Anda di halaman 1dari 206

1

KONFIDENSIAL

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Kalemjiantek


LEMBAGA PENGKAJIAN TEKNOLOGI Nomor Kep / 381 / X / 2012
Tanggal 5 Oktober 2012

THERMODINAMIKA TEKNIK

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Mata kuliah thermodinamika merupakan mata kuliah yang harus diikiuti


oleh seluruh siswa Diploma 3 Jurusan teknik Ottomotif Ranpur karena
merupakan mata kuliah dasar yang akan mendasari tentang motor bakar,
pompa dan kompresor, sistem pendingin serta konversi energi.

b. Naskah ini merupakan pedoman dalam belajar tentang Thermodinamika


serta bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan Termodinamika Teknik untuk kepentingan otomotif.

c. Naskah ini diharapkan mampu tercapai suatu pedoman yang sama


tentang Termodinamika Teknik dilingkungan Lemjiantek Kodiklat TNI AD.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Penulisan bahan ajaran ini untuk memberikan gambaran yang


jelas tentang Thermodinamika Teknik yang sering dijumpai pada kehidupan
sehari-hari.

b. Tujuan. Untuk mempermudah dalam proses belajar mengajar


sehingga siswa mengerti dan memahami prinsip Thermodinamika teknik.

KONFIDENSIAL
2

3. Ruang lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang lingkup. Bahan ajar ini disusun dengan ruang lingkup tentang
konsep thermodinamika, energi, hukum thermodinamika I dan II, Psikrometrik,
serta siklus-siklus thermodinamika.

b. Tata Urut. Tata urut bahan ajar thermodinamika disusun sebagai berikut:
1) Pendahuluan.
2) Konsep dan Definisi Dalam Thermodinamika.
3) Energi Dan Hukum Thermodinamika I.
4) Evaluasi Sifat-Sifat Thermodinamika.
5) Sifat-Sifat Thermodinamika Udara Pada Diagram Psikrometrik.
6) Analisa Volume Atur Hukum II Thermodinamika Dan Reversibilitas.
7) Proses-Proses Gas Ideal Pada Sistem Tertutup.
8) Siklus Daya Gas.
9) Siklus Oto.
10) Siklus Diesel.
11) Siklus Dual.
12) Siklus Carnnot.
13) Siklus Brayton.
14) Siklus Referigerasi.
15) Evaluasi.
16) Penutup.

4. Referensi.
a. Harahap Filina, Phd : Thermodinamika Teknik, Erlangga, Jakarta 1983.
b. Moran, Michael j, 2000,”Fundamental of Engineering Thermadynamics”,
4th Edition, Mc Graw-Hill, Inc.
c. ASHRAE Handbook of Fundamentals, Society of Heating , Refrigerating,
and Air Conditioning Engineers, Atlanta, 1985.
d. Bejan, A., Advanced Engineering Thermodynamics, Wiley, New York,
1988
e. Borman, G.L. and Ragland, K.W., Combustion Engineering, International
Ed., McGraw Hill, Singapore, 1998
3

f. Cengel, Y.A. and Boles, M.A., Thermodynamics An Engineering


Approach, 2nd ed., McGraw Hill, New York, 1994.
g. Holman, J.P., Thermodynamics, 4th ed., McGraw Hill, New York, 1988
h. Turns, S.R., An Introduction to Combustion, International Ed., McGraw
Hill, Singapore, 1996
i. Wark., K., Thermodynamics, 5th ed., McGraw Hill, New York, 1988.

5. Pengertian.
a. Ilmu Thermodinamika adalah ilmu yang mempelajar hubungan antara
kalor dan kerja yang dihasilkan oleh suatu sistem.
b. Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu usaha.
c. Sistem adalah suatu batasan yang digunakan untuk menunjukkan suatu
benda dalam suatu permukaan tertutup.
d. Panas (kalor) adalah energi yang dipindahkan melewati batas sistem pada
temperatur tertentu ke sistem lain.
e. Siklus adalah suatu keadaan yang mencapai kesetimbangan tertentu
dalam suatu proses.
f. Psikrometrik adalah suatu tabel yang menggambarkan tentang perilaku
udara karena pengaruh tekanan, temperatur dan volume.
4

BAB II

KONSEP DAN DEFINISI THERMODINAMIKA

6. Umum. Thermodinamika adalah ilmu yang berhubungan dengan energi dan


perubahan yang terjadi atau dengan kata lain ilmu yang mempelajari hubungan
panas dengan kerja. Termodinamika teknik dalam hal ini dibatasi pada
termodinamika klasik, yaitu suatu zat yang dianggap sebagai sesuatu yang bersifat
berkesinambungan (continuous) dan sifat sitsem yang dapat diukur, tanpa
memperhatikan sifat-sifat dari tiap-tiap molekul. Secara spesifik membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja yang terjadi.
Dua besaran tersebut adalah sangat penting untuk dipahami karakeristiknya
untuk pemahaman dasar keteknikan. Jadi jelas pengetahuan dasar termodinamika
sangat penting, karena dipakai untuk menganalisa kondisi operasi berbagai alat atau
mesin yang berhubungan dengan panas dan kerja. Energi didalam alam dapat
terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia,
energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya
magnit, dan lain-lain. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik
secara alami maupun hasil rekayasa tehnologi.
Energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilang-
kan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain
tanpa ada pengurangan atau penambahan apapun. Prinsip ini disebut sebagai
prinsip konservasi atau kekekalan energi. Prinsip thermodinamika sebenarnya telah
terjadi secara alami dalam kehidupan sehari-hari.
Bumi setiap hari menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari,
dan dibumi energi tersebut berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang
laut, proses pertumbuhan berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam
lainnya. Proses didalam diri manusia juga merupakan proses konversi energi yang
kompleks, dari input energi kimia dalam makanan menjadi energi gerak berupa
segala kegiatan fisik manusia, dan energi yang sangat bernilai yaitu energi pikiran
kita.
Dengan berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka prinsip alamiah
dalam berbagai proses thermodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk
mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya.
5

Mesin-mesin transportasi darat, laut, maupun udara merupakan contoh yang sangat
kita kenal dari mesin konversi energi, yang merubah energi kimia dalam bahan
bakar atau sumber energi lain menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak atau
perpindahan diatas permukaan bumi, bahkan sampai di luar angkasa.
Aplikasi thermodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena perkembangan
ilmu thermodinamika sejak abad ke XVII yang dipelopori dengan penemuan mesin
uap di Inggris, dan diikuti oleh para ilmuwan thermodinamika seperti Willian Rankine,
Rudolph Clausius, dan Lord Kelvin pada abad ke XIX. Pengembangan ilmu
thermodinamika dimulai dengan pendekatan makroskopik, yaitu sifat thermodinamis
didekati dari perilaku umum partikel-partikel zat yang menjadi media pembawa energi
atau yang disebut dengan pendekatan thermodinamika klasik.
Pendekatan tentang sifat thermodinamis suatu zat berdasarkan perilaku
kumpulan partikel-partikel disebut pendekatan mikroskopis yang merupakan
perkembangan ilmu thermodinamika modern atau disebut dengan thermodinamika
statistik. Pendekatan thermodinamika statistik dimungkinkan karena perkembangan
teknologi komputer, yang sangat membantu dalam menganalisis data dalam jumlah
yang sangat besar.

7. Konsep Dasar Thermodinamika. Termodinamika (bahasa Yunani thermos =


panas and dynamic = perubahan) adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan
kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan mekanika
statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal.
Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi,
termodinamika klasik tidak berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu
proses reaksi berlangsung). Karena alasan ini, penggunaan istilah "thermodinamika"
biasanya merujuk pada termodinamika setimbang. Dengan hubungan ini, konsep
utama dalam termodinamika adalah proses kuasistatik, yang diidealkan, proses
"super pelan". Proses termodinamika bergantung-waktu dipelajari dalam thermo-
dinamika tak-setimbang.
Karena termodinamika tidak berhubungan dengan konsep waktu, telah
diusulkan bahwa termodinamika setimbang seharusnya dinamakan termostatik.
Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak
bergantung kepada rincian dari interaksi atau sistem yang diteliti.
6

Ini berarti mereka dapat diterapkan ke sistem di mana seseorang tidak tahu apa pun
kecuali perimbangan transfer energi dan wujud di antara mereka dan lingkungan.
Contohnya termasuk perkiraan Einstein tentang emisi spontan dalam abad ke-
20 dan riset sekarang ini tentang termodinamika benda hitam.

a. Pandangan Mikroskopik dan Makroskopik. Dalam ilmu thermodinamik


ada 2 pandangan yang harus dipahami antara lain :
1) Pandangan mikroskopik. Pandangan mikroskopik digunakan untuk
menjelaskan perilaku suatu sistem dengan mempertimbangkan partikel-
partikel zat dari sistem itu. Energi internal meliputi semua jenis energi
mikroskopik, yaitu akibat dari struktur dan aktivitas molekul dalam masa
yang ditinjau.
(a) Struktur molekul. Struktur molekul adalah jarak antar molekul
dan besar gaya tarik antar molekul.
(b) Aktifitas molekul. Aktivitas molekul adalah kecepatan gerak
molekul.
(c) Energi laten. Energi laten adalah energi yang merubah jarak
dan gaya tarik antar molekul, sehingga masa dan fase berubah
antara fase padat atau cair menjadi gas.
(d) Energi sensibel. Energi sensibel merubah kecepatan gerak
molekul, yang ditandai oleh perubahan temperatur dari masa yang
ditinjau.
(e) Energi kimia. Energi kimia adalah energi internal sebagai
akibat dari komposisi kimia suatu zat, yang merupakan energi yang
mengikat atom dalam molekul zat tersebut.
Perubahan struktur atom menyebabkan perubahan energi pengikat
atom dalam molekul, sehingga reaksinya dapat melepaskan energi
(eksothermis) misalnya dalam reaksi pembakaran, atau
memerlukan energi (indothermis). Bentuk energi internal lainnya
adalah energi nuklir, yang merupakan energi ikatan antara atom
dengan intinya.
7

Gambar 2.2. Aktivitas molekul suatu zat

2) Pandangan makroskopik. Pandangan makroskopik adalah


pandangan yang menjelaskan suatu sistem dengan menggunakan
beberapa sifat yang dapat diukur. Misalnya: tekanan, volume, temperatur,
dan komposisi kimia. Dengan kata lain bahwa energi makroskopik adalah
keberadaan energi ditandai dari posisinya terhadap lingkungannya atau
terhadap suatu referensi yang ditentukan.
8

Gambar 2.2. Energi makroskopik

Contoh bentuk energi makroskopik adalah energi kinetik (KE) dan energi
potensial (PE). Keberadaan energi mikroskopik ditentukan oleh struktur
internal dari zat pembawa energi sendiri dan tidak tergantung kepada
lingkungannnya, yaitu struktur dan gerakan molekul zat tersebut.
Energi makroskopik berhubungan dengan gerakan masa pembawa
energi, dan pengaruh luar seperti gaya gravitasi, pengaruh energi listrik,
sifat magnit, dan tegangan pemukaan fluida.
Dalam bahasan thermodinamika efek dari jenis energi makroskopik lain
yaitu energi magnetik, dan tegangan permukaan fluida dapat daibaikan,
sehingga energi total E dari masa pembawa energi tersebut adalah :

m .V2
E = U + KE + PE = U + + m.g.z
2

atau dalam bentuk energi per-satuan masa

V2
e = U + ke + pe = U + +g.z
2
9

b. Sifat dan Keadaan. Sifat dan keadaan dari suatu sistem yang
mempengaruhi proses thermodinamik sebagai berikut :
1) Sifat (properties). Sifat (properties) sistem merupakan karakteristik
sistem yang dapat diukur langsung atau tidak langsung.
2) Sifat-sifat dasar sistem. Sifat-sifat dasar suatu sistem dalam
thermodinamik antara lain tekanan, temperatur, volume jenis, dan
kerapatan, entalpi dan entropi (lebih kompleks).
3) Keadaan suatu sistem. Keadaan suatu sistem pada suatu fase
gambaran dari sistem tersebut pada saat tertentu yang ditunjukkan sifat
makroskopis dari sistem tersebut.

c. Sifat Sistem. Sifat sistem pada thermodinamika terbagi menjadi 2


bagian, antara lain :
1) Sifat Ekstensif. Sifat ekstensif adalah nilai dari seluruh sistem sama
dengan jumlah nilai-nilai bagian sistemnya, misalnya, volume, energi,
berat, dll.
2) Sifat Intensif. Sifat intensif mempunyai nilai yang sama di setiap
bagian sistem, misalnya: temperatur, tekanan, kerapatan, dll.

d. Kesetimbangan. Pada proses thermodinamik dikenal yang dinamakan


kesetimbangan yang terjadi, antara lain :
1) Kesetimbangan Mekanis. Kesetimbangan mekanis adalah gaya-
gaya dalam sistem homogen.
2) Kesetimbangan Thermis. Kesetimbangan thermis adalah temperatur
merata dalam sistem yang ada.
3) Kesetimbangan Kimia. Kesetimbangan kimia adalah struktur dan
komposisi kimia dalam sistem tetap.
4) Kesetimbangan Thermodinamis. Kesetimbangan thermodinamis
adalah jika dalam sistem terjadi kesetimbangan mekanis, termis dan
kimia.
10

8. Pengertian Sistem Thermodinamika. Untuk menganalisa mesin-mesin


panas atau mesin-mesin fluida, mesin-mesin tersebut disebut dengan benda kerja.
Fluida atau zat alir yang dipakai pada benda kerja disebut dengan fluida kerja.
Sebagai contoh untuk pompa sebagai benda kerja, fluida kerjanya adalah zat cair
(air, oli ), sedangkan kompresor fluida kerjanya adalah udara.
Untuk membedakan benda kerja dengan lingkungan sekitarnya, benda kerja
sering disebut dengan sistem, yaitu setiap bagian tertentu, yang volume dan
batasnya tidak perlu tetap, dimana perpindahan dan konversi energi atau massa
akan dianalisa. Dalam mempelajari ilmu thermodinamika dapat dikenal berbagai
batasan-batasan tertentu yang meliputi :

a. Sistem (System) merupakan bagian yang menjadi objek pembicaraan.


b. Sekeliling (Surrounding) merupakan bagian yang berada diluar objek.
c. Keseluruhan (Universe) merupakan sistem bersama dari sekeliling.
d. Batas sistem (Boundary) merupakan antara batas sistem dan sekeliling.

Gambar 2.3. Sistem dan sekelilingnya

Ada 3 macam sistem dalam thermodinamik antara lain :

a. Sistem Tertutup. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis
tetap dan tidak ada masa yang keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem,
tetapi volumenya bisa berubah. Sesuatu yang bisa keluar ataupun masuk
sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja.
Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana
masa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan energi panas
masuk kedalam masa udara didalam balon tersebut.
11

Gambar 2.4. Sistem tertutup


b. Sistem Terbuka. Dalam sistem terbuka, energi dan masa dapat keluar
sistem atau masuk kedalam sistem melewati batas sistem. Sebagian besar
mesin-mesin konversi energi adalah sistem terbuka. Sistem mesin motor bakar
dibagian ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar
dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem melalui
knalpot. Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain merupakan sistem
thermodinamika terbuka, karena secara simultan ada energi dan masa keluar -
masuk sistem tersebut.

Gambar 2.5. Sistem terbuka


12

c. Sistem Isolasi. Dalam sisem isolasi sistem di kondisikan tidak terjadi


penukaran energi dalam bentuk apapun dengan lingkungan sekelilingnya.
Dalam aplikasisinya sehari-hari digunakan pada alat pengyimpan air hangat
atau thermos.

Gambar 2.6. Sistem isolasi

9. Proses Thermodinamika. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi


yang tidak berubah, apabila masing -masing jenis property sistem tersebut dapat
diukur pada semua bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut
sebagai keadaan (state) tertentu dari sistem, dimana sistem mempunyai nilai
property yang tetap. Apabila propertynya berubah, maka keadaan sistem tersebut
disebut mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami
perubahan keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbang (equilibrium).
Proses merupakan perubahan sistem dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain.
Gambaran lengkap dari suatu sistem meliputi rincian :

Gambar 2.7. Proses umum thermodinamik


13

Gambar 2.8. Proses dari keadaan 1 ke keadaan 2

Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property dari sistem,
seperti tekanan (P), temperatur (T), volume (V), masa (m), viskositas, konduksi
panas, dan lain-lain. Selain itu ada juga property yang disefinisikan dari property
yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik, panas jenis, dan lain-lain.
Perubahan sistem thermodinamika dari keadaan seimbang satu menjadi
keadaan seimbang lain disebut proses, dan rangkaian keadaan diantara keadaan
awal dan akhir disebut lintasan proses. Tergantung dari jenis prosesnya, maka
keadaan 2 dapat dicapai dari keadaan 1 melalui berbagai lintasan yang berbeda.
Proses thermodinamika biasanya digambarkan dalam sistem koordinat 2 dua
property , yaitu P-V diagram atau T-S diagram.
Proses yang berjalan pada satu jenis property tetap, disebut proses iso- diikuti
nama propertynya, misalnya proses isobaris (tekanan konstan), proses isochoris
(volume konstan), proses isothermis (temperatur konstan) dan lain-lain. Suatu
sistem disebut menjalani suatu siklus, apabila sistem tersebut menjalani rangkaian
beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem kembali ke keadaan awalnya.
14

a. Proses keliling. Proses keliling adalah proses apabila sistem menjalani


proses dan akhirnya kembali ke keadaan semula. Pada Gambar dibawah
terlihat suatu siklus terdiri dari 2 jenis proses, dan siklus lain dengan 4 jenis
proses.

Gambar 2.9. Diagram siklus thermodinamika

b. Proses kuasi seimbang. Proses kuasi seimbang adalah jika suatu


proses berjalan sedemikian rupa sehingga setiap saat sistem menyimpang
sedikit dari kesetimbangan thermal.

Gambar 2.10. Proses kuasi seimbang


15

c. Proses Isotermis. Proses isothermis merupakan proses yang terjadi


pada temperatur konstan.

Gambar 2.11. Diagram proses isotermis

d. Proses Isobaris. Proses isobaris adalah proses yang berlangsung pada


tekanan konstan.

Gambar 2.12. Diagram proses isobaris


16

e. Proses Isometris/Isokhoris. Proses isothermis/isochoris adalah suatu


proses pada volume konstan.

Gambar 2.13. Diagram proses isokhoris

f. Proses Adiabatis. Proses adiabatis merupakan suatu proses yang


berlangsung namun tidak ada hubungan panas antara sistem dan lingkungan,
atau tidak ada pertukaran panas.

Gambar 2.14. Diagram proses adiabatis


17

g. Proses Politropis. Proses politropis adalah proses yang terjadi pada


keadaan panas jenis konstan.

Gambar 2.15. Diagram proses politropis

10. Siklus Thermodinamika. Siklus termodinamika adalah serangkaian proses


termodinamika mentransferpanas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, tem-
peratur, dan keadaan lainnya. Hukum pertama termodinamika menyebutkan bahwa
sejumlah bersih panas yang masuk setara dengan sejumlah bersih panas yang
keluar pada seluruh bagian siklus. Proses alami yang berulang-ulang menjadikan
proses berlanjut, membuat siklus ini sebagai konsep penting dalam termodinamika.

Gambar 2.16. P-V diagram pada siklus thermodinamika.

Proses termodinamika berlangsung dalam rantai tertutup pada diagram P-V, di mana
axis Y menunjukkan tekanan (pressure, P) dan axis X menunjukkan volume (V).
Area di dalam siklus adalah kerja (work, W) yang dirumuskan dengan:
18

W = ∫ P. dV

Kerja adalah setara dengan panas yang ditransferkan ke sistem:

W = Q = Qin - Qout

Persamaan kedua membuat proses siklik mirip proses isotermal, meski energi
dalam berubah selama proses siklik, ketika proses siklik selesai energi sistem adalah
sama dengan energi ketika proses dimulai.
Jika proses siklik bekerja searah jarum jam, maka ini menunjukkan mesin kalor, dan
W akan positif. Jika bergerak berlawanan dengan arah jarum jam, maka
menunjukkan pompa kalor, dan W akan negatif.

a. Idealisasi proses Thermodinamika. Konversi energi yang terjadi pada


motor bakar torak berdasarkan pada siklus termodinamika. Proses sebenarnya
amat komplek, sehingga analisa dilakukan pada kondisi ideal dengan fluida
kerja udara. Idealisasi proses tersebut sebagai berikut :
1) Fluida kerja dari awal proses hingga akhir proses.
2) Panas jenis dianggap konstan meskipun terjadi perubahan
temperatur pada udara.
3) Proses kompresi dan ekspansi berlangsung secara adiabatik, tidak
terjadi perpindahan panas antara gas dan dinding silinder.
4) Sifat-sifat kimia fluida kerja tidak berubah selama siklus berlangsung.
5) Motor 2 (dua) langkah mempunyai siklus termodinamika yang sama
dengan motor 4 (empat) langkah.

b. Siklus Otto (Siklus udara volume konstan). Pada siklus otto atau
siklus volume konstan proses pembakaran terjadi pada volume konstan,
sedangkan siklus otto tersebut ada yang berlangsung dengan 4 (empat)
langkah atau 2 (dua) langkah. Untuk mesin 4 (empat) langkah siklus kerja
terjadi dengan 4 (empat) langkah piston atau 2 (dua) poros engkol. Adapun
langkah dalam siklus otto yaitu gerakan piston dari titik puncak (TMA = titik mati
atas) ke posisi bawah (TMB = titik mati bawah) dalam silinder.
19

Gambar 2. 17. Diagram P-V dan T-S siklus otto

Proses siklus otto sebagai berikut :


1) Proses 1-2 : proses kompresi isentropic (adiabatic reversible) dimana
piston bergerak menuju (TMA=titik mati atas) mengkompresikan udara
sampai volume clearance sehingga tekanan dan temperatur udara naik.
2) Proses 2-3 : pemasukan kalor konstan, piston sesaat pada
(TMA=titik mati atas) bersamaan kalor suplai dari sekelilingnya serta
tekanan dan temperatur meningkat hingga nilai maksimum dalam siklus.
3) Proses 3-4 : proses isentropik udara panas dengan tekanan tinggi
mendorong piston turun menuju (TMB=titik mati bawah), energi dilepaskan
disekeliling berupa internal energi.
4) Proses 4-1 : proses pelepasan kalor pada volume konstan piston
sesaat pada (TMB=titik mati bawah) dengan mentransfer kalor ke
sekeliling dan kembali mlangkah pada titik awal.
20

c. Prinsip Kerja Motor Bakar Torak. Berdasarkan prinsipnya, terdapat 2


(dua) prinsip pada motor bakar torak, yaitu: 4 (empat) langkah dan 2 (dua)
langkah. Adapun prinsip kerja motor bakar 4 (empat) langkah dan 2 (dua)
langkah adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Kerja Motor Bakar 4 (empat) Langkah. Pengertian yang
dimaksud dengan motor bakar 4 (empat) langkah adalah bila 1 (satu) kali
proses pembakaran terjadi pada setiap 4 (empat) langkah gerakan piston
atau 2 (dua) kali putaran poros engkol.
Dengan anggapan bahwa katup masuk dan katup buang terbuka tepat
pada waktu piston berada pada TMA dan TMB, maka siklus motor 4
(empat) langkah dapat diterangkan sebagai berikut :
a) Langkah hisap. Piston bergerak dari TMA ke TMB. Pada
ruangan di atas piston terjadi pembesaran volume yang
menyebabkan tekanan menjadi kurang. Tekanan kurang tersebut
mengakibatkan terjadinya hisapan terhadap campuran udara bahan
bakar dari karburator. Keadaan katup masuk terbuka dan katup
buang tertutup.
b) Langkah kompresi. Piston bergerak dari TMB ke TMA
mengadakan kompresi terhadap campuran udara bahan bakar yang
baru masuk pada langkah pengisian. Tekanan dan temperatur
menjadi naik sedemikian rupa sehingga campuran bahan bakar
udara berada dalam keadaan yang mudah sekali untuk terbakar.
Sebelum langkah kompresi berakhir maka busi mengadakan
pembakaran kedua katup tertutup.
c) Langkah usaha. Akibat adanya pembakaran maka pada
ruang bakar terjadi panas dan pemuaian yang tiba-tiba. Pemuaian
tersebut mendorong piston untuk bergerak dari TMA ke TMB. Kedua
katup masih dalam keadaan tertutup rapat sehingga seluruh tenaga
panas mendorong piston untuk bergerak.
d) Langkah buang. Pada langkah buang ini katup masuk tertutup
sedangkan katup buang terbuka. Piston bergerak dari TMB menuju
TMA mendesak gas sisa pembakaran keluar melalui katup buang
dan saluran buang (exhaust manifold) menuju atmosfer.
21

Gambar 2. 18. Prinsip kerja motor 4 (empat) langkah


(Wiranto Arismunandar, 2002 : 8)

2) Motor Bensin 2 (dua) Langkah. Pada motor bensin 2 (dua) langkah,


setiap siklus terdiri dari 2 (dua) langkah piston atau 1 (satu) kali putaran
poros engkol. Proses yang terjadi pada motor 4 (empat) langkah, juga
terjadi 1 (satu) langkah penuh. Langkah-langkah tersebut adalah:
a) Langkah naik. Piston bergerak dari TMB ke TMA. Beberapa
saat sebelum piston sampai di TMB, gas bekas hasil pembakaran
sudah mulai dikeluarkan dan campuran udara bahan bakar barupun
sudah mulai dimasukkan. Langkah ini merupakan langkah kompresi.
Pada waktu piston hampir mencapai TMA busi mengadakan
pembakaran.
b) Langkah turun. Dengan adanya pembakaran pada akhir
langkah naik maka menyebabkan terjadinya panas dan pemuaian
yang tiba-tiba. Piston bergerak dari TMA ke TMB. Sebelum piston
mencapai TMB maka lubang buang sedang terbuka. Lubang
masukpun kemudian terbuka pula, gas baru masuk dan sekaligus
mendorong gas bekas keluar.
Suatu hal yang sangat penting pada motor 2 (dua) langkah ialah
adanya lubang-lubang masuk dan buang sebagai pengganti katup.
Piston yang bergerak dari TMB ke TMA dan sebaliknya menutup dan
membuka lubang-lubang tersebut. Jadi motor 2 (dua) langkah
umumnya tidak mempunyai katup masuk dan katup buang.
22

Kelemahan yang paling menonjol pada motor 2 (dua) langkah yaitu


sangat singkatnya waktu yang tersedia untuk pemasukkan dan
pembuangan gas bekas. Akibatnya bahan bakar baru ada yang tercampur
dengan gas bekas atau sudah terbuang keluar bersama gas bekas
sebelum sempat terbakar. Tapi kelemahan ini telah diusahakan
memperkecilnya dengan membuat bermacam sistem pembilasan. Pada
motor bensin 2 (dua) langkah, karena pemasukan dan pengeluaran gas
baru dan gas bekas tidak diatur oleh klep maka terdapat beberapa
kelemahan, yaitu :
a) Lubang buang. Dengan adanya lubang transfer dari lubang
buang maka kompresi tidak dimulai dari TMB. Kerugian ini tidak
sama pada masing-masing motor, berkisar antara 20-45%. Berarti
lubang buang baru tertutup pada waktu piston sudah bergerak ada
kalanya 800 putaran sesudah TMB.
b) Waktu yang singkat. Terlalu sedikit waktu untuk pemasukan
gas baru dan pembuangan gas bekas sehingga besar kemungkinan
sebagian gas bekas, tidak sempat keluar dan sebaliknya ada juga
gas baru yang sudah keluar sebelum terbakar.
23

Gambar 2.19. Prinsip kerja motor 2 (dua) langkah


(Arends BPM; H Berenschot, 1980)

11. Tingkat Keadaan Thermodinamika. Ketika sistem dalam keadaan seimbang


dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut dalam keadaan pasti (atau keadaan
sistem). Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem
dispesifikasikan. Properti yang tidak tergantung dengan jalur di mana sistem itu
membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari sistem. Bagian
selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti, yang merupakan
fungsi keadaan.
Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan
keadaan dari sistem tertentu ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang
berhadapan dengan properti sistem yang lebih besar, dari jumlah minimal tersebut.
Pengembangan hubungan antara properti dari keadaan yang berlainan
dimungkinkan. Persamaan keadaan adalah contoh dari hubungan tersebut.
24

12. Sifat-sifat Thermodinamika.

a. Zat Murni. Zat murni adalah zat yang mempunyai komposisi kimia yang
tetap pada semua bagiannya. Contoh zat murni misalnya, air, nitrogin, helium,
CO2 , udara, dan lain -lain. Persyaratan sebagai zat murni tidak perlu hanya
satu jenis saja, tetapi dapat berupa campuran zat asal campurannya homogin
pada seluruh bagiannya. Udara merupakan campuran dari beberapa jenis zat
tetapi masih bersifat zat murni, tetapi campuran antara minyak dengan air
bukan merupakan zat murni karena tidak dapat bercampur secara homogen.
Zat murni dapat terwujud dalam fasa padat, fasa cair, atau fasa gas. Fasa
padat mempunyai struktur molekul dengan jarak antar molekul paling kecil dan
gaya ikat antar molekul paling besar , fasa cair mempunyai gaya ikat yang lebih
kecil, dan fasa gas gaya ikat antar molekul paling kecil. Posisi molekul pada
fasa padat relatif tetap, pada fasa cair molekul bergerak secara oscilasi, dan
pada fasa gas molekul-molekul bergerak bebas tidak beraturan dan saling
bertabrakan satu sama lainnya.

b. Diagram Fasa. Zat murni dapat mengalami perubahan fasa pada


keadaan yang berbeda-beda, tergantung kepada kondisi property nya. Air
berubah fasa menjadi gas pada temperatur sekitar 100O C apabila tekanannya
1 atm, tetapi pada tekanan lebih tinggi maka temperatur perubahan fasanya
lebih tinggi pula. Gambar dubawah menunjukkan diagram perubahan fasa cair-
gas pada suatu zat murni, dengan koordinat tekanan dan temperatur.

Gambar 2.20. Diagram perubahan fasa cair–gas pada zat murni


25

Dari sifat tersebut diatas dapat digambarkan diagram perubahan fasa dari suatu
zat murni secara lengkap, yaitu pada semua lingkup keadaan untuk zat murni
tersebut. Contoh diagram perubahan fasa lengkap tersebut diperlihatkan pada
Gambar 2.2 (a) dengan koordinat T-v dan Gambar 2.2 (b) untuk koordinat P-v.
Garis fasa berbentuk lengkungan tajam pada bagian atasnya, garis disebelah
kiri adalah garis liquid jenuh dan garis disebelah kanan adalah garis uap jenuh.
Titik puncaknya merupakan titik kritis, dimana diatas titik tersebut kondisi fasa
kondisi liquid dan gas bersamaan.

(a) Koordinat P-v (b) Koordinat T – v

Gambar 2.21. Diagram perubahan fasa suatu zat murni

Keadaan titik kritis untuk zat murni air terjadi pada tekanan P cr = 22,09
MPa, dan temperatur Tcr = 374,14OC. Daerah diantara garis liquid jenuh
dengan garis uap jenuh adalah daerah terjadinya campuran antara fasa cair
dan fasa gas.
Garis putus-putus pada gambar diatas (a) menunjukkan lintasan proses
penguapan zat murni pada tekanan konstan P 1 dan P2 (dengan P2 > P1), dan
terlihat bahwa lintasan proses penguapan pada tekanan P 2 terjadi pada
temperatur lebih tinggi daripada lintasan pada temperatur P1. Garis a-b
menunjukkan pemanasan pada fasa liquid sampai mencapai titik cair jenuh di
b.
26

Sedang pada garis b-c terjadi proses penguapan yang terjadi pada
temperatur konstan dan tekanan konstan, dengan fasa diantara titik b dan titik c
adalah kondisi campuran antara liquid dan gas. Pada titik b adalah 100% liquid,
sedang pada titik d adalah 100% fasa gas.
Selanjutnya garis c-d menunjukkan pemanasan lanjutan dari uap,
sehingga kondisi uapnya disebut uap panas lanjut (superheated steam). Panas
yang dibutuhkan untuk pemanasan air pada garis a -b dan pemanasan uap
pada garis c-d disebut panas sensibel, sedang panas yang diperlukan untuk
proses penguapan pada garis b-c disebut panas laten. Terlihat pada Gambar
diatas bahwa semakin tinggi tekanan fluida (juga temperaturnya), semakin
pendek garis penguapan (garis b-c untuk tekanan P1) sehingga semakin kecil
panas laten yang dibutuhkan. Garis putus-putus pada gambar diatas (b)
adalah garis isothermis pada diagram penguapan dengan koordinat P-v.

c. Tabel Property. Dalam analisis thermodinamika selalu dibutuhkan data


nilai property dari suatu zat, pada semua lingkup keadaan untuk masing-
masing zat yang diteliti. Nilai property dapat diprediksi dengan
mengembangkan suatu persamaan matematis hubungan antar property dari zat
yang bersangkutan. Namun biasanya bentuk hubungan antar property untuk
semua zat sangat kompleks, srhingga sangat sulit untuk direpresentasikan
dalam suatu persamaan yang sederhana.
Karena itu data property biasanya dipresentasikan dalam bentuk Tabel
Thermodinamika, yang berisi data property dari beberapa zat yang sering
digunakan dalam aplikasi thermodinamika. Tabel tersebut membutuhkan data
property yang sangat banyak, yang dikumpulkan dari hasil pengukuran yang
membutuhkan waktu yang lama. Jenis property yang biasanya ada dalam
Tabel Thermodinamika adalah tekanan, temperatur, volume spesifik, energy
internal, panas laten, dan dua property baru yaitu enthalpy (h) dan entropy (s)
yang akan dibahas dalam bab selanjutnya.
Data property untuk keadaan fasa campuran tidak dapat dilihat secara
langsung dalam Tabel Thermodinamika, tetapi dapat dihitung dengan
menggunakan parameter kualitas campuran (x) yaitu:
27

mg
x=
mtotal

dimana masa total campuran (mtotal) = masa liquid + masa uap = mf + mg.
Parameter x mempunyai nilai nol yaitu apabila mg = 0 atau pada kondisi liquid
jenuh, sedang x = 1 apabila mf = 0 atau m g = mtotal, yaitu pada keadaan uap
jenuh. Hubungan antara parameter x dengan nilai property tertentu, misalnya
enthalpy (h) adalah:

h = hf + x.hfg

dimana:
h = enthapy pada kondisi campuran
hf = enthalpy pada keadaan liquid jenuh
hfg = panas laten

13. Hukum Ke 0 (Nol) Thermodinamika. Jika A dan B masing-masing berada


dalam keadaan setimbang termal (temperaturnya sama) dengan C, maka artinya A
juga setimbang termal dengan B. Hukum ini menyatakan keadaan setimbang termal
dan digunakan untuk mendefinisikan skala temperatur.

Gambar 2.22. Kesetimbangan Thermodinamika

a. Kalor. Kalor adalah energi yang berpindah dari suatu benda ke benda
yang lainnya karena adanya perbedaan temperatur antara kedua benda
tersebut. Kalor bukan merupakan energi yang dimiliki suatu benda (sistem),
energi yang dimiliki suatu benda (sistem) mengacu pada energi dalamnya.
28

Arah perpindahan kalor antara dua buah benda adalah dari benda yang
bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah. Besaran yang
menyatakan kaitan antara kalor dengan perubahan temperatur adalah
kapasitas kalor (heat capacity)

dQ = C.dT (dT = Delta T)

untuk proses perubahan temperatur yang terjadi pada volume konstan

dQ = Cv .dT ( Cv = Volume Konstant)

jika proses perubahan temperatur terjadi pada tekanan konstan

dQ = Cp .dT (Cp = Tekanan Konstant)

1) Kapasitas kalor (C). Kapasitas kalor (C) adalah jumlah kalor yang
diperlukan untuk menaikkan temperatur dari suatu bahan sebesar 1ºC
Kapasitas kalor dari benda sebanding dengan massa benda.

∆Q = C.∆T

2) Kalor jenis (c). Kalor jenis (c) adalah jumlah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan temperatur 1 gram bahan sebesar 1ºC

∆Q = m.c.∆T

3) Kalor laten (L). Kalor laten (L) adalah kalor yang diperlukan untuk
mengubah fasa (wujud) dari benda bermassa m. Pada saat terjadi
perubahan wujud temperatur (suhu) sistem tetap.

Q = m.L ( Q = Kalor, m = massa , L= Kalor Laten )


29

b. Kerja. Kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan sistem untuk


memindahkan/menggeser benda dari kedudukan semula yang diakrenakan
oleh tekanan yang ditimbulkan dalam bejana. Kerja yang dilakukan sistem
besarnya sebagai berikut :

dW = F.dx = P.A.dx = P.dV ( P = N/m² ) berarti P = gaya/ luas dimana F = Gaya


,A = Luas

Gambar 2.23. Hubungan antara F, P dan A

Keadaan sistem termodinamika dapat dinyatakan dengan variabel-


variabel keadaan yaitu temperatur (T), tekanan (p) dan volume (V). Dengan
demikian dapat dinyatakan kerja yang dilakukan sistem (gas) adalah untuk
berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain adalah

v2
W = ∫ p(V,T) dV
v1

Pada diagram pV (diagram yang menyatakan keadaan termodinamik sistem),


kerja dapat diperoleh dari luas di bawah kurva pV.
30

Gambar 2.24. Perubahan W terhadap perubahan P dan V

14. Pengukuran Temperatur. Temperatur merupakan propertis dari suatu zat


dan mempengaruhi terhadap proses yang terjadi dalam thermodinamika.

Gambar 2.25. Visualisasi temperatur

Tk = Tc + 273,15 (≈ 273) 𝐾 = 𝐾𝑒𝑙𝑣𝑖𝑛


31

TR = Tf + 459,67 (≈ 459) 𝐹 = 𝐹𝑎ℎ𝑟𝑒𝑛ℎ𝑒𝑖𝑡


TR = 1,8 . Tk 𝑅 = 𝑅𝑎𝑛𝑘𝑖𝑛
Tf = 1,8 . Tc + 32 𝐶 = 𝐶𝑒𝑙𝑐𝑖𝑢𝑠

Contoh :
Jika skala celcius menunjukkan xo, sedangkan skala farenheit menunjukkan 2xo,
berapa temperatur yang diukur?.

Jawab :

Tf = 1,8 . Tc +32
2x= 1,8 . x+32
32= 2x-1,8 . x
32= 0,2x
32
x = =160 F
0,2

15. Pengukuran Tekanan. Tekanan merupakan gaya persatuan luas yang terjadi
pada sebuah bejana.

F N
P= ( )
A m2

Dimana :
F : Gaya (N)
A : Luas permukaan (m2 )
P : N
Tekanan (m2 ), Pascal
32

Gambar 2.26. Visualisasi tekanan

Sehingga besarnya tekanan yang terjadi akibat perbedaan tinggi dari sebuah fluida
cair dapat ditentukan sebagai berikut:

N
P = ρ .g . h +Patm ( 2 )
m

Dimana :
P 𝑁
: Tekanan (𝑚2 ), Pascal

𝜌 : Massa jenis
G : Percepatan gravitasi
h : Tinggi kolom air
33

Gambar 2.27. Tekanan vakum dan absolut

Ppengukur = Pabsolut + Patm


Pabsolut = Ppengukur - Patm
Pvakum = Patm - Pabsolut

16. Sistem Satuan. Dalam pembahasan setiap masalah yang berhubungan


dengan kejadian-kejadian alam atau suatu proses fisika alam, untuk memudahkan
pemahaman masalah tersebut, pemodelan matematis banyak digunakan.
Pemodelan matematik adalah suatu metode untuk mecari hubungan antara faktor-
aktor fisik yang satu dengan yang lainnya menggunakan simbol-simbol dan koordinat
matematik. Dengan pemodelan tersebut, akan ketemu suatu rumusan matematik
yang bisa mewakili permasalahan fisik secara kwantitatif.
Dalam ilmu termodinamika koordinat-koordinat atau besaran fisik akan selalu
melingkupi semua rumusan termodinamika adalah Voume (V), Temperatur (T),
Tekanan (p), Kerapatan (ρ) dan besaran-besaran lainnya.
Besaran- besaran ini akan mempengaruhi berbagai keadaan sistem termodinamika.
Misalkan, sistem motor bakar akan berubah keadaannya apabila tekanan (p)
kompresinya turun, yaitu tenaga yang dihasilkan berkurang. Perubahan keadaan
temodinamika digambarkan pada grafik hubungan tekanan dengan volume atau
dengan tekanan.
34

a. Volume Jenis (v). Volume jenis dibagi menjadi dua antara lain :
1) Volume jenis (v). Volume jenis (v) adalah volume per satuan
massa.

V m3
v= ( )
m kg

2) Volume jenis molar (𝑣̇ ). Volume jenis molar (𝑣̇ )adalah volume
dibagi dengan mol sistem.

V m3 m
v̇ = ( ) n= v̇ = M .v
n kg.mol M

Dimana :
N : Jumlah mol sistem (kg.mol)
kg
M : Berat molekul (kg.mol)

m : Massa (kg)

b. Kerapatan (ρ). Kerapatan (ρ) adalah perbandingan antara massa


dengan volume sistem.

m kg
ρ= ( )
v m3

Dimana :
M : Massa (kg)
V : Volume (m3 )
kg
Ρ : Kerapatan (m3 )
m3
V : Volume jenis ( kg )
35

17. Teori Gas Ideal. Molekul-molekul gas didalam suatu ruangan yang dibatasi
dinding bergerak kesegala arah dengan tidak beraturan (chaotic motion ). Karena
gerakan tidak beraturan tersebut kemungkinan sering terjadi tumbukan antar
molekul, sebelum menabrak dinding batas ruangan. Tabrakan molekul ke dinding
ruangan tersebut terjadi secara terus -menerus, yang menimbulkan efek tekanan
gas didalam ruangan tersebut.
Semakin tinggi temperatur gas, maka semakin besar kecepatan geraknya sehingga
menyebabkan momentum tumbukan terhadap dinding semakin besar. Akibatnya
tekanan yang terjadi didalam ruangan akan semakin besar pula.
Dari mekanisme gerakan molekul tersebut, maka dapat dibayangkan adanya
suatu persamaan matematik hubungan antar variabel property gas didalam
ruangan, terutama tekanan (P), temperatur (T), dan volume ruangan (V). Volume
ruangan juga merupakan variabel karena menentukan jarak lintasan gerak molekul
sebelum menabrak dinding. Namun untuk menurunkan persamaan hubungan secara
analitis mengalami kesulitan, karena kompleksitas gerakan molekul, adanya gaya
tarik-menarik antar molekul, dan pengaruh volume molekul sendiri.
Karena itu kemudian diasumsikan adanya suatu jenis gas idea yang
mempunyai sifat ideal, sehingga dimungkinkan penurunan persamaan matematis
hubungan antar beberapa variabel dari property gas. Sifat-sifat gas ideal yang
diinginkan tersebut adalah:
a. Gaya tarik-menarik antar molekul gas diabaikan.
b. Total volume molekul gas diabaikan terhadap volume ruangan.
Asumsi pertama memungkinkan bahwa semua energi kinetic molekul
menghasilkan energi tumbukan molekul ke dinding, sedang asumsi kedua
memungkinkan tidak ada pengurangan energi kinetik molekul karena tumbukan antar
molekul diabaikan. Dengan kedua asumsi tersebut, maka secara analitis dapat
diturunkan persamaan hubungan antar variabel P, v, dan T gas ideal , atau sering
disebut persamaan keadaan gas ideal atau persamaan Boyle – Gay Lussac,
sebagai berikut:
36

P.v = R.T

Dimana :
P = tekanan absolut gas
v = volume spesiifik gas
R = konstanta gas
T = temperatur absolut gas

Boyle dan Gay Lussac mendapatkan persamaan tersebut melalui eksperimen


pada kondisi gas pada tekanan sangat rendah, sehingga persamaan gas ideal
dapat diaplikasikan pada gas sebenarnya apabila tekanannya sangat rendah.
Dalam penelitian selanjutnya didapatkan apabila pada temperatur tinggi, atau pada
tekanan sangat tinggi sekitar tujuh kali tekanan kritisnya, maka si fat suatu gas juga
mendekati sifat gas ideal. Besarnya konstanta gas R berbeda untuk setiap jenis
gas, dan dapat dihitung dengan


R=
M

Dimana :
Rµ = konstanta gas universal
M = masa setiap molekul gas

Besarnya konstanta gas universal adalah sama untuk semua jenis gas yaitu
Rµ = 8,314 kJ/(kmol.K). Masa gas didalam ruangan dapat dihitung apabila jumlah
molekulnya diketahui, adaikan jumlah molekulnya (x), maka masa gas didalam
ruangan tersbut:

M = m.x

Sedangkan besarnya volume ruangan adalah:

V = m.v
37

Sehingga persamaan gas ideal dapat dituliskan dalam variabel volume ruangan
sebagai berikut. Sehingga persamaan gas ideal dapat dituliskan dalam variabel
volume ruangan sebagai berikut.

P.V = m.R.T

P.V = x.Rμ .T

Dari persamaan diatas dapat diturunkan hubungan antara variabel gas didalam
ruangan pada dua keadaan yang berbeda, dengan masa gas (m) tetap sebagai
berikut:

P1 .V1 P2 .V2
=
T1 T2

dengan indeks 1 dan 2 menunjukkan bahwa gas pada keadaan 1 dan pada keadaan
2. Menurut penelitian, beberapa jenis gas seperti udara, oksigen, hidrogen,
helium, argon, neon, CO2 dapat dperlakukan sebagai gas ideal dengan
penyimpangan hasil perhitungan terhadap kondisi sebenarnya hanya sekitar 1%.
Gas yang dipadatkan seperti uap didalam ketel uap, zat refrigeran didalam
mesin pendingin tidak boleh diperlakukan sebagai gas ideal, karena penyimpangan
atau kesalahan perhitungannya menjadi terlalu besar. Data propertynya harus dilihat
dalam Tabel Thermodinamika untuk gas yang bersangkutan.

18. Gas Van Der Walls dan Battic Bridgemen. Persamaan gas ideal cukup
sederhana, namun seperti telah dibahas sebelumnya lingkup pemakaiannya
terbatas. Banyak usaha dilakukan untuk mengembangkan persamaan keadaan gas,
dengan lingkup pemaka ian yang lebih luas. Namun persamaan yang didapatkan
umumnya lebih kompleks dibandingkan dengan persamaan gas ideal, seperti pada
persamaan Van der Waals dan persamaan Beattie-Bridgeman sebagai berikut:

a. Persamaan Van del Waals. Pada tahun 1873, Van der Waals
mengajukan persamaan keadaan gas dengan tambahan dua konstanta a dan b
sebagai berikut:
38

a
(P + ).(v - b) = R.T
v2

dengan nilai konstanta a dan b sebagai berikut:

27 .R2 .Tcr
2 R.Tcr
a= dan b=
64.Pcr 8.Pcr
Persamaan Van der Waals mempunyai ketelitian yang kurang baik, tetapi
apabila konstanta a dan b dihitung menurut perilaku gas sebenarnya pada
lingkup yang luas maka ketelitiannya menjadi lebih naik.

b. Persamaan Beattie-Bridgeman. Persamaan Beattie–Bridgeman


diajukan pada tahun 1928, dengan menggunakan lima konstanta sebagai
berikut:

Rμ .T c A
P= 2
(1- 3
)(v - b)- 2
v v.T v

dengan konstanta A dan B dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

a b
A = A0 . (1 - ) dan B = B0 . (1 - )
v v

Aplikasi persamaan ini adalah sampai dengan 0,8 Pcr , dengan Pcr adalah titik
krits dari densitas gas yang bersangkutan.

19. Panas Jenis. Panas jenis adalah banyaknya perpindahan panas yang
diperlukan untuk menimbulkan kenaikan temperatur yang sama (setiap bahan
memiliki nilai yang berbeda). Panas jenis juga didefinisikan sebagai energi yang
diperlukan untuk meningkatkan temperatur suatu zat sebesar satu satuan massa
sebesar satu derajat.
39

δQ
C=
dT

δQ
c= δQ = m.c.dT
m.dT

C = Kapsitas panas c = Panas jenis

Panas jenis dibagi menjadi 2 yaitu :


a. Panas jenis pada volume konstan (Cv). Energi tersebut harus setara
dengan Cv dT, dimana dT adalah perubahan differensial temperatur .

δu kJ
Cv dT=du Cv = ( ) ( )
δT v kgo C

Cv adalah perubahan energi dalam spesifik sebuah zat perunit perubahan


temperatur pada volume konstan.

b. Panas jenis pada tekanan konstan (Cp). Panas jenis tekanan konstan
Cp dapat diperoleh dengan memperhatikan proses tekanan konstan ( wb + ∆u
= ∆h ),

δh kJ
Cp = ( ) ( o )
δT p kg C

Cp adalah perubahan enthalpi sebuah zat perunit perubahan temperatur pada


tekanan konstan.
Panas jenis pada tekanan konstan Cp selalu lebih besar dari pada Cv, karena pada
tekanan konstan, sistem mengalami ekspansi dan hal tersebut memerlukan energi .
Cv dan Cp dapat juga berbentuk dalam basis molar, sehingga mempunyai satuan
J/(kmol.°C) .
40

(a) Panas jenis pd V dan P konstan (b) Cv sebagai fungsi temperatur

Gambar 2.28. Panas jenis

20. Konstanta Gas. Konstanta gas memiliki peran yang sangat penting dalam
perhitungan dan analisis gas ideal dalamm thermodinamika. Konstanta gas tersebut
dipengaruhi oleh nilai panas jenis (C). Hubungan antara R dan K untuk
menganalisa thermodinamik sebagai berikut:

𝑪𝒑
𝑹 = 𝑪𝒑 − 𝑪𝒗 𝑲 =
𝑪𝒗
𝑪𝒑 − 𝑪𝒗 𝑹 𝟏 𝑹 𝑪 𝒑 − 𝑪𝒗 𝑹
= 𝟏 − = =
𝑪𝒑 𝑪𝒑 𝑲 𝑪𝒑 𝑪𝒗 𝑪𝒗
𝑲 𝟏 𝑹 𝑲 − 𝟏 𝑹 𝑹
− = = 𝑲 − 𝟏 =
𝑲 𝑲 𝑪𝒑 𝑲 𝑪𝒑 𝑪𝒗
𝑲. 𝑹 𝑹
𝑪𝒑 = 𝑪𝒗 =
𝑲− 𝟏 𝑲 − 𝟏

Gas monoatomik (H) Gas diatomik (O2, NO2, dll)

Cv Cp Cv Cp

3 5 5 7
2 2 2 2
41

21. Evaluasi.
a. Jelaskan konsep dasar dari thermodinamika teknik?.
b. Jelaskan pandangan mikro dan makro dari thermodinamika?.
c. Jelaskann kesetimbangan dari thermodinamika?.
d. Jelaskan siklus thermodinamika?.
e. Jelaskan sistem thermodinamika?.
f. Jika skala celcius menunjukkan 2xo, sedangkan skala farenheit
menunjukkan 5xo, berapa temperatur yang diukur?
g. Jelaskan perbedaan tekanan absolut dan tekanan vakum?.
h. Jelaskan teori gas ideal pada ilmu thermodinamika?.
i. Bagaimana hubungan antara nilai R dan K dalam thermodinamika,
jelaskan?
42

BAB III

ENERGI DAN HUKUM THERMODINAMIKA I

22. Umum. Ilmu thermodinamika telah melibatkan energi dalam proses


perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan thermo-
dinamika itu sendiri. Sehingga energi akan mampu diubah oleh fenomena alam
sehingga memenuhi proses thermodinamik. Prinsip konservasi energi, merupakan
ekspresi dari hukum pertama termodinamika, bahwa energi tidak dapat diciptakan
atau dihancurkan selama proses, hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk
lainnya.

23. Energi Sistem. Energi dapat terwujud dalam berbagai bentuk, yaitu energi
kimia, energi panas, energi mekanis, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang
elektromagnetik, energi gaya magnit, dan lain-lain. Definisi klasik energi adalah
kemampuan untuk melakukan kerja. Definisi baru energi adalah kemampuan untuk
menghasilkan pengaruh :

a. Macam Energi. Macam-macam energi dikelompokkan sebagai berikut:


1) Energi tersimpan (Stored energy) meliputi energi potensial, energi
kinetik, energi dalam dll.
2) Energi dalam transisi (Energ in transition) meliputi panas, kerja, listrik
dll.

b. Bentuk-bentuk Energi Tersimpan. Energi tersimpan berkaitan dengan :


1) Molekul-molekul sistem (energi dalam)
2) Sistem sebagai satu kesatuan (Ek dan Ep)
3) Struktur atom (energi kimia)
4) Tenaga ikat dalam nukleus (tenaga nuklir)

c. Energi Thermis (Energi dalam).


1) Energi dalam kinetik adalah energi karena kerapatan molekulnya.
2) Energi dalam potensial adalah enegi karena gaya tarik molekulnya.
43

d. Energi Potensial (Ep). Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh
benda karena letaknya, diukur relatif vertikal terhadap suatu bidang datum
(acuan).

Gambar 3.1. Visualisasi energi potensial

F=m.a = m.g
z z

Ep = W = ∫ F . dz = ∫ m . g . dz = m . g . z
o o

Ep = m . g . z

Dimana :
F : Gaya (N)
M : Massa (kg)
A m
: Percepatan (s2)

G m
: Percepatan gravitasi (s2)

z : Jarak (m)

e. Energi Kinetik (Ek). Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh suatu
sistem karena kecepatannya. Dengan kata lain bahwa energi kinetis KE
adalah energi yang disebabkan oleh gerakan relatif terhadap suatu referensi.
44

Gambar 3.2. Visualisasi energi kinetik

dv
F= m.a = m.
dt
x x x
dv 1
Ek = W = ∫ F .dx = - ∫ m . . dx = - ∫ m . v . dv = m . v2
dt 2
o o o

1
Ek = m . v2
2

Dimana :
V : Kecepatan (𝑚)
𝑠

KE : m . V2
2

atau dalam bentuk energi per-satuan masa

2
V
ke =
2
Dimana :
M : Satuan masa media pembawa energi
V : Satuan kecepatan gerakan masa.
Suatu media pembawa energi dapat mengandung berbagai bentuk energi
tersebut sekaligus, dan jumlah energinya disebut energi total (E). Dalam
analisis thermodinamika sering digunakan energi total setiap satuan masa
media (m), yang disebut sebagai energi per-satuan masa (e) sehingga :
45

E
e=
m

Dalam aplikasi bidang teknik masa atau sistem thermodinamika yang ditinjau
biasanya tidak bergerak selama proses berlangsung, sehingga perubahan
energi potensial dan energi kinetisnya sama dengan nol.

Gambar 3.3. Aliran massa rata-rata

f. Energi Mekanik. Energi mekanik dapat didefinisikan sebagai bentuk


energi yang dapat dikonversi untuk kerja mekanik sepenuhnya dan secara
langsung oleh peralatan mekanik yang ideal seperti turbin. Energi kinetik dan
potensial adalah bentuk dari energi mekanik. Energi termal bukan merupakan
energi mekanis, karena tidak dapat dikonversi untuk bekerja secara langsung
dan sebetulnya. (hukum kedua termodinamika).
Sebuah pompa transfer energi mekanik untuk fluida dengan meningkatkan
tekanan, dan turbin mengubah energi mekanis dari cairan dengan menjatuhkan
tekanannya. Oleh karena itu, tekanan dari fluida yang mengalir juga
berhubungan dengan energi mekanik.
Tekanan itu sendiri bukanlah bentuk energi. Tapi gaya tekanan yang bekerja
pada fluida melalui jarak menghasilkan kerja, disebut alur kerja.
Energi mekanik adalah energi total yaitu penjumlahan antara energi kinetik
dengan energi potesial.

Em = Ek - Ep
46

Adapun energi atau kerja mekanik pada mesin mesin panas, adalah kerja yang
dihasilkan dari proses ekspansi atau kerja yang dibutuhkan proses kompresi.
Kerja mekanik (dW) tersebut sebanding dengan perubahan volume (dV) pada
tekanan (p) tertentu.

g. Kerja. Dalam mekanika, kerja didefinisikan sebagai hasil kali gaya


dengan perpindahan yang searah dengan gaya, W = F.L. Definisi umum kerja
dipindahkan dari sistem sewaktu operasi tertentu, jika pengaruh tunggal diluar
sistem dapat dijadikan untuk menaikan sebuah beban.

Gambar 3.4. Visualisasi kerja

Kerja (work) seperti halnya panas adalah suatu bentuk interaksi antara
sistem dan lingkungan. Seperti pada pada penjelasan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa jika suatu energi dapat melintasi batas sistem adalah bukan
panas dapat dipastikan bahwa bentuk energi tersebut adalah kerja. Lebih
spesifik kerja dapat diartikan sebagai energi transfer yang berhubungan
dengan gaya yang menempuh sebuah jarak.
Kerja juga merupakan bentuk energi, mempunyai satuan kJ. Kerja perunit
massa dinotasikan dengan w :

W kJ
w= ( )
m kg
47

Kerja perunit waktu disebut power dan dinotasikan dengan 𝑊̇ ,


mempunyai satuan kJ/s, atau kW. Seperti halnya panas, kerja juga mempunyai
konvensi tanda. Kerja yang dilakukan sistem adalah positif dan jika sistem
dikenai kerja maka kerja bertanda negatif.

Gambar 3.5. Visualisasi kerja pada sistem

Heat transfer dan kerja adalah interaksi antara sistem dengan


lingkungan dan terdapat beberapa kesamaan antara keduanya :
1) Keduanya merupakan fenomena batas sistem, hanya dikenali ketika
melintasi batas sistem.
2) Keduanya merupakan fenomena transient artinya sebuah sistem
tidak bisa memiliki panas atau kalor.
3) Keduanya selalu terkait dengan proses, bukan state.
4) Keduanya merupakan ”path function ”, differensialnya disebut
differensial tidak eksak, ∂Q dan ∂W. (berbeda dengan property yang
merupakan point function , differensialnya disebut differensial eksak,
misalnya du, dh, dT, dP dan lain-lain).
48

a. Sistem tertutup b. Fungsi lintasan kerja dan


panas

Gambar 3.6. Hubungan kerja dan panas

1) Kerja Listrik. Kerja listrik adalah kerja yang dilakukan oleh listrik
untuk melakukan aktifitas.

We =V . N (Kj) Atau We = V .̇ I (Kw)

Dimana:
𝑊̇𝑒 adalah daya listrik dan I adalah arus listrik. Pada umumnya V dan I
bervariasi terhadap waktu, sehingga kerja listrik dalam interval waktu
tertentu dinyatakan :

We = ∫ V. I dt (kJ)
1

Jika antara V dan I konstan dalam rentang waktu ∆t, persamaan menjadi :

We =V . I . ∆t

2) Bentuk-bentuk Kerja Mekanik. Ada beberapa bentuk kerja mekanik


yang mempengaruhi perubahan energi di dunia. Dimana besarnya kerja
sebagai berikut :
49

W= ∫ F ds
1

(a) Kerja akibat pergeseran batas sistem.

δWe = F. ds = P.A. ds = P. dV
2

Wb = ∫ P dV
1

Gambar 3.7. Kerja akibat pergeseran batas sistem

(b) Kerja Gravitasi. Gaya yang bekerja pada sebuah benda akibat
dari gaya tarik bumi sebesar 9,82 m/dt2, dapat di cari dengan
persamaan sebagai berikut:

F = m. G

Kerja yang dibutuhkan untuk menaikkan benda dari ketinggian z1 ke


z2 adalah :

2 2

Wg = ∫ F. dz = mg ∫ dz = m.g. (z2 - z1 )
1 1
50

Gambar 3.8. Percepatan gravitasi bumi

(c) Kerja akibat percepatan. Besarnya kerja yang terjadi akibat


dari percepatan yang terjadi :

dV ds
F=m.a a= V=
dt dt
2 2 2
dV 1
Ws = ∫ F ds = ∫ (m ) (V. dt)= m ∫ V .dV= m (V22 - V21 ) (kJ)
dt 2
1 1 1

(d) Kerja poros. Besarnya kerja poros akibat dari putaran yang
terjadi.

τ
τ = F.r F= S = ( 2πr ).n
r

Gaya bekerja sejauh jarak s yang jika dihubungkan dengan radius r


sebagai berikut:

τ
Wsh = F.S = ( ) (2.π.r.n) = 2.π.n.τ. (kJ)
r
Daya yang ditransmisikan melalui sebuah poros adalah kerja poros
perunit:
51

Gambar 3.9. Kerja poros

̇
Wsh = 2.π.n.τ
̇

(e) Kerja pegas. Jika panjang dari sebuah pegas berubah sebesar
differensial dx karena pengaruh sebuah gaya F, maka kerja yang
dilakukan adalah :

Gambar 3.10. Kerja pegas

1
δWpegas = F.dx F = k.x (kN) Wpegas = . k. (x22 − x12 )
2
52

24. Transfer Energi Dengan Perpindahan Panas (Q) dan Kerja (W).

a. Panas (Heat (Q)). Panas (heat) didefinisikan sebagai bentuk energi


yang dapat berpindah antara dua sistem (atau dari sistem ke lingkungan)
dengan sifat perbedaan temperatur. Panas adalah sebuah energi dalam
keadaan transisi, dia di kenali jika hanya melewati batas sistem sehingga dalam
termodinamika panas (heat) sering diistilahkan dengan tranfer panas (heat
transfer).
Suatu proses jika tidak terjadi perpindahan panas disebut dengan proses
adiabatis. Ada dua cara suatu proses dapat dikatakan adiabatis. Pertama,
sistem diisolasi sempurna sehingga tidak ada energi panas yang keluar.
Kedua, antara sistem dan lingkungan berada pada temperatur yang sama
sehingga tidak terjadi aliran panas karena perbedaan temperatur. Dari
pengertian diatas, tidak harus disamakan pengertian proses adiabatis dengan
proses isotermal.
Satuan energi panas adalah Joule, kJ (atau Btu). Heat transfer perunit massa
di simbolkan dengan q :

Gambar 3.11. Panas

Q kJ
q= ( )
m kg
53

Kadang sering digunakan untuk mengetahui rate of heat transfer atau jumlah
heat transfer perunit waktu dalam interval tertentu, disimbolkan dengan Q̇ ,
mempunyai satuan kJ/s (kW). Ketika 𝑄̇ , bervariasi dengan waktu, jumlah
heat transfer selama proses dilakukan dengan mengintegrasikan 𝑄̇ , selama
rentang waktu tertentu :

t2

Q = ∫ Q̇ . dt
t1

Gambar 3.12. Hubungan Waktu dan jumlah heat transfer

Ketika Q konstan selama proses, maka hubungan diatas menjadi

Q = Q̇ .∆t dimana ∆t = t2 - t1.

Panas mempunyai jumlah dan arah. Untuk menandai arah dari panas ada
suatu konvensi tanda (kesepakatan tanda) sebagai berikut : Heat transfer
menuju sistem bertanda positif, dan keluar sistem bertanda negatif.
54

b. Kerja (Work) (W). Kerja (work) seperti halnya panas adalah suatu
bentuk interaksi antara sistem dan lingkungan. Jika suatu energi dapat
melintasi batas sistem bukan panas dapat dipastikan bahwa bentuk energi
tersebut adalah kerja. Lebih spesifik lagi bahwa kerja dapat diartikan sebagai
energi transfer yang berhubungan dengan gaya yang menempuh sebuah jarak.
Kerja juga merupakan bentuk energi, mempunyai satuan kJ. Kerja perunit
massa dinotasikan dengan w :

W kJ
w= ( )
m kg

Kerja yang dilakukan sistem adalah positif dan jika sistem dikenai kerja maka
kerja bertanda negatif.

c. Proses Kuasi Seimbang. Besarnya kerja yang dilakukan pada proses


kuasi seimbang sebagai berikut :

Gambar 3.13. Kerja kuasi seimbang

Secara analitik :

δW = P.A.dL
A.dL = dV (perubahan volume gas)
δW = P.dV
55

Gambar 3.14. Kerja sistem

Secara grafis:
Total kerja = luas bidang yang diarsir

2 2

W = ∫ δW = ∫ P.dV = P.(V2 -V1 )


1 1
2

∫ δW = W
1
2

∫ dV = (V2 − V1 )
1
2

∫ δQ = Q
1
2

∫ dT = (T2 - T1 )
1
56

Dimana :
W : Kerja (fungsi lintasan)
𝛿𝑊 : Turunan tidak eksak
V : Volume (properti) fungsi titik
dV : Turunan eksak

Contoh :
Gambar disamping menunjukkan sebuah
ruangan yang berisikan 0,04 m3 gas.
Tekanan mula-mula yang diberikan oleh
beban pada piston 200 KPa. Ruangan
dipanaskan pada tekanan konstan
sampai volume akhir 0,1 m3. Hitung kerja
yang dilakukan sistem
Jawab :

δW = P.dV
W = P.(V2 - V1 )
W = 200 (KPa). (0,1 − 0,04)(m3 ) = 12 (KPa. m3 ) 𝑃𝑎 =
𝑁
𝑚2

W = 12 (KPa. m3 ) J = N.m
KN
W = 12 (KNm) = 12 (KPa. m3 ) = 12 kJ = 12 ( ) . (m3 )
m2

25. Hukum Thermodinamika I. Hukum termodinamika pertama menyatakan


bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah
dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Prinsip tersebut juga di kenal dengan istilah
konservasi energi . Hukum pertama dapat dinyatakan secara sederhana, selama
interaksi antara sistem dan lingkungan, jumlah energi yang diperoleh sistem harus
sama dengan energi yang dilepaskan oleh lingkungan. Energi dapat melintasi batas
dari suatu sistem tertutup dalam dua bentuk yang berbeda yaitu panas (heat) dan
kerja (work).
57

Perubahan energi dalam ΔU dari sebuah sistem hanya tergantung pada


transfer panas ke dalam sistem (Q) dan kerja yang dilakukan oleh sistem (W) dan
tidak tergantung pada proses yang terjadi.

∆U = Q - W

Gambar 3.16. Panas dan Kerja


Catatan:

Gambar 3.17. Kerja dan panas pada sistem

1) Bila nilai W (-) menyatakan bahwa sistem butuh kerja


2) Bila nilai W (+) menyatakan bahwa sistem menghasilkan kerja
3) Bila nilai Q (-) menyatakan bahwa sistem menghasilkan panas
4) Bila nilai Q (+) menyatakan bahwa sistem membutuhkan panas
58

Hukum Thermodinamika I merupakan Hukum kekekalan energi. Bentuk persamaan


diferensial dari Hk. Termodinamika ke-1 sebagai berikut :

dU = dQ - dW

U menunjukkan sifat dari sebuah sistem, sedangkan W dan Q tidak menunujukkan


sistem itu sendiri.
W dan Q bukan fungsi variabel keadaan, tetapi termasuk dalam proses
termodinamika yang dapat merubah suatu keadaan ke keadaan lainnya U
merupakan fungsi variabel keadaan (P, V, T, n)

Q - W = ∆E (kJ)

Dimana :
Q = Tranfer panas bersih melintas sistem (= ∑ Qin - ∑ Qout )
W = Kerja bersih (= ∑ Win - ∑ Wout )
∆E = Perubahan energi bersih sistem (E2 – E1)

Total energi (E) dari sistem terdiri dari tiga bagian : energi dalam (U), energi kinetik
KE dan energi potensial PE. Sehingga perubahan energi total sistem sebagai
berikut:

∆E= ∆U + ∆KE + ∆PE


Q - W = ∆U + ∆KE + ∆PE
1
∆U= m (U2 - U1 ) ∆KE = m (V22 − V12 ) ∆E = m.g.(z2 - z1 )
2

Persamaan Hukum termodinamika pertama dapat diekspresikan dalam persamaan


differensial :

δQ - δW = dE (kJ)
59

Untuk sebuah siklus dimana kondisi awal dan akhir identik, sehingga

∆E = E2 - E1 = 0,

persamaan Hukum termodinamika pertama menjadi :

Q - W = 0 (kJ)

Contoh :

Panas yang ditambahkan ke sistem sebesar 2500 J, dan kerja 1800 J dikerjakan
pada sistem. Tentukan perubahan energi dalam sistem tersebut.

Jawab :

ΔU = 2500 – (– 1800 J) = 4300 J

26. Evaluasi.
a. Jelaskan macam-macam energi sistem.
b. Jelaskan energi potensial dan energi kinetik.
c. Sebutkan dan jelaskan bentuk-bentuk energi mekanik.
d. Sebuah ruangan yang berisikan 0,06 m 3 gas. Tekanan mula-mula yang
diberikan oleh beban pada piston 230 KPa. Ruangan dipanaskan pada tekanan
konstan sampai volume akhir 0,25 m3. Hitung kerja yang dilakukan sistem.
e. Panas yang ditambahkan ke sistem sebesar 300 kJ, dan kerja 10 kNm
dikerjakan pada sistem. Tentukan perubahan energi dalam sistem tersebut.
60

BAB IV

EVALUASI SIFAT-SIFAT THERMODINAMIKA

27. Umum. Evaluasi sifat-sifat thermodinamika akan mempengaruhi terhadap


kinerja zat dan mekanisme evaluasi tersebut. Materi didefinisikan sebagai sesuatu
yang mempunyai massa dan menempati ruang. Materi dapat berwujud padat, cair
dan gas. Materi yang berwujud padat biasanya memiliki bentuk dan volume tetap,
selama tidak ada pengaruh dari luar. Materi berupa zat cair dapat berubah-ubah
bentuknya, tergantung bentuk tempatnya. Materi yang berupa gas akan mengisi
seluruh uang yang tersedia, jadi bentuk gas tidak tetap.

28. Sifat Instensif. Sifat ekstensif merupakan sifat suatu zat yang khas dari suatu
zat dan tidak peduli pada bentuk dan ukuran zat tersebut.

Gambar 4.1. Kurva hubungan energi reaksi dengan koordinat reaksi

Sebuah zat (reaktan) akan berubah sifat bila direaksikan dengan zat lain (product).
Untuk mempercepat proses reaksi diperlukan penambahan energi sehingga akan
menggeser koordinat reaktan untuk berubah menjadi product.
61

Gambar 4.2. Diagram energi

Bila suatu reaktan yang akan bereaksi dinilai tidak mungkin terjadi maka
diperlukan bantuan atau diperlukan katalis. Katalis sendiri dalam tugasnya hanya
memastikan untuk reaksinya berlangsung dan akan kembali menjadi zat semula
setelah rekasi berlangsung. Keberadaan katalis tidak mengganggu produksi hasil
reaksi.
Untuk mempercepat reaksi suatu zat selain dibutuhkan katalis juga diperlukan
energi lain yang berfungsi sebagai energi aktifasi. Energi aktifasi merupakan energi
yang dibutuhkan untuk mempercepat reaksi suatu zat.

29. Sifat Ekstensif. Sifat ekstensif merupakan sifat suatu zat yang tidak khas dari
suatu zat dan tergantung pada bentuk dan ukuran zat tersebut.

a. Diagram T – V. Diagram T – v merupakan diagram yang


menggambarkan temperatur suatu zat pada tekanan dan volume tertentu. Hal
ini akan memberi gambaran pengarruh tekanan terhadap perubahan
tempeartur dan volume dari suatu zat.
62

Gambar 4.3. Diagram hubungan T – v dengan variasi P dari air murni.

Gambar 4.4. Diagram zat murni


63

b. Diagram P – V. Diagram P – V merupakan diagram dari suatu zat yang


memberikan gambaran tentang keadaan suat zat.

Gambar 4.5. Diagram P – V zat murni

Gambar 4.6. Diagram P – V zat murni yang mengembang saat membeku


64

Gambar 4.7. Diagram P – V zat murni yang menyusut saat membeku

c. Diagram P – T. Diagram P – T akan memberikan informasi hubungan P


– T dalam sebuah zat, dan saling mempengaruhi diantaranya.

Gambar 4.8. Diagram P – V zat murni yang menyusut saat membeku


65

d. Diagram P – V – T. Diagram P – V – T merupakan sebuah ilustrasi


hubungan antara P – V dan T dalam bentuk 3 dimensi. Sehingga akan
memberikan informasi yang lengkap tentang hubungan ketiganya.

Gambar 4.9. Diagram P – V zat murni yang mengembang saat membeku

Gambar 4.10. Diagram P – V zat murni yang mengembang saat membeku


66

30. Entalpi (h). Kata Entalpi didasarkan pada enthalpos kata Yunani (ἔνθαλπος),
yang berarti untuk menempatkan menjadi panas. Entalphi (h) adalah energi total dari
sebuah sistem thermodinamika dan merupakan energi yang dibutuhkan untuk
membuat sistem dengan menggeser batas garis serta membuat volume dan
tekanan. Entalphi merupakan potensial dari thermodinamik yang berbasis fungsi dari
keadaan dan luasan. Satuan entalphi menurut SI adalah Joule (J). Entalphi sangat
membantu untuk menyederhanakan trasfer energi. Entalphi total (h) tidak dapat
terukur secara langsung.
Perubahan entalphi (Δh) merupakan nilai mutlak yang dipakai secara kuantitas,
nilainya negatif (reaksi endotermik) dan nilainya positif (rekasi eksotermik).
Perubahan entalphi (Δh) dari suatu sistem sama dengan jumlah kerja non mekanis
yang dilakukan dan panas yang tersedia. Untuk proses kuasistatik dibawah
tekanan konstan, perubahan entalphi (Δh) sama dengan energi internal sistem dan
kerja yang dilakukannya.
Entalphi suatu sistem dapat didefinisikan sebagai berikut:

H = U + P.V

Dimana :
H : Entalphi sistem (J)
U : Energi dalam sistem (J) = m.Cv.ΔT ( m(masa)=konstan)
P : Tekanan (Pa)
V : Volume (m3)

Energi dalam (U) merupakan besaran energi yang dibutuhkan untuk membentuk
suatu sistem, sedangkan PV merupakan besaran energi yng dibutuhkan untuk
membentuk suatu ruangan jika tekanan dari keadaan sekitar tetap konstan. Contoh
aplikasinya proses isobaris. Untuk mengubah volume gas dalam silinder dengan
cara mendorong piston dan menjaga tekanannya (P konstan), piston bergerak
sepanjang s.

F=P.A Jika W = F . s (s= struk )


W = P. A . s Jika V = A.s, maka W = P. V
67

Besarnya perubahan entalpi dapat didefinisikan sebagai berikut:

∆H=∆U+W

∆ H = ∆ U + ∆ (P.V)

Dimana :
ΔU : Energi dalam sistem untuk ekspansi (J)( ekspansi= Perluasan)
W : Energi yang diperoleh karena kerja yang dilakukan piston (J)
.
Peningkatan entalpi suatu sistem sama dengan penambahan energi melalui panas,
sistem berada di bawah tekanan konstan dan pekerjaan hanya dilakukan pada
sistem:

∆H = Q

Dimana :
ΔH : Perubahan entalpi sistem (J)
Q : Eenergi yang ditambahkan ke sistem melalui panas (J)
: m.CV.ΔT
Ekspansi kerja adalah transfer energi antara sistem dan lingkungan melalui
perubahan volume sistem. Jadi seolah-olah entalpi tidak lebih daripada panas
"disimpan" oleh sistem, memberikan pembatasan yang diberikan dipatuhi.
Sebenarnya panas bukan satu-satunya cara untuk mengubah entalpi. Entalpi juga
berubah ketika tekanan lingkungan yang berubah, bahkan jika tidak ada energi
dipertukarkan sebagai panas. Selain itu, perubahan entalpi ketika energi dipindahkan
masuk atau keluar dari sistem melalui sarana selain dari kerja panas atau ekspansi,
seperti melalui bidang eksternal atau mengaduk.
Dalam termodinamika, seseorang dapat menghitung entalpi dengan
menentukan persyaratan untuk menciptakan sistem dari "ketiadaan", kerja mekanik
yang diperlukan, pV, beda fase pada penciptaan sistem termodinamika.
Internal energi (U), harus diberikan untuk menghilangkan partikel dari sekitarnya
untuk memungkinkan ruang untuk msebuah sistem, tekanan (p) tetap konstan.
Energi internal ini juga mencakup energi yang dibutuhkan untuk aktivasi.
(Volume Silinder = Luas penampang dikali panjang langkah)
68

Untuk sistem yang bekerja pada tekanan konstan, perubahan entalpi adalah
merupakan panas yang diterima oleh sistem.

a. Peranggapan Sistem. Entalpi juga digambarkan sebagai konten panas


dari sistem di bawah tekanan yang diberikan, meskipun definisi panas sebagai
energi panas dalam proses. Panas tidak dapat disimpan begitu saja. Sehingga
diperanggapkan ada pertukaran energi dengan lingkungan lain selain kerja
panas atau ekspansi. Mengingat pembatasan tersebut, dapat ditunjukkan
bahwa :
1) Entalpi adalah jumlah total energi yang sistem dapat memancarkan
yang berupa panas.
2) Menambahkan atau menghapus energi melalui panas adalah satu-
satunya cara untuk mengubah entalpi.
3) Jumlah perubahan entalpi adalah sama dengan jumlah energi yang
di tambahkan melalui panas.

b. Perubahan Entalpi. Perubahan entalpi akan menjelaskan perubahan


entalpi diamati dalam konstituen dari suatu sistem termodinamika ketika
mengalami transformasi atau reaksi kimia. Perbedaan ini merupakan
perbedaan antara entalpi setelah proses selesai (produk), dan entalpi awal
sistem (reaktan). Proses ini reversibel dan entalpi untuk proses sebaliknya
adalah nilai negatif dari perubahan ke depan.
Sebuah perubahan entalpi standar umum adalah entalpi pembentukan,
yang telah ditentukan untuk sejumlah besar zat. Perubahan entalpi secara rutin
diukur dan disusun dalam karya referensi kimia dan fisik, seperti CRC
Handbook Kimia dan Fisika . Berikut ini adalah pilihan perubahan entalpi umum
dikenal dalam termodinamika.
Ketika digunakan dalam istilah-istilah ini mengakui perubahan kualifikasi
biasanya menurun dan properti hanya disebut entalpi dari proses.
Karena sifat ini sering digunakan sebagai acuan nilai-nilai yang sangat umum
untuk mengutip satu set standar parameter lingkungan, atau kondisi standar ,
yang biasanya suhu 298 K dan tekanan 1 atm atau 101.3 kPa. Untuk nilai
standar seperti nama entalpi yang umumnya diawali dengan standar panjang,
misalnya entalpi pembentukan standar.
69

c. Sifat-Sifat Kimia Entalpi. Sifat kimia dari entalpi dapat dikategorikan


sebagai berikut:
1) Entalpi reaksi. Entalpi reaksi merupakan perubahan entalpi diamati
dalam konstituen dari suatu sistem termodinamika ketika salah satu mol
zat bereaksi sepenuhnya. DH dari suatu persamaan reaksi di mana zat-
zat yang terdapat dalam persamaan reaksi dinyatakan dalam satuan mol
dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat sederhana.
Contoh: 2Al + 3H 2 SO 4 → Al2(SO4) 3 + 3H2 ; DH = -1468 kJ
2) Entalpi pembentukan. Entalpi pembentukan adalah perubahan
entalpi diamati dalam konstituen dari suatu sistem termodinamika, ketika
satu mol suatu senyawa terbentuk dari pendahulunya. Sebagai contoh
diketahui Entalpi pembentukan standar H2O(l) = - 286 kJ/mol, maka
entalpi penguraian H2O(l) menjadi gas hidrogen dan gas oksigen adalah
+286 kJ/mol.
3) Entalpi pembakaran. Entalpi pembakaran merupakan perubahan
entalpi diamati dalam konstituen dari suatu sistem termodinamika, ketika
salah satu mol suatu zat combusts sepenuhnya dengan oksigen. DH
untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O 2 dari udara yang diukur
pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: CH 4 (g) + 2O 2 (g) → CO 2 (g) + 2H 2 O(l) ; DHc = -802 kJ
4) Entalpi hidrogenasi. Entalpi hidrogenasi merupakan perubahan
entalpi diamati dalam konstituen dari suatu sistem termodinamika, ketika
salah satu mol suatu senyawa tak jenuh bereaksi sepenuhnya dengan
kelebihan hidrogen untuk membentuk suatu senyawa jenuh.
5) Entalpi atomisasi. Entalpi atomisasi didefinisikan sebagai peru-
bahan entalpi yang diperlukan untuk memisahkan menjadi atom satu mol
senyawa sepenuhnya.
6) Entalpi netralisasi. Entalpi netralisasi adalah perubahan entalpi
diamati dalam konstituen dari suatu sistem termodinamika, ketika salah
satu mol air yang dihasilkan ketika asam dan basa bereaksi.
Contoh: NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ; DH = -890.4 kJ/mol
70

7) Entalpi standar solusi. Entalpi standar solusi dapat diartikan


perubahan entalpi diamati dalam konstituen dari suatu sistem
termodinamika, ketika salah satu mol suatu zat terlarut dilarutkan
sepenuhnya kelebihan pelarut.
8) Entalpi standar denaturasi (biokimia). Entalpi standar denaturasi
(biokimia) merupakan perubahan entalpi yang diperlukan untuk mengubah
sifat sesuatu benda satu mol senyawa.
9) Entalpi hidrasi. Entalpi hidrasi didefinisikan sebagai perubahan
entalpi diamati ketika satu mol ion gas yang benar-benar dilarutkan dalam
air membentuk satu mol ion air.

d. Sifat-sifat Fisik. Sifat fisik entalpi dapat digolongkan sebagai berikut:


1) Entalpi fusi. Entalpi fusi adalah perubahan entalpi yang diperlukan
untuk benar-benar mengubah keadaan satu mol zat antara padat dan cair.
2) Entalpi penguapan. Entalpi penguapan merupakan perubahan
entalpi yang diperlukan untuk benar-benar mengubah keadaan satu mol
zat antara dan gas cair.
3) Entalpi sublimasi. Entalpi sublimasi didefinisikan sebagai
perubahan entalpi yang diperlukan untuk benar-benar mengubah keadaan
satu mol zat antara gas dan padat.
4) Entalpi kisi. Entalpi kisi yang diartikan sebagai energi yang
dibutuhkan untuk memisahkan satu mol senyawa ionik menjadi ion-ion
gas dipisahkan jarak tak terbatas terpisah (artinya tidak ada kekuatan
tarik-menarik).

Contoh:
Suatu reaksi berlangsung pada volume tetap disertai penyerapan kalor sebanyak
200 kJ. Tentukan nilai Δ U , Δ H, q dan W reaksi itu?

Jawab:
Sistem menyerap kalor sebanyak 200 kJ , berarti q = + 200 kJ
Reaksi berlangsung pada volume tetap , maka w = 0 kJ.
ΔU = q + w
= + 200 kJ + 0 kJ = 200 kJ Δ H = q = + 200 kJ
71

31. Entrophi (s).

a. Entrophi dan Ketidakteraturan. Entrophi merupakan redistribusi dari


partikel-partikel gas dalam sebuah bejana/wadah yang terjadi tanpa perubahan
energi dalam total dari sebuah sistem, semua susunannya ekivalen. Jumlah
energi cara menyusun komponen sistem dapat disusun tanpa merubah energi
sistem terkait erat dengan kuantitas entropi (S). Entropi merupakan ukuran
dari ketidakteraturan suatu sistem.
Suatu sistem dimana susunan komponennnya ekivalen komponennya
sedikit misalnya kristal padat memiliki ketidakteraturan yang kecil atau memiliki
nilai entropi yang rendah. Adapun suatu sistem dimana susunan
komponennnya ekivalen komponennya banyak misalnya gas memiliki
ketidakteraturan yang kecil atau memiliki nilai entropi yang tinggi.
Jika entropi sistem meningkat, komponen sistem menjadi semakin tidak teratur,
random dan energi sistem lebih terdistribusi pada range lebih besar S disorder >
Sorder. Seperti halnya energi dalam atau entalpi, entropi juga fungsi suatu
keadaan yaitu hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhirnya dan
tidak pada bagaimana proses terjadinya (Ssis = Sfinal – Sinitial). Jika entropi
meningkat maka Ssis akan positif, sebaliknya jika entropi turun, maka Ssis
akan negatif.

b. Entrophi dan Hukum Kedua Termodinamika. Suatu sistem secara


alami mengalami kecenderungan kearah tidak teratur, random, distribusi
partikel kurang teratur. Beberapa sistem cenderung lebih tidak teratur (es
meleleh) akan tetapi ada juga yang lebih teratur (air membeku) secara spontan.
Dengan meninjau sistem dan lingkungan terlihat semua proses yang
berlangsung dalam arah spontan akan meningkatkan entropi total alam
semesta (sistem dan lingkungan). Ini yang disebut dengan hukum kedua
termodinamika. Hukum ini tidak memberikan batasan perubahan entropi
sistem atau lingkungan, tetapi untuk perubahan spontan entropi total sistem
dan lingkungan harus positif.
Suniv = Ssis + Ssurr > 0
72

c. Entropi Molar Standar. Entropi (S) berhubungan dengan jumlah cara


(W) sistem dapat tersusun tanpa merubah energi dalam. Tahun 1877 Ludwig
Boltzmann menguraikan hubungan ini secara kuantitatif :

S = k.ln W

Dimana k adalah konstanta Blotzmann (R/NA)  1,38x10-23 J/K


Tidak seperti entalpi, entropi memiliki nilai mutlak dengan menerapkan
hukum ketiga Termodinamika yang menyatakan kristal sempurna memiliki
entropi nol pada temperatur nol absolut Ssis = 0 pada 00K pada nol absolut,
semua partikel pada kristal memiliki energi minimum sehingga hanya ada satu
cara tersusunya. Nilai entropi biasanya dibandingkan pada keadaan standar
dengan T tertentu, untuk gas pada tekanan 1 atm, larutan 1 Mol, dan zat murni
pada keadaan paling stabil untuk padat dan cair. Entropi merupakan besaran
ekstensif sehingga tergantung pada jumlah, oleh karena itu dikenalkan dengan
entropi molar standar dalam satuan J/mol K.

d. Perkiraan Nilai So Relatif Suatu Sistem. Berdasarkan pengamatan level


molekuler kita bisa memperkirakan entropi zat akibat dari pengaruh beberapa
hal seperti:

1) Perubahan temperatur. Entrophi (So) akan meningkat seiring


dengan kenaikan temperatur :

Temperatur (K) 273 295 298


Entrophi (S) (J/K) 31,0 32,9 33,1

Kenaikan temperatur menunjukkan kenaikan energi kinetik rata-rata


partikel
2) Keadaan fisik dan perubahan fasa. Ketika fasa yang lebih teratur
berubah ke yang kurang teratur, perubahan entropi positif. Untuk zat
tertentu So meningkat jika perubahan zat dari solid ke liquid ke gas.
73

Nama Zat Na H2O C(grafit)


Entropi (s/l) 51,4(s) 69,9 (l) 5,7(s)
Entropi (g) 153,6 188,7 158,0

Gambar 4.11. Keadaan Entropi sistem

3) Pelarutan solid atau liquid. Entropi solid atau liquid terlarut biasanya
lebih besar dari solut murni, tetapi jenis solut dan solven dan bagaimana
proses pelarutannya mempengaruhi entropi overall.

Nama Zat NaCl AlCl3 CH3OH


Entropi (s/l) 72,1(s) 167 (s) 127(l)
Entropi (aq) 115,1 -148 132

4) Pelarutan gas. Gas begitu tidak teratur dan akan menjadi lebih
teratur saat dilarutkan dalam liquid atau solid. Entropi larutan gas dalam
liquid atau solid selalu lebih kecil dibanding gas murni. Saat O2 (Sog =
205,0J/mol K) dilarutkan dalam air, entropi turun drastis (S oaq = 110,9
J/mol K).
74

5) Ukuran atom atau kompleksitas molekul. Perbedaan entropi zat


dengan fasa sama tergantung pada ukuran atom dan komplesitas
molekul.

Nama Zat Li Na K Rb Cs
Jari-jari 152 186 227 248 265
Molar (M) 6,941 22,99 39,10 85,47 132,9
Entropi (s) 29,1 51,4 64,7 69,5 85,2

Untuk senyawa, entropi meningkat seiring dengan kompleksitas kimia


yaitu dengan semakin banyaknya jumlah atom dalam molekul. Hal ini
berlaku untuk senyawa ionik dan kovalen.

Nama Zat NO NO2 N2O4


Entropi (g) 211 240 304

Kecenderungan ini didasarkan atas variasi gerakan yang dapat dilakukan


molekul.

Gambar 4.12. Gerakan atom dari NO, NO2 dan N2O4

Untuk molekul lebih besar lagi, juga perlu diperhitungkan bagaimana


bagian dari melekul dapat bergerak terhadap bagian lain. Rantai
hidrokarbon panjang dapat berotasi dan bervibrasi dengan lebih banyak
cara dibanding rantai pendek.
75

Nama Zat CH4 C2H6 C3H8 C4H10


Entropi (So) 186 230 270 310

Hk kedua menyatakan penurunan entropi sistem hanya dapat terjadi


jika entropi lingkungan meningkat melebihinya. Peran penting lingkungan
adalah dalam memberi panas ke sistem atau mengambilnya dari sistem
(lingkungan dapat berperan sebagai source or heat sink). Pada perubahan
eksotermik, panas yang dilepas sistem, diserap oleh lingkungan ini
menyebabkan gerak random partikel dilingkungan meningkat sehingga
entropi meningkat qsis < 0, qsurr > 0, DSsurr > 0. Pada perubahan
endotermik, sistem menyerap panas dan lingkungan melepas panas,
sehingga entropi lingkungan menurun, qsis > 0, qsurr < 0, DSsurr < 0.
Perubahan entropi lingkungan berbanding lurus dengan perubahan
panas sistem dan berbanding terbalik dengan temperatur lingkungan
sebelum transfer panas. DSsurr µ -qsis, dan DSsurr µ 1/T
Kombinasinya menghasilkan:

DSsurr = -qsis/T

Jika proses berlangsung pada tekanan konstan, qp sama dengan DH


sehingga :

DSsurr = -DHsis/T

Kita dapat menghitung DSsurr dengan mengukur DHsis dan temperatur


ketika perubahan terjadi

e. Perubahan Entropi dan Keadaan Kesetimbangan. Perubahan entropi


dan keadaan kesetimbangan perubahannya mengarah kekesetimbangan
secara spontan, DSuniv > 0. Ketika kesetimbangan tercapai tidak ada lagi daya
untuk mendorong perubahan sehingga DSuniv = 0. Pada titik ini perubahan
entropi pada sistem diikuti perubahan entropi lingkungan dalam jumlah yang
sama tetapi berbeda tanda. Pada kesetimbangan DS univ = DSsis + DSsurr = 0.
Atau DSsis = -DSsurr
76

f. Kesetimbangan Uap Air. Kesetimbangan uap air terjadi pada saat


sebuah zat berubah fase air ke fase uap.
Proses penguapan dari 1 mol air pada temperatur 100oC (373 K)

H2O (l : 373 K) H2O ( g : 373 K)


DSosis = So H2O (g) – So H2O (l)
= 195,9 – 86,8
= 109,1 J/K

Sistem akan menjadi lebih tidak teratur

DSsurr = -DHosis/T
= -DHovap/T
= - 40,7 x 103 J/373 K
= - 109 J/K
DSuniv = 109 J/K + (-109 J/K)
= 0
Saat kesetimbangan tercapai, proses reaksi berlangsung spontan baik arah
maju maupun balik.

32. Evaluasi.
a. Jelaskan kenapa dibutuhkan energi aktivasi untuk mempercepat reaksi.
b. Jelaskan manfaat dari diagram P-V, P-T, T-V.
c. Jelaskan pengertian enthalpi dan berikan contohnya.
d. Jelaskan pengertian enthropi dan berikan contohnya.
77

BAB V

SIFAT-SIFAT THERMODINAMIKA UDARA


PADA DIAGRAM PSIKROMETRIK

33. Umum. Psikrometri merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan
uap air yang memiliki peranan penting dibidang teknik pendingin, karena udara
atmosfir tidak kering betul tetapi merupakan campuran antara udara dan uap air.
Pada beberapa proses kandungan air sengaja disingkirkan dari udara tetapi pada
proses yang lainnya air ditambahkan.
Ada beberapa alat dalam proses perpindahan kalor dan massa antara udara
dan permukaan bagian yang basah. Sebagai contoh alat pelembab udara
(humidifier), penurun kelembaban (dehumidifying) dan koil pendingin serta peralatan
penyemprot air (water spray) seperti menara pendingin dan kondensor penguapan.

34. Bagan Psikrometrik (Psycrometric chart). Bagan psikrometrik digunakan


sebagai alat ukur untuk mengetahui perilaku udara yang terjadi karena pengaruh
temperatur dan tekanan.
78

Gambar 4.13. Bagan Psikrometri Udara

35. Garis Jenuh (Saturation Line). Koordinat-koordinat yang dipilih untuk bagan
psikrometrik adalah suhu (t) sebagai absis dan tekanan uap air tak tetap sebagai
ordinat. Pada bagan diatas untuk air saja. Garis jenuh dapat ditarik pada bagan
tersebut. Data untuk garis jenuh ini dilihat langsung pada tabel tentang air jenuh.
Daerah disebelah kanan garis jenuh adalah daerah uap air panas lanjut (Super
Heated Water Vapor). Jika uap tersebut didinginkan dengan tekanan konstan maka
akan dicapai garis jenuh diatas yaitu batas uap air mulai mengembunan.

Daerah dalam bagan dibatasi oleh garis jenuh dan sumbu-sumbu. Jika
keadaan udara berada pada garis jenuh, makan udara tersebut merupakan udara
jenuh, yang berarti setiap penurunan suhu akan menyebabkan udara mengembun
79

menjadi air. Sedangkan penggeseran ke arah kanan garis jenuh, keadaan udara
menjadi tidak jenuh. Seandainya titik A merupakan keadaan suatu campuran udara
agar terjadi pengembunan, maka suhu campuran tersebut harus diturunkan hingga
suhu B. Udara pada titik A dikatakan mempunyai suhu titik embun B.

Gambar 4.14. Garis Jenuh

36. Kelembaban Relatif. Komponen yang paling banyak di dalam udara adalah
oksigen, nitrogen, dan uap air. Oksigen dan nitrogen tidak mempengaruhi
kelembaban udara, sedangkan kandungan uap air sangat berpengaruh terhadap
kelembaban udara. Udara yang kurang mengandung uap air dikatakan udara kering,
sedangkan udara yang mengandung banyak uap air dikatakan udara lembab.
Setiap unsur di dalam udara, termasuk uap air, mempengaruhi tekanan udara.
Pada suatu nilai tekanan udara tertentu, tekanan maksimum uap air yang dapat
dicapai dinamakan tekanan jenuh. Jika tekanan melebihi tekanan jenuh akan
menyebabkan uap air kembali membentuk titisan air. Seandainya suhu dinaikkan,
tekanan jenuh juga akan turut meningkat. Oleh karena itu kita dapat mendefenisikan
tekanan jenuh sebagai tekanan uap air diatas permukaan air mendidih dalam suatu
ketel tertutup tanpa udara.
Tekanan jenuh berubah menurut keadaan suhu yang menyebabkan air tersebut
mendidih. Oleh karena itu nilai tekanan jenuh senantiasa berubah. Misalnya, tekanan
jenuh pada 100°C ialah 101,3 kPa sedangkan tekanan jenuh pada suhu 60°C adalah
19,9 kPa. Nilai-nilai ini dapat dilihat pada tabel yang terdapat dalam buku yang ditulis
oleh Dossat (1981).
80

Tabel 4.1. Sifat air dan uap jenuh

Suhu Tekanan Kapasitas Kelembaban (Kg uap


No
(oC) (kPa) Panas (MJ/Kg) air/kg udara kering)

1 10 1,23 2,491 0,00760


2 15 1,71 2,467 0,01067
3 20 2,34 2,456 0,01470
4 25 3,17 2,442 0,02010
5 30 4,25 2,431 0,02720
6 35 5,63 2,419 0,03660
7 40 7,38 2,407 0,04890
8 45 9,59 2,395 0,06500
9 50 12,3 2,383 0,08590
10 55 15,8 2,371 0,11490
11 60 19,9 2,359 0,15200

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa untuk mendidihkan air pada suhu
60°C kita perlu mengurangi tekanan dari 101,3 kPa menjadi 19,9 kPa seandainya air
itu pada mulanya mendidih pada suhu 100°C. Demikian juga untuk mendidihkan air
pada suhu 300C, tekanan maksimum yang dikenakan oleh uap air pada udara adalah
4,25 kPa, dengan sisanya 97,05 kPa adalah tekanan yang diberikan melalui
gabungan tekanan gas-gas lain yang membentuk atmosfir, terutama oksigen dan
nitrogen.
Kelembaban adalah suatu istilah yang berkenaan dengan kandungan air di
dalam udara. Udara dikatakan mempunyai kelembaban yang tinggi apabila uap air
yang dikandungnya tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara matematis, kelembaban
dihubungkan sebagai rasio berat uap air di dalam suatu volume udara dibandingkan
dengan berat udara kering (udara tanpa uap air) di dalam volume yang sama.
Kwantitas panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air pada suhu dan
tekanan tertentu disebut kapasitas panas. Kapasitas panas air bertambah apabila
suhu dan tekanan berkurang. Kenyataan ini sesuai dengan hukum termodinamika.
81

Misalnya, panas yang dibutuhkan untuk menghasilkan uap air pada suhu 100 0C dan
tekanan 101,3 kPa adalah 2256,9 kj/kg, sedangkan untuk menguapkan air pada
suhu 30°C dan tekanan 4,25 adalah 2431,0 kj/kg.
Keadaan suhu, tekanan dan kandungan uap air udara dikenal sebagai kualitas
udara. Setelah kualitas udara diketahui, barulah kita dapat mengkaji kemampuan
udara menguapkan air yang berada dalam suatu bahan, karena bahan yang akan
dikeringkan selalu berada di dalam udara berkualitas tertentu.
Pengalaman sehari-hari kita dapati bahwa sejumlah udara hanya mampu untuk
mengeringkan suatu bahan atau menguapkan air dari suatu bahan apabila bahan
tersebut tidak seratus persen lembab. Dengan kata lain, kemampuan udara untuk
menguapkan air dalam suatu bahan pada proses pengeringan akan maksimum
apabila udara tersebut kering dan nol apabila udara tersebut jenuh dengan uap air.
Pada keadaan biasa, udara tidak seratus persen kering atau lembab, sehingga udara
masih mampu melakukan proses pengeringan apabila bahan-bahan yang
mengandung air diletakkan di dalamnya.
Didalam laboratorium atau ruangan tertentu yang memerlukan pengontrolan
udara sering terdapat alat yang terdiri dari dua termometer yang diletakkan
bersebelahan. Pada salah satu termometer bola kaca yang menempati air raksa
dibalut dengan kain basah sedangkan bola kaca yang satunya lagi dibiarkan kering.
Alat ini dinamakan psikrometer, yaitu meter yang digunakan untuk mengukur
kelembaban udara.
Jika psikrometer ini berada pada udara jenuh, kedua termometer akan
memberikan bacaan yang sama. Hal ini disebabkan kedua bola kaca berada dalam
keadaan lembab yang sama, yaitu seratus persen lembab, tetapi seandainya udara
tersebut tidak seratus persen jenuh, sebahagian dari air yang membasahi kain bola
kaca pada termometer tersebut akan menguap, sehingga menyebabkan sebahagian
dari tenaga akan digunakan dalam proses penguapan ini. Akibatnya, suhu pada
termometer ini akan lebih rendah berbanding dengan bacaan suhu pada termometer
kering. Termometer diletakkan bersebelahan pada tekanan yang sama, oleh karena
itu hubungan antara kedua suhu akan memberikan nilai kelembaban udara yang
ditempatinya. Uap air dapat jenuh pada suhu dan tekanan yang berbeda, sehingga
pada tekanan yang lain kedua termometer pada psikrometer akan memberikan
bacaan yang berbeda pula.
82

Hubungan antara kelembaban, suhu termometer basah, suhu termometer


kering,dan tekanan biasanya dinyatakan dalam suatu chart yang dikenal sebagai
psikrometri chart. Kadar kelembaban udara diberikan oleh sumbu-y disebelah
kanan, clan suhu termometer kering diberikan oleh sumbu-x. Kurva paling atas
menyatakan suhu termometer basah yang merupakan suhu uap air jenuh atau suhu
titik embun (perkataan titik embun berasal dari penelitian yang dilakukan terhadap
rumput pada pagi hari dengan embun yang terbentuk di atasnya, pada saat itu
suhunya hampir sama dengan bola termometer basah).
Kurva-kurva lainnya yang terletak di antara sumbu suhu termometer kering
dengan kurva . termometer basah merupakan kurva kelembaban relatif (dinyatakan
dalam persen). Dari defenisi di atas, kadar kelembaban relatif dapat dinyatakan
sebagai berikut:

Tekanan Uap Air Parsial Pada Suatu Suhu


Kadar Kelembaban Relatif =
Takanan Jenuh Uap Air Pada Suhu Yang Sama

Garis-garis lurus dari bahagian atas kurva titik embun yang menurun ke sumbu
suhu termometer kering adalah garis suhu tetap termometer basah.
Persilangan antara suhu termometer basah dengan termometer kering memberikan
nilai kualitas udara pada suatu kelembaban relatif dan kandungan uap aimya.
Garis lain yang lebih curam daripada garis bola basah tetap adalah garis entalpi
tetap , atau kandungan jumlah panas dalam udara yang diukur dalam unit panas per
berat udara kering.
Garis miring positif yang kelihatan agak menegak adalah garis yang
memberikan nilai volume spesifik udara leering, yaitu volume yang ditempati oleh
satu kilogram udara kering pada satu keadaan tertentu. Berdasarkan psikometri chart
kita dapat menentukan kualitas udara. Dengan kata lain, chart ini akan memberikan
semua nilai yang dimiliki oleh udara tersebut dengan hanya melihat dua termometer
tadi. Jika udara tersebut hendak digunakan pada proses pengeringan, chart ini dapat
digunakan untuk menghitung panas yang terlibat. Ringkasan dari pembacaan chart
dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
83

a. Garis mendatar. Garis mendatar menggambarkan proses pemanasan


atau pendinginan udara tanpa merubah kandungan uap airnya. Dengan proses
pemanasan, kelembaban relatif udara di sepanjang garis ini akan berkurang,
sedangkan kelembaban relatif bertambah apabila udara didinginkan.

b. Garis suhu termometer basah merupakan garis adiabik. Pada proses


pengeringan, jika udara dialirkan pada bahan basah maka kwantitas panas di
dalam udara akan dipindahkan ke permukaan bahan basah tersebut. Hal ini
menyebabkan terjadinya proses penguapan yang mengakibatkan udara
menjadi dingin sehingga tak ada sembarang panas yang hilang atau
bertambah, seperti yang digambarkan oleh garis adiabatik.

c. Pada proses pengeringan. Pada proses pengeringan, garis volume


spesifik tidak digunakan. Walaupun demikian, garis ini memberikan gambaran
kepada kita bahwa pada suhu tertentu, densitas udara berkurang apabila suhu
atau kelembaban relatifnya bertambah.

Gambar 4.15. Garis kelembaban relatif

Garis-garis kelembaban relatif konstan dapat digambarkan seperti gambar


diatas, dengan mengukur jarak vertikal antara garis jenuh dan alas bagan,
misalnya untuk kelembaban relatif 0,50 ordinatnya sama dengan separuh tinggi
garis jenuh pada suhu yang sama.
84

37. Rasio Kelembaban. Rasio kelembaban (W) merupakan berat atau massa air
yang terkadung dalam setiap kilogram udara kering. Rasio kelembaban ditentukan
dengan dasar 1 kg, seperti beberapa sifat (entalpi dan volume spesifik). Dalam
teknik pengkodisian udara, untuk menghitung perbandingan (rasio) kelembaban
dapat menggunakan persamaan gas ideal, serta mempunyau kalor spesifik yang
tetap. Udara dianggap gas ideal karena tekanan cukup tinggi dibandingkan dengan
suhu jenuhnya, dan uap air dianggap ideal karena tekanannya cukup rendah
dibandingkan dengan tekanan jenuhnya.

Kguap air
W=
Kgudara kering

Gambar 4.16. Rasio kelembaban W sebagai ordinat lain

38. Entalpi Campuran Udara Kering dan Uap Air. Entalpi campuran udara
kering dan uap air adalah jumlah dari entalpi udara kering dan entalpi uap air.
Harga entalpi selalu didasarkan pada bidang data (datum plane), dan harga entalpi
nol untuk udara kering dipilih pada 0oC. Harga entalpi nol untuk uap air berada pada
air jenuh bersuhu 0oC, yang bidang datanya sama dengan yang digunakan untuk
tabel-tabel uap (steam).
85

h = Cp .t + W.hg (kg⁄kg udara kering)

Dimana :
Cp : Kalor spesifik udara kering pada tekanan konstan (1 kJ/kg.K)
t : Suhu campuran udara-uap
hg : Entalpi uap air (steam) jenuh pada suhu campuran udara-uap (kJ/kg)
h : Uap lanjut- panas

Gambar 4.15. Garis suhu konstan menunjukan entalpi uap air panas-lanjut
mendekati harga entalpi uap jenuh pada suhu yang sama

Kalor spesifik (Cp) berubah antara 1,006 pada 0oC, hingga 1,009 pada 50oC. Entalpi
uap air hg diperuntukan bagi steam jenuh, tetapi uap air didalam campuran udara-
uap seolah-olah menjadi panas lanjut (superheated).

39. Thermometer Bola Basah. Untuk menentukan kualitas suatu udara dalam
proses pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan psikrometri chart.
Sebagai contoh, udara pada hari tertentu memberikan bacaan suhu termometer
kering 25°C dan termometer basah 20°C. Dengan menggunakan psikrometer chart,
dapat ditarik garis untuk kedua hargabacaan termometer, persilangan antara garis
suhu termometer basah dengan suhu termometer kering menunjukkan udara
tersebut mempunyai kelembaban relatif 63%. Kadar kelembabannya adalah 0,01255
kg uap air per kg udara kering. Tekanan parsial yang bersesuaian pada keadaan ini
adalah 2,10 kPa.
86

Gambar 4.13. Bagan Psikrometri Udara

Karena kelembaban relatif udara adalah 63%, udara masih mampu


menguapkan permukaan basah, sehingga kelembabannya menjadi 100%. Di
samping kualitas udara, proses penguapan air dari permukaan basah juga
memerlukan kuantitas lain, yaitu panas karena panas (tenaga) yang dapat
menguapkan air. Panas ini diperoleh dari udara yang menjadi medium pengering.
Oleh karena itu dapat melakukan dua tinjauan yaitu:
87

a. Jika tidak ada penambahan panas dari luar, udara yang dialirkan ke
permukaan basah akan menguapkan air pada permukaan basah tersebut,
bergantung pada jumlah panas yang dimilikinya.
Dengan demikian udara akan menambah kelembaban relatif udara dari 63%
hingga maksimum 100%. Pada psikometri chart, proses ini berlangsung di
sepanjang garis suhu termometer lembab 20°C. Berdasarkan chart ini nyatalah
kadar kelembaban akhir yang dicapai dalam proses tersebut adalah 0,01466.
Maka uap air yang diuapkan oleh udara adalah 0,01466 - 0,01255 = 0,0021 kg
uap air per kg udara kering.

b. Seandainya udara tersebut dipanaskan hingga suhu 40°C, maka


kandungan uap air di dalam udara itu masih sama, akan tetapi berdasarkan
psikrometri chart temyata kelembaban relatif udara berkurang dari 63% menjadi
27,5%, dan kadar kelembabannya masih 0,01255. Jika dalam proses
pengeringan tersebut udara disejukkan secara adiabatik, garis suhu
termometer basah 24,5°C hingga ke titik embun. Kadar kelembaban akhir
adalah 0,01942. Air dari permukaan basah yang dapat diuapkan oleh udara
panas adalah 0,01942 - 0,01255 = 0,00687 kg uap air/kg udara kering, yaitu
tiga kali lebih besar dari yang dapat dikeringkan oleh udara tanpa dipanaskan.

Contoh di atas dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa secara teori
dengan sedikit penambahan panas pacta udara akan meningkatkan kemampuan
penguapan air pada suatu permukaan basah. Faktor yang menyebabkan analisis
contoh di atas tidak tepat adalah psikrometri chart standar yang diberikan, yang
dilukis berdasarkan nilai tekanan udara standar yaitu diambil pada tekanan atmosfir
standar 101,325 kPa, sedangkan dalam proses pengeringan suatu permukaan
basah syarat ini tidak selalu dipatuhi.
88

40. Evaluasi.
a. Jelaskan pengertian dan kegunaann psikrometri?
b. Jelaskan kegunaan dari grafik psikrometri?
c. Jelaskan yang dimaksud kelembaban udara?
d. Jelaskan apa yang dihasilkan dari pembacaan grafik psikrometri?
e. Jelaskan pengertian suhu bola basah dan suhu bola kering?
f. Jika dalam pengamatan diperoleh data bola basah 23 0 C, dan bola kering
260 C, hitung kelembaban yang terjadi.
89

BAB VI

ANALISA VOLUME ATUR,


HUKUM II THERMODINAMIKA DAN REVERSIBILITAS

41. Umum. Untuk menganalisa thermodinamika perlu dibuat seatu keadaan yang
bisa disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Sehingga akan didapatkan suatu
data yang akurat tentang perilaku thermodinamika tersebut. Suatu proses yang telah
memenuhi hukum I Thermodinamika, belum tentu dapat berlangsung. Diperlukan
suatu prinsip selain hukum I Thermodinamika untuk menyatakan bahwa suatu proses
dapat berlangsung, yang dikenal dengan hukum II Thermodinamika. Atau dengan
kata lain suatu proses dapat berlangsung jika memenuhi Hukum I dan II
Thermodinamika.
Kegunaan hukum II Thermodinamika tidak terbatas hanya pada
mengidenfikasi arah dari suatu proses, tetapi juga bisa untuk mengetahui kualitas
energi (Hukum I berhubungan dengan kuantitas energi dan perubahan bentuk
energi), menentukan batas teoritis unjuk kerja suatu sistem, dan memperkirakan
kelangsungan reaksi kimia (degree of completion of chemical reaction)

42. Analisis Volume Atur. Pada sebagian besar persoalan keteknikan pada
umumnya akan melibatkan aliran massa masuk dan keluar sistem, oleh karena itu
kondisi yang demikian sering dimodelkan sebagai kontrol volume.
Pemanas air, radiator mobil, turbin dan kompresor. Semuanya melibatkan aliran
massa dan harus dianalisa sebagai volume atur (sistem terbuka) sebagai pengganti
massa atur pada sistem tertutup. Batas dari sebuah volume atur disebut dengan
permukaan atur (control surface), dan hal tersebut dapat berupa batas riil maupun
imajiner. Kasus pada nosel misalnya, bagian dalam nosel merupakan batas riil
sedangkan bagian masuk dan keluar nosel merupakan b atas imajiner, karena pada
bagian ini tidak ada batas secara fisik.
90

Gambar 6.1. Sistem Volume Atur

Istilah steady dan seragam (uniform) akan digunakan secara luas pada bab ini, oleh
karena itu adalah sangat penting untuk mengetahui pengertiannya. Steady berarti
tidak berubah terhadap waktu, kebalikannya adalah unsteady atau transient.
Uniform mempunyai pengertian tidak berubah terhadap lokasi dalam region yang
ditentukan. Pembahasan lebih lanjut mengenai prinsip konservasi massa dan energi
pada volume atur akan dijelaskan di bawah ini.

a. Prinsip Konservasi Massa. Untuk sistem tertutup, prinsip konservasi


massa adalah telah jelas karena tidak ada perubahan massa dalam kasus
tersebut.
Tetapi untuk volume atur, karena dalam kasus ini massa dapat melintasi batas
sistem, jumlah massa yang masuk dan keluar sistem harus diperhitungkan.

Total Total Perubahan


[Massa Masuk] = [Massa Keluar] - [Bersih Massa]
VA VA Dalama VA

b. Kecepatan Aliran Massa dan Volume (Mass dan Volume Flow Rates).
Jumlah massa yang mengalir melintasi sebuah seksi perunit waktu disebut
mass flow rate dan dinotasikan dengan 𝑚̇. Jika zat cair atau gas mengalir
masuk dan keluar sebuah volume atur melalui pipa atau saluran, massa yamg
masuk adalah proporsional terhadap luas permukaan A dari pipa atau saluran,
densitas dan kecepatan dari fluida. Mass flow rates melalui differensial dA
dapat dituliskan :
91

dṁ = ρ .Vn . dA

dimana Vn adalah komponen kecepatan normal terhadap dA. Massa yang


melalui pipa atau saluran dapat diperoleh dengan mengintegrasikan :

kg
ṁ = ∫ ρ Vn dA ( )
A s

Sedangkan Volume flow rate sebagai berikut:

m3
̇V = ∫ Vn dA = Vav . A ( )
A s

Sehingga


ṁ = ρ . V̇ =
v

c. Prinsip Konservasi Energi. Persamaan konservasi energi untuk


sebuah volume atur ketika menjalani suatu proses dapat diungkapkan seperti :

Total Energi Total Energi Total Energi Perubahan


[ Melintas Batas ] + [ Dari Massa ] - [ Dari Massa ] = [Bersih Energi]
Sebagai Q + W Masuk VA Keluar VA Dalam VA

Jika tidak ada massa yang masuk dan keluar volume atur, maka suku kedua
dan ketiga akan hilang, sehingga persamaan menjadi persamaan untuk sistem
tertutup.
Dalam volume atur seperti juga dalam sistem tertutup, dalam interaksinya
dimungkinkan bekerja lebih dari satu bentuk kerja pada waktu yang bersamaan.
Misalnya kerja listrik, kerja poros untuk sebuah sistem compressibel dan lain -
lain. Dan untuk sebuah volume atur yang diisolasi maka heat transfer adalah
nol.
92

d. Kerja Aliran (Flow Work). Energi yang diperlukan untuk mendorong


fluida memasuki volume atur disebut kerja aliran (flow work atau flow energi).
Untuk memperoleh hubungan kerja aliran, perhatikan elemen fluida dari sebuah
volume V. Fluida pada bagian pangkal akan memaksa elemen fluida memasuki
volume atur yang disini dilakukan oleh sebuah piston imajiner.

Gambar 6.2. Kerja aliran

Jika tekanan fluida P dan luas permukaan elemen permukaan adalah A maka
gaya yang bekerja pada elemen fluida

F = P.A

Untuk mendorong seluruh elemen ke volume atur, gaya menempuh melalui


sebuah jarak L. Sehingga kerja yang dilakukan ketika mendorong elemen fluida
memasuki batas sistem sebagai berikut:

Wflow = F.L = P.A.L = P.V (kJ) wflow = P.v (kJ⁄kg)


93

e. Energi Total Aliran. Seperti pada pembahasan sebelumnya, energi


total dari sebuah sistem sederhana fluida kompresibel terdiri dari tiga bagian :
energi dalam, kinetik dan potensial, yang dalam unit massa :

V2
e = u + ke + pe = u + + g.z (kJ⁄kg)
2

dimana V adalah kecepatan dan z adalah ketinggian sistem relatif terhadap


titik acuan. Fluida yang memasuki dan keluar volume atur memiliki bentuk
energi tambahan ---(energi aliran Pv). Sehingga total energi perunit massa
dari fluida yang mengalir adalah :

θ = P.v + e = P.v (u + ke + pe)

Dan kombinasi Pv + u telah didefinisikan sebelumnya sebagai enthalpi,


sehingga persamaan total energinya sebagai berikut:

V2
θ = h+ ke + pe = h + ( ) + g.z (kJ⁄kg)
2
Profesor J. Kestin memulai pada tahun 1966 bahwa istilah θ disebut dengan
methalpy.

43. Proses Aliran Steady. Sejumlah peralatan-peralatan keteknikan seperti


turbin, kompresor dan nosel dioperasikan untuk periode yang lama dan dalam
kondisi yang sama. Peralatan yang demikian disebut dengan peralatan aliran stedi.
Proses a liran stedi mempunyai pengertian sebuah proses dimana aliran fluida ketika
melalui sebuah volume atur tidak mengalami perubahan terhadap waktu. Sebuah
proses aliran steadi bisa dikarakteristikkan sebagai berikut :

a. Tidak ada properti dalam volume atur yang berubah terhadap waktu,
seperti volume V, massa m dan total energi E.
b. Tidak ada properti pada batas volume atur yang berubah terhadap
waktu. Artinya tidak ada perubahan terhadap waktu properti pada inlet dan exit.
94

c. Interaksi panas dan kerja antara sistem aliran steadi dan lingkungan tidak
berubah terhadap waktu.

Beberapa peralatan siklus, seperti mesin atau kompresor reciprocating, sebenarnya


tidak bisa memenuhi ketentuan di atas karena alirannya berpulsa dan tidak steadi.
Tetapi hal tersebut dapat dianalisa sebagai proses steadi dengan menggunakan nilai
rata -rata dalam interval waktu tertentu pada seluruh batas sistem.

a. Konservasi Massa. Selama proses aliran steadi, hal yang terpenting


untuk dianalisa adalah mass flow rate 𝑚̇. Persamaan konservasi massa untuk
proses aliran steadi dengan multi inlet dan exit dapat diekspresikan dalam
bentuk rate adalah sebagai berikut:

Energi Total Energi Total Energi Total


Melintas Batas
[ ] = [ Keluar VA ] - [ Masuk VA ]
Sbg Panas &dan Kerja Bersama Massa Bersama Massa
Perunit Waktu Perunit Waktu Perunit Waktu

Atau

Total Massa Total Massa


[ Masuk VA ] = [ Keluar VA ]
Perunit Waktu Perunit Waktu

Untuk hampir semua peralatan keteknikan seperti nosel, difuser, turbin dan
kompresor umumnya hanya mempunyai satu aliran (hanya satu saluran masuk
dan keluar), sehingga :

ρ1 V 1 A 1 = ρ2 V 2 A 2

Dimana :
ρ : Densitas (𝑘𝑔⁄𝑚3 )
V : Kecepatan aliran rata-rata (𝑚⁄𝑠)
A : Luas penampang (𝑚2 )
95

b. Konservasi Energi. Telah disebutkan sebelumnya bahwa selama


proses aliran steadi total energi dalam sebuah volume atur adalah konstan (ECV
=konstan). Sehingga perubahan total energi selama proses adalah nol (ΔE CV
= 0). Sehingga jumlah energi yang memasuki sebuah volume atur dalam semua
bentuk (panas, kerja, transfer massa) harus sama dengan energi yang keluar
untuk sebuah proses aliran steadi.

c. Aplikasi Peralatan Dengan Aliran Steady.


1) Nosel dan Difuser. Nosel dan difuser pada umumnya digunakan
pada mesin jet, roket, pesawat udara dan lain-lain. Nosel adalah alat
untuk meningkatkan kecepatan fluida dan menurunkan tekanan. Difuser
adalah kebalikan dari nosel yaitu sebuah alat untuk menaikkan tekanan
dan menurunkan kecepatan fluida. Luas penampang nosel mengecil
dengan arah lairan dan sebaliknya luas penampang difuser membesar
dengan arah aliran fluida. Nosel dan difuser di atas adalah untuk fluida
dengan kecepatan sub sonik, jika untuk kecepatan super sonik maka
bentuknya merupakan kebalikannya. Hal-hal penting yang berhubungan
dengan persamaan energi untuk nosel dan difuser adalah sebagai berikut
:
a) 𝑄̇ = 0. Rate perpindahan panas antara fluida yang melalui
nosel dan difuser dengan lingkungan pada umumnya sangat kecil,
bahkan meskipun alat tersebut tidak diisolasi. Hal tersebut
disebabkan karena kecepatan fluida yang relatif cepat.
b) 𝑊̇ = 0. Kerja untu k nosel dan difuser tidak ada, karena
bentuknya hanya berupa saluran sehingga tidak melibatkan kerja
poros ataupun kerja listrik.
c) Δke ≠ 0. Kecepatan yang terjadi dalam nisel dan difuser
adalah sangat besar, sehingga perubahan energi kinetik tidak bisa
diabaikan.
d) Δpe ≈ 0. Pada umumnya perbedaan ketinggian ketika fluida
mengalir melalui nosel dan difuser adalah kecil, sehingga perubahan
energi potensial dapat diabaikan.
96

2) Turbin dan Kompresor. Dalam pembangkit listrik tenaga uap, gas


dan air, alat yang menggerakkan generator listrik adalah turbin. Ketika
fluida mengalir melalui turbin maka kerja akan melawan sudu yang
tertempel pada poros. Sebagai hasilnya, poros berputar dan turbin
menghasilkan kerja. Kerja yang dihasilkan turbin adalah positif karena
dilakukan oleh fluida.
Kompresor, sama seperti pompa, kipas dan blower adalah alat untuk
meningkatkan tekanan fluida. Kerja harus disuplai dari sumber eksternal
melalui poros yang berputar.
Karena kerja dilakukan kepada fluida, maka kerja pada kompresor adalah
negatif. Untuk turbin dan kompresor hal-hal penting yang berhubungan
dengan persamaan energi :
a) 𝑄̇ ≈ 0. Perpindahan panas pada alat tersebut umumnya kecil
jika dibandingkan dengan kerja poros, kecuali untuk kompresor yang
menggunakan pendinginan intensif, sehingga dapat diabaikan.
b) 𝑊̇ ≠ 0. Semua alat ini melibatkan poros yang berputar. Oleh
karena itu kerja di sini sangatlah penting. Untuk turbin 𝑊̇
menunjukkan output power, sedangkan untuk kompresor dan pompa
𝑊̇ menunjukkan power input power.
c) Δke ≈ 0. Perubahan kecepatan pada alat-alat tersebut
biasanya sangat kecil untuk menimbulkan perubahan energi kinetik
yang signifikan (kecuali untuk turbin). Sehingga perubahan energi
kinetik dianggap sangat kecil, meskipun untuk turbin, dibandingkan
dengan perubahan enthalpi yang terjadi.
d) Δpe ≈ 0. Pada umumnya alat -alat tersebut bentuknya relatif
kecil sehingga perubahan energi potensial dapat diabaikan.
3) Katup Cekik (Throttling valve). Throttling valve adalah suatu alat
yang aliran fluidanya diberi halangan sehingga menimbulkan penurunan
tekanan yang signifikan. Misalnya katup-katup umum, tabung-tabung
kapiler, hambatan berpori (porous) dan lain-lain.
Alat -alat tersebut umumnya relatif kecil, dan aliran yang melalui
dianggap adiabatis (q ≈ 0). Tidak ada kerja yang terlibat (w = 0).
97

Perubahan energi kinetik sangat kecil (Δke ≈ 0) dan perubahan energi


potensial juga sangat kecil (Δpe ≈ 0).
Oleh karena iru peralatan tersebut umumnya disebut dengan alat
isoenthalpi . Perlu diingat bahwa untuk gas ideal, maka h = h(T), jika
enthalpi selama proses tetap, maka dapat dipastikan bahwa
temperaturnya juga tetap.
a) Mixing Chamber. Dalam aplikasi keteknikan, percampuran
dua aliran tidak jarang terjadi. Suatu tempat/ruang dimana proses
percampuran terjadi dinamakan ruang pencampuran ( mixing
chamber).
Contoh sederhana adalah T-elbow atau Y-elbow untuk
percampuran aliran panas dan dingin. Mixing chamber biasanya
diisolasi sempurna (q ≈ 0) dan tidak melibatkan kerja (w = 0). Juga
energi kinetik dan energi potensial dapat diabaikan (Δke ≈ 0, Δpe ≈
0).
b) Penukar Panas (Heat Exchanger). Penukar panas adalah
sebuah alat dimana dua aliran fluida saling bertukar panas tanpa
keduanya bercampur. Contoh yang paling sederhana dari alat
penukar panas adalah alat penukar panas tabung ganda (tube and
shell), yang terdiri dari dua pipa konsentrik dengan diameter yang
berbeda. Panas ditranfer dari fluida panas ke fluida dingin melalui
dinding pipa yang memisahkan.
Persamaan konservasi massa pada kondisi steadi adalah
jumlah rate massa yang memasuki sistem sama dengan rate massa
yang keluar sistem. Sedangkan persamaan konservasi energi dari
alat penukar panas pada umumnya tidak melibatkan interaksi kerja
(w = 0), energi kinetik dan energi potensial diabaikan ( Δke ≈ 0, Δpe
≈ 0) untuk setiap aliran fluida.
Pertukaran panas yang berhubungan dengan alat penukar
panas tergantung bagaimana volume atur yang dipilih (batas sistem).
Pada umumnya batas yang dipilih adalah bagian diluar shell, hal
tersbut untuk mencegah pertukaran panas fluida dengan lingkungan.
98

44. Proses Aliran Tidak Steady (Unsteady flow processes). Proses tidak stedi
atau proses transien adalah kebalikan dari proses stedi dimana properti dalam
volume atur berubah dengan waktu, interaksi panas dan kerja antara sistem aliran
steadi dan lingkungan juga berubah terhadap waktu.

Gambar. Aliran Tidak Steady

Contoh yang paling tepat untuk menggambarkan sebuah proses aliran tidak stedi
adalah bejana/tangki pembuangan/pemasukan dari saluran suplai (the charging of
rigid vessel from supply line), yang berfungsi untuk memasukkan atau membuang
fluida dari sebuah bejana bertekanan.
Contoh lainnya adalah proses pemompaan ban/balon dan pressure cooker dan
lain-lain Perbedaan lain dari proses aliran stedi dan tidak stedi adalah untuk proses
aliran stedi umumnya tempat, ukuran dan bentuk yang tetap. Sedangkan untuk
proses aliran tidak stedi tidak selalu demikian, karena memungkinkan ada
pergeseran batas sistem/kerja akibat pergeseran batas sistem.

a. Konservasi massa. Tidak seperti proses aliran steadi, jumlah massa


dalam volume atur mengalami perubahan terhadap waktu. Besarnya perubahan
tersebut tergantung jumlah massa yang masuk dan keluar sistem.

Contoh :
Sebuah bathtub, dimana massa didalam bathtub awalnya adalah m 1 = 150
kg, kemudian ada massa yang masuk sebesar m 2 50 kg, massa yang keluar
melalui drainase me = 30 kg,
99

Sehingga massa akhir dari bathtub sebagai berikut:

mi - me = (m2 - m1 )bathtub
50 (kg)- 30 (kg) = m2 - 150 (kg)
m2 = 170 (kg)

Sehingga prinsip konservasi massa sebagai berikut:

Total Massa Total Massa Perubahan Bersih


[ Masuk VA ] - [ Keluar VA ] = [ Masssa Dalam ]
Selama ∆t Selama ∆t VA Selama ∆t

b. Konservasi Energi . Perhatikan contoh sebuah bathtub, dimana energi


dalam volume atur (bathtub) awalnya adalah E 1 = 500 kJ, kemudian ada panas
yang keluar ke tanah sebesar Q = -150 kJ. Jika ketinggian air dalam bathtub
naik, berarti sistem melakukan kerja, katakan sebesar W b = 10 kJ dan energi
yang masuk sistem akibat pertambahan massa katakan sebesar Q i = 300 kJ,
dan energi yang keluar akibat massa yang terbuang melalui saluran drainase
katakan sebesar Qe = 100 kJ, maka persamaan energi sistem :

Q - W +Qi - Qe = (E2 - E1 )bathtub


-150 (kJ)- 10 (kJ) + 300 (kJ) + 100 (kJ) = E2 - 500 (kJ)
E2 = 640 (kJ)

Sehingga persamaan konservasi energi untuk sebuah volume atur selama


proses tidak stedi selama interval waktu Δt adalah :

Total Energi Total Energi Total Energi Perub


Melintas Batas Dibawa massa Dibawa massa Bersih Energi
[ ]+ [ ]- [ ]= [ ]
Sebagai Q dan W Menuju VA Keluar VA Dalam VA
Selama ∆t Selama ∆t Selama ∆t Selama ∆t

c. Kasus Khusus. Proses Aliran Seragam (Uniform-Flow Processes).


Proses aliran tidak stedi pada umumnya sulit untuk dianalisa karena integrasi
persamaan sebelumnya sulit untuk dilakukan.
100

Sehingga untuk proses aliran tidak stedi akan lebih mudah jika disederhanakan
dengan memodelkan sebagai suatu proses aliran seragam. Sebuah proses
aliran seragam adalah sebuah proses idealisasi untuk memudahkan dalam
sebuah analisa :
1) Pada waktu tertentu selama proses, state dari volume atur adalah
seragam. State dari VA bisa merubah terhadap waktu, tetapi harus
seragam.
Konsekuensinya, state dari massa yang keluar VA pada setiap saat
adalah sama dengan massa yang masuk VA. (Asumsi ini bertentangan
dengan asumsi aliran stedi yang state dari VA berubah terhadap lokasi
tetapi tidak berubah terhadap waktu.
2) Properti fluida mungkin berbeda dari satu inlet yang satu ke exit
yang lain. Tetapi aliran fluida pada inlet dan exit seragam dan stedi.
Meskipun proses stedi dan uniform merupakan sebuah idealisasi, tetapi
beberapa proses aktual dapat diperkirakan dengan alasan diatas dengan
hasil yang memuaskan. Mengenai derajad keakuratan dan derajad
kevalidan tergantung kepada asumsi yang dibuat.

45. Reservoir Energi Panas (Thermal Energy Reservoirs). Sebelum membahas


mengenai Hukum II Thermodinamika, perlu diketahui istilah reservoir energi panas
(Thermal Energy Reservoir) atau lebih umum disebut dengan reservoir. Reservoir
adalah suatu benda/zat yang mempunyai kapasitas energi panas (massa x panas
jenis) yang besar. Artinya reservoir dapat menyerap/menyuplai sejumlah panas yang
tidak terbatas tanpa mengalami perubahan temperatur. Contoh samudera, danau
dan sungai untuk benda besar berujud air dan atmosfer untuk benda besar berujud
udara.
Sistem dua-fasa juga dapat dimodelkan sebagai suatu reservoir, karena sistem
dua-fasa dapat menyerap dan melepaskan panas tanpa mengalami perubahan
temperatur. Dalam praktek, ukuran sebuah reservoir menjadi relatif. Misalnya,
sebuah ruangan dapat disebut sebagai sebuah reservoir dalam suatu analisa panas
yang dilepaskan oleh pesawat televisi. Reservoir yang menyuplai energi disebut
dengan source dan reservoir yang menyerap energi disebut dengan sink.
101

46. Mesin Kalor (Heat Engines). Kerja dapat dikonversi langsung menjadi panas.
Contoh pengaduk air, kerja dapat kita berikan pada poros pengaduk sehingga
temperatur naik. Tetapi sebaliknya, jika kita memberikan panas pada air, maka poros
tidak akan berputar. Atau dengan kata lain, jika memberikan panas pada air, maka
tidak akan tercipta kerja (poros). Dari pengamatan di atas, konversi panas menjadi
kerja bisa dilakukan tetapi diperlukan sebuah alat yang dinamakan dengan mesin
kalor (heat engines).

a. Karakteristik Mesin Kalor. Mesin kalor yang digunakan untuk aplikasi


memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi
(energi matahari, furnace bahan bakar, reaktor nuklir, dll).
2) Mesin kalor mengkonversi sebagian panas menjadi kerja (umumnya
dalam dalam bentuk poros yang berputar)
3) Mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.
4) Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.
Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi dari mesin
kalor adalah pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan mesin pembakaran
luar dimana fluida kerja mengalami siklus termidinamika yang lengkap.
Sebenarnya motor bakar dan turbin gas tidak memenuhi kategori sebagai
sebuah mesin kalor, karena fluida kerja dari motor bakar dan turbin gas tidak
mengalami siklus termodinamika secara lengkap.

b. Efisiensi Termal (Thermal Efficiencies). Efisiensi termal sebenarnya


digunakan untuk mengukur unjuk kerja dari suatu mesin kalor , yaitu berapa
bagian dari input panas yang diubah menjadi output kerja bersih.

Output Kerja Bersih


Effisiensi Thermal =
Total Input Panas
WOut 𝐐𝐎𝐮𝐭
ηThermal = atau 𝛈𝐓𝐡𝐞𝐫𝐦𝐚𝐥 = 𝟏 −
QIn 𝐐𝐈𝐧

𝑾𝒐𝒖𝒕 = 𝑸𝒊𝒏 − 𝑸𝒐𝒖𝒕


102

c. Hukum II Termodinamika. Menurut Kelvin-Plank sebuah mesin kalor,


maka tidak ada sebuah mesin kalor yang dapat mengubah semua panas yang
diterima dan kemudian mengubahnya semua menjadi kerja.
Keterbatasan tersebut kemudian dibuat sebuah pernyataan oleh Kelvin-Plank
yang berbunyi “ Adalah tidak mungkin untuk sebuah alat/mesin yang beroperasi
dalam sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah reservoir tunggal dan
memproduksi sejumlah kerja bersih”.
Pernyataan Kelvin-Plank (hanya diperuntuk untuk mesin kalor) diatas dapat
juga diartikan sebagai tidak ada sebuah mesin/alat yang bekerja dalam sebuah
siklus menerima panas dari reservoir bertemperatur tinggi dan mengubah
panas tersebut seluruh menjadi kerja bersih. Atau dengan kata lain tidak ada
sebuah mesin kalor yang mempunyai efisiensi 100%.

47. Proses Ireversibel dan Reversibel. Salah satu kegunaan dari hukum
termodinamika kedua adalah untuk menentukan kemampuan maksimal teoritis dari
sistem. Dengan membandingkan kemampuan sebenarnya terhadap kemampuan
maksimal secara teoritis. Kita akan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam
untuk berbuat lebih baik. Kemampuan maksimal itu dinilai dalam bentuk proses-
proses yang idealisasi. Pada bagian ini, proses-proses ideal itu akan diperkenalkan
dan dibedakan dari proses-proses sebenarnya.

a. Proses Ireversibel. Suatu proses di sebut ireversibel jika sistem dan


lingkungannya tidak dapat dikembalikan dengan sempurna ke keadaan mula-
mulanya setelah menjalani perubahan keadaan (proses). Jadi pada sistem
yang menjalani proses ireversibel, sistem tidak perlu kembali ke keadaan mula-
mulanya.
Seperti akan dibicarakan dibawah ini, hukum termodinamika kedua dapat
digunakan untuk menentukan apakah sistem dan sekelilingnya dapat
dikembalikan ke keadaan mula-mulanya setelah mengalami suatu proses.
Dengan perkataan lain, hukum termodinamika kedua dapat digunakan untuk
menentukan apakah suatu proses tertentu reversible atau irreversible.
Jelas kelihatan dari pernyataan clausius tentang hukum termodinamika
kedua bahwa setiap proses yang menyangkut perpindahan panas secara
spontan dari benda dingin ke benda panas adalah ireversibel. Jika tidak, maka
103

akan ada kemungkinan mengembalikan energi itu dari benda dingin ke benda
panas dengan tidak ada pengaruh terhadap kedua benda itu dan terhadap
lingkungannya. Kemungkinan itu ditolak oleh pernyataan clausius.
Disamping perpindahan panas secara spontan, proses-proses yang
menyangkut hal-hal spontanitas adalah ireversibel, seperti pengembangan gas
dan cairan. Banyak faktor-faktor yang membuat proses menjadi ireversibel.
Proses-proses ireversibel umumnya meliputi satu atau lebih dari hal-hal berikut
:
1) Perpindahan panas karena perbedaan temperatur terbatas.
2) Pengembangan bebas dari gas atau cairan ke temperatur lebih
rendah.
3) Reaksi kimia secara spontan.
4) Campuran zat secara spontan dengan komposisi berbeda dan
keadaan berbeda.
5) Gesekan.
6) Aliran listrik lewat suatu tahanan.
7) Deformasi tidak elastis.
Hukum termodinamika kedua dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa
proses yang menyangkut salah satu dari proses-proses diatas kenyataannya
adalah ireversibel.

b. Proses Reversibel. Suatu proses di sebut reversibel jika sistem dan


lingkungannya dapat dikembalikan ke keadaan semula setelah menjalani suatu
proses. Dari pembicaraan kita tentang proses ireversibel, jelas bahwa proses
reversibel adalah benar-benar hipotetis. Jelas tidak ada proses reversibel yang
menyangkut perpindahan panas secara spontan lewat perbedaan temperatur
terbatas, pengembangan bebas gas atau cairan, gesekan atau setiap pengaruh
lain yang diberikan sebelumnya. Dengan kata yang lebih tegas proses
reversibel adalah proses yang berlangsung dengan sempurna.

Seperti telah dibicarakan sebelumnya bahwa pada kenyataannya, semua


proses itu adalah ireversibel. Namun demikian, ada proses-proses tertentu yang
mendekati proses reversibel. Salah satu contoh adalah aliran gas melalui nozzle
atau difussor yang direncanakan dengan baik.
104

Banyak juga alat-alat lain yang dapat di buat mendekati reversibel dengan
mengambil langkah-langkah untuk mengurangi faktor-faktor yang membuat
ireversibel seperti permukaan yang diberi pelumas untuk mengurangi gesekan.
Meskipun proses reversibel tidak terjadi sebenarnya, sejumlah proses
reversibel yang mendekati dapat dibayangkan. Misalnya, goyangan sebuah bandul di
dalam ruangan kosong (hampa).
Gerakan bandul lebih mendekati reversibel karena gesekan pada porosnya
dikurangi. Dalam batas gesekan dihilangkan, keadaan bandul dan sekelilingnya akan
kembali dengan sempurna pada akhir setiap gerakan. Sesuai dengan definisi, proses
itu disebut reversibel.

48. Evaluasi.
a. Jelaskan prinsip-prinsip konservasi massa dan konservasi energi.
b. Sebuah bejana memiliki massa didalam bejana tersebut awalnya adalah
m1 = 175 kg, kemudian ada massa yang masuk sebesar m 2 = 50 kg, massa
yang keluar melalui drainase me = 45 kg, hitung massa akhir dari isi bejana
tersebut dan jelaskan proses apa yang sedang terjadi.
c. Jelaskan prinsip aliran massa rata-rata.
d. Jelaskan yang dimaksud aliran steady dan unsteady serta berikan contoh
aplikasinya.
e. Jelaskan effisiensi thermal dari sebuah mesin kalor.
f. Jelaskan proses-proses ireversibel dan reversibel dalam kehidupan
sehari-hari.
105

BAB VII

PROSES-PROSES GAS IDEAL PADA SISTEM TERTUTUP

49. Umum. Hal yang paling umum terjadi dari suatu perubahan keadaan dalam
sistem tertutup adalah perubahan keadaan dimana panas masuk atau keluar dari
sistem dan tekanan, volume maupun temperatur berubah secara serentak. Hal
tersebut meliputi hubungan : P,V,T, Penentuan kerja (W) dan jumlah panas (Q).

Gambar 7.1. Gas Ideal


106

Proses-proses khusus yang penting dalam thermodinamika sebagai berikut:


a. Proses Isochoris, proses pada volume konstan (V = konstan)
b. Proses Isobaris, proses pada tekanan konstan (P = konstan)
c. Proses Isotermis, proses pada temperatur konstan (T = konstan)
d. Proses Adiabatis, proses yang tidak terjadi pertukaran panas
e. Proses Politropis, proses pada panas jenis dianggap konstan
Persamaan kurva tekanan : P.Vn = konstan.

50. Proses Isochoris. Proses Isochoris/Isometrik/lsovolum adalah proses yang


terjadi dalam sistem pada volume tetap. Pada gambar dibawah terlihat adanya
panas masuk tetapi dalam volume sistem yang tidak berubah mengakibatkan
tekanan menjadi naik.

Gambar 7.2. Diagram proses isokhoris

a. Hubungan P, V dan T. Hubungan yang terjadi antara P, V dan T dalam


proses isokhoris sebagai berikut :

P m.R P P1 P2
P.V = m.R.T = = Konstan =
T V T T1 T2
107

b. Kerja yang dilakukan sistem (W). Besarnya kerja yang dilakukan oleh
sistem selama proses berlangsung dalam proses isokhoris sebagai berikut :

W = ∫ P.dV
1

Karena dV = 0, maka W = 0

c. Panas masuk/keluar sistem (Q). Besarnya panas yang masuk atau


keluar sistem sistem selama proses berlangsung dalam proses isokhoris
sebagai berikut :

dQ - dW = dU (Energi dalam)

Karena dW = 0, maka

dQ = dU

Q2 T2

∫ dQ = ∫ m.Cv .dT Q = m.Cv .(T2 - T1 )


Q1 T1

Q = m.Cv .(T2 - T1 ) dari persamaan gas ideal maka:

P2 .V P1 .V V
Q = m.Cv . ( - ) Q = m.Cv . (P -P )
m.R m.R m.R 2 1

V
Q = Cv . (P -P )
R 2 1

Jika 𝑅 = 𝐶𝑝 − 𝐶𝑣 maka :
Cv
Cv .V Cv
Q= (P -P ) Q= . V.(P2 -P1 )
Cp - Cv 2 1 Cp Cv
-
Cv Cv
1
Q= . V.(P2 -P1 )
Cp
-1
Cv
108

Cp
Jika K = maka :
Cv

1 V(P2 -P1 )
Q= . V(P2 -P1 ) Q=
K-1 K-1

Tabel 7.1. Nilai Gas Konstan (R)

R
𝐽
8314
𝑘𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐶𝑎𝑙
1985
𝑘𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐵𝑡𝑢
1985
𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐶𝐻𝑈
1985
𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙. 𝑅
𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓
2782
𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝑓𝑡. 𝑙𝑏𝑓
1545
𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙. 𝑅

Contoh soal :
kJ
Suatu gas ideal memiliki panas jenis tekanan konstan 2,20 dan berat molekul
kgo C
kg
16,04 . 8 kg dari gas itu dipanaskan dari temperatur 17 o C menjadi 187o C
kmol

didalam suatu tangki tertutup. (Volume dikondisikan konstan), maka tentukan kerja
yang dilakukan oleh gas, perpindahan panas, perubahan entalpi yang terjadi.

Jawab :
Diketahui :
kJ
Cp : 2,20 kgo C
kg
M : 16,04 kmol

m : 8 kg
T1 : 170 C
T2 : 1870 C
109

Ditanyakan:
a. Kerja yang dilakukan oleh gas (W)
b. Perpindahan panas (Q)
c. Perubahan entalpi (dh)

Jawab:

a. Kerja yang dilakukan oleh gas (W)


Proses isokhoris sehingga dV = 0
W = P.dV W = P. 0 W=0

b. Perpindahan panas (Q)


Q = m.Cv .(T2 - T1 ), R = Cp - Cv , Cv = Cp – R,
Q = m.Cp -R.(T2 - T1 )
kJ
Ro 8,314 ( )
R= = kmol.o C = 0,518 ( kJ )
kg o
M kg C
16,04 ( )
kmol
kJ
Q = 8 (kg).(2,20- 0,518) ( o ) .(187o - 17o )(C) = 2287,52 (kJ)
kg C

c. Perubahan entalpi (dh)


H2 -H1 = m.Cp .(T2 - T1 )
kJ
H2 -H1 = 8 (kg).2,20 ( o) .(187o - 17o )(C) = 2992 (kJ)
kg C
110

51. Proses Isobaris. Proses isobaris ialah proses yang terjadi dalam sistem pada
tekanan konstan. Gas didalam silinder dipanaskan, sedangkan pistonnya bebas
bergerak sehingga keadaan gas dalam silinder akan berubah dari keadaan awal ke
keadaan akhir, dimana volume dan temperatur bertambah sedangkan tekanan tetap.

Gambar 7.3. Diagram proses isobaris

a. Hubungan P, V, T. Hubungan yang terjadi antara P, V dan T dalam


proses isobaris sebagai berikut :

V V1 V2
= Konstan, = , dst P 1 = P2
T T1 T2

b. Kerja yang dilakukan pada/oleh sistem (W). Besarnya kerja yang


dilakukan oleh sistem selama proses berlangsung dalam proses isobaris
sebagai berikut :

P.V = m.R.T P= Konstan

V m.R V1 V2
= =
T P T1 T2

V2 V2

∫ δW = ∫ P.dV, maka W = P (V2 - V1 )


V1 V1

δW =P.dV,maka
111

T2 T2

∫ δW = ∫ m.R.T, maka W = m.R (T2 - T1 )


T1 T1

Gambar 7.4. Diagram kerja yang dilakukan pada/oleh sistem proses isobaris

c. Panas masuk/keluar sistem (Q). Besarnya panas yang masuk atau


keluar sistem sistem selama proses berlangsung dalam proses isobaris
sebagai berikut :

δQ - ∂W = ∂U (Energi dalam)
δQ = ∂W + ∂U
δQ = m.Cv .dT + P.dV

P.V = m.R.T P.dV = m.R.dT

∫ δQ = ∫ m.Cv .dT + ∫ m.R.dT

Q = m.Cv .(T2 - T1 ) + m.R.(T2 - T1 )

R = Cp - Cv Cp = Cv + R Q = m.Cp .(T2 - T1 )

P.V2 P.V1 P
Q = m.Cp . ( - ) Q= m.Cp . (V -V )
m.R m.R m.R 2 1

Cp
Cp .P Cv
Q= (V -V ) Q= . P(V2 -V1 )
Cp - Cv 2 1 Cp Cv
-
Cv Cv
112

K
Q= . P(V2 -V1 )
K-1

Contoh soal.
1. Tentukan panas yang dibutuhkan untuk memanaskan sejumlah udara pada
tekanan konstan 4.105 Pa. Sehinggga volumenya mengembang dari 200 liter
menjadi 400 liter, faktor K = 1,4.

Jawab :
K
Q= . P(V2 -V1 )
K-1
1,4
Q= . 4.105 (Pa).(0,4-0,2)(m3 ) = 280 (kJ)
1,4 - 1

kJ
2. Suatu gas ideal memiliki panas jenis tekanan konstan 2,20 , , berat molekul
kgo C
kg
16,04 , 5 kg udara dengan tekanan 3.105 Pa, temperatur awal 150C dipanaskan
kmol

dan mengembang secara isobaris sehingga temperaturnya naik menjadi 25 0C.


Tentukan kerja yang dilakukan, perpindahan energi panas dan perubahan entalpi.

Jawaban :

Diketahui suatu gas ideal sebagai berikut :


kJ
Cp : 2,20 kgo C
kg
M : 16,04 kmol

m : 5 kg
T1 : 150C
T2 : 250C

Ditanyakan :
a. Kerja yang dilakukan (W)
b. Perpindahan energi panas (Q)
c. Perubahan entalpi
113

Jawab :
a. Kerja yang dilakukan (W)
W = m.R (T2 - T1 )
kJ
Ro 8,314 ( )
R= = kmol.o C = 0,518 ( kJ )
m
16,04 (
kg
) kg.o C
kmol
kJ
W = 5.(kg).0,518 (kgoC) . (25o - 15o )(C) = 259 (kJ)

b. Perpindahan energi panas (Q)


Q = m.Cp .(T2 - T1 )
kJ
Q = 5.(kg).2,20 (kgoC) .(25o - 15o )(C) = 110 (kJ)

c. Perubahan entalpi
kJ
H2 -H1 = m.Cp .(T2 - T1 )=5 (kg).2,20 ( o ) .(25o - 15o )(C) = 110 (kJ)
kg C

52. Proses Isotermis. Proses isotermis adalah proses yang berlangsung pada
temperatur konstan. Gas di dalam silinder ditekan dengan menekan pistonnya,
maka keadaan gas akan berubah dari keadaan 1 ke keadan 2 dimana keadaannya
naik, volumenya mengecil, sedangkan selama proses temperaturnya dijaga konstan
dengan mendinginkan silinder.

Gambar 7.5. Diagram proses isotermis


114

a. Hubungan P, V, T. Hubungan yang terjadi antara P, V dan T dalam


proses isobaris sebagai berikut:

P1 .V1 = P2 .V2
P.V = konstan

b. Kerja yang dilakukan pada/oleh sistem (W). Besarnya kerja yang


dilakukan oleh sistem selama proses berlangsung dalam proses isotermis
sebagai berikut:

δW = P.dV
P.V = m.R.T
W2 V2
m.R.T.dV
∫ P = ∫
V
W1 V1

V2
W = m.R.T. ln
V1
P1 .V1 - P2 .V2
W=
K-1

c. Kerja yang dilakukan pada/oleh sistem (Q). Besarnya panas yang


masuk atau keluar sistem sistem selama proses berlangsung dalam proses
isotermis sebagai berikut:

V2
Q =W = m.R.T. ln
V1

Contoh soal:
1. 4 kg CO2 dikompresikan dengan temperatur 600C sampai volumenya menjadi
setengah kali volume mula-mula. Hitung kerja yang dilakukan.
Jawab:
Diketahui CO2
m : 4 kg
T1 : 600C
V2 : ½ V1
115

Ditanya:
Kerja yang dilakukan (W)

Jawab:
kg
Masa gas CO2 (12 +2(16)) sebesar 44 (kmol)
1 V2 1
V2 = V1 sehingga =
2 V1 2
kJ
R0 8,314 ( ) kJ
kmol.K
RCO2 = = = 0,1889545 ( )
MCO 2 kg kg.K
44 ( )
kmol.K
V2
W = m.R.T. ln
V1
kJ 1
W = 4 (kg).0,1889545 ( ) .(60 + 273)(K). ln ( ) = -174,425 (kJ)
kg.K 2

2. 2 kg udara dikompresikan secara perlahan-lahan didalam silinder dari tekanan


1 bar, temperatur 290 K, sehingga tekanan akhir 6 bar. Ketika proses berlangsung
panas mengalir ke sekelilingnya dengan kecepatan yang cukup untuk membuat
proses tersebut isotermis. Hitung volume mula-mula, perubahan energi dalam udara
tersebut, kerja yang dilakukan dan besarnya panas yang dipindah.

Jawaban:
Diketahui udara (adiabatis)
m = 2 kg
P1 = 1 Bar = 1.105 Pa
T1 = 290 K
P2 = 6 Bar = 6.105 Pa

Ditanyakan:
a. Volume mula-mula (V1)
b. Perubahan energi dalam udara tersebut (dU)
c. Kerja yang dilakukan (W)
d. Besarnya panas yang dipindah (Q)
116

Jawab :
a. Volume mula-mula (V1)
menggunakan persamaan gas ideal
P.V = m.R.T m.R.T
V1 =
P1
kJ
2 (kg).0,287 ( ) .290 (K)
kg.K
V1 = 5
= 1,6645 (m3 )
1.10 (Pa)

b. Perubahan energi dalam udara tersebut (dU)

U2 - U1 = m.Cu (∆T)= 0

c. Kerja yang dilakukan oleh sistem (W)

V2
W = m.R.T.ln ( )
V1
m.R.T
V2 = PV = Konstan
P2
P1 V1 = P2 V2 P1 V 1
V2 =
P2
1.105 (Pa).1,6645 (m3 )
V2 = 5
= 0,277 (m3 )
6.10 (Pa)
kJ 0,277 (𝑚3 )
W= 2 (kg).0,287 ( ) .290 (K).ln ( )
kg.K 1,6645 (𝑚3 )
W = 166,46.(-1,794) kJ=-298,63 kJ

d. Besarnya panas yang dipindah (Q)

Q =W = -298,63 kJ
117

53. Proses Adiabatis. Proses adiabatis adalah proses dimana selama proses
berlangsung, tidak ada panas yang masuk dan keluar dari sistem. Contoh gas dalam
sebuah silinder ditekan dengan tekanan cepat sehingga gas berubah dari keadaan 1
ke keadaan 2, dimana volumenya mengecil dan tekanan beserta temperatur naik,
tapi karena proses berlangsung begitu cepatnya, dianggap tidak ada panas yang
masuk/keluar.

Gambar 7.6. Diagram proses adiabatis

a. Hubungan P, V, T. Hubungan yang terjadi antara P, V dan T dalam


proses adiabatis sebagai berikut:
∂Q- ∂W = dU P.V = m.R.T
R= Cp - Cv Cp
K=
Cv

P.VK = Konstan, Hukum Poison I


P.VK-1 = Konstan, Hukum Poison II
1-K
P.V( K ) = Konstan, Hukum Poison III
118

b. Kerja yang dilakukan pada/oleh sistem (W). Besarnya kerja yang


dilakukan oleh sistem selama proses berlangsung dalam proses adiabatis
sebagai berikut:

∂W = P.dV
P.VK = C = P1 .V1 K

P1 V1 – P2 V2
W=
K-1

c. Panas yang masuk/keluar (Q). Besarnya panas yang masuk atau keluar
sistem sistem selama proses berlangsung dalam proses isobaris sebagai
berikut:
δQ = 0
Q=0
(tidak ada panas yang masuk ataupun keluar)

Contoh:
1. Bila 400 gram udara dikompresikan secara adiabatis dari tekanan 1 atm dan
temperatur 300 C sehingga volumenya menjadi 1/15 kali volume mula-mula.
Tentukan tekanan akhir, temperatur akhir, kerja yang dilakukan.

Jawaban:
Diketahui udara (adiabatis)
m = 400 gr
P1 = 1 Atm
T1 = 30oC
V2 = 1/15 V1

Ditanyakan:
a. Tekanan akhir (P2)
b. Temperatur akhir (T2)
c. Kerja yang dilakukan (W)
119

Jawab :

a. Tekanan akhir (P2)


Berdasarkan hukum poison I
PVK =Konstan P1 . V1 K = P2 . V2 K
V1 k
P2 = P1 . ( k )
V2
k
V1
P2 = P1 . ( )
V2
P2 = 1(Atm). (15)1,4 = 44,5 (Atm)

b. Temperatur akhir (T2)


Berdasarkan hukum poison II
T1 . V1 K-1 = T2 . V2 K-1

V1 k-1
T2 = T1 . ( k-1 )
V2

V1 k-1
T2 = T1 . ( )
V2

T2 = 303(K). (15)1,4-1 T2 = 895 K


120

c. Kerja yang dilakukan oleh sistem (W2)


P1 V1 – P2 V2
W= P.V = m.R.T
K-1
m.R.T R0
V= Rud =
P mud
Dari tabel mud besarnya nilai R = 287 Nm/kg.K
m.R.T1
V1 =
P1
Nm
0,4 (kg).287 ( ) .303 (K)
kg.K V1 = 0,3433 m3
V1 = 5
1,0132. 10 (Atm)
P1 V1 – P2 V2
W=
K-1
N N 1
1,0132.105 ( ) .0,3433 (m3 ) - 1,0132.105 ( 2 ) . 0,3433 (m3 )
m 2 m 15
W=
1,4-1
W= -169858 J= -169,585 kJ

2. 2 kg udara dengan temperatur mula-mula 300 C dan tekanan mula-mula 1 bar


dikompresikan secara adiabatis sehingga tekanannya naik menjadi 10 bar. Tentukan
kerja kompresi bila faktor K= 1,4

Jawab :
Diket udara/Adiabatis sebagai berikut:
m : 2 kg
T1 : 300 C
P1 : 1 Bar
P2 : 10 Bar
K : 1,4

Ditanya :
Kerja kompresi (W)
121

Jawab :
P1 V1 - P2 V2
W= sesuaidengan persamaan gas ideal
K-1
P.V= m.R.T
P1 V1 = m.R.T1 P2 V2 = m.R.T2
Sehingga
m.R.T1 – m.R.T2 m.R.(T1 -T2 )
W= W=
K-1 K-1
Dengan Hukum Poison III
1-K 1-K 1-K
( ) ( ) ( )
T 1 P1 K = T 2 P2 K P1 K
T2 = T1 ( )
P2
1 - 1,4
( )
1 (Bar) 1,4
T2 = 303 (K) ( )
10 (Bar)
T2 = 585 (K)

m.R.(T1 -T2 )
W=
K-1
J
2 kg.287 (kg.K) (303-585)(K)
W= = -404,67 kJ
1,4-1

54. Proses Politropis. Adalah proses yang berlangsung pada panas jenis
konstan. Contoh aplikasinya adalah mesin-mesin panas, kompresor. Bentuk dan sifat
proses politropis ditentukan oleh exponen politropisnya (n), yang nilainya 0 sampai ∞

Gambar 7.7. Diagram proses politropis


122

a. Hubungan P, V dan T. Hubungan yang terjadi antara P, V dan T dalam


proses politropis sebagai berikut:
δQ = m.Cn .dT
P.V = m.R.T R= Cp - Cv

Cn - Cp
=n
Cn - Cp

n
P.V = Konstan, Hukum Poison I
T.Vn-1 = Konstan, Hukum Poison II
1-n
T.P( n ) = Konstan, Hukum Poison III

Dimana, P.Vn = Konstanta, n merupakan konstanta untuk proses tertentu


P.Vn = konstan
n = ±∞ (Proses Isokhoris)
n=0 (Proses Isobaris)
n=1 (Proses Isothermis)
n=K (Proses Adiabatis)
n=n (Proses Politropis)

b. Kerja yang dilakukan pada/oleh system (W). Besarnya kerja yang


dilakukan oleh sistem selama proses berlangsung dalam proses politropis
sebagai berikut:

δW = P.dV P.Vn = C
P1 V1 – P2 V2
W=
K-1

c. Panas yang masuk/keluar (Q). Besarnya panas yang masuk atau keluar
sistem sistem selama proses berlangsung dalam proses isobaris sebagai
berikut:
123

δQ = m.Cn .dT k-n


Cn = Cv .
1-n
Cn - Cp
n=
Cn - Cp

P.V = m.R.T K-n


Q= .W
n-1

Contoh soal:
1. 5 kg udara dari 100 C dan tekanan 1 atm dikompresikan secara politropis
sehingga tekanannya menjadi 30 atm. Bila faktor exponen adiabatis K = 1,4 dan
faktor exponen politropis n = 1,2. Tentukan temperatur akhir, volume mula-mula,
volume akhir, kerja yang dilakukan dan panas yang dipindahkan.

Jawab :
Diketahui udara (politropis) sebagai berikut:
m : 5 kg
T1 : 100 C
P1 : 1 Atm
P2 : 30 Atm
K : 1,4
n : 1,25

Ditanya:
a. Temperatur akhir (T2)
b. Volume mula-mula (V1)
c. Volume akhir (V2)
d. Kerja yang dilakukan (W)
e. Panas yang dipindahkan (Q)

Jawab:
a. Temperatur akhir (T2)
1-n 1-n 1-n
( ) ( ) ( )
T.P n = Konstan T 1 P1 n = T 2 P2 n
124

1-n 1-1,25
( ) ( )
P1 n 1 1,25
T2 = T1 ( ) T2 =283. ( ) = 558,7 K
P2 30

b. Volume mula-mula (V1)


P1 .V1 = m.R.T1 m.R.T1
V1 =
P1
Nm
5(kg).287 ( ) .283(K)
kg.K
V1 = = 4,008 m3
N
1(Atm).1,0132.105 ( 2 )
m

c. Volume akhir (V2)


P2 .V2 = m.R.T2 m.R.T2
V2 =
P2
Nm
5(kg).287 ( ) .558,7(K)
kg.K
V2 = = 0,264 m3
5 N
30(Atm).1,0132.10 ( 2 )
m

d. Kerja yang dilakukan (W)


P1 .V1 -P2 .V2
W=
n-1
N N
1(Atm).1,0132.105 ( 2 ) .4,008 (m3 )-30(Atm).1,0132.105 ( 2 ) .0,264 (m3 )
m m
W=
1,25-1
W = - 1.585.440 J = - 1.585,440 kJ

e. Panas yang dipindahkan (Q)


k-n
Q = .W
k-1
1,4-1,25
Q= (-1558,440 kj) = -594,54 kJ
1,4-1

2. Udara pada 300 C dan 1 bar dikompresikan secara politropis dan dapat dibalik
dari 5 m3 menjadi 1 m3. Tentukan temperatur akhir, tekanan akhir, kerja yang
dilakukan, dan panas yang dipindahkan, jika faktor n adalah 1, 1,4 dan 0,9. Bila
diasumsikan bahwa Cp = 1,005 kJ/kgK, Cv = 0,718 kJ/kgK dan faktor K=1,4
125

Jawab:
Diketahui udara sebagai berikut:
T1 : 300 C
P1 : 1 bar (1,0132.105 N/m2)
V1 : 5 m 3
V2 : 1 m 3
n : 1, 1,4 dan 0,9
Cp : 1,0005 kj/kgK
Cv : 0,718 kj/kgK
K : 1,4

Ditanya :
a. Temperatur akhir (T2)
b. Tekanan akhir (P2)
c Kerja yang dilakukan (W)
d. Panas yang dipindahkan (Q)

Jawab :
a. Untuk n = 1 (isothermis)
1) Temperatur akhir (T2)
0
T2 = T1 = 30 C = 303 K

2) Tekanan akhir (P2)


P1 .V1 = P2 .V2
P1 .V1 1(Bar).5(m3 )
P2 = P2 = = 5 Bar
V2 1(m3 )

3) Kerja sistem (W)


V2
W = P1 .V1 .ln ( )
V1
N 5 3
1(m3 )
W = 1(Bar).1,0132.10 ( 2 ) .5(m ).ln ( )
m 5(m3 )
126

= -8,3047.105 J = -830,47 kJ

4) Panas yang dipindahkan (Q).


Karena proses isotermis maka Q = W
Q =-830,47 kJ

b. Untuk n = 1,4 jadi n = K (Adiabatis)


1) Temperatur akhir (T2)
Berdasarkan hukum poison II maka:
T1 . V1 K-1 = konstan T1 . V1 K-1 = T2 . V2 K-1
V1 k-1 V1 k-1
T2 = T1 . ( k-1 ) T2 = T1 . ( )
V2 V2

T2 = 303(K). (5)1,4-1 T2 = 577 K

2) Tekanan akhir (P2)


Berdasarkan hukum poison I maka:
PVK =Konstan P1 . V1 K = P2 . V2 K
V1 k V1 k
P2 = P1 . ( k ) P2 = P1 . ( )
V2 V2

P2 = 1(Bar). (5)1,4 P2 = 9,518(Bar)

3) Kerja sistem (W)


P1 .V1 -P2 .V2
W=
K-1
N N
1(Bar).1,0132.105 ( 2 ) .5(m3 ) -9,518(Bar).1,0132.105 ( 2 ) .1(m3 )
m m
W=
1,4 - 1
W = -11,295.105 J = -1.129,5 kJ

4) Panas yang dipindahkan (Q)


Karena proses adiabatis maka Q = 0

c. Untuk n = 0,9, jadi n = n (Politropis)


1) Temperatur akhir (T2)
127

T1 . V1 n-1 = konstan T1 . V1 n-1 = T2 . V2 n-1


V1 n-1 V1 n-1
T2 = T1 . ( n-1 ) T2 = T1 . ( )
V2 V2

T2 = 303(K). (5)0,9-1 T2 = 255,4 K

2) Tekanan akhir (P2)


n n n
PV =Konstan P1 . V1 = P2 . V2
V1 n V1 n
P2 = P1 . ( n ) P2 = P1 . ( )
V2 V2
P2 = 1(Bar). (5)0,9 P2 = 4,256(Bar)

3) Kerja sistem (W)


P1 .V1 -P2 .V2
W=
n-1
N N
1(Bar).1,0132.105 ( ) .5(m3 ) -1(Bar).9,518(Bar).1,0132.105 ( 2 ) .1(m3 )
m2 m
W=
0,9 - 1
W = 45,776.105 J = 4.577,6 kJ

4) Panas yang dipindahkan (Q)


k-n
Q= .W
n-1
k-n 1,4-0,9
Q= .W= .4.577,6 (kJ) =-22.888,2 (kJ)
n-1 0,9-1

55. Evaluasi.
kJ
a. Suatu gas ideal memiliki panas jenis tekanan konstan 2,14 kgoC dan berat
kg
molekul 16,04 . 7,5 kg dari gas itu dipanaskan dari temperatur ruang
kmol

menjadi 525 K didalam suatu tangki tertutup. (Volume dikondisikan konstan),


128

maka tentukan kerja yang dilakukan oleh gas, perpindahan panas dan
perubahan entalpi yang terjadi.
b. Tentukan panas yang dibutuhkan untuk memanaskan sejumlah udara
pada tekanan konstan 5.105 Pa. Volume awal gas tersebut 20 dm 3 dan terbaca
dalam alat ukur sebesar 4. 10-1 m3, jika faktor K = 1,55.
kJ
c. Suatu gas ideal memiliki panas jenis tekanan konstan 2,85 , , berat
kgo C
kg
molekul 16,04 , 4,977 kg udara dengan tekanan 3.105 Pa, temperatur awal
kmol

adalah temperatur ruangan dipanaskan dan mengembang secara isobaris


sehingga temperaturnya naik menjadi 350C. Tentukan kerja yang dilakukan,
perpindahan energi panas dan perubahan entalpi.
d. 4 kg CH dikompresikan dengan temperatur 700C sampai volumenya
menjadi setengah kali volume mula-mula. Hitung kerja yang dilakukan.
e. 2 kg udara dikompresikan secara perlahan-lahan didalam silinder dari
tekanan 1 Atm, temperatur 300 K, sehingga tekanan akhir 6 bar. Ketika proses
berlangsung panas mengalir ke sekelilingnya dengan kecepatan yang cukup
untuk membuat proses tersebut isotermis. Hitung volume mula-mula,
perubahan energi dalam udara tersebut, kerja yang dilakukan dan besarnya
panas yang dipindah.
f. Bila 500 gram udara dikompresikan secara adiabatis dari tekanan 1 atm
dan temperatur 1970 C sehingga volumenya menjadi 1/13 kali volume mula-
mula. Tentukan tekanan akhir, temperatur akhir, kerja yang dilakukan.
g. 1570 gram udara dengan temperatur mula-mula 350 C dan tekanan mula-
mula 1 bar dikompresikan secara adiabatis sehingga tekanannya naik menjadi
10 bar. Tentukan kerja kompresi bila faktor K= 1,39
h. 5 kg udara dari 280 C dan tekanan 1 atm dikompresikan secara politropis
sehingga tekanannya menjadi 35 atm. Bila faktor exponen adiabatis K = 1,3
dan faktor exponen politropis n = 1,3. Tentukan temperatur akhir, volume
mula-mula, volume akhir, kerja yang dilakukan dan panas yang dipindahkan.

i. Udara pada 350 C dan 1 bar dikompresikan secara politropis dan dapat
dibalik dari 5987 dm3 menjadi 1 m3. Tentukan temperatur akhir, tekanan akhir,
kerja yang dilakukan, dan panas yang dipindahkan, jika faktor n adalah 1, 1,4
129

dan 0,9. Bila diasumsikan bahwa Cp = 1,005 kJ/kgK, Cv = 0,717 kJ/kgK dan
faktor K=1,4
𝑘𝐽
j. Suatu gas ideal memiliki panas jenis tekanan konstan 3,14 𝑘𝑔𝑜 𝐶 dan berat
𝑘𝑔
molekul 16,04 . 6,5 kg dari gas itu dipanaskan dari temperatur ruang
𝑘𝑚𝑜𝑙

menjadi 600 K didalam suatu tangki tertutup. (Volume dikondisikan konstan),


maka tentukan kerja yang dilakukan oleh gas, perpindahan panas dan
perubahan entalpi yang terjadi.

BAB VIII

SIKLUS DAYA GAS


130

56. Umum. Sklus daya gas merupakan siklus thermodinamika yang


memanfaatkan perilaku perubahan sifat dari gas. Ada beberapa hal yang harus
dikondisikan akan didapatkan data untuk kondisi yang lainnya.

57. Konsep Dasar Siklus Daya Gas. Sebagian besar perangkat produksi
beroperasi dengan siklus daya gas, serta mempelajari siklus daya gas adalah bagian
yang menarik dan penting dari termodinamika. Siklus yang sebenarnya sulit untuk
dianalisis karena beberapa efek, seperti gesekan, dan tidak adanya cukup waktu
untuk mengkondisikan keadaan selama siklus.

a. Siklus Aktual Dan Ideal. Untuk membuat analisis dari siklus yang sesuai,
kita harus menjaga beberapa keadaann dan idealisasi. Siklus aktual adalah
terdiri dari semua proses internal irreversibilitas dan hubungan yang sangat
komplek, serta berakhir dengan siklus yang menyerupai siklus yang
sebenarnya tetapi terdiri sepenuhnya dari proses internal reversibel. Siklus
tersebut disebut siklus yang ideal.

Gambar 8.1. Siklus Aktual dan Siklus Ideal

Siklus yang dipelajari adalah siklus ideal dimana analisisnya berlaku juga pada
siklus aktual.

b. Efisiensi Thermal. Efisiensi thermal dari siklus Otto, siklus ideal untuk
motor dengan sistem pengapian dengan meningkatkan perbandingan kompresi,
131

hal ini juga berlaku untuk siklus aktual pada mesin yang sebenarnya. Mesin
panas dibuat untuk mengkonversi energi panas yang diubah menjadi kerja, dan
besarnya kerja dari sebuah mesin panas dinyatakan sebagai efisiensi termal,
merupakan rasio dari usaha bersih yang dihasilkan oleh mesin dan total panas
yang masuk ke sistem.

Wnet wnet
ηth = atau ηth =
Qin qin

Mesin panas yang beroperasi pada siklus reversibel seluruhnya, misalnya


siklus Carnot, memiliki efisiensi panas tertinggi dari semua mesin panas yang
operasi diantara suhu yang sama. Artinya, tidak ada yang dapat
mengembangkan siklus yang lebih efisien daripada siklus Carnot.
Keadaan yang perlu di pahami sebagai berikut:

1) Siklus tidak ada gesekan apapun. Fluida kerja tidak mengalami


penurunan tekanan ketika mengalir didalam pipa atau peralatan penukar
panas.
2) Semua proses kompresi dan ekspansi berlangsung pada keadaan
kuasi seimbang.
3) Pipa-pipa yang digunakan pada sistem tersebut terisolasi dengan
baik, dan perpindahan panasnya diabaikan.

Penyederhanaan yang dipakai dalam siklus analisis daya untuk


perubahan energi kinetik dan potensial yang bekerja pada cairan biasa
diabaikan. Asumsi yang lazim yang digunakan untuk peralatan yang bekerja
dengan kerja poros, seperti turbin, kompresor, dan pompa, istilah energi kinetik
dan potensial biasanya relatif sangat kecil dalam persamaan energi.
Kecepatan aliran fluida pada kondensor, boiler, dan ruang karburasi
biasanya sangat rendah, dan aliran fluida sedikit mengalami perubahan dalam
kecepatannya sehingga perubahan energi kinetik diabaikan.
Peralatan yang mengubah energi kinetik yang sangat signifikan seperti nozel
dan diffusers, yang secara khusus dirancang untuk membuat perubahan besar
dalam kecepatan aliran fluidanya sehingga akan mengubah energi kinetiknya.
132

c. Diagram P-V dan T-s. Diagram P-V dan T-s memberi gambaran bahwa
daerah yang tertutup oleh garis merukan daerah kerja yang dilakukan oleh
sistem.

Gambar 8.2. Diagram P-V dan T-s.

Diagram T-s sebagai alat bantu visual untuk analisis siklus daya yang
ideal. Sebuah siklus daya ideal tidak melibatkan irreversibilitas internal,
sehingga salah satu efeknya untuk mengubah entropi fluida kerja selama
proses adalah transfer panas. Pada diagram T-s, proses penambahan panas
berlangsung dengan tujuan meningkatkan entropi, sebuah proses isentropik
(internal reversibel, adiabatis) yang tidak menerima panas dan terjadi
penurunan entropi. Proses berlangsung pada entropi konstan.

Daerah di bawah kurva proses pada diagram T-s merupakan transfer


panas pada proses tersebut. Daerah di bawah selain proses panas pada
diagram T-s merupakan ukuran geometris dari total panas diberikan selama
siklus (qin), dan daerah di bawah yang melepaskan panas pada proses tersebut
merupakan ukuran dari panas total yang keluar (qout).
Perbedaan antara keduanya adalah transfer panas bersih, yang
merupakan usaha bersih yang mampu dihasilkan selama siklus. Pada diagram
133

T-s merupakan perbandingan daerah tertutup pada kurva siklik dengan daerah
di bawah kurva proses panas. Selain mewakili efisiensi termal dari siklus,
modifikasi yang meningkatkan rasio dari kedua daerah juga akan meningkatkan
efisiensi termal dari siklus. Meskipun fluida kerja dalam siklus daya yang ideal
beroperasi pada kurva tertutup, jenis proses individual yang terdiri dari siklus
tergantung pada perangkat itu sendiri yang digunakan untuk menghilangkan
siklus.
Siklus Rankine adalah siklus yang ideal untuk pembangkit tenaga uap, fluida
kerja mengalir melalui serangkaian peralatan pengkondisian aliran seperti turbin dan
kondensor. Siklus Otto, yang merupakan siklus ideal untuk mesin penyalaan busi,
fluida kerja secara bergantian diperluas dan dikompresi dalam silinder piston. Oleh
karena itu, persamaan yang berkaitan dengan sistem aliran tunak harus digunakan
dalam analisis siklus Rankine, dan persamaan yang berkaitan untuk sistem tertutup
harus digunakan dalam analisis siklus Otto.

58. Asumsi Siklus Udara Standart. Uktuk menganalisis proses yang


sebenarnya terjadi (aktual) sangatlah sulit, namun untuk mempermudah
menganalisisnya dapat dilakukan dengan langkah membatasi siklus berlangsung
hanya pada siklus tenaga pada gas ideal.

a. Peranggapan Siklus. Untuk melakukan analisis termodinamika pada


mesin pembakaran dalam, penyederhaan diperlukan. Salah satu prosedur
adalah dengan menggunakan analisis standar-udara yang mempunyai kondisi-
kondisi berikut :

1) Fluida kerja adalah sejumlah tetap udara yang dimodelkan sebagai


gas ideal dan berlaku persamaan untuk gas ideal.

P.V = m.R.T

2) Proses pembakaran diganti dengan penambahan panas dari luar


3) Proses pengeluaran panas dipakai sebagai kondisi pada keadaan
semula
134

4) Tidak ada proses pembuangan dan pemasukan sebagaimana yang


ada pada mesin sebenarnya. Proses diselesaikan dengan proses
perpindahan kalor pada volume konstan yang terjadi ketika piston berada
pada TMB. Cp dan Cv konstan selama proses berlangsung pada
temperatur kamar.

kJ
Cp = 0,716 ( )
Kg.K
kJ
Cv = 1 ( )
Kg.K

5) Semua proses secara internal adalah reversibel.


Dengan analisis standar udara, tidaklah penting untuk langsung berurusan
dengan proses pembakaran yang kompleks dan rumit atau perubahan
komposisi pembakaran.

b. Langkah-langkah Motor Bakar. Langkah-langkah pada motor bakar


sebagai berikut:
1) Langkah hisap.Langkah hisap terjadi ketika piston bergerak ke TMB
dan katup masuk terbuka. Gas dihisap ke dalam silinder. Pada mesin
bensin, gas berupa campuran udara dengan bahan bakar, sedangkan
pada mesin diesel hanya udara yang dihisap.
2) Langkah kompresi. Langkah kompresi terjadi ketika kedua katup
menutup, piston bergerak ke TMA sehingga menaikkan suhu dan tekanan
gas. Proses ini membutuhkan kerja kepada piston.
135

Gambar 8.3. Langkah Kompresi

3) Langkah kerja. Langkah kerja adalah terjadinya reaksi pembakaran


di volume celah yang menghasilkan campuran gas yang mempunyai suhu
dan tekanan tinggi.

Gambar 8.4. Langkah Kerja (pemasukan panas)

4) Langkah pembakaran. Langkah pembakaran dimulai dekat ujung


langkah kompresi pada mesin bensin dengan bantuan busi. Pada mesin
diesel, pembakaran dimulai dengan menginjeksikan bahan bakar ke udara
kompresi yang panas. Hasil pembakaran akan menghasilkan tenaga dan
mendorong piston ke TMB.
136

Gambar 8.5. Langkah Pembakaran

5) Langkah buang. Langkah buang adalah langkah piston mendorong


gas sisa bahan bakar keluar dari silinder melalui katup buang dimana
piston bergerak menuju TMA.

Gambar 8.6. Langkah Pembuangan Kalor

Pada mesin dua langkah, yang biasanya banyak digunakan pada mesin kecil,
langkah hisap, kompresi, ekspansi (kerja) dan buang dilakukan pada satu
putaran poros engkol.
137

c. Karakteristik Motor Bakar Torak. Salah satu kegunaan penting dari


thermodinamika adalah untuk mempelajari alat peralatan yang menjalani siklus
untuk menghasilkan tenaga, misal mesin tomotif.

Gambar 8.7. Motor Torak

1) Langkah (stroke). Langkah (stroke) adalah jarak piston bergerak


dalam satu arah. Piston dikatakan berada pada titik mati atas /TMA (top
dead center / TDC) ketika bergerak ke posisi dimana volume silinder
paling kecil/minimum. Volume minimum ini disebut volume celah
(clearance volume / Vc). Ketika piston bergerak ke posisi volume
maksimum maka piston berada pada Titik Mati Bawah/TMB (bottom dead
center / BDC).
2) Volume langkah/sapuan (swept volume). Volume langkah/sapuan
(swept volume) adalah volume sapuan piston ketika bergerak dari TMA ke
TMB.
3) Rasio Kompresi (compression ratio). Rasio Kompresi (compression
ratio), r, didefinisikan sebagai volume pada TMB dibagi dengan volume
pada TMA.
Gerak bolak balik piston dirobah ke gerak putar dengan mekanisme engkol
(crank). Pada mesin empat langkah, piston menjalani empat langkah didalam
silinder untuk dua putaran poros engkol.
138

59. Evaluasi.
a. Jelaskan siklus ideal dan aktual pada siklus daya gas.
b. Sebutkan dan jelaskan asumsi-asumsi siklus udara standart.
c. Jelaskan cara kerja motor bakar.
d. Jelaskan karakterikstik motor torak.
139

BAB IX

SIKLUS OTO

60. Umum. Siklus Otto adalah idealisasi dari siklus yang digunakan pada motor-
motor bakar yang memakai busi. Siklus udara standar Otto merupakan siklus ideal
yang mengasumsikan penambahan kalor terjadi secara spontan pada kedudukan
piston di TMA. Siklus Otto diperlihatkan pada gambar dibawah dan ditunjukkan oleh
diagram p - v dan T - s. Siklus terdiri dari 4 proses reversibel internal yang
berurutan.

Gambar 9.1. Siklus Otto ideal


140

61. Proses-proses pada siklus Otto. Proses-proses yang terjadi pada siklus
Otto sebagai berikut :

a. Proses 1 – 2 (Kompresi). Proses 1 - 2 merupakan langkah kompresi


isentropik udara ketika piston bergerak dari BDC ke TDC. Sehingga dengan
menggunakan hukum Poison II sebagai berikut :

TVk-1 = C T1 .V1 k-1 = T2 .V2 k-1


V1 k-1 V1
T2 = T1 . ( ) rv = ( )
V2 V2
T2 = T1 .rv k-1

b. Proses 2 – 3 (Pembakaran). Proses 2 - 3 merupakan perpindahan kalor


ke udara pada volume konstan yang diambil dari sumber luar ketika piston
berada pada TDC. Proses ini dimaksudkan untuk mewakili proses pembakaran
campuran udara-bahan bakar.

P m.R P
P.V = m.R.T = = Konstan
T V T
P2 P3 P3
= T3 = T2 . ( )
T2 T3 P2

c. Proses 3 - 4 (Kerja). Proses 3 - 4 adalah proses ekspansi isentropik


(langkah kerja).
1) Berdasarkan hukum poisson II :
T.Vk-1 = C T3 .V3 k-1 = T4 .V4 k-1
V3 k-1
T4 = T3 . ( )
V4

2) Berdasarkan hukum poisson I :


P.Vk = C P3 .V3 k = P4 .V4 k
V3 k
P4 = P3 . ( )
V4
141

d. Proses 4 – 1 (Buang). Proses 4 – 1 adalah proses volume konstan


dimana kalor dibuang dari udara ketika piston berada pada BDC.

Siklus standar udara Otto terdiri dari proses reversibel, maka luas daerah pada
diagram T - s dan p-v masing-masing bisa dinterpretasikan sebagai kalor dan kerja.

Proses Panas (Q) Kerja (W)


Proses 1-2 Adibatis Q=0 W =-m.Cv .(T2 - T1 )
Proses 2-3 Isochoris Q = m.Cv .(T3 -T2 ) W=0
Proses 3-4 Adiabatis Q=0 W = m.Cv .(T3 - T4 )
Proses 4-1 Isochoris Q = - m.Cv .(T4 -T1 ) W=0

Gambar 9.2. Siklus Motor Bakar Bensin


142

Gambar 9.3. Siklus Otto aktual

62. Effisiensi termis. Effisiensi termis dari siklus baku udara otto sebagai berikut:

Kerja bersih persiklus m.Cv .(T3 -T2 ) - m.Cv .(T4 -T1 )


ηOtto = =
Panas masuk persiklus m.Cv .(T3 -T2 )

Karena proses adiabatis maka proses sebagai berikut:


143

Sesuai dengan hukum poison II maka:

V1 k-1 T2 V1 k-1
T2 = T1 . ( ) =( )
V2 T 1 V2
V4 k-1 T3 V4 k-1
T3 = T4 . ( ) = ( )
V3 T4 V3
T2 T3 T4 T3 T4 T1 T3 T2
= -1= -1 - = -
T1 T4 T1 T2 T1 T1 T2 T2
T4 - T1 T3 -T2 T4 - T1 T1 T4
= = =
T1 T2 T3 - T2 T2 T3
T 4 - T1 T1
ηotto =1- ηotto =1-
T 3 - T2 T2
T4 1
ηotto =1- ηotto =1-
T3 rk-1
v

Gambar 9.4. Hubungan antara Rasio Kompresi dan Efisiensi Pada Motor Otto
144

63. Tekanan Efektif Rata-rata. Selain effisiensi termis, parameter yang digunakan
untuk menerangkan unjuk kerja mesin bolak-balik adalah mean effective pressure
(MEP) atau tekanan efektif rata-rata. Tekanan efektif rata-rata (TER) adalah tekanan
konstan teoritis yang apabila terjadi pada piston selama langkah kerja, akan
menghasilkan kerja bersih yang sama besarnya dengan kerja yang dihasilkan satu
siklus

TER= f (satuan volume silinder) WPersiklus =TER. A.L


WPersiklus =TER. V𝐿
WPersiklus
TER=
V𝐿

Gambar 9.4. Grafik Hubungan Antara Tekanan Efektif Rata-rata (TER) dengan
Volume Silinder
145

Vl = V1 - V2 V2 = V3 = Vc

Vc dinyatakan % terhadap volume langkah (C)

Vc =C.Vl rv = Vl +Vc V1 Vl + Vc
rv = =
V2 Vc
Vl +C.Vl 1+c
rv = =
C.Vl C

Contoh :
Sebuah siklus otto, mengkompresikan sejumlah udara dengan tekanan 1 atm dan
250C. Perbandingan kompresi 7 dan tekanan akhir pemasukan panas (pembakaran)
sebesar 18 Atm, k= 1,4. Tentukan temperatur dan tekanan akhir langkah kompresi,
temperatur pemasukan panas, temperatur dan tekanan akhir langkah ekspansi dan
efisiensi termis siklus dari otto tersebut.

Jawab :

Diketahui:
Udara dikompresi
T1 : 250C
P1 : 1 Atm
P3 : 18 Atm
V1
rv = :7
V2
K : 1,4
146

Ditanyakan :
a) Temperatur akhir kompresi (T2) dan tekanan akhir kompresi (P2)
b) Temperatur akhir pemasukan panas (T3)
c) Temperatur akhir langkah ekspansi (T4) dan tekanan akhir langkah
ekspansi (P4).
d) Effisiensi otto (ηotto)

Jawab :
a) Temperatur akhir kompresi (T2) dan tekanan akhir kompresi (P2)
1) Berdasarkan hukum poisson II :
T.Vk-1 = C T1 .V1 k-1 = T2 .V2 k-1
V1 k-1
T2 = T1 . ( ) T2 = 298(K).(7)1,4-1
V2
T2 = 649,02 (K)= 649 (K)

2) Berdasarkan hukum poisson I :


P.Vk = C P1 .V1 k = P2 .V2 k
V1 k
P2 = P1 . ( ) P2 = 1(Atm).(7)1,4
V2
P2 = 15,24 (Atm)

b) Temperatur akhir pemasukan panas (T3)


P m.R P
P.V = m.R.T = = Konstan
T V T
P2 P3 P3
= T3 = T2 . ( )
T2 T3 P2
18(Atm)
T3 = 649 (K). ( ) =766,29 K
15,24(Atm)
147

c) Temperatur akhir langkah ekspansi (T4) dan tekanan akhir langkah


ekspansi (P4).
1) Berdasarkan hukum poisson II :
T.Vk-1 = C T3 .V3 k-1 = T4 .V4 k-1
V3 k-1 1 1,4-1
T4 = T3 . ( ) T4 = 766(K). ( )
V4 7
T4 = 351,84 K

2) Berdasarkan hukum poisson I :


P.Vk = C P3 .V3 k =P4 .V4 k
V3 k 1 1,4
P4 = P3 . ( ) P4 = 18 (Atm). ( ) =1,18 Atm
V4 7

d) Effisiensi otto (ηOtto)


T4
ηth Otto = 1-
T3
351,86 (K)
ηth Otto =1- X 100%=54,08 %
766,29 (K)

64. Evaluasi.
a. Jelaskan proses thermodinamik pada siklus otto.
b. Sebuah siklus otto, mengkompresikan sejumlah udara dengan tekanan 1
Kg/cm2 dan 800 F. Perbandingan kompresi 8 dan tekanan akhir pemasukan
panas (pembakaran) sebesar 18 Atm, k= 1,35.
Hitung:
1) Temperatur dan tekanan akhir langkah kompresi.
2) Temperatur pemasukan panas.
3) Temperatur dan tekanan akhir langkah ekspansi.
4) Efisiensi termis siklus dari otto tersebut.
148

BAB X

SIKLUS DIESEL

65. Umum. Siklus diesel adalah idealisasi dari mesin dengan pengapian kompresi
(compression igbitions engine). Cara lain untuk menyalakan proses pembakaran
pada motor bakar torak dengan menaikkan temperatur akhir kompresi diatas
temperatur pembakaran, sehingga bahan bakar dapat terbakar atau menyala dengan
sepontan tanpa adanya sumber pengapian dari luar seperti otto. Siklus ideal dengan
mengasumsikan penambahan kalor terjadi selama proses tekanan konstan yang
dimulai ketika piston berada pada TMA. Siklus Diesel diperlihatkan pada diagram p -
v dan T - s. Siklus terdiri dari empat proses reversibel.

Gambar 10.1. Siklus Diesel


149

66. Proses-proses siklus diesel. Proses yang terjadi pada siklus diesel sebagai
berikut:

a. Proses 1 - 2 (kompresi). Proses 1 - 2 adalah kompresi isentropik /


adiabatis. Sehingga dengan menggunakan hukum Poison II sebagai berikut :

TVk-1 = C T1 .V1 k-1 = T2 .V2 k-1


V1 k-1 V1
T2 = T1 . ( ) rv = ( )
V2 V2
T2 = T1 .rv k-1

b. Proses 2 - 3 (kerja). Proses 2 - 3 merupakan langkah kerja pertama


dimana kalor dipindahkan ke fluida kerja pada tekanan konstan. Proses 2-3
juga merupakan proses pemasukan panas secara isobaris, sehingga diperoleh
suatu hubungan sebagai berikut :

V V2 V3
=C =
T T2 T3
V3 V
T3 = T2 . ( ) rc = ( 3 )
V2 V 2

T3 = T2 .rc T3 = T1 .rv k-1 .rc

rc merupakan perbandingan pancung (Cut of ratio)


150

c. Proses 3 - 4 (kerja). Proses 3 - 4 adalah ekspansi isentropik yang


merupakan lanjutan langkah kerja. Proses 3-4 merupakan proses ekspansi
yang berlangsung secara adiabatis, sehingga dengan menggunakan hukum
Poisson II diperoleh hubungan sebagai berikut:

TVk-1 = C T3 .V3 k-1 = T4 .V4 k-1


V3 k-1
T4 = T3 . ( ) V4 = V1
V4
V3 k-1
T4 = T3 . ( )
V1
V3 V2 V3 V2 V3 V1 V3 rc
. = . rc = rv = =
V1 V2 V2 V1 V2 V2 V1 rv
rc k-1 rc k-1
T4 = T3 . ( ) T4 = T1 .rv k-1 .rc . ( )
rv rv
T4 = T1 .rc k

d. Proses 4 – 1 (buang). Proses 4 – 1 adalah siklus berakhir pada volume


konstan yaitu dimana kalor dilepaskan ke udara ketika piston berada pada
posisi TMB.

Proses Panas (Q) Kerja (W)

1-2 (Kompresi adiabatis) Q=0 W = -m. Cv (T2 - T1 )


2-3 (Pemasukan panas Q = m. Cp (T3 - T2 ) W = m. R (T3 - T2 )
Isobaris)
3-4 (Ekspansi adiabatis) Q=0 W = m. Cv (T3 - T4 )
4-1 (Pengeluaran panas Q = -m. Cv (T4 - T1 ) W=0
isochoris)
151

67. Effisiensi diesel. Effisiaensi diesel dapat dihitung berdasarkan persamaan :

Qm = m. Cp (T3 - T2 ) Qk = -m. Cv (T4 - T1 )


W = Qm - Qk W= m. Cp (T3 - T2 )- m. Cv (T4 - T1 )
W m. Cp (T3 - T2 )- m. Cv (T4 - T1 )
ηdiesel = ηdiesel =
Qm m. Cp (T3 - T2 )
(T4 - T1 )
ηdiesel = 1-
k.(T3 - T2 )
(T4 - T1 )
ηdiesel = 1-
k.(T3 - T2 )

maka :
(T1 .rc k - T1 )
ηdiesel = 1-
k.(T1 .rv k-1 .rc - T1 .rv k-1 )
T1 (rc k - 1)
ηdiesel = 1-
k.T1 .rv k-1 .(rc -1)
1 rc -1
ηdiesel = 1- .[ ]
(rv k-1 ) k(rc -1)

68. Perbandingan antara otto dan diesel. Perbandingan antara otto dan diesel
menunjukan bahwa:
a. Untuk perbandingan kompresi yang sama memiliki efisiensi siklus baku
rc -1
diesel lebih rendah dari efisiensi siklus otto, karena nilai selalu lebih besar
k(rc -1)

dari 1.
b. Bila rc =1 maka effisiensi siklus baku udara diesel sama dengan otto
c. Semakin besar perbandingan pancung (rc) akan semakin rendah efisiensi
baku diesel tersebut.

Pengaruh rc dan rv, terhadap ηd dapat dilihat grafik berikut:


152

Gambar 10.2. Grafik Hubungan Antara rv, rc dan ηd

Contoh soal:
Sebuah siklus baku diesel, mengkompresikan sejumlah udara dengan temperatur
dan tekanan ruang, jika perbandingan kompresi siklus baku diesel tersebut 12,
dengan perbandingan pancung 2, dan perbandingan panas jenis 1,4, maka hitunglah
temperatur dan takanan akhir kompresi, temperatur akhir pemasukan panas,
temperatur dan tekanan akhir langkah ekspansi serta effisiensi termis siklus baku
disesel tersebut.

Jawab:
153

Diketahui :
T1 : 270C
P1 : 1 Atm
V1
rv = : 12
V2
V3
rc = :2
V2
K : 1,4

Ditanyakan :
a) Temperatur akhir kompresi (T2) dan tekanan akhir kompresi (P2)
b) Temperatur akhir pemasukan panas (T3)
c) Temperatur akhir langkah ekspansi (T4) dan tekanan akhir langkah
ekspansi (P4).
d) Effisiensi diesel (ηd)

Jawab :
a) Temperatur akhir kompresi (T2) dan tekanan akhir kompresi (P2)
1) Berdasarkan hukum poisson II :
T.Vk-1 =C T1 .V1 k-1 =T2 .V2 k-1
V1 k-1
T2 = T1 . ( ) T2 = 300(K).(12)1,4-1
V2
T2 = 810,58 (K)= 811 (K)

2) Berdasarkan hukum poisson I :


P.Vk =C P1 .V1 k =P2 .V2 k
V1 k
P2 = P1 . ( ) P2 = 1(Atm).(12)1,4
V2
P2 = 32,42 (Atm)
154

b) Temperatur akhir pemasukan panas (T3)


V m.R
P.V=m.R.T = V.T = C
T P
V2 V3 V1
= T2 = T3 . ( ) T2 = 811(K).(2) = 1622 (K)
T2 T3 V2

c) Temperatur akhir langkah ekspansi (T4) dan tekanan akhir langkah


ekspansi (P4).
1) Berdasarkan hukum poisson II :
T4 = T1 .rc k
T4 = 300 (K).21,4
T4 = 791,7 (K)=792 (K)

2) Berdasarkan hukum poisson I :


P.Vk = C P3 .V3 k = P4 .V4 k
V3 k
P4 = P3 . ( ) P3 = P2
V4
V2 rc
=
V3 rv
rc k
P4 = P3 . ( )
rv
2 1,4
P4 = 32,4 (Atm). ( ) =2,637 (Atm)=2,6 (Atm)
12

d) Effisiensi diesel (ηd)


T4 - T3
ηth diesel = 1-
k.(T3 - T2 )
792 (K)- 300(K)
ηth diesel = 1- X 100%=56,7 %
1,4.(1622 (K)- 811(K))
155

69. Evaluasi.
a. Jelaskan langkah-langkah atau proses thermodianmika pada silkus motor
diesel.
b. Sebuah siklus baku diesel, mengkompresikan sejumlah udara dengan
temperatur dan tekanan ruang, jika perbandingan kompresi siklus baku diesel
tersebut 13,25, dengan perbandingan pancung 2,5, dan perbandingan panas
jenis 1,3.
Hitunglah:
1) Temperatur dan takanan akhir kompresi
2) Temperatur akhir pemasukan panas
3) Temperatur dan tekanan akhir langkah ekspansi
4) Effisiensi termis siklus baku disesel tersebut.
156

BAB XI

SIKLUS DUAL

70. Umum. Siklus secara teoritis yang lebih mendekati perilaku mesin mesin
dengan pengapian kompresi modern adalah siklus dual. Siklus ini merupakan
gabungan dari siklus otto dan siklus diesel. Siklus ini terjadi pemasukan panas dua
kali.

Gambar 11.1. Siklus Dual

71. Proses-proses pada siklus dual. Proses yang terjadi pada siklus dual sebagai
berikut:
a. Proses 1-2 (kompresi). Proses 1-2 adalah kompresi isentropik. Proses
pada siklus dual merupakan proses adiabatis, sesuai dengan hukum poison II
maka :

V1 k-1
T2 = T1 . ( ) T2 = T1 . (rv )k-1
V2
157

b. Proses 2-3 (penambahan kalor awal). Proses 2-3 adalah penambahan


kalor pada volume konstan. Proses pada siklus dual merupakan proses
isochoris, sehingga :

P
P.V = m.R.T =C
T
P2 P3 P3
= T3 = T2 ( )
T2 T3 P2
P3
= disebut perbandingan tekanan (rp )
P2
T3 = T2 . rp T3 = T1 . (rv )k-1 . rp

c. Proses 3-4 (penambahan kalor akhir). Proses 3-4 adalah penambahan


kalor pada tekanan konstan. Proses ini juga merupakan langkah pertama dari
langkah kerja. Proses pada siklus dual merupakan proses isobaris, sehingga :

V
P.V = m.R.T =C
T
V3 V4 V4
= T4 = T3 ( )
T3 T4 V3
V4
= disebut perbandingan volume (rv )
V3
T4 = T3 . rv T4 = T1 . (rv )k-1 . rp . rv

Proses pemasukan panas terjadi pada proses 2-3 dan 3-4 sehingga besarnya
pemasukan panas (Qm) sebagai berikut :

Qm = m. Cv (T3 - T2 )+m. Cp (T4 - T3 )


158

d. Proses 4-5 (kerja). Proses 4-5 adalah langkah kerja isentropik. Proses
pada siklus dual merupakan proses ekspansi adiabatis, sehingga :

V4 k-1
T5 = T4 . ( )
V5
V4 V4 V3 V4 V5 V4 V2 rc
Dimana : = . = . = . =
V5 V5 V3 V3 V3 V3 V1 rv
rc k-1 rc k-1
T5 = T4 . ( ) T5 = T1 . (rv )k-1 . rp . rv . ( )
rv rv
T5 = T1 . rp .rc k

e. Proses 5-1 (buang). Proses 5-1 adalah siklus diselesaikan proses berupa
proses pelepasan kalor. Proses pengeluaran panas terjadi pada prose 5-1
sehingga besarnya pengeluaran panas (Qk) sebagai berikut :

Qk = m. Cv (T5 - T1 )

Proses Panas (Q) Kerja (W)

1-2 Kompresi adiabatis Q=0 W = -m. Cv (T2 - T1 )


2-3 Pemasukan panas Q = m. Cv (T3 - T2 ) W=0
isochoris
3-4 Pemasukan panas Q = m. Cp (T4 - T3 ) W = m. R (T4 - T3 )
isobaris
4-5 Ekspansi adiabatis Q=0 W = m. Cv (T4 - T5 )
5-1 Pengeluaran panas Q = -m. Cv (T5 - T1 ) W=0
isochoris

f. Kerja (W). Kerja bersih (W) yang sama dengan panas bersih sebagai
berikut:

W = m. Cv (T3 - T2 )+ m. Cp (T4 - T3 )- m. Cv (T5 - T1 )


159

72. Effisiensi Siklus Dual. Besarnya effisiensi siklus dual sebagai berikut:

m. Cv (T3 - T2 )+ m. Cp (T4 - T3 )- m. Cv (T5 - T1 )


ηdual =
m. Cv (T3 - T2 )+ m. Cp (T4 - T3 )
(T5 - T1 )
ηdual = 1-
(T3 - T2 )+ k.(T4 - T3 )

Efisiensi dual bentuk lain dalam siklus dual sebagai berikut:

(T5 - T1 )
ηdual = 1-
(T3 - T2 )+ k.(T4 - T3 )
r k-1
[T1 . (rv )k-1 . rp . rv . (rc ) - T1 ]
v
ηdual = 1-
[T1 . (rv ) . rp - T1 . (rv ) ]+ k.[T1 . (rv )k-1 . rp . rv - T1 . (rv )k-1 . rp ]
k-1 k-1

1 rp .rc k -1
ηdual = 1- [ ]
rv k-1 k.rp (rc -1)+ rp -1

Catatan :
Bila rp = 1 ηdual = ηdiesel
Bila rc = 1 ηdual = ηOtto

Untuk perbandingan kompresi dan panas masuk yang sama, dari ketiga siklus
efisiensi tertinggi adalah siklus Otto, kemudian siklus Dual dan akhirnya siklus diesel.
Inilah alasan utama mengapa mesin-mesin denga pengapian kompresi modern
direncanakan untuk bekerja lebih mendekati siklus Otto atau Dual.
160

Contoh.
Sebuah siklus baku dual mengkompresikan 1 kg udara dari 1 bar dan 55 0C. Perban-
dingan kompresi (rv) 11, perbandingan tekanan (rp) 1,5 dan perbandingan pancung
(rc) = 1,6, nilai K = 1,4, Cp = 1 kJ/kg K dan Cv = 0,716 kJ/kg K. Hitung prosentase
clrearence, tekanan, volume dan temperatur setiap titik pada siklus, panas masuk,
panas keluar, kerja yang dilakukan, efisiensi termis dan tekanan rata-rata.
Jawab:

Diketahui:
Sebuah siklus dual (udara):
𝑚 : 1 kg
𝑃1 : 1 Bar (105 pa)
𝑇1 : 550C (328 K)
V5
rv = : 11
V3
P3
rp = : 1,5
P2
V4
rc = : 1,6
V3
K : 1,4
Cp : 1 kJ/kg.K
Cv : 0,716 kJ/kg.K
161

Ditanyakan :
a) Prosentase clrearence (C)
b) Tekanan (P), Volume (V) dan Temperatur (T) setiap titik pada siklus
c) Panas masuk (Qm)
d) Panas keluar (Qk)
e) Kerja yang dilakukan (W)
f) Efisiensi termis (ηdual)
g) Tekanan rata-rata (TER)

Jawab :
a) Prosentase clrearence (C)
C+1
rv =
c
C+1
11= 11.c = C+1
c
10.c = 1
1
c= . 100% = 10%
10

b) Tekanan (P), Volume (V) dan Temperatur (T) setiap titik pada siklus
1) Keadaan I
P1 = 1 Bar (105 Pa) T1 = 328 K
m.R1 .T1
P1 .V1 = m.R1 .T1 V1 =
P1
kJ
1 (kg).(1-0,716) ( ) .328(K)
kg.K
V1 =
105 (Pa)
kNm
1 (kg).(1-0,716) ( ) .328(K)
kg.K
V1 =
kN
105 ( 2 )
m
V1 = 0,9315 (m3 )
162

V1 V1
rv = V2 =
V2 rv
0,9315
V2 = =0,0847 (m3 )
11
2) Keadaan II

Hukum Poison I
P.Vk =C P1 .V1 k =P2 .V2 k
P1 .V1 k
P2 =
V2 k
P2 =1 (Bar).(11)1,4 =28,7 (Bar)

Hukum Poison II
T.Vk-1 =C T1 .V1 k-1 =T2 .V2 k-1
V1 k-1
T2 = T1 . ( )
V2
T2 = 328 (K).(11)1,4-1
T2 = 328 (K).(11)0,4 =856 K

3) Keadaan III
P3
rp = P3 = rp .P2
P2
P3 = 1,5 . 28,7 (Bar)= 43,05 (Bar)

V3 = V2 =0,0847 (m3 )
P
P.V = m.R.T = C (Isochoris)
T
P2
T3 = T2 . ( )
P3
T3 = 856 (K).1,5 = 1284 (K)
163

4) Keadaan IV
P4 = P3 = 43,05 (Bar)
V4
rv = V4 = rv .V3
V3
V4 = 1,6 . 0,0847 (m3 ) = 0,1355 (m3 )
V
P.V = m.R.T = C (Isobaris)
T
V3 V 4
=
T3 T4
V4
T4 = T3 ( )
V3
T4 = 1284 (K).1,6 = 2058,4 K

5) Keadaan V.

V5 = V1 = 0,9315 (m3 )

Poison I
P.Vk = C P4 .V4 k = P5 .V5 k
V4 k rc k
P5 = P4 ( ) P5 = P 4 ( )
V5 rv

1,6 1,4
P5 = 43,05 (Bar) ( ) = 2,9 (Bar)
11

Poison II
T.Vk-1 = C T4 .V4 k-1 = T5 .V5 k-1
V4 k-1 rc k-1
T5 = T4 ( ) T5 = T4 ( )
V5 rv

1,6 1,4
T5 = 2054,4(K) ( ) = 950 K
11
164

c) Panas masuk (Qm)


Qin = Qin 1 + Qin 2
Qin = m.Cv .(T3 - T2 )+ m.Cp .(T4 - T3 )
kJ kJ
Qin = 1 (kg).0,716 ( ) .(1284- 856)(K)+1 (kg).1 ( ) .(2054,8- 1284)(K)
kg.K kg.K
Qin = 1076,9 K

d) Panas keluar (Qk)


Qout = m.Cv .(T5 - T1 )
kJ
Qout = 1 (kg).0,716 ( ) .(950- 328)(K) = 445,35 kJ
kg.K

e) Kerja yang dilakukan (W)


W= Qin +Qout
W = (1076,9-445,35)(kJ) = 631 kJ

f) Efisiensi termis (ηdual)


W
ηdual =
Qin
631 (kJ)
ηdual = =0,586=58,6%
1076,9 (K)

g) Tekanan rata-rata (TER)


W
TER=
V1 - V2
631 (kJ) kJ
TER= 3
=745,8 ( 3 ) =745,8 kPa
(0,9315- 0,0847)(m ) m

J
Catatan Pa= m3
165

73. Evaluasi.
a. Jelaskan proses-proses siklus dual.
b. Jelaskan mengapa dikatakan siklus dual.
c. Sebuah siklus baku dual mengkompresikan 0,9 kg udara dari 1 bar dan
570C. Perbandingan kompresi (rv) 12, perbandingan tekanan (rp) 1,45 dan
perbandingan pancung (rc) = 1,7, nilai K = 1,4, Cp = 1 kJ/kg K dan Cv = 0,716
kJ/kg K.
Hitung:
1) Prosentase clrearence, tekanan, volume dan temperatur setiap titik
pada siklus.
2) panas masuk
3) Panas keluar
4) Kerja yang dilakukan
5) Efisiensi termis
6) Tekanan rata-rata.
166

BAB XII

SIKLUS CARNOT

74. Umum. Siklus carnot digolongkan sebagai siklus reversibel. Fluida kerjanya
menerima panas pada suatu temperatur dan mengeluarkannya pada temperatur lain.
Siklus Carnot ini terdiri dari 2 proses isotermis dan 2 proses adiabatic reversibel.

Gambar 12.1. Skema mesin Carnot

Sebuah silinder mempunyai piston yang bekerja didalamnya tanpa gesekan.


Dinding-dinding silinder dan piston dianggap sebagai isolator sempurna. Kepala
silinder direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai isolator
sempurna. Kepala silinder direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi
sebagai konduktor panas sempurna dan dapat pula berfungsi sebagai isolator panas
sempurna.
Kemudian ada reservoar temperatur tinggi sehingga perpindahan panas dari
reservoar temperaturnya dan ada pula reservoar temperatur rendah, sehingga
perpindahan panas ke reservoar ini tidak mempengaruhi temperaturnya. Resevoar
pada temperatur tinggi dikontakkan dengan gas dalam silinder dan gas
mengembang secara isotermis pada temperatur dari keadaan 1 ke keadaan 2
seperti ditunjukkan pada diagram P-V proses tersebut.
167

Diagram P – V Diagram T – s

Gambar 12.2 Siklus Carnot

V
Kerja yang dilakukan oleh sistem dinyatakan dengan ∫V 2 P.dV. Hukum
1

pengembangan adalah P = konstan dan panas yang diserap oleh sistem diberikan
oleh QH pada temperatur TH. Sekarang kepala silinder yang juga dapat berfungsi
sebagai isolator panas, disekat dengan baik. Gas dalam silinder mengembang ke
keadaan 3, mengikuti proses adiabatic reversibel.
Temperatur turun menjadi T3 (= Tc), temperatur reservoar dingin dan tidak ada
pertukaran panas antara sistem dengan sekelilingnya, tetapi kerja dilakukan oleh
V
sistem yang dinyatakan dengan ∫V 3 P.dV. Hukum ekspansinya PVk = konstan
2

sekarang sistem dikontakkan dengan reservoar dingin pada temperatur rendah T R


dan isolator dikeluarkan dari kepala silinder, sehingga kepala silinder berfungsi
sebagai konduktor sempurna lagi. Gas sekarang kompresikan secara isotermis dari
keadaan 3 ke keadaan 4.
Selama proses ini, kerja yang dilakukan pada sistem ditentukan dengan
V
∫V 3 P.dV dan panas Qc dikeluarkan dari sistem pada temperatur Tc. Kemudian
4

kepala silinder diberi isolator lagi dan gas dikompresikan secara adiabatis ke
keadaan 1 dengan tidak ada pertukaran panas.
168

75. Prinsip Carnot. Ada beberapa konsep yang dapat diturunkan sebagai akibat
dari hukum termodinamika kedua. Akibat pertama yang dibicarakan disini disebut
prinsip Carnot yang berbunyi “Tidak ada mesin yang bekerja antara dua reservoar
dapat mempunyai efesiensi yang lebih besar dari mesin Carnot yang bekerja
antara dua reservoar yang sama”

Gambar 12.3. Skema mesin Carnot

Menyatakan sebuah mesin yang bekerja tidak menurut siklus Carnot. Selanjutnya
kita anggap kedua mesin itu bekerja antara dua reservoar yang sama dan
menghasilkan kerja yang sama W. Mesin Carnot menerima energi panas Q karena
itu mesin Carnot mengeluarkan energi panas sebesar Q – W.
Jika ada pernyataan bahwa :

1> C

Maka perlu di buktikan kebenaan dari pernyataan tersebut, sehinga


169

Dari defisiensi

W W
'
>
Q Q

Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

Q’ < Q

Misalkan mesin itu bekerja sebagai refrijerator. Karena siklus Carnot adalah
reversibel, maka dengan menjalankan terbalik sebagai refrijerator, besaran Q dan W
adalah tetap. Selanjutnya kita tunjukkan sistem kita sebagai gabungan mesin yang
bukan Carnot yang masih menghasilkan kerja W dan refrigerator Carnot yang
digerakkan oleh mesin lain tadi.

Gambar 12.4. Refrigerator Carnot

Sehinga dapat diketahui panas yang dipindahkan dari reservoar temperatur rendah
ke reservoar temperatur tinggi. Panas yang meninggalkan reservoar temperatur
rendah adalah (Q-Q’).
170

Dapat dilihat bahwa (Q – Q’) adalah energi panas yang masuk reservoar temperatur
tinggi. Tentu ini bertentangan dengan pernyataan Calusius.
Didalam pernyataan yang logis, akan melihat bahwa kesalahan pasti dalam
anggapan bahwa 1> C. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa pernyataan diatas
salah dan yang benar adalah, 1 < C .
Ini membuktikan prinsip Carnot yang telah disebutkan diatas. Prinsip ini akan
membawa kita kepada akibat kedua dari hokum termodinamika kedua yaitu
Semua mesin-mesin termal reversibel yang bekerja antara dua reservoar
yang sama mempunyai efisiensi yang sama.

76. Efesiensi Carnot. Mesin Carnot ini bekerja menurut proses keliling,
sehingga panas bersih sama dengan bersih dalam setiap putaran.

Panas bersih = kerja bersih, sehingga :

Qin - Qout = W

Dengan demikian efisiensi mesin Carnot dapat dituliskan sebagai berikut:

Kerja
ηc =
Panas Masuk
W
ηc =
Qin
Qin - Qout
ηc =
Qin
Qout
ηc = 1 -
Qin

77. Evaluasi.
a. Jelaskan pengertian dari siklus carnot.
b. Jelaskan prinsip carnot.
c. Hitung besarnya effisiensi bila diketahuti W = 200 KW, Kalor yang masuk
250 KW.
171

BAB XIII

SIKLUS BRAYTON (TURBIN GAS)

78. Umum. Turbin gas pada dasarnya suatu instalasi turbin gas yang sederhana
terdiri dari kompresor, ruang bakar dan turbin gas. Rangkaiannya pada umumnya
sebagai berikut:

Gambar 13.1. Rangkaian siklus brayton

Siklus ideal turbin ini diambil dari nama George Brayton (AS, 1870). Siklus ini
bekerja dalam selang volume yang lebih besar tapi pada selang tekanan yang lebih
kecil, terdiri 4 proses reversibel, yaitu kompresi adiabatik (pembangkit). Panas
secara isobaris (ekspansi). Secara adiabatis dan pengeluaran panas secara
isobaris.

79. Turbin Gas. Turbin gas cenderung lebih ringan dan kompak dibandingkan
dengan pembangkit daya uap. Turbin gas banyak digunakan untuk pembangkit daya
stasioner. Karena rasio daya terhadap beratnya yang disukai, turbin gas banyak juga
dipakai pada penerapan untuk transportasi seperti propulsi pesawat udara,
pembangkit daya pada kapal dan sebagainya.
172

a. Pembangkit Daya. Pembangkit daya turbin gas bisa dioperasikan dalam


basis terbuka atau tertutup. Mode terbuka merupakan jenis yang banyak
digunakan. Pada mesin ini udara atmosfir secara kontinyu ditarik kedalam
kompresor yang akan dikompresi ke tekanan yang lebih tinggi. Udara masuk ke
ruang bakar dan dicampur dengan bahan bakar kemudian dibakar. Hasil
pembakaran adalah produk yang mempunyai temperatur tinggi.
Produk pembakaran akan masuk ke turbin dan mengalami ekspansi
sehingga memutar turbin, dan selanjutnya gas/produk pembakaran tersebut
dibuang ke lingkungan. Sebagian kerja turbin digunakan untuk memutar
kompresor dan sisanya untuk pembangkit listrik atau menggerakkan kendaraan
dan tujuan lainnya.
Karena siklus Brayton dibicarakan disini digunakan pada turbin gas,
dimana semua proses adalah proses aliran. Maka siklus Brayton ini dianalisa
dengan anggapan semua proses adalah proses aliran. Fluida kerja menerima
energi dengan perpindahan kalor dari sumber dari luar seperti misalnya reaktor
nuklir berpendingin gas. Gas yang keluar dari turbin akan melalui penukar kalor
(heat exchanger) dimana disini didinginkan sebelum memasuki kompresor.

b. Idealisasi Proses. Pengidealan sering digunakan dalam mempelajari


pembangkit turbin gas yaitu menggunakan analisis standar udara. Dalam
analisis standar udara, 2 asumsi selalu digunakan :
1) Fluida kerja adalah udara yang mempunyai sifat seperti gas ideal.
2) Kenaikan temperatur yang terjadi pada proses pembakaran
diasumsikan diperoleh dengan perpindahan kalor dari sumber luar.
Dengan analisis standar udara maka tidaklah perlu secara langsung
memasukkan proses pembakaran yang kompleks yang terjadi selama
pembakaran kedalam analisis.
173

80. Proses dan Kerja Proses Brayton. Proses yang terjadi pada siklus brayton
serta besarnya kerja dari proses tersebut dapat diketahui sebagai berikut :

Gambar 13.2. Turbin model terbuka

Gambar 13.3. Diagram proses siklus turbin


174

Arah perpindahan energi yang terjadi ditunjukkan oleh tanda panah. Dengan
pengasumsian standar udara, kenaikan temperatur pada ruang bakar diperoleh dari
perpindahan kalor dari sumber eksternal. Udara akan masuk dari lingkungan pada
kondisi 1 dan dikeluarkan lagi pada kondisi 4 dimana suhunya lebih tinggi dari
ambien.

Proses Panas (Q) Kerja (W)


1-2 Kompresi adiabatis
Q=0 -(H2 - H1 ) = m. Cp (T2 - T1 )
(Proses aliran)
2-3 Pemasukan panas
Q = m. Cp (T3 - T2 ) W=0
isochoris (Proses aliran)
3-4 Ekspansi adiabatis
Q=0 (H3 - H4 )= m. Cp (T3 - T4 )
(Proses aliran)
4-1 Pengeluaran panas
Q = m. Cp (T4 - T1 ) W=0
isobaris (Proses aliran)

a. Proses 1-2 (Kompresi adiabatis/proses aliran). Pada proses 1-2


merupakan kompresi adiabatis.

(1-k)
T1 P2 k P2
= ( ) =r
T2 P1 P1 p

(1-k)
T1
= (rp ) k
T2

Q=0 W = -(H2 - H1 ) = m. Cp (T2 - T1 )

b. Proses 2-3 (Pemasukan panas isochoris /proses aliran). Pada proses


2-3 merupakan proses pemasukan panas secara isochoris tidak ada kerja pada
proses ini. Besarnya panas yang masuk sebagai berikut:

Qm = m. Cp (T3 - T2 ) W=0
175

c. Proses 3-4 (Ekspansi adiabatis/proses aliran). Pada proses 3-4


merupakan ekspansi adiabatis.

(1-k)
T4 P3 k P2
= ( ) P1 = P4 P2 = P 3 =r
T3 P4 P1 p

(1-k)
T4
= (rp ) k
T3

T1 T4 T4 T3
= =
T2 T3 T1 T2

T4 T3 T4 - T1 T3 -T2
-1= -1 Sehingga =
T1 T2 T1 T2

(1-k)
T4 - T1 T1 T4
= = = (rp ) k
T3 -T2 T2 T3

Q=0 w = (H3 - H4 )= m. Cp (T3 - T4 )

d. Proses 4-1 (Pengeluaran panas isobaris/proses aliran). Besarnya


panas yang keluar terjadi pada proses 4-1 dan besarnya sebagai berikut:

Qk = m. Cp (T4 - T1 ) W=0

e. Kerja Bersih (W). Besarnya kerja yang terjadi pada sistem besarnya
sebagai berikut:

W = m. Cp (T3 - T2 ) - m. Cp (T4 - T1 )
176

f. Effisiensi siklus Brayton (ηB). Besarnya kerja yang terjadi pada sistem
besarnya sebagai berikut:

W
ηBrayton =
Qin

m. Cp (T3 - T2 )-m. Cp (T4 - T1 )


ηBrayton =
m. Cp (T3 - T2 )

T1 T4
ηBrayton = 1- ηBrayton = 1-
T2 T3

(1-k)
ηBrayton = 1- (rp ) k

81. Aplikasi Peralatan Siklus Brayton. Pada efisiensi brayton merupakan fungsi
dari perbandingan tekanan dengan K = 1,4. Dari siklus ideal Brayton bisa dilihat
bahwa efisiensi termal siklus akan naik dengan kenaikan rasio tekanan pada
kompresor.
Temperatur gas buang turbin biasanya berada diatas temperatur ambien.
Karena itu gas buang turbin gas mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sehingga
mengurangi kerugian karena dibuang langsung ke lingkungan. Satu cara untuk
memanfaat gas buang ini adalah dengan memakai penukar kalor yang disebut
regenerator.
177

Gambar 13.4. Regenerator

Regenerator ini akan memanaskan gas yang keluar dari kompresor sebelum
memasuki ruang bakar dimana generator mengambil panas dari panas gas buang.
Karena udara yang masuk ke ruang bakar panas, sehingga kerja ruang bakar akan
lebih ringan.
178

Gambar 13.5. Gas generator

Turbin gas sangat cocok digunakan sebagai propulsi pesawat udara karena
rasio daya terhadap beratnya yang baik. Mesin turbo jet adalah jenis yang banyak
digunakan. Mesin jenis ini terdiri dari 3 bagian utama difuser, gas generator, dan
nozzle. Difuser terletak di depan kompresor yang memperlambat udara masuk relatif
terhadap mesin.
Kenaikan tekanan karena perlambatan dikenal dengan istilah efek ram. Bagian
gas generator terdiri dari kompresor, pembakar/ruang bakar dan turbin, dengan
fungsi yang sama dengan pembangkit daya turbin gas untuk komponen yang sama.
Pada mesin turbo jet daya output turbin hanya cukup untuk menggerakkan
kompresor dan komponen tambahan.
179

Gas yang keluar turbin mempunyai tekanan yang lebih tinggi dari tekanan
atmosfir dan berekspansi pada nosel sehingga kecepatannya tinggi sebelum
dilepaskan ke lingkungan. Perubahan kecepatan secara keseluruhan dari gas relatif
terhadap mesin menghasilkan kenaikan gaya propulsif atau gaya dorong/aksial.
Beberapa mesin turbo jet dilengkapi dengan after burner (pembakar lanjut).
Peralatan tambahan ini adalah piranti reheat dimana bahan bakar tambahan
diinjeksi kedalam gas yang keluar turbin dan terbakar sehingga menghasilkan
temperatur yang lebih tinggi pada masukan nosel. Hasilnya kecepatan yang tinggi
didapatkan di keluaran nosel sehingga menaikkan gaya dorong.

Gambar 13.6. Turbo jet

Proses pada difuser, kompresor, turbin dan nosel adalah isentropik dan
pembakar beroperasi pada tekanan konstan. Proses a-1 menunjukkan kenaikan
tekanan yang terjadi difuser karena perlambatan fluida yang melaluinya. Proses 1-2
adalah kompresi isentropik. Proses 2-3 adalah tekanan konstan dengan
penambahan kalor. Proses 3-4 adalah ekspansi isentropik pada turbin dimana kerja
dihasilkan. Proses 4-5 adalah ekspansi isentropik pada nosel dimana udara
mengalami percepatan dan tekanan menurun.
Dalam analisis termodinamik dari sebuah mesin turbo jet dengan basis standar
udara, hal-hal berikut diketahui : kecepatan pada sisi masuk nosel, rasio tekanan
kompresor, temperatur masuk turbin.
180

Tujuan analisis adalah menentukan kecepatan pada sisi keluar nosel. Jika kecepatan
pada sisi keluar diketahui, gaya dorong bisa dicari dengan memakai hukum Newton
kedua tentang gerak.
Aplikasi turbin gas lain yang berkaitan mencakup : mesin turboprop dan
turbofan. Mesin turboprop diperlihatkan pada gambar dibawah terdiri dari turbin gas
dimana fluida berekspansi pada turbin ke tekanan atmosfir. Kerja bersih yang
dihasilkan diarahkan ke propeler (baling baling) yang akan memberikan daya dorong
bagi pesawat udara. Turboprop adalah mesin propulsi yang efisien untuk kecepatan
sampai kira-kira 600 km/jam.
Pada mesin turbofan seperti yang diperlihatkan gambar dibawah, inti mesin
dibuat seperti turbojet dan sebagian daya dorong diperoleh dari ekspansi melalui
nosel. Sekumpulan sudu dengan diameter besar yang dipasang pada sisi depan
mesin mengakselerasi udara disekitar inti. Aliran by-pass (pintas) memberikan daya
dorong untuk lepas landai, sedangkan inti mesin memberikan daya dorong untuk
menjelajah. Mesin turbofan umumnya digunakan untuk pesawat komersil dengan
kecepatan terbang sampai 1000 km/jam.
Jenis mesin sederhana khusus yang dikenal ditunjukkan pada gambar dibawah
yaitu ramjet. Mesin ini tidak memerlukan kompresor dan turbin. Kenaikan tekanan
diperoleh dengan perlambatan udara masuk yang berkecepatan tinggi pada difuser
(efek ram). Supaya ramjet bisa beroperasi, pesawat udara mesti sudah terbang
dengan kecepatan tertentu. Produk pembakaran yang keluar pembakar (combustor)
berekspansi melalui nosel sehingga menghasilkan daya dorong.
181

Gambar 15.7. Ramjet

Contoh soal:
Pada suatu siklus Brayton, udara dengan temperatur 160C dan 1 bar, masuk
kompresor dimana udara tersebut dikompresikan dengan perbandingan tekanan 5.
Udara masuk turbin pada temperatur 8200C dan mengembang sampai tekanan
mula-mula 1 bar. Tentukan efisiensi siklus baku udara brayton.
182

Jawab:

Diketahui :
Sebuah baku udara brayton:
T1 : 160 C
T2 : 8200 C
𝑃1 : 1 Bar (105 pa)
P2
rp = :5
P1

Ditanyakan:
Effisiensi baku udara brayton
Jawab :
Besarnya effisiensi brayton sebagai berikut:

T1
ηBrayton = 1-
T2

16
ηBrayton = 1 − = 98%
820

82. Evaluasi.
a. Jelaskan proses-proses yang terjadi pada siklus brayton (turbin).
b. Pada suatu siklus Brayton, udara dengan temperatur 17 0C dan 1 bar,
masuk kompresor dimana udara tersebut dikompresikan dengan perbandingan
tekanan 5. Udara masuk turbin pada temperatur 8500C dan mengembang
sampai tekanan mula-mula 2 bar. Tentukan efisiensi siklus baku udara brayton.
183

BAB XIV

SIKLUS REFERIGERASI

83. Umum. Siklus refrigerasi adalah siklus kerja yang mentransfer kalor dari media
bertemperatur rendah ke media bertemperatur tinggi dengan menggunakan kerja
dari luar sistem.

84. Klasifikasi Siklus Referigerasi. Secara prinsip merupakan kebalikan dari


siklus mesin kalor (heat engine). Dilihat dari tujuannya maka alat dengan siklus
refrigerasi dibagi menjadi dua yaitu refrigerator yang berfungsi untuk mendinginkan
media dan heat pump yang berfungsi untuk memanaskan media. Ilustrasi tentang
refrigerator dan heat pump dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 14.1. Siklus Refegerasi

Siklus refrigerasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


a. Siklus kompresi uap (vapor compression refrigeration cycle). Siklus
kompresi uap (vapor compression refrigeration cycle) dimana refrigeran
mengalami proses penguapan dan kondensasi, dan dikompresi dalam fasa
uap.

b. Siklus gas (gas refrigeration cycle). Siklus gas (gas refrigeration cycle),
dimana refrigeran tetap dalam kondisi gas.
184

c. Siklus bertingkat (cascade refrigeration cycle). Siklus bertingkat


(cascade refrigeration cycle)., dimana merupakan gabungan lebih dari satu
siklus refrigerasi.

d. Siklus absorpsi (absorption refrigeration cylce). Siklus absorpsi


(absorption refrigeration cylce), dimana refrigeran dilarutkan dalam sebuah
cairan sebelum dikompresi.

e. Siklus termoelektrik (thermoelectric refrigeration cycle). Siklus


termoelektrik (thermoelectric refrigeration cycle), dimana proses refrigerasi
dihasilkan dari mengalirkan arus listrik melalui 2 buah material yang berbeda.

Kinerja suatu refrigerator dan heat pump dinilai dari besarnya koefisien kinerja
(coefficient of performance COP) yang didefinisikan sebagai berikut:

Output tujuan Efek pendinginan QL


COPR = = =
Kerja yang dibutuhkan Input kerja Wnet,in

Output tujuan Efek pemanasan QH


COPHP = = =
Kerja yang dibutuhkan Input kerja Wnet,in

Harga COPR dan COPHP umumnya lebih besar dari satu dimana COP HP = COPR + 1
untuk suatu rentang tekanan kerja yang sama.

85. Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Ideal. Di sini refrigeran dalam kondisi uap
jenuh masuk ke kompresor dan keluar sebagai uap panas lanjut. Refrigeran
kemudian masuk ke kondenser untuk melepas kalor sehingga terjadi kondensasi
sampai ke kondisi cairan jenuh. Keluar kondenser refrigeran masuk ke katup
ekspansi untuk menjalani proses pencekikan (throttling) sehingga mengalami
penurunan tekanan dan berubah menjadi campuran jenuh.
Proses terakhir ini bisa juga diganti dengan sebuah turbin isentropis untuk
menaikkan kapasitas pendinginan dan menurunkan kerja input (dengan kompensasi
kompleksnya sistem).
185

Selanjutnya refrigeran masuk ke evaporator untuk menyerap kalor sehingga terjadi


proses evaporasi dan siap untuk dilakukan langkah kompresi berikutnya.

Gambar 14.2. Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Ideal

Siklus refrigerasi kompresi uap ideal dapat digambarkan dalam diagram T-s seperti
gambar di atas-kanan. Proses-proses yang terjadi sebagai berikut :
1-2 : Kompresi isentropis dalam kompresor.
2-3 : Pembuangan kalor secara isobaris dalam kondenser.
3-4 : Throttling dalam katup ekspansi atau tabung kapiler.
4-1 : Penyerapan kalor secara isobaris dalam evaporator.
Persamaan energi untuk komponen-komponen refrigerator bisa dituliskan
sebagai berikut :

q - w = he - hi

Dimana diasumsikan perubahan energi kinetik dan potensial bisa diabaikan.


Dari notasi-notasi pada gambar di atas maka COPs dapat dituliskan sebagai berikut :

qL h 1 - h4
COPR = =
Wnet,in h 2 - h1

qH h2 - h3
COPHP = =
Wnet,in h2 - h1
186

di mana h1 = hg,p1 dan h3 = hf,p3

Contoh Soal :
Refrigerator menggunakan refrigeran R-12 dan beroperasi dengan siklus kompresi
uap ideal antara 0,14 dan 0,8MPa. Apabila laju massa refrigeran 0,05 kg/s, tentukan:
a. Laju kalor dari ruangan yang didinginkan dan kerja kompresor.
b. Laju kalor yang dibuang ke lingkungan.
c. COP

Jawab:

Dari tabel Refrigeran-12 (Tabel A-11A13)


Kondisi 1 (uap jenuh) :
P1 = 0,14 MPa
h1 = hg(0,14 MPa) = 177,87 kJ⁄kg
s1 = sg(0,14 MPa) = 0,7102 kJ⁄kg

Kondisi 2 (uap panas lanjut) :


P2 = 0,8 MPa
s2 = s1
h2 = 208,65 kJ⁄kg

Kondisi 3 (cairan jenuh) :


P3 = 0,8 MPa
h3 = hf(0,8 MPa) = 67,3 kJ⁄kg

Kondisi 4 (campuran jenuh) :


h4 ≅ h3 = 67,3 kJ⁄kg
187

a. Laju kalor yang diserap dari media yang didinginkan:


Q̇ L = ṁ (h1 -h4 )
Q̇ L = 0,05 (117,87 - 67,3) = 5,53 kW

Kerja kompresor :
Ẇ L = ṁ (h2 -h1 )
Ẇ L = 0,05 (208,65 - 177,87) = 1,54 kW

b. Kalor yang dibuang ke lingkungan :


Q̇ H = ṁ (h2 -h3 )
Q̇ H = 0,05 (208,65 - 67,3) = 7,07 kW

c. Coefficient of Performance :
qL 5,53
COPR = = = 3,59
Wnet,in 1,53

86. Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Aktual. Pada kenyataannya refrigerator


atau heat pump akan bekerja dengan suatu proses yang menyimpang dari siklus
idealnya akibat ireversibilitas dalam tiap komponennya. Ireversibilitas ini pada
umumnya disebabkan oleh gesekan fluida dan perpindahan kalor dari atau ke
lingkungan sekitar. Siklus refrigerasi kompresi uap aktual dapat digambarkan secara
skematis seperti gambar di bawah.

Gambar 14.3. Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Aktual


188

Hal-hal yang terjadi dalam siklus aktual:


a. Refrigeran sudah dalam kondisi uap panas lanjut sebelum masuk ke
kompresor.
b. Akibat cukup panjangnya pipa penghubung kompresor-evaporator akan
mengakibatkan rugi tekanan. Rugi tekanan yang disertai peningkatan volume
spesifik dari refrigeran membutuhkan power input yang lebih besar.
c. Dalam proses kompresi ada rugi gesekan dan perpindahan kalor yang
akan meningkatkan entropi (1-2) atau menurunkan entropi (1-2') dari refrigeran
tergantung kepada arah perpindahan kalornya.
Proses (1-2') lebih disukai karena volume spesifiknya turun sehingga power
input bisa lebih kecil. Hal ini bisa dilakukan apabila dilakukan pendinginan
dalam langkah kompresi.
d. Di dalam kondenser akan terjadi juga rugi tekanan.
e. Refrigeran dalam kondisi cairan terkompresi ketika masuk dalam katup
ekspansi.

Contoh Soal :
Dalam sebuah refrigerator aktual, R-12 masuk ke kompresor sebagai uap panas
lanjut pada 0,14 MPa, 20C, laju massa 0,05 kg/s, dan keluar pada 0,8MPa, 50C.
Refrigeran didinginkan dalam kondenser sampai 26C, 0,72 MPa dan di-throttling
sampai 0,15 MPa. Dengan mengabaikan rugi kalor dan rugi tekanan dalam pipa-pipa
sambungan tentukan :
a. Laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor.
b. Efisiensi adaibatik kompresor.
c. COP.

Jawab :

Dari Tabel refrigeran


Kondisi 1 (uap panas lanjut) :
P1 = 0,14 MPa
T1 = 50o C
h1 = 179,01 kJ⁄kg
189

Kondisi 2 (uap panas lanjut) :


P2 = 0,8 MPa
T2 = 50o C
h2 = 213,45 kJ⁄kg

Kondisi 3 (cairan terkompresi) :


P3 = 0,72 MPa
T3 = 26o C
h3 = hf(26oC) = 60,68 kJ⁄kg

Kondisi 4 (campuran jenuh) :


h4 ≅ h3 = 60,58 kJ⁄kg

a. Laju kalor yang diserap dari media yang didinginkan:


Q̇ L = ṁ (h1 -h4 )
Q̇ L = 0,05 (179,01 - 60,68) = 5,92 kW

Kerja kompresor :
Ẇ L = ṁ (h2 -h1 )
Ẇ L = 0,05 (213,45 - 179,01) = 1,72 kW

b. Efisiensi adiabatis:
h2s - h1
ηC =
h2 - h1

di sini :
p2s = 0,8 MPa
S2s = S1 = 0,7147 kJ⁄(kg.K)
h2s = 210,08 kJ⁄kg
190

Sehingga :
210,08 - 179,01
ηC = = 90,2 %
213,45 - 179,01

c. Coefficient of Performance:
qL 5,82
COPR = = = 3,44
Wnet,in 1,72

87. Sistem Heat Pump. Karena heat pump biasanya dipakai di daerah dengan
iklim yang dingin maka masalahnya dari manakah panas dapat diambil.

Gambar 14.4. Rangkaian Heat Pump

a. Sumber Panas. Sumber panas yang sering dipakai dalam sebuah heat
pump adalah:
1) Udara atmosfer (paling umum). Sumber panas ini paling praktis
tetapi ada problem frosting pada koil evaporator sehingga akan
menurunkan laju perpindahan kalor.
2) Air tanah. Pada kedalaman tertentu air tanah mempunyai temperatur
berkisar 518C sehingga didapatkan heat pump dengan COP tinggi,
tidak ada frosting tetapi konstruksi rumit.
3) Tanah.

b. Tujuan Pemanasan. Untuk tujuan pemanasan suatu media, pemanasan


dengan proses pembakaran dari sumber energi primer (bahan bakar) secara
ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan heat pump.
Oleh karena itu jarang ditemui sebuah heat pump yang bekerja sendiri.
191

Tetapi karena prinsip kerja yang sama antara refrigerator dan heat pump maka
sekarang ini banyak diproduksi sistem refrigerasi yang bekerja secara dual
yaitu sebagai pendingin dalam musim panas dan sebagai pemanas dalam
musim dingin. Di sini pada prinsipnya koil (heat exchanger) di dalam dan di luar
ruangan akan berubah fungsinya sebagai evaporator dan kondenser sesuai
dengan mode kerjanya dengan bantuan katup pembalik arah.

88. Inovasi Siklus Refrigerasi Kompresi Uap. Dalam aplikasi sistem refrigerasi
di industri, gedung bertingkat dan lain-lain, sistem dengan siklus sederhana seperti
dijelaskan sebelumnya tidak mencukupi. Untuk itulah diperlukan modifikasi supaya
memenuhi kriteria penggunaan.

a. Sistem Cascade. Di industri sering dibutuhkan kondisi refrigerasi


dengan temperatur yang cukup rendah dan sekaligus dalam rentang temperatur
yang lebar. Rentang temperatur yang lebar berarti bahwa sistem refrigerasi
harus bisa beroperasi dalam beda tekanan yang besar dimana hal ini hanya
bisa dipenuhi apabila tingkat refrigerasi dibuat lebih dari satu.

Gambar 14.5. Rangkaian Sistem Cascade


192

Prinsipnya adalah menggabungkan dua buah siklus kompresi uap di mana


kondenser dari siklus dengan tekanan kerja lebih rendah akan membuang
panas ke evaporator dari siklus dengan tekanan kerja lebih tinggi dalam sebuah
alat penukar kalor (heat exchanger).
Dalam heat exchanger antara siklus bawah dan siklus atas terjadi hubungan :

ṅ A (h5 - h8 ) = ṅ B (h2 - h3 )

ṅ A h2 - h3
=
ṅ B h5 - h8

Juga :
QL ṅ 𝐵 (h1 - h4 )
COPR, cascade = =
Wnet,in ṅ A (h6 - h5 ) - ṅ B (h2 - h1 )

Dalam sistem cascade maka jenis refrigeran untuk siklus tekanan tinggi (A) dan
siklus tekanan rendah (B) tidak perlu sama sehingga pemilihan refrigeran akan
bisa lebih luwes karena bisa disesuaikan dengan batas bawah dan atasnya.

Contoh Soal :
Sistem refrigerasi cascade 2 tingkat beroperasi antara 0,8 dan 0,14 MPa.
Setiap tingkat beroperasi dengan siklus kompresi uap ideal dengan R-12
sebagai fluida kerja. Kalor dibuang dari siklus tekanan rendah ke tekanan tinggi
dilewatkan alat penukar kalor adiabatik dimana masing-masing fluida kerja
bertekanan 0,32 MPa. Apabila laju fluida kerja pada siklus tekanan tinggi
adalah 0,05 kg/s, tentukan :
a. Laju fluida kerja pada siklus tekanan rendah.
b. Laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor.
c. COP
193

Jawab :
Misal siklus tekanan tinggi diberi indeks A, siklus tekanan rendah dengan
indeks B
a. Dari keseimbangan energi di alat penukar kalor.
ṅ A (h5 - h8 ) = ṅ B (h2 - h3 )

Dari Tabel R-12 didapatkan:


h5 = hg(0,32 MPa) = 188,00 kJ⁄kg
h3 = hf(0,32 MPa) = 37,08 kJ⁄kg
h8 = 67,3 kJ⁄kg
h2 = 191,97 kJ⁄kg

Sehingga :
(h5 - h8 ) (188,0 - 67,3)
ṅ B = ṅ A = 0,05. = 0,039 kg⁄s
(h2 - h3 ) (191,97 - 37,08)

b. Laju kalor yang diserap dari media yang akan didinginkan :


Q̇ L = ṅ B (h1 -h4 )

Dari Tabel R-12 diketahui:


h1 = hg(0,14 MPa) = 177,87 kJ⁄kg
h6 = 204,18 kJ⁄kg

Sehingga :
Q̇ L = 0,039 (177,87 - 37,08) = 5,49 kW

Kerja kompresor :
𝑊̇𝑖𝑛 = 𝑊̇comp.A + 𝑊̇comp.B

Ẇ in = ṅ A (h6 - h5 )+ ṅ B (h2 - h1 )
Ẇ in = 0,05 (204,18 - 188)+ 0,039 (191,97 - 177,87) = 1,36 kW
194

c. Coefficient of Performance
QL 0,039 (177,87 - 37,08)
COPR, cascade = = = 4,04
Wnet,in 0,05 (204,18 - 188) - 0,039 (191,97 - 177,87)

b. Sistem Banyak Tingkat (Multistage System). Pada prinsipnya adalah


tidak berbeda dengan sistem cascade. Perbedaannya adalah digantinya heat
exchanger dengan mixing chamber dan flash chamber di mana di sini akan
terjadi pencampuran refrigeran yang melewati siklus tekanan atas dan siklus
tekanan bawah. Disini yang perlu diperhatikan adalah dalam tiap proses akan
mempunyai jumlah laju yang berbeda walaupun dalam satu siklus yang sama.

Gambar 14.6. Sistem Banyak Tingkat (Multi stage System)

c. Sistem Multi Purpose Dengan Kompresor Tunggal. Seperti dalam


sebuah lemari es di rumah tinggal, beberapa jenis refrigerator membutuhkan
beberapa ruang dengan temperatur yang berbeda. Untuk sistem seperti ini
maka penggunaan beberapa katup ekspansi adalah solusinya, dimana pada
proses throttling pertama akan didapatkan temperatur moderat (misal bagian
refrigerator 5C) dan pada throttling selanjutnya akan didapatkan temperatur
yang lebih rendah (bagian freezer -10C). Gambar di bawah menunjukkan
prinsip kerja secara skematis.
195

Gambar 14.7. Sistem Multi Purpose Dengan Kompresor Tunggal.

d. Pencairan Gas (Liquefaction of Gases). Di lapangan sering dibutuhkan


kondisi dengan temperatur yang sangat rendah (di bawah -100C), seperti pada
proses pemisahan gas oksigen dan nitrogen dari udara, pembuatan hidrogen
cair untuk bahan bakar mesin roket, riset tentang super konduksi dan lain-lain.
Pada sebuah proses pencairan gas, gas harus didinginkan sampai pada
temperatur di bawah temperatur kritisnya. Misal temperatur kritis untuk helium,
hidrogen, dan nitrogen adalah masing-masing –268, -240, dan -147C. Salah
satu metode refrigerasi yang memungkinkan untuk mendapatkan temperatur
sangat rendah ini adalah metode Linde-Hampson seperti pada gambar di
bawah.
Di sini gas baru yang akan dicairkan (1) dicampur dengan gas yang tidak
berhasil dicairkan pada tahap sebelumnya (9) sehingga temperaturnya turun
sampai titik (2) dan kemudian bersama-sama masuk ke kompresor bertingkat.
Pengkompresian dilakukan bertingkat sampai titik (3) dengan dilengkapi
intercooling. Gas tekanan tinggi kemudian didinginkan sampai titik (4) dalam
after-cooler dengan menggunakan media pendingin dan didinginkan lebih lanjut
sampai titik (5) dalam alat penukar kalor regenerative dengan membuang
kalornya ke gas yang tidak berhasil dicairkan pada tahap sebelumnya dan
akhirnya di-throttled ke titik (6) sehingga berubah menjadi campuran jenuh.
196

Uap dipisahkan dari gas yang telah berubah menjadi cair untuk kemudian
dilewatkan melalui alat penukar kalor regenerative untuk menjalani tahap
berikutnya.

Gambar 14.8. Pencairan Gas (Liquefaction of Gases)

e. Siklus Refrigerasi Gas. Dalam pembahasan mengenai siklus Carnot


diketahui bahwa apabila arah siklus dibalik akan didapatkan siklus Carnot
terbalik (reversed Carnot cycle) yang merupakan sebuah refrigerator ideal. Hal
ini menimbulkan ide bahwa siklus mesin kalor (heat engine) dan siklus
refrigerator sebenarnya adalah mempunyai prinsip kerja sama hanya arahnya
saja yang berlawanan (perhatikan bahwa siklus refrigeratsi yang dibahas di
atas adalah sangat mirip dengan siklus Rankine dengan arah terbalik). Oleh
karena itu maka apabila siklus Brayton dibalik arahnya akan didapatkan apa
yang disebut siklus refrigerasi gas (reversed Brayton cycle).
197

Gambar 14.9. Siklus Refrigerasi Gas

Disini akan berlaku bahwa :

qL qL
COPR = =
Wnet,in Wcomp - Wturb

Dimana :
qL = h1 - h4
Wturb = h3 - h4
Wcomp = h2 - h1

Siklus refrigerasi gas ini akan mempunyai COP yang lebih rendah dibandingkan
dengan siklus kompresi uap. Tetapi karena konstruksi yang sederhana dan
komponen yang ringan maka siklus ini banyak dipakai di pesawat terbang dan
dapat dikombinasikan dengan proses regenerasi.

f. Siklus Refrigerasi Absorpsi. Peningkatan COP dari mesin refrigerasi


dapat dilakukan dengan menurunkan kerja yang dibutuhkan oleh kompresor.
Dibanding dengan sebuah kompresor, pompa dapat melakukan proses
kompresi fluida cair dengan kerja input yang jauh lebih kecil untuk laju massa
yang sama.
198

Oleh karena itu dalam sistem refrigerasi absorpsi, refrigeran akan dilarutkan
dalam fluida cair sebagai media transport sehingga refrigeran dapat dikompresi
dengan kerja yang lebih kecil. Refrigeran yang sering dipakai adalah amoniak
dengan media transport berupa air. Refrigeran lain yang juga dipakai adalah air
dengan media transport berupa lithium bromide atau lithium chloride.
Keunggulan sistem ini lebih terasa apabila ada sumber panas dengan
temperatur 100200C yang murah seperti misalnya energi surya, geotermal
dan lain-lain. Skema sistem refrigerasi absorpsi bisa dilihat pada gambar di
atas.

Gambar 14.10. Siklus Refrigerasi Absorbsi

Amoniak murni keluar dari evaporator dan masuk ke absorber. Di dalam


absorber, amoniak larut dalam air sehingga terbentuk larutan air-amoniak.
Karena pelarutan amoniak akan berlangsung dengan lebih baik pada
temperatur yang lebih rendah maka larutan dalam absorber didinginkan dengan
cooling water. Larutan air-amoniak kemudian masuk ke pompa untuk
mengalami proses kompresi dan masuk ke regenerator untuk menerima panas.
199

Pemanasan larutan air-amoniak lebih lanjut dilakukan dalam generator


dengan sumber panas, misalnya dari energi surya, sehingga terjadi proses
penguapan larutan. Larutan yang menguap kemudian masuk ke rectifier untuk
dilakukan pemisahan amoniak dan air. Amoniak murni masuk ke kondenser
dan melanjutkan siklus refrigerasi, sedangkan air kembali masuk generator
untuk dipakai kembali sebagai media transport. Dari gambar di atas dapat
dilihat bahwa prinsip sistem absorpsi adalah sama dengan dengan sistem
kompresi uap, hanya berbeda pada bagian dalam garis putus-putus.

g. Sistem Refrigerasi Termoelektrik. Telah diketahui dari apa yang


disebut efek Seebeck bahwa dua buah logam yang berbeda apabila ujung-
ujungnya dihubungkan kemudian dipanaskan salah satu ujungnya maka akan
timbul arus listrik dalam rangkaian logam tersebut.

Gambar 14.11. Siklus Refrigerasi Termoelektrik

Efek Seebeck ini kemudian bisa dimanfaatkan untuk sebuah generator


listrik yang biasa disebut sebagai thermoelectric power generator. Seperti pada
bagian sebelumnya bahwa siklus daya dan siklus refrigerasi adalah mempunyai
prinsip kerja yang sama hanya dengan arah yang berlawanan, maka siklus
daya termoelektrik ini bisa juga dipakai untuk siklus refrigerasi. Siklus refrigerasi
termoelektrik akan memanfaatkan efek Peltier dimana apabila dialirkan arus
listrik dalam rangkaian yang terbuat dari dua buah logam yang berbeda, maka
pada ujung yang satu terjadi penyerapan kalor dan pada ujung yang satunya
200

terjadi pembuangan kalor. Prinsip kerja dan susunan sistem secara skematis
dapat dilihat di gambar di bawah.
Pada aplikasinya refrigerasi termoelektrik akan menggunakan
semikonduktor sebagai media untuk menyerap dan membuang kalor.
Walaupun sistem ini mempunyai kelemahan yaitu rendahnya efisiensi, tetapi
karena ringan, sederhana, dan tidak berisik maka dipandang sebagai teknologi
refrigerasi masa depan.

89. Evaluasi.
a. Sebutkan dan jelaskan klasifikasik siklus refrigerasi.
b. Refrigerator menggunakan refrigeran R-12 dan beroperasi dengan siklus
kompresi uap ideal antara 0,15 dan 0,8 MPa. Apabila laju massa refrigeran 0,06
kg/s, tentukan:
1) Laju kalor dari ruangan yang didinginkan dan kerja kompresor.
2) Laju kalor yang dibuang ke lingkungan.
3) COP
c. Dalam sebuah refrigerator aktual, R-12 masuk ke kompresor sebagai uap
panas lanjut pada 0,14 MPa, 21C, laju massa 0,05 kg/s, dan keluar pada
0,8MPa, 45C. Refrigeran didinginkan dalam kondenser sampai 26C, 0,72
MPa dan di-throttling sampai 0,15 MPa. Dengan mengabaikan rugi kalor dan
rugi tekanan dalam pipa-pipa sambungan tentukan :
1) Laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor.
2) Efisiensi adaibatik kompresor.
3) COP.
d. Jelaskan sumber-sumber panas yang sering dipakai dalam sebuah heat
pump.
e. Sistem refrigerasi cascade 2 tingkat beroperasi antara 0,8 dan 0,14 MPa.
Setiap tingkat beroperasi dengan siklus kompresi uap ideal dengan R-12
sebagai fluida kerja. Kalor dibuang dari siklus tekanan rendah ke tekanan tinggi
dilewatkan alat penukar kalor adiabatik dimana masing-masing fluida kerja
bertekanan 0,31 MPa. Apabila laju fluida kerja pada siklus tekanan tinggi
adalah 0,05 kg/s, tentukan :
201

1) Laju fluida kerja pada siklus tekanan rendah.


2) Laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor.
3) COP
f. Jelaskan cara kerja pencairan gas (Liquefaction of Gases).
g. Jelaskan cara kerja sistem Refrigerasi Termoelektrik.
202

BAB XV

EVALUASI

90. Umum. Evaluasi merupakan refleksi dari para peserta didik dalam melaksa-
nakan proses pembelajaran dengan materi tertentu. Dari hasil evaluasi dapat diper-
oleh gambaran penerimaan dan pengetahuan peserta didik dalam menguasai materi.

91. Evaluasi.
a. Jelaskan konsep dasar dari thermodinamika teknik?.
b. Jelaskan pandangan mikro dan makro dari thermodinamika?.
c. Jelaskan siklus thermodinamika?.
d. Jika skala celcius menunjukkan 2xo, sedangkan skala farenheit
menunjukkan 5xo, berapa temperatur yang diukur?
f. Bagai hubungan antara nilai R dan K dalam thermodinamika, jelaskan?
g. Sebuah ruangan yang berisikan 0,06 m 3 gas. Tekanan mula-mula yang
diberikan oleh beban pada piston 230 KPa. Ruangan dipanaskan pada tekanan
konstan sampai volume akhir 0,25 m3. Hitung kerja yang dilakukan sistem.
h. Panas yang ditambahkan ke sistem sebesar 300 kJ, dan kerja 10 kNm
dikerjakan pada sistem. Tentukan perubahan energi dalam sistem tersebut.
i. Jelaskan pengertian enthalpi dan berikan contohnya.
j. Jelaskan pengertian enthropi dan berikan contohnya.
k. Jelaskan kegunaan dari grafik psikrometri?
l. Jelaskan yang dimaksud kelembaban udara?
m. Jika dalam pengamatan diperoleh data bola basah 23 0 C, dan bola kering
260 C, hitung kelembaban yang terjadi.
n. Sebuah bejana memiliki massa didalam bejana tersebut awalnya adalah
m1 = 175 kg, kemudian ada massa yang masuk sebesar m 2 = 50 kg, massa
yang keluar melalui drainase me = 45 kg, hitung massa akhir dari isi bejana
tersebut dan jelaskan proses apa yang sedang terjadi.
o. Jelaskan yang dimaksud aliran steady dan unsteady serta berikan contoh
aplikasinya.
p. Jelaskan proses-proses ireversibel dan reversibel dalam kehidupan
sehari-hari.
203

kJ
q. Suatu gas ideal memiliki panas jenis tekanan konstan 2,14 kgoC dan berat
kg
molekul 16,04 . 7,5 kg dari gas itu dipanaskan dari temperatur ruang
kmol

menjadi 525 K didalam suatu tangki tertutup. (Volume dikondisikan konstan),


maka tentukan kerja yang dilakukan oleh gas, perpindahan panas dan
perubahan entalpi yang terjadi.
r. Tentukan panas yang dibutuhkan untuk memanaskan sejumlah udara
pada tekanan konstan 5.105 Pa. Volume awal gas tersebut 20 dm3 dan terbaca
dalam alat ukur sebesar 4. 10-1 m3, jika faktor K = 1,55.
kJ
s. Suatu gas ideal memiliki panas jenis tekanan konstan 2,85 , , berat
kgo C
kg
molekul 16,04 , 4,977 kg udara dengan tekanan 3.105 Pa, temperatur awal
kmol

adalah temperatur ruangan dipanaskan dan mengembang secara isobaris


sehingga temperaturnya naik menjadi 350C. Tentukan kerja yang dilakukan,
perpindahan energi panas dan perubahan entalpi.
t. 5 kg udara dari 280 C dan tekanan 1 atm dikompresikan secara politropis
sehingga tekanannya menjadi 35 atm. Bila faktor exponen adiabatis K = 1,3
dan faktor exponen politropis n = 1,3. Tentukan temperatur akhir, volume
mula-mula, volume akhir, kerja yang dilakukan dan panas yang dipindahkan.
kJ
u. Suatu gas ideal memiliki panas jenis tekanan konstan 3,14 kgoC dan berat
kg
molekul 16,04 . 6,5 kg dari gas itu dipanaskan dari temperatur ruang
kmol

menjadi 600 K didalam suatu tangki tertutup. (Volume dikondisikan konstan),


maka tentukan kerja yang dilakukan oleh gas, perpindahan panas dan
perubahan entalpi yang terjadi.
v. Jelaskan proses thermodinamik pada siklus otto.
w. Sebuah siklus otto, mengkompresikan sejumlah udara dengan tekanan 1
Kg/cm2 dan 800 F. Perbandingan kompresi 7 dan tekanan akhir pemasukan
panas (pembakaran) sebesar 18 Atm, k= 1,35.
Hitung:
1) Temperatur dan tekanan akhir langkah kompresi.
2) Temperatur pemasukan panas.
3) Temperatur dan tekanan akhir langkah ekspansi.
4) Efisiensi termis siklus dari otto tersebut.
204

x. Sebuah siklus baku diesel, mengkompresikan sejumlah udara dengan


temperatur dan tekanan ruang, jika perbandingan kompresi siklus baku diesel
tersebut 13,25, dengan perbandingan pancung 2,5, dan perbandingan panas
jenis 1,3.
Hitunglah:
1) Temperatur dan takanan akhir kompresi
2) Temperatur akhir pemasukan panas
3) Temperatur dan tekanan akhir langkah ekspansi
4) Effisiensi termis siklus baku disesel tersebut.
z. Sebuah siklus baku dual mengkompresikan 0,9 kg udara dari 1 bar dan
570C. Perbandingan kompresi (rv) 12, perbandingan tekanan (rp) 1,45 dan
perbandingan pancung (rc) = 1,7, nilai K = 1,4, Cp = 1 kJ/kg K dan Cv = 0,716
kJ/kg K.
Hitung:
1) Prosentase clrearence, tekanan, volume dan temperatur setiap titik
pada siklus.
2) panas masuk
3) Panas keluar
4) Kerja yang dilakukan
5) Efisiensi termis
6) Tekanan rata-rata.
z. Jelaskan prinsip carnot.
aa. Hitung besarnya effisiensi bila diketahuti W = 200 KW, Kalor yang masuk
250 KW.
ab. Pada suatu siklus Brayton, udara dengan temperatur 170C dan 1 bar,
masuk kompresor dimana udara tersebut dikompresikan dengan perbandingan
tekanan 4. Udara masuk turbin pada temperatur 830 0C dan mengembang
sampai tekanan mula-mula 2 bar. Tentukan efisiensi siklus baku udara brayton.
ac. Sebutkan dan jelaskan klasifikasik siklus refrigerasi.
ad. Refrigerator menggunakan refrigeran R-12 dan beroperasi dengan siklus
kompresi uap ideal antara 0,15 dan 0,8 MPa. Apabila laju massa refrigeran 0,06
kg/s, tentukan:
1) Laju kalor dari ruangan yang didinginkan dan kerja kompresor.
205

2) Laju kalor yang dibuang ke lingkungan.


3) COP
ae. Dalam sebuah refrigerator aktual, R-12 masuk ke kompresor sebagai uap
panas lanjut pada 0,14 MPa, 21C, laju massa 0,05 kg/s, dan keluar pada
0,8MPa, 45C. Refrigeran didinginkan dalam kondenser sampai 26C, 0,72
MPa dan di-throttling sampai 0,15 MPa. Dengan mengabaikan rugi kalor dan
rugi tekanan dalam pipa-pipa sambungan tentukan :
1) Laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor.
2) Efisiensi adaibatik kompresor.
3) COP.
af. Sistem refrigerasi cascade 2 tingkat beroperasi antara 0,8 dan 0,13 MPa.
Setiap tingkat beroperasi dengan siklus kompresi uap ideal dengan R-12
sebagai fluida kerja. Kalor dibuang dari siklus tekanan rendah ke tekanan tinggi
dilewatkan alat penukar kalor adiabatik dimana masing-masing fluida kerja
bertekanan 0,31 MPa. Apabila laju fluida kerja pada siklus tekanan tinggi
adalah 0,05 kg/s, tentukan :
1) Laju fluida kerja pada siklus tekanan rendah.
2) Laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor.
3) COP
f. Jelaskan cara kerja pencairan gas (Liquefaction of Gases).
g. Jelaskan cara kerja sistem Refrigerasi Termoelektrik.
206
KONFIDENSIAL

BAB XVI

PENUTUP

Demikian bahan ajar Thermodinamika Teknik untuk siswa D-3 jurusan Teknik
Otomotif Ranpur Lemjiantek Kodiklat TNI AD. Saran dan kritik senantiasa dibutuhkan
untuk kesempurnaan bahan ajar ini guna menunjang kelancaran proses belajar
mengajar di Lembaga Pengkajian teknologi Kodiklat TNI AD.

Kepala Lembaga Pengkajian Teknologi

Gunawan Pakki, S.IP., S.T.


Kolonel Czi NRP 30926

KONFIDENSIAL

Anda mungkin juga menyukai