Unsur-unsur transisi blok d dalam deret pertama terdiri dari unsur-unsur: skan-
dium, titanium, vanadium, kromium, mangan, besi, kobalt, nikel, dan tembaga.
Hal ini berarti bahwa logam-logam mata uang, yaitu: Cu, Ag, dan Au termasuk unsur-
unsur transisi, karena Cu(II) mempunyai konfigurasi [Ar] 3d9, Ag(II) mempunyai
konfigurasi [Kr] 4d9 , dan Au(III) mempunyai konfigurasi [Xe] 4f14 5d8. Dengan de-
mikian, lebih tepat unsur-unsur ini dianggap sebagai unsur transisi karena perilaku
kimiawinya sangat mirip dengan unsur transisi lainnya. Seng mempunyai orbital d
yang sudah penuh, baik pada bentuk netral maupun bentuk Zn(II), sehingga seng tidak
termasuk unsur transisi.
1
kan atom-atom logam transisi ini membentuk ikatan kovalen. Logam-logam yang titik
leburnya relatif rendah disebabkan oleh ikatan logam, sedangkan titik lebur yang tinggi
dari kebanyakan logam transisi ini disebabkan oleh adanya ikatan kovalen antar atom-
atomnya di samping ikatan logam. Jari-jari atomnya tidak banyak berubah.
5.2.3 Konfigurasi Elektron dan Bilangan Oksidasi unsur Transisi Deret Pertama
Unsur-unsur transisi deret pertama mempunyai konfigurasi elektron dengan
ciri-ciri sebagai berikut.
1. Elektron dalam mempunyai susunan konfigurasi atom argon
2
2. Tujuh anggota deret mempunyai orbital 4s yang berisi dua elektron dan dua
anggota sisanya (Cr dan Cu) mempunyai orbital 4s yang hanya berisi satu elektron
3. Jumlah elektron yang mengisi orbital 3d bervariasi dari satu pada scandium (Sc)
sampai sepuluh pada tembaga (Cu).
Skandium mempunyai konfigurasi elektron [Ar] 3d1 4s2. Kombinasi Sc dengan
unsur-unsur yang lain menyebabkan hilangnya tiga elektron dan terbentuk ion Sc 3+.
Atom Ti, dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d2 4s2, dapat menggunakan empat elektron
dalam pembentukan senyawa dan mempunyai bilangan oksidasi +4. Atom Ti dapat
pula membentuk senyawa dengan menggunakan jumlah elektron yang lebih sedikit,
yaitu melalui pelepasan elektron 4s2 membentuk ion Ti2+. Titanium mempunyai dua
ciri, yaitu (a) mempunyai bilangan oksidasi yang bermacam-macam, (b) bilangan
oksidasi maksimumnya sesuai dengan nomor golongan IV-B. Kedua ciri ini juga
terdapat pada vanadium, kromium, dan Mangan dengan bilangan oksidasi maksimum
+5, +6, dan +7. Pada golongan VIII terjadi perubahan sifat Fe, Co, dan Ni yang tidak
menunjukkan variasi bilangan oksidasi seperti unsur-unsur sebelumnya, walaupun
dapat mempunyai berbagai macam bilangan oksidasi. Ketiga unsur tersebut juga tidak
mempunyai bilangan oksidasi maksimum seperti nomor golongannya (VIII). Jika
diurutkan dari nomor atom yang lebih kecil, unsur transisi deret pertama menunjukkan
kenaikan muatan inti, jumlah elektron d, dan energi yang diperlukan untuk ionisasi
elektron d. Penggunaan elektron d yang banyak menyebabkan ketidaksesuaian energi,
sehingga hanya ditemukan bilangan oksidasi yang lebih rendah. Tembaga mempunyai
satu elektron 4s dengan konfigurasi [Ar] 3d10 4s1, sehingga dapat menunjukkan
bilangan oksidasi +1 dan +2.
Tingkat oksidasi unsur-unsur transisi blok d deret pertama yang paling umum,
terutama dalam pelarut air dapat dilihat dalam Tabel 5.2 berikut:
3
+3 Paling stabil
+6 CrO42- dan Cr2O72- merupakan oksidator kuat
Mn +2 Paling stabil
+3 Stabil dalam ion kompleks
+4 MnO2 merupakan oksidator kuat
+6 MnO42- dalam larutan basa stabil
+7 MnO4- merupakan oksidator kuat
Fe +2 Stabil tapi mudah teroksidasi menjadi +3
+3 Paling stabil
+6 Jarang didapatkan
Co +2 Paling stabil dalam larutan
+3 Stabil dalam bentuk ion kompleks
Ni +2 Paling stabil
+3 Jarang didapatkan dan merupakan oksidator kuat
5.3 Skandium
Skandium ditemukan di alam bersama-sama dengan unsur-unsur lantanida dan
memiliki sifat yang sama dengan unsur-unsur tersebut. Unsur scandium merupakan
unsur transisi blok d deret pertama yang tingkat oksidasinya hanya +3. Atom skandium
mudah melepaskan 3 elektron, dua dari subkulit 4s dan satu dari subkulit 3d, dan
membentuk ion 3+. Ion Sc3+ menunjukkan banyak kemiripan dengan Al3+, diantaranya
dapat membentuk senyawa Sc(OH)3 yang berupa padatan seperti agar-agar dan bersifat
amfoter, membentuk larutan yang bersifat alkalis, yaitu [Sc(H2O)2(OH)4]-, dapat
5
membentuk senyawa fluoro, Na3ScF6 seperti pada Na3AlF6. Ion Sc3+ tidak berwarna,
sedang ion 3+ logam-logam transisi deret pertama yang lain berwarna. Karena mempu-
nyai konfigurasi elektron gas mulia, ion Sc3+ kehilangan sifat-sifat ion logam transisi.
Skandium merupakan logam yang jarang ditemukan. Kandungan unsur ini
diperkirakan antara 5 sampai 30 ppm, dan hanya ditemukan pada beberapa tambang
mineral. Penggunaan skandium secara komersial sangat terbatas, salah satu diantaranya
adalah sebagai komponen dalam lampu-lampu berintensitas tinggi. Logam skandium
murni dibuat dengan cara elektrolisis campuran cairan ScCl 3 dengan klorida-klorida
lain.
5.4 Titanium
Titanium mempunyai struktur elektron [Ar]3d2 4s2. Energi untuk mengeluarkan empat
elektron begitu besar, sehingga ion Ti4+ tidak ada, dan senyawa titanium (IV) yang ada
bersifat kovalen. Ada kemiripan antara Ti(IV) dan Sn(IV), yaitu TiO 2 (rutile) adalah
isomorf dengan SnO2 (cassiterite), dan keduanya berwarna kuning bila panas. TiCl4
seperti halnya SnCl4 adalah berupa zat cair yang dapat didestilasi, mudah terhidrolisis
oleh air, dan bertindak sebagai asam Lewis.
6
awal proses ini dilakukan dengan cara mengubah bijih rutil, TiO2 menjadi TiCl4 dengan
persamaan reaksi:
TiCl4 yang sudah dimurnikan selanjutnya direduksi menjadi logam titanium dengan
menggunakan lelehan logam magnesium pada temperatur sekitar 800oC dalam
lingkungan gas argon (dilakukan dalam lingkungan gas argon atau helium, karena
titanium mudah bereaksi dengan nitrogen dan oksigen bila dalam keadaan panas), dan
reaksi ini dilakukan dalam tabung baja dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
800oC
TiCl4 (l) + 2 Mg (s) Ti (s) + 2 MgCl2 (s)
Senyawa MgCl2 yang terbentuk dielektrolisis menjadi Mg dan Cl2 kemudian keduanya
didaur ulang. Logam titanium didapatkan sebagai padatan yang disebut sepon. Sepon
titanium harus diolah lagi dan dicampur dengan logam lain sebelum dapat digunakan.
7
Pada reaksi logam titanium dengan unsur-unsur lain, terjadi senyawa titani-
um(IV),Ti4+. Pada pembuatan tabir asap dalam peperangan dipakai senyawa TiCl4
yang oleh air dihidrolisis membentuk asap yang rapat.
TiCl4 yang berupa zat cair disemprotkan ke udara yang lembab dan bereaksi memben-
tuk kabut putih.
TiCl4 merupakan cairan tidak berwarna (t.b. -24oC; t.d. 136oC) yang berikatan kovalen
dan dalam udara lembab akan bereaksi dengan uap airnya menghasilkan asap/kabut
putih.
Titanium dengan bilangan oksidasi +4, seluruh elektron valensi atom Ti
digunakan dalam pembentukan ikatan. Pada tingkat oksidasi ini titanium menunjukkan
kemiripan dengan unsur golongan IV-A. Sifat fisik dan bentuk TiCl4 mirip dengan CCl4
dan SiCl4. Senyawa SiCl4 juga membentuk kabut dalam udara lembab seperti halnya
pada senyawa TiCl4. Titanium(IV) oksida, TiO2 murni dapat diperoleh dengan
melewatkan campuran gas TiCl4 dan O2 melalui tabung silika pada suhu sekitar 700oC
dengan persamaan reaksi:
Titanium(IV) oksida, TiO2 merupakan zat padat berwarna putih yang berikatan ion dan
bersifat amfoter (walaupun tidak terlalu larut dalam asam atau basa). TiO2 dapat larut
dalam asam sulfat pekat panas menghasilkan senyawa titanil sulfat,TiOSO 4.
Titanium(IV) oksida berwarna putih cemerlang, tidak tembus cahaya, tidak beracun,
8
dan harganya yang relative murah, sekarang banyak digunakan sebagai zat warna putih
dalam cat (sebagai pengganti timah karbonat basa yang beracun). TiO 2 juga digunakan
sebagai pemutih kertas, kaca, keramik, pelapis lantai, dan kosmetik.
Seperti senyawa titanium(II) yang lain, TiCl2 merupakan reduktor yang kuat, mudah
dioksidasi oleh udara, asam, dan air, sehingga ion titanium(II) tidak didapat dalam ben-
tuk larutan.
5.5 Vanadium
Logam vanadium lebih banyak didapatkan di alam daripada logam-logam tem-
baga, seng, timah, dan raksa (kira-kira 0,02% dalam kerak bumi). Logam ini walaupun
tersebar luas tetapi hanya sedikit deposit yang terkonsentrasi. Di alam, antara lain
vanadium diperoleh pada vanadit,Pb3(VO4)2 dan juga sebagai senyawa V2S5. Vanadium
9
juga didapat di alam dalam bijih carnotit yang mengandung unsur-unsur kalium,
uranium, vanadium, dan oksigen. Senyawa ini sangat penting sebagai sumber uranium.
Selain itu vanadium juga terdapat dalam minyak tanah dari Venezuela, dan diperoleh
kembali sebagai V2O5 dari debu asap setelah pembakaran.
Vanadium murni jarang didapatkan, karena seperti titanium, cukup reaktif ter-
hadap oksigen, nitrogen, dan karbon pada suhu tinggi yang digunakan pada proses me-
talurgi. Karena kegunaan utama secara komersial adalah dalam bentuk aliasi baja yang
memberikan sifat dapat diulur dan tahan getaran, maka produksinya terutama sebagai
aliasi besi "ferrovanadium". Dengan reaksi kimia yang komplek, diperoleh vana-
dium(V) oksida,V2O5. Senyawa ini kemudian diubah menjadi aliasi besi vanadium
(ferovanadium) dengan cara mereduksi V2O5 menggunakan logam aluminium dalam
serpihan baja.
s erpihan baja
3 V 2O 5 (s) + 10 Al (s) 6 V (s) + 5 Al2O 3 (s)
s ebagai paduan
dengan bes i
10
Tabel 5.3 Sifat-sifat Senyawa Oksida dan Beberapa Ion Vanadium
B.O Oksida Sifat Ion(a) Nama Ion Warna Ion
(a) : Beberapa ion-ion ini terhidrasi dalam larutan, misalnya [V(H 2O)6]2+, [V(H2O)6]3+, [VO(H2O)4]2+,
dan [VO2(H2O)4]+.
(b) : Tidak ada anion sederhana dari spesies vanadium(IV). Rumus ion ini adalah V4O92-
(c) : Ion ini hanya didapat pada larutan asam kuat (pH < 1,5)
(d) : Ortovanadat hanya didapat pada larutan basa kuat (Ph > 13). Pada pH lebih rendah, anionnya
bersifat lebih kompleks, misalnya pirovanadat (V2O74-) dari pH 10 sampai 13 dan metavanadat
(VO3-)n dari pH 7 sampai 10.
Sekitar 80% produksi vanadium digunakan untuk pembuatan baja. Baja yang
mengandung vanadium digunakan pada peralatan yang membutuhkan kekuatan dan
kelenturan, seperti pegas dan alat-alat mesin berkecepatan tinggi.
Tabel 5.4 Warna Senyawa Vanadium dengan Tingkat Oksidasi yang Berbeda-beda
11
Diagram potensial elektrode standar untuk vanadium adalah sebagai berikut.
Dalam larutan suasana asam ([H+] = 1 M):
Vanadium(V) oksida merupakan zat padat berwarna orange dan terutama digunakan
sebagai katalisator dalam proses kontak pada pembuatan asam sulfat.
Vanadium(V) oksida jika dilarutkan dalam larutan alkali kuat akan dapat di-
peroleh anion ortovanadat, VO43-. Misalnya, natrium ortovanadat, Na3VO4 dapat diper-
oleh dengan cara mereaksikan vanadium(V) oksida dengan larutan NaOH pekat.
Vanadium(V) oksida bila direaksikan dengan asam kuat akan membentuk kation VO2+.
12
Vanadium(III) oksida,V2O3 merupakan zat padat berwarna hitam yang mem-
punyai titik leleh tinggi dan dapat diperoleh jika gas hidrogen dialirkan pada senyawa
V2O5 yang panas.
Vanadium(III) Oksida,V2O3 bersifat basa, dan dapat larut dalam asam membentuk ion
[V(H2O)6]3+ yang berwarna hijau.
Garam vanadium(III) yang sangat dikenal adalah senyawa vanadium sulfat,
V2(SO4)3. Senyawa vanadium(III) dengan segera dapat berubah menjadi senyawa va-
nadium(IV) bila dibiarkan di udara terbuka, sehingga vanadium(III) juga merupakan
reduktor. Jadi senyawa trioksidanya secara lambat dengan oksigen (dingin) berubah
menjadi dioksida, dan larutan yang mengandung ion V 3+ terhidrat dapat teroksidasi
oleh udara menjadi ion VO2+.
Larutan yang mengandung ion vanadium(II) terhidrat adalah reduktor kuat dan dapat
bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen. Jadi larutan ini hanya dapat disimpan
jika ada reduktor, seperti misalnya seng amalgam dalam asam encer.
5.6 Kromium
Walaupun hanya ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi, kromium
merupakan salah satu logam yang terpenting dalam industri logam. Bijih utama di alam
yang mengandung kromium adalah kromit atau ferokromit, FeCr2O4 atau FeO.Cr2O3
dan sebagai timbal kromat,PbCrO4. Kromium dapat diperoleh dengan cara mereduksi
kromium(III) oksida,Cr2O3 menggunakan reduktor aluminium. Prosesnya disebut
proses termit karena reaksinya sangat eksoterm.
13
Cr2O3 (s) + 2 Al (s)
2 Cr (l) + Al2O3 (s) + 109 kkl
Bila diperlukan kromium yang murni, mula-mula kromit direaksikan lebih dahulu de-
ngan lelehan NaOH dan O2 untuk mengubah kromium(III) menjadi CrO42-. Senyawa
yang diperoleh kemudian dilarutan dalam air dan akhirnya diendapkan sebagai natrium
dikromat. Senyawa dikromat yang diperoleh ini kemudian direduksi menjadi
kromium(III) oksida dengan menggunakan karbon.
N a 2 C r 2 O 7 (s) + 2 C (s)
C r 2 O 3 (s) + N a 2 C O 3 (s) + C O (g )
Oksida yang diperoleh ini kemudian direduksi dengan menggunakan reduktor logam
aluminium.
14
Tabel 5.5 Beberapa Sifat-sifat Senyawa Oksida dan Beberapa Ion Kromium
Senyawa
B.O Oksida(a) Sifat Ion Nama Ion Warna Ion
Hidrokso
(a) : Oksida CrO2 juga banyak dikenal. Oksida ini merupakan konduktor listrik dan
feromagnetik yang banyak digunakan dalam tape-recorder berkualitas tinggi
(b) : Ion terhidratnya adalah [Cr(H2O)6]2+
(c) : Hidroksida ini mungkin merupakan suatu oksida terhidrat, Cr2O3.xH2O
(d) : Ion terhidrat [Cr(H2O)6]3+ berwarna ungu. Penggantian ligan lain untuk
molekul H2O menyebabkan perubahan warna, misalnya menjadi hijau.
(e) : Ion ini sesungguhnya [Cr(H2O)2(OH)4]- danjuga kadang-kadang muncul dalam
bentuk terhidrasi sebagai CrO2-.
(f) : Suatu nama yang lebih sistematis, yaitu diakuatetrahidroksokromat(III)
(g) : Senyawa hidroksonya adalah [CrO2(OH)2]
(h) : Senyawa hidroksonya adalah [Cr2O5(OH)2]
15
5.6.2 Senyawa-senyawa Kromium
Kromium mempunyai tingkat oksidasi +6 (oksidator), +3 (stabil), dan +2
(reduktor). Seperti halnya pada vanadium, senyawanya mudah diperlihatkan dengan
mereaksikan larutan kalium bikromat berasam dengan seng amalgam. Warna
larutannya akan berubah-ubah dari orange menjadi hijau kemudian menjadi biru
seperti dapat dilihat dalam Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6 Warna Senyawa Kromium dengan Tingkat Oksidasi yang Berbeda-beda
-0,41
Cr -0,91 Cr2+ Cr3+ 1,33 Cr2O 72-
Kromium(VI) oksida bersifat sebagai oksida asam, yang dengan air dapat mengha-
silkan asam.
16
Asam dikromat hanya ada dalam bentuk larutan saja, asamnya yang murni tidak dapat
dipisahkan.
Kromium(VI) oksida mempunyai daya untuk mengoksidasi. Bila dipanaskan
akan berubah menjadi kromium(II) oksida dan melepas gas oksigen.
-
2 CrO4- + 2 H+ 2 HCrO4 Cr2O72- + H2O
kuning orange
O O 190 ppm
O
115o
Cr Cr Cr
O O 160 ppm O
O O O
O
4 FeCr2O4 (s) + 8 Na2CO3 (s) + 7 O2(g) 8 Na2CrO4 (s) + 2 Fe2O3 (s) + 8 CO2(g)
Senyawa natrium dikromat dapat diperoleh dengan cara mengasamkan natrium kromat
dengan asam sulfat. Pada pengkristalan, natrium sulfat dapat dipisahkan lebih dahulu
kemudian baru natrium dikromat.
2 Na2CrO4 (s) + H2SO4 (aq) Na2Cr2O7 (aq) + Na2SO4 (aq) + H2O (l)
Natrium peroksida memberikan cukup OH- sehingga tidak perlu menambah larutan
alkali.
Natrium dan kalium dikromat dalam suasana asam dapat dipakai sebagai ok-
sidator. Larutannya yang diasamkan dengan asam sulfat dipakai untuk mengoksidasi
alkohol menjadi lemak. Sepotong kertas saring yang dibasahi dengan larutan dikromat
yang sudah diasamkan dapat dipakai untuk mengidentifikasi gas-gas yang bersifat
reduktor, misalnya SO2 dan H2S. Kertas saring yang mula-mula berwarna orange
berubah menjadi hijau karena terbentuk ion kromium(III).
Cr2O72- (aq) + 8 H+ (aq) + 3 H2S (g) 2 Cr3+ (aq) + 7 H2O (l) + 3 S (s)
18
kromium yang tidak dapat larut. Dengan cara ini kulit jadi (leather) yang mempunyai
sifat liat, lentur dan tahan terhadap kerusakan biologis.
Kromil klorida juga dapat terbentuk jika kromium(VI) oksida direaksikan dengan asam
klorida.
Karena bromida dan iodida tidak memberikan senyawa yang serupa dengan
klorida, maka reaksi di atas dapat digunakan untuk uji yang spesifik bagi ion klorida.
Senyawa kalium klorokromat merupakan zat padat ionik berwarna orange yang
dapat diperoleh dengan cara mendidihkan larutan kalium dikromat dengan asam
klorida pekat. Pada pendinginan, akan didapatkan zat padat kalium klorokromat.
19
5.6.2.2 Senyawa Kromium(III)
5.6.2.2.1 Kromium(III) oksida,Cr2O3
Senyawa kromium(III) oksida dapat diperoleh dengan cara memanaskan
amonium dikromat.
Dalam industri dapat diperoleh dengan cara mereduksi natrium dikromat menggunakan
reduktor karbon.
Kromium(III) oksida berupa zat padat berwarna hijau gelap dan mempunyai struktur
ion serupa dengan Al2O3, bersifat amfoter, larut dalam asam menghasilkan ion Cr3+ dan
dalam larutan alkali pekat dapat menghasilkan senyawa kromit.
Seperti pada kromium(III) oksida, kromium(III) hidroksida bersifat amfoter, larut da-
lam asam dan juga larut dalam larutan alkali pekat.
5.7 Mangan
Unsur mangan didapatkan di alam dalam bijih pirolusit, MnO2; manganit,
Mn2O3.H2O, dan juga pada hausmanit, Mn3O4. Di dasar laut, pada kedalaman ribuan
meter, juga telah ditemukan nodul mangan (manganese nodules). Benda ini
menyerupai batuan yang tersusun oleh lapisan logam mangan dan besi oksida dengan
sejumlah kecil logam lain seperti kobalt, tembaga, dan nikel. Nodul biasanya
20
berbentuk bulat dengan diameter antara beberapa milimeter sampai sekitar 15 cm.
Benda ini diduga tumbuh dengan kecepatan beberapa milimeter per sejuta tahun.
Cadangan terbesar yang diketahui adalah didaerah kepulauan Hawai Tenggara.
Mangan yang murni dapat diperoleh dengan cara mereduksi Mn3O4 menggunakan
reduktor logam aluminium. Logam mangan yang dihasilkan lalu didestilasi vacum.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperoleh mangan adalah dengan mereduksi
batu kawi menggunakan reduktor karbon pada suhu 1100 oC. Reaksi ini menghasilkan
logam yang kurang murni dan masih mengandung karbon.
Cara yang lain adalah mereduksi batu kawi dengan logam aluminium. Mula-mula
MnO2 dipanaskan dengan kuat, sehingga didapatkan senyawa Mn3O4. Senyawa yang
didapatkan ini lalu direduksi dengan menggunakan logam aluminium.
Seperti pada vanadium dan kromium, kegunaan yang paling penting adalah
dalam produksi baja, dan untuk keperluan ini biasa digunakan logam campuran besi-
mangan, yaitu feromangan. Feromangan diproduksi dengan mereduksi campuran besi
dan oksida mangan dengan karbon. Bijih mangan yang utama adalah pirolusit, MnO2.
MnO2 +
Fe2O3 + 5 C Mn + 2 Fe + 5 CO (g)
feromangan
21
Misalnya ferromanganese yang mengandung 80% Mn dan 20% besi. Dengan adanya
mangan, logam ini menjadi keras, kaku, dan tahan aus, serta digunakan sebagai kereta
api dan mesin-mesin buldoser.
2 MnO4- (aq) +16 H+ (aq) +5 Zn (s) 2 Mn2+ (aq) + 5 Zn2+ (aq) +8 H2O (l)
ungu merah muda pucat
Reaksi kimia yang penting dari senyawa mangan adalah reaksi oksidasi-reduksi, yang
dapat dirangkum melalui diagram potensial elektroda standar sebagai berikut.
Mn -1,20
Mn2+ 1,5
Mn3+ 1,0
MnO2 2,26
MnO42- 0,56
MnO4-
1,239 1,69
merah muda merah hitam hijau ungu
Mn -1,58
Mn(OH)2 -0,2
Mn(OH)3 0,1
MnO2 0,603
MnO 42- 0,558
MnO 4-
0,03 0,588
merah muda coklat hitam hijau ungu
Mangan(VII) oksida larut dalam air menghasilkan larutan yang berwarna ungu
dari senyawa asam permanganat, HMnO4 dan asam ini tidak pernah diisolasi.
Senyawanya yang lebih dikenal adalah garam kaliumnya.
22
5.7.2.1.2 Kalium Permanganat,KMnO4
Senyawa mangan(VII) yang paling banyak dikenal adalah dalam bentuk garam
permanganat, yaitu senyawa kalium permanganat, KMnO4. Cara pembuatannya dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: mengoksidasi mangan(IV) oksida,
MnO2 dan KOH panas dengan zat pengoksidasi yang kuat, misalnya kalium klorat,
KClO3 dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
3 MnO2 (s) + 6 OH- (aq) + ClO3- (aq) 3 MnO42- (aq) + 3 H2O (l) + Cl- (aq)
Kalium manganat(VI), K2MnO4 merupakan zat padat berwarna hijau yang hanya stabil
dalam larutan basa kuat. Selanjutnya, kalium manganat yang diperoleh dihaluskan,
dilarutkan dalam air dan campuran ini kemudian dididihkan. Pada kondisi ini, kalium
manganat(VI) akan mengalami reaksi disproporsionasi membentuk senyawa kalium
permanganat,KMnO4 dan mangan(IV) oksida, MnO2. Untuk membantu reaksi dispro-
porsionasi ini, gas CO2 dialirkan dalam larutan, sehingga ion hidoksida yang ada bere-
aksi dengan gas CO2 menghasilkan ion hidrogen karbonat. Agar MnO2 terpisah dari
KMnO4, dilakukan penyaringan dengan glass wool, dan hasil yang diperoleh se-
lanjutnya diuapkan sampai terbentuk kristal kalium permanganat.
3 MnO42- (aq) + 2 H2O (l) 2 MnO 4- (aq) + MnO2 (s) + 4 OH- (aq)
Zat pengoksidasi yang sangat kuat seperti PbO2 dan NaBiO3, dapat mengok-
sidasi garam mangan(II) menghasilkan ion permanganat. Reaksi ini dilakukan dalam
keadaan dingin, dalam larutan yang mengandung asam nitrat encer. Reaksi ini sering
digunakan untuk menegaskan pada uji ada tidaknya ion mangan(II).
2 Mn2+ (aq) + 5 BiO3- (aq) +14 H+ (aq) 2 MnO4- (aq) + 5 Bi3+(aq) + 7 H2O (l)
Larutan permanganat pada hakekatnya tidak stabil, terurai secara lambat namun
cukup dapat diamati dalam larutan suasana asam.
Dalam larutan netral atau sedikit basa dan dalam tempat gelap, penguraian larutan
permanganat lambat sekali. Penguraian larutan permanganat dikatalisis oleh adanya
cahaya, sehingga larutan baku permanganat harus disimpan dalam botol yang berwarna
gelap.
23
Dalam larutan basa, larutan permanganat merupakan pengoksidasi kuat, yang
dapat ditunjukkan oleh harga potensial elektroda standarnya sebagai berikut:
Namun dalam larutan basa kuat dan dengan larutan MnO4- berlebih, dihasilkan ion
menganat.
2 MnO4- (aq) + 3 Mn2+ (aq) + 2 H2O (l) 5 MnO2 (s) + 4 H+ (aq) Eo = + 0,4 V
KClO3 (s) + 6 KOH (s) + 3 MnO2 (s) KCl (s) + 3 K2MnO4 (s) + 3 H2O (g)
Dalam larutan asam atau netral, ion manganat, MnO42- mudah mengalami reaksi
disproporsionasi menjadi ion permanganat, MnO4- dan mangan(IV) oksida, MnO2,
tetapi hal ini dapat dihindari jika suasana larutannya basa.
3 MnO42- (aq) + 2 H2O (l) 2 MnO4- (aq) + MnO2 (s) + 4 OH- (aq)
24
5.7.2.3 Senyawa Mangan(IV)
Senyawa yang banyak kegunaannya adalah mangan(IV) oksida, MnO2. Di alam
senyawa ini didapatkan sebagai bijih pirolusit, MnO2 . Mangan(IV) oksida dapat
diperoleh dengan cara memanaskan mangan(II) nitrat, Mn(NO3)2.
Mangan(IV) oksida merupakan zat padat berwarna hitam yang tidak dapat larut
dalam air dan dianggap mempunyai struktur ionik. Mangan(IV) mempunyai
kemampuan sebagai oksidator, misalnya dengan HCl dapat menghasilkan gas Cl2 dan
ion Mn2+.
MnO2 (s) + 4 HCl (aq) MnCl2 (aq) + 2 H2O (l) + Cl2 (g)
MnO dapat bereaksi dengan asam tetapi tidak dapat bereaksi dengan larutan alkali,
sehingga MnO merupakan oksida basa.
25
Mangan(II) hidroksida, Mn(OH)2 dapat diperoleh sebagai zat padat berwarna
putih dengan cara mereaksikan larutan natrium hidroksida dengan larutan garam
mangan(II).
5.8 Besi
Manusia telah mengenal besi sejak 4000 tahun SM. Pada waktu itu, besi yang
dipakai mula-mula berasal dari meteorit, sebab di alam tidak didapatkan besi dalam
keadaan bebas. Besi dengan produksi tahunan mendekati satu milyar ton merupakan
logam paling penting dalam peradaban modern. Besi ditemukan tersebar luas di
seluruh kerak bumi dengan jumlah sekitar 4,7%. Bijih-bijih yang mengandung besi
terutama adalah hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4). Sedang yang mengandung
karbonat terutama adalah siderit (FeCO3), yang mengandung sulfida adalah pirit
(FeS2).
26
Oksida besi yang diperoleh kemudian dicampur dengan kokas atau karbon, batu kapur
(CaCO3) atau pasir (SiO2) dan dimasukkan ke dalam tanur tinggi (tingginya bisa
mencapai 60 meter) untuk direduksi (lihat Gambar5.2 tanur tinggi pengolahan besi).
Dari bawah tanur dihembuskan udara panas dengan tekanan tinggi. Pada keadaan ini
kokas yang ada akan teroksidasi dengan membebaskan panas.
Bila gas CO2 ini naik melalui kokas pijar yang ada di atasnya, maka gas CO 2 tersebut
akan tereduksi oleh kokas dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
Di bagian bawah, suhu mencapai kira-kira 1600 –1900oC. Makin tinggi dalam tanur,
makin turun suhunya. Di bagian atas, suhu dalam tanur sekitar 250 oC. Reaksi yang
terpenting di bagian ini adalah reduksi Fe2O3 menjadi Fe3O4 (campuran FeO dan
Fe2O3) dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Dengan adanya karbon, gas CO2 yang terjadi direduksi lagi menjadi gas CO. Pada
bagian lebih bawah lagi, Fe3O4 yang terjadi direduksi sampai menjadi FeO dengan
persamaan reaksi:
Di bagian lebih bawah lagi, FeO yang terjadi direduksi sampai menjadi Fe dengan
persamaan reaksi:
Dengan adanya hembusan gas CO yang terus menerus, kesetimbangan akan bergeser
ke kanan.
Bila bijih besi mengandung pasir, kepadanya ditambahkan CaCO3, dan seba-
liknya bila bijih besi mengandung kapur, perlu ditambah pasir (SiO 2). Jadi selalu
terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut:
27
CaO (s) + SiO2 (s) CaSiO3 (l) (1000o C)
(terak)
Di bagian atas, pada daerah yang bersuhu antara 500 – 800oC, bijih besi
(Fe2O3) telah tereduksi menjadi besi sebelum sampai pada daerah pembentukan terak
(slag). Hal ini menguntungkan karena jika tidak demikian maka sebagian bijih besi
akan bereaksi dengan pasir menjadi senyawa FeSiO3.
Kira-kira di tengah tanur, temperaturnya cukup tinggi, sehingga besi dan terak menjadi
lebur dan mengalir ke bawah. Oleh karena besi lebih berat daripada teraknya, maka
lapisan atas berupa terak sedang lapisan bawah besinya, sehingga antara besi dan terak
dapat dipisahkan. Lapisan terak juga dapat berfungsi sebagai pelindung besi agar tidak
teroksidasi lagi. Besi yang dihasilkan dari tanur tinggi masih berupa besi kasar yang
disebut bongkah besi atau besi kasar lantakan (pig iron) yang mengandung karbon
kurang lebih 4%. Hasil reaksi antara besi dengan kokas menghasilkan besi karbida
(semintit) dengan reaksi:
28
3 Fe (s) + C (s) Fe3C (s)
Selain karbon, besi kasar juga mengadung silikon dari hasil reduksi SiO 2 oleh karbon,
aluminium dari hasil reduksi Al2O3, fosfor, mangan, belerang, dan zat-zat yang
biasanya terdapat dalam tanah. Besi kasar yang mempunyai sifat rapuh dan keras bia-
sanya diubah menjadi besi tuang (cast iron) atau baja.
Besi murni titik lelehnya 1535oC, sedang besi kasar dari tanur titik lelehnya
kira-kira 1200oC. Jika besi kasar dilebur lagi dan didinginkan dengan cepat, besi tuang
yang dihasilkan bersifat keras tetapi rapuh. Bila cara mendinginkannya lambat, besi
tuang yang dihasilkan lunak tetapi ulet dan berwarna kelabu. Besi dari tanur tinggi
masih mengandung karbon. Jika karbon di dalam besi berupa Fe 3C, besi yang
dihasilkan bersifat keras dan rapuh, sedang jika berupa karbon bebas, besi yang diha-
silkan kurang rapuh dan juga kurang keras.
5.8.3 B a j a
Sejenis baja yang dinamakan “baja wootz” mula-mula diproduksi di India 3000
tahun yang lalu. Baja ini menjadi terkenal seperti baja Damaskus, yang bersifat mudah
dibentuk, ketajamannya awet, dan sering digunakan dalam pembuatan pedang. Banyak
teknologi maju dibuat sejak jaman itu, termasuk tungku dengan semprotan udara atau
gas (blast furnace) pada sekitar tahun 1300, tungku Bessemer pada tahun 1856, tungku
terbuka pada tahun 1860, dan baru-baru ini tungku oksigen.
Perubahan mendasar yang harus dilakukan dalam setiap proses pengolahan baja
adalah: (1) menurunkan kadar karbon dari 3 sampai 4% dalam besi kasar lantakan
menjadi 0 sampai 1,5% dalam baja; (2) membuang Si, Mn, dan P (yang kadarnya
masing-masing dalam besi lantakan sekitar 1%) melalui pembentukan terak bersama-
29
sama dengan pengotor lainnya; (3) menambah unsur-unsur aliasi atau campuran,
seperti Cr, Ni, Mn, V, Mo, dan W agar baja mendapatkan sifat yang dikehendaki.
SiO2 yang terjadi akan bereaksi dengan MnO dan FeO membentuk MnSiO3 dan
FeSiO3 yang berupa terak. Fe3C dan karbon yang bebas juga mengalami oksidasi
dengan persamaan reaksi:
2 Fe3C (s) + O2 (g) 6 Fe (l) + 2 CO (g)
Gas CO yang terjadi terbakar di udara dan berupa nyala api yang keluar dari mulut
tungku Bessemer. Bila api telah padam, hal ini menunjukkan bahwa hampir semua
karbon telah habis dan penghembusan udara segera dihentikan agar jangan ada besi
yang teroksidasi lagi. Pada keadaan ini hampir semua karbon telah hilang, tetapi kar-
bon dalam jumlah sedikit dapat menambah faedah baja. Oleh karena itu, sejumlah
tertentu karbon perlu ditambahkan lagi pada besi, tergantung pada keperluannya, se-
lain itu juga mangan perlu ditambahkan untuk mereduksi FeO dengan reaksi sebagai
berikut:
MnO yang terjadi akan bereaksi dengan SiO2 membentuk MnSiO3 yang berupa terak.
Proses Bessemer menghasilkan baja yang mutunya kurang baik, karena itu harganya
lebih murah. Baja Bessemer biasanya dipakai untuk rangka beton bangunan, jembatan,
pipa, dan lain-lain.
31
5.8.3.4 Tungku Listrik
Proses ini sesungguhnya sama dengan proses tanur terbuka, hanya pemanasnya
yang berbeda. Proses listrik menggunakan tenaga listrik sebagai pemanas, dengan
demikian temperaturnya mudah dikontrol. Proses ini dapat menghasilkan baja
campuran yang mempunyai kualitas tinggi.
32
78% Ni, 21% Fe + C Electromagnet, Adanya listrik da-
kabel bawah laut pat menimbulkan
Permalloy sifat magnet, bila
aliran putus, sifat
magnetnya hilang
84,3% Fe,14,5% Si, Pipa, ketel, Tahan karat dan
Duriron
0,85 C, 0,35 Mn pendingin tahan asam
- 0,44 + 0,77
Fe Fe2+ Fe3+
Menurut diagram di atas, Fe2+ tidak akan dioksidasi oleh ion H+ dengan konsentrasi 1
molar, tetapi sebaliknya ion Fe3+ dapat direduksi oleh H2. Dengan asam yang bersifat
oksidator, misalnya asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat, besi akan bereaksi dengan
asam-asam itu membentuk ion Fe2+ dan selanjutnya akan mengalami oksidasi lebih
lanjut menghasilkan ion Fe3+, sedang asam sulfatnya akan mengalami reduksi
membentuk SO2 dan asam nitrat direduksi menghasilkan gas NO2. Asam nitrat yang
kurang pekat dapat direduksi oleh besi menghasilkan gas NO dan gas N2O. Besi yang
dipijarkan dapat bereaksi dengan uap air membentuk senyawa Fe3O4. Reaksi besi de-
ngan udara dan air berjalan lambat dan reaksi ini terjadi pada pembentukan karat besi.
Analisis karat besi menunjukkan adanya campuran besi(III) oksida, hidrat besi(II) dan
besi(III) oksida, serta besi(II) dan besi(III) karbonat basa. Besi tidak akan berkarat
dengan udara yang kering, karena terjadinya karat membutuhkan air.
33
-0,86 -0,56 0,72
Fe Fe(OH)2 Fe(OH)3 FeO 42-
Ion ferat(VI) (FeO42-) mengandung besi dengan tingkat oksidasi +6. Kalium
ferat(VI) (K2FeO4) dapat diperoleh dengan cara melebur campuran serbuk besi dengan
kalium nitrat sebagai zat pengoksidasi. Jika K2FeO4 dingin dimasukkan dalam air,
maka akan dihasilkan warna merah gelap dari ion FeO42-. Endapan BaFeO4 yang
berwarna ungu, dapat diperoleh dengan cara mereaksikan ion FeO42- dengan larutan
barium klorida.
Ion ferat(VI) merupakan oksidator kuat, misalnya dapat mengoksidasi ion
kromium(III) menjadi ion kromat (CrO42-). Baik oksidanya (FeO3) maupun asamnya
(H2FeO4) tidak dikenal.
Dalam reaksi di atas, senyawa besi(II) sulfat mengalami oksidasi menjadi senyawa
besi(III) oksida.
34
Koloid besi(III) hidroksida yang mempunyai warna seperti karat besi, dapat
diperoleh bila larutan besi(III) klorida tetes demi tetes dimasukkan ke dalam air panas
dalam jumlah yang banyak.
Jika Fe3O4 direaksikan dengan asam, maka akan terbentuk garam besi(II) dan garam
besi(III) dengan perbandingan 1 : 2.
Hematit, Fe2O3 dan magnetit, Fe3O4 merupakan sumber utama dari besi dan
baja. Besi(III) oksida digunakan sebagai bahan penggosok permata dan sebagai zat
warna.
35
Besi(III) sulfat dapat diperoleh dengan cara memanaskan campuran larutan
besi(II) sulfat berasam dan hidrogen peroksida sebagai oksidator.
2 FeSO4 (aq) + H2SO4 (aq) + H2O2 (aq) Fe2(SO4)3 (aq) + H2O (l)
Jika larutan di atas dikristalkan, akan diperoleh senyawa hidrat besi(III) sulfat,
Fe2(SO4)3.9H2O.
Besi(III) sulfat membentuk alum, dan senyawa yang paling dikenal adalah
amonium besi(III) sulfat, NH4Fe(SO4).12H2O.
36
FeC2O4 (s) FeO (s) + CO (g) + CO2 (g)
Besi(II) oksida yang diperoleh dengan cara seperti di atas akan memijar bila memercik
ke udara. Jika dipanaskan pada temperatur tinggi dalam lingkungan gas inert, ke-
mudian diikuti dengan pendinginan secara perlahan, maka senyawa FeO akan cen-
derung mengalami disproporsionasi menjadi besi dan oksida magnetik dari besi.
Terbentuknya endapan hijau ini mungkin disebabkan oleh adanya besi(III) hidroksida
dalam jumlah yang sedikit, yang terbentuk karena besi(II) hidroksida teroksidasi oleh
udara, atau dapat pula disebabkan oleh adanya ion besi(III) dalam larutan yang
mengandung ion besi(II). Bila besi(II) hidroksida dibiarkan di udara terbuka dalam
jangka waktu lama, maka semuanya akan teroksidasi menjadi besi(III) hidroksida,
terutama besi(III) oksida terhidrat, Fe2O3.xH2O.
Besi(II) hidroksida mudah larut dalam larutan asam encer menghasilkan ion
besi(II) terhidrat, [Fe(H2O)6]2+ yang berwarna hijau. Besi(II) hidroksida juga dapat larut
dalam larutan natrium hidroksida pekat. Hal ini dapat dipandang bahwa besi(II)
hidroksida bersifat sedikit amfoter.
Larutan besi(II) sulfat mengandung ion [Fe(H2O)6]2+ yang berwarna hijau pucat.
Satu molekul air pada ion ini dapat diganti oleh NO menjadi [Fe(H2O)5(NO)]2+. Ion
kompleks ini berwarna coklat gelap, dan reaksi ini merupakan reaksi pembentukan
cincin coklat yang digunakan untuk uji ada tidaknya ion nitrat. Persamaan reaksinya
dapat ditulis sebagai berikut:
3 Fe2+ (aq) + NO3- (aq) + 4 H+ (aq) 3 Fe3+ (aq) + 2 H2O (l) + NO (g)
[Fe(H2O)6]2+ (aq) + NO (g) [Fe(H2O)5(NO)]2+ (aq) + H2O (l)
Nitrat dalam suasana asam direduksi oleh besi(II) sulfat menghasilkan NO. Gas NO ini
kemudian bereaksi dengan besi(II) sulfat berlebih menghasilkan senyawa yang
berwarna coklat dari [Fe(H2O)5(NO)]2+. Senyawa ini dapat dilihat pada batas antara dua
cat cair sebagai cincin yang berwarna coklat.
38
Besi(II) sulfat merupakan salah satu hasil dari industri kimia yang harganya
sangat murah, dan digunakan untuk membuat senyawa besi(III) oksida (untuk zat
warna), Prussian blue (zat warna), dan untuk tinta.
39
Penambahan larutan kalium heksasianoferat(III) dalam larutan yang mengan-
dung ion besi(II) akan menghasilkan endapan biru gelap (biru Turnbull's). Warna biru
Turnbull's kelihatannya serupa dengan biru Prussian, dan kemungkinan bahwa besi(II)
mula-mula mereduksi heksasianoferat(III) menjadi heksasianoferat(II) dengan
persamaan reaksi:
5.9 Kobalt
Kobalt merupakan logam yang jarang ditemukan dan diperkirakan sebanyak 20
ppm terdapat dalam kerak bumi. Kobalt ditemukan dalam cadangan yang mengumpul,
sehingga produksi per tahunnya mencapai jutaan ton. Bijih utama yang mengadung
kobalt adalah kobaltit (CoAsS) dan smaltit (CoAs 2). Biasanya bijih-bijih itu didapatkan
bersama-sama dengan unsur lain seperti besi, nikel, tembaga, belerang, dan arsen.
Ekstraksi dari kobalt melalui proses yang rumit dan sebagai hasil akhirnya didapatkan
senyawa trikobalt tetroksida, Co3O4. Oksida ini kemudian direduksi sampai menjadi
logamnya dengan reduktor karbon atau aluminium.
Logam kobalt yang murni dapat diperoleh dengan cara elektrolisis suatu larutan
yang mengandung kobalt(II) sulfat dan amonium sulfat, (NH4)2SO4.
40
sulfat encer dan asam klorida encer dapat bereaksi secara lambat dengan logam kobalt
menghasilkan ion kobal(II), Co2+ dan membebaskan gas hidrogen. Dengan asam nitrat
pekat logam kobalt menjadi pasif, tetapi dengan asam nitrat encer dapat bereaksi
menghasilkan ion kobalt(II) dan oksida nitrogen.
"Stellite", merupakan aliasi dari kobalt, kromium, dan wolfram, mempunyai
sifat sangat keras meskipun dipanaskan hingga merah. Aliasi ini biasanya digunakan
pada katup-katup pembakaran pada mesin dan alat pemotong. "Alnico", merupakan
aliasi dari logam kobalt, aluminium, dan nikel, yang biasanya digunakan untuk
pembuatan magnet permanen. Logam campuran atau aliasi lain antara lain
"constantan" dan "nichrome", keduanya mengandung kobalt dan nikel. Aliasi ini
digunakan untuk elemen pada pemanas listrik.
41
Kobalt(II) oksida, CoO adalah zat padat berwarna hijau zaitun yang dapat
diperoleh dengan cara memanaskan senyawa kobalt(II) karbonat atau kobalt(II) nitrat
dan dilakukan tanpa udara. Adanya udara dapat mengakibatkan terbentuknya Co 3O4
yang merupakan campuran dari kobalt(II) dan kobalt(III).
Kobalt(II) hidroksida, Co(OH)2 dapat diperoleh sebagai zat padat yang ber-
warna biru jika larutan garam kobalt(II) ditambah dengan larutan NaOH. Jika dibiar-
kan, warna biru ini akan berubah menjadi pink (merah muda).
Kobalt(II) hidroksida dapat larut dalam larutan asam encer menghasilkan ion kobalt(II)
yang berwarna merah muda (pink). Senyawa kobalt(II) hidroksida juga dapat bereaksi
dengan larutan kalium hidroksida pekat panas, dengan demikian senyawa kobalt(II)
hidroksida dapat dipandang memperlihatkan sifat amfoter lemah.
Kobalt(II) sulfida, CoS merupakan zat padat yang berwarna hitam, dan dapat
diperoleh jika larutan garam kobalt(II) yang mengandung amonium hidroksida dan
amonium klorida dialiri gas hidrogen sulfida. Dalam larutan yang bersifat asam, hasil
kali kelarutan senyawa sulfida ini sangat tinggi, sehingga sukar untuk diendapkan.
Garam-garam yang larut yang mengandung ion kobalt(II), misalnya klorida,
nitrat, dan sulfat, dapat diperoleh dengan cara mereaksikan senyawa oksida, hidroksi-
da, atau karbonat dari kobalt(II) dengan larutan asam encer yang sesuai, kemudian
diteruskan dengan penguapan dan pengkristalan.
Larutan garam kobalt(II) mengandung ion [Co(H2O)6]2+ yang berwarna merah
muda. Bila larutan [Co(H2O)6]Cl2 dipanaskan, maka akan terjadi senyawa CoCl2 yang
berwarna biru. Perubahan warna ini juga terjadi bila pada larutan [Co(H2O)6]2+
ditambah HCl. Hal ini rupanya disebabkan oleh terbentuknya (CoCl4)2- yang warnanya
biru.
42
Pada reaksi di atas, kesetimbangan akan bergeser ke kanan jika ada penambahan ion
Cl-, selain itu juga akan bergeser ke kanan jika temperatur dinaikkan, atau pada pe-
nambahan air maka warna biru akan berubah menjadi merah muda.
5.10 Nikel
Nikel menduduki urutan ke 24 dalam jumlah kandungannya di kerak bumi.
Bijih-bijih nikel biasanya berupa senyawa sulfida atau arsenida yang bercampur
dengan logam-logam lain seperti besi, tembaga, dan kobalt. Misalnya pada penladit,
(Ni,Cu,Fe)S dan pada gernierit, (Ni,Mg)SiO3.xH2O. Cadangan nikel yang besar
ditemukan di Kanada.
Proses pembuatannya melalui beberapa tahap yang rumit, dan hasil akhirnya
diperoleh nikel oksida, NiO. Selanjutnya nikel oksida ini direduksi menjadi nikel de-
ngan cara memanaskan campuran nikel oksida dan karbon.
350oC
NiO (s) + CO (g) Ni (s) + CO2 (g)
tidak murni
60oC
Ni (s) + 4 CO (g) Ni(CO)4 (s)
tidak murni
200oC
Ni(CO)4 (s) Ni (s) + 4 CO (g)
murni
Metoda untuk memperoleh nikel yang murni ini dikenal dengan nama proses Mond.
43
Sifat-sifat nikel sangat mirip dengan kobalt, mempunyai titik leleh 1452 oC dan
berat jenis 8,9 g.cm-3. Logam nikel merupakan logam yang tidak reaktif, tidak bereaksi
dengan udara dan air pada temperatur kamar, tetapi bila dipanaskan dapat bereaksi
dengan oksigen menghasilkan nikel(II) oksida, NiO. Asam-asam mineral yang encer
dapat bereaksi secara lambat membentuk ion nikel(II), Ni2+ dan dengan asam nitrat
yang pekat menyebabkan logam nikel ini menjadi pasif. Karena nikel tidak bereaksi
dengan natrium hidroksida lebur, maka krusibel dari bahan nikel tepat sekali jika
digunakan untuk melebur senyawa alkali.
Nikel banyak digunakan sebagai logam campuran/aliasi, misalnya monel me-
rupakan aliasi dari nikel dan tembaga, yang digunakan dalam konstruksi pabrik kimia;
kopronikel juga merupakan aliasi dari nikel dan tembaga, yang digunakan untuk mata
uang "perak"; dan emas putih sebagai pengganti platina merupakan campuran dari
nikel dan emas.
Nikel(II) oksida merupakan oksida basa dan dapat larut dalam larutan asam yang encer
menghasilkan ion [Ni(H2O)6]2+ yang berwarna hijau.
Nikel(II) hidroksida, Ni(OH)2 dapat diperoleh sebagai endapan seperti agar-
agar bila larutan yang mengandung garam nikel(II) ditambah dengan larutan NaOH.
Ni(OH)2 dengan cepat dapat bereaksi dengan larutan asam yang encer tetapi tidak
bereaksi dengan larutan basa kuat. Nikel(II) hidroksida dapat larut dalam larutan
amonium hidroksida membentuk larutan yang berwarna biru dari ion kompleks
[Ni(NH3)6]2+ dan [Ni(H2O)2(NH3)4]2+.
44
Ni(OH)2 (s) Ni2+ (aq) + 2 OH- (aq)
+
6 NH3 (aq)
[Ni(NH3)6]2+ (aq)
Nikel(II) sulfida, NiS dapat diperoleh sebagai endapan hitam jika larutan garam
nikel(II) yang mengandung amonium hidroksida dan amonium klorida dialiri gas H2S.
Hasil kali kelarutan NiS sangat tinggi dalam larutan asam, oleh karena itu dalam
larutan asam sukar untuk diendapkan.
Garam-garam nikel(II) yang larut, misalnya senyawa nikel(II) klorida,
NiCl2.6H2O; nikel(II) nitrat, Ni(NO3)2.6H2O; dan Nikel(II) sulfat, NiSO 4.7H2O dapat
diperoleh dengan cara mereaksikan nikel(II) oksida, nikel(II) hidroksida, atau nikel (II)
karbonat dengan larutan asam-asam yang encer yang sesuai, kemudian diikuti dengan
penguapan dan pengkristalan. Nikel(II) sulfat dapat membentuk garam rangkap jika
larutan yang dikristalkan mengandung amonium sulfat dalam jumlah yang ekivalen.
Garam rangkap ini mempunyai rumus (NH4)2SO4.NiSO4.6H2O dan digunakan sebagai
elektrolit dalam "nikel plating" (melapis logam dengan nikel).
Sebuah reaksi yang sangat khusus dari Ni 2+ yang dapat digunakan untuk
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif, yaitu pembentukan kompleks netral dengan
dimetilglioksim (DMG). Pada reaksi ini, DMG ditambahkan dalam larutan garam
nikel(II) beramonia yang akan dihasilkan endapan berwarna merah terang dari
senyawa nikel dimetil glioksim, Ni(DMG). Selain terjadi ikatan koordinasi antara atom
N dan Ni2+, terdapat pula ikatan hydrogen dalam senyawa kompleks ini.
2 DMG (aq) + Ni2+ (aq) + 2 OH- (aq) Ni(DMG)2 (s) + 2 H2O (l)
H3 C C C CH3
N N
O O
H Ni H
O 45 O
N N
H3C C C CH3
46