yang menambah faktor
tolakan,R kurang Jelas sehingga beberapa pembaca mungkin akan kewalahan untuk
mengartikan penjelasan dari ilustrasi Gambar 6 tersebut serta penyusunan dan tata letak
yang menurut saya kurang rapi setelah tabel perhitungan energi kisi ada grafik hasil
korelasi antara beberapa persamaan.
3) Kemutakhiran uraian materi dan referensinya
Sama seperti jurnal 1,kelemahan pada jurnal 2 juga tidak terllu banyak karena
Kemutakhtahiran uraian pada materi sangat jelas bisa dipahami oleh pembaca dan
kebenarannya bisa dipastikan karena materi yang ada dalam jurnal sudah diteliti terlebih
dahulu dan sudah ada dalam beberapa buku dan jurnal. Tapi referensi yang digunakan
masih bisa dikatakan sedkit dan kurang banyak.Hal ini dilihat dari kutipan Daftar pustaka
yang hanya terdiri dari beberapa buku dan jurnal saja.
Jurnal II

1) Kedalaman atau Kelengkapan uraian Materinya


Journal ini Berisi tentang Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor. Penjelasan
materi pada juornal ini sangat baik dan mudah dipahami oleh pembaca hanya saja tidak
memiliki ISSN.
2) Keterkaitan antar Konsepnya
Keterkaitan antar konsepnya sangat padu serta materi yang satu dengan yang lainnya
saling berhubungan dan penjelasan materi yang berurutan membuat pembaca lebih
mudah memahami materi. Akan tetapi penjelasan pada Gambar 7 yaitu Ilustrasi tolakan
O-O antar oktahedra BO6 yang menyumbang pada faktor tolakan R yang menjelaskan
bertambahnya gaya tolakan antar atom diberi tanda ↔pada gambar kurang Jelas sehingga
beberapa pembaca mungkin akan kewalahan untuk mengartikan penjelasan dari ilustrasi
Gambar 7 tersebut.
3) Kemutakhiran uraian materi dan referensinya
Kemutakhtahiran uraian pada materi sangat jelas bisa dipahami oleh pembaca dan
kebenarannya bisa dipastikan karena materi yang ada dalam jurnal sudah diteliti terlebih
dahulu dan sudah ada dalam beberapa buku dan jurnal.Tapi referensi yang digunakan
masih bisa dikatakan sedkit dan kurang banyak.Hal ini dilihat dari kutipan Daftar pustaka
yang hanya terdiri dari beberapa buku dan jurnal saja.
V. Kesimpulan

Berdasarkan isi dari kedua jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa Persamaan sederhana
yang dapat digunakan untuk menentukan energi kisi perovskit dapat diturunkan dari persamaan
U(YF), dimana kecocokkannya dengan U(BHC) sangat baik dibandingkan dengan persamaan
U(G) dan U(GJ). Energi kisi hasil simulasi molekuler dan hasil persamaan yang dihasilkan
mempunyai kecocokan yang sangat baik.Selisih hasil studi difraksi dan perhitungan simulasi
molekuler sangat kecil menunjukkan adanya kesesuaian antara parameter sel hasil studi difraksi
dan simulasi molekuler. Hasil perhitungan energi kisi dengan menggunakan persamaan Glasser
dan Yoder-Flora lebih baik dibandingkan dengan persamaan Glasser-Jenkins, bahkan persamaan
Yoder-Flora menghasilkan selisih < 0,75 % terhadap energi kisi standar. Kendala dalam
penentuan energi kisi siklus Born Haber dari oksida-oksida piroklor adalah jarangnya data
mengenai entalpi pembentukan standarnya, ΔHf°.

Anda mungkin juga menyukai