Anda di halaman 1dari 24

KIMIA ANORGANIK II

ALUMINIUM

Oleh:
Ni Kadek Sukiadi (1413031006)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas petunjuk dan
perlindungannya, dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Aluminium dengan
baik.

Penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan yang diberikan oleh pihak
pihak yang telah memperlancara penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI............................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3. Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2
2.1. Sejarah Aluminium........................................................................................2
2.2. Keberadaan Aluminium.................................................................................3
2.3. Isolasi Aluminium..........................................................................................3
2.4. Sifat Aluminium ............................................................................................5
2.5. Kegunaan Aluminium....................................................................................5
2.6. Senyawa Aluminium….................................................................................6
BAB III PENUTUP...................................................................................................17
3.1. Penutup........................................................................................................17
3.2. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... .

iii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga
terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira
8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan
dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum,
gibbsite, boehmite, diaspore, dan lain-lain). Sulit menemukan aluminium murni di alam
karena aluminium merupakan logam yang cukup reaktif.
Aluminium digunakan dalam banyak hal. Pada bidang industri aluminium digunkan
sebagai kompenan dalam kabel bertegangan tinggi, bingkai jendela, dan badan pesawat
terbang. Pada skala rumah tangga aluminium digunakan sebagai panci, botol minuman
ringan, dan tutup botol susu. Aluminium juga dapat digunakan untuk melapisi lampu mobil
dan compact disks. Aluminium banyak dimanfaatkan untuk keperluan tersebut karena
aluminium mempunyai sifat yang khas yang membedakannya dengan unsur lainnya.
Berdasarsakan hal tersebut, dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai sejarah,
keberadaan, isolasi, kegunaan, sifat, serta senyawa dari aluminium.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah sejarah dari aluminium?
1.2.2 Bagaimanakah keberadaan aluminium di alam?
1.2.3 Bagaimanakah cara isolasi aluminium?
1.2.4 Apakah sifat-sifat dari aluminium?
1.2.5 Apakah kegunaan dari aluminium?
1.2.6 Apasajakah senyawa-senyawa dari aluminium?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah dari aluminium
1.3.2 Untuk mengetahui keberadaan aluminium di alam
1.3.3 Untuk mengetahui cara isolasi dari aluminium
1.3.4 Untuk mengetahui sifat-sifat dari aluminium
1.3.5 Untuk mengetahui kegunaan dari aluminium
1.3.6 Untuk mengetahui senyawa dari aluminium
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Aluminium


Aluminium diambil dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan
Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam
proses pewarnaan. Aluminium ditemukan oleh Humphrey Davy dalam tahun 1809 sebagai
suatu unsur dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H.C. Oersted, tahun 1825.
Humphrey Davy memberikan proposal untuk menamakan logam ini “Aluminum”, walau
pada akhirnya setuju untuk menggantinya dengan Aluminium. Nama yang terakhir ini sama
dengan nama banyak unsur lainnya yang berakhir dengan “ium”. Pada tahun 1825, ahli kimia
Denmark, Orsted berhasil memisahkan aluminium dengan cara memanaskan aluminium
klorida (AlCl3) dengan potassium amalgam dan kemudian memisahkan merkuri dengan cara
destilasi. Aluminium ditemukan pada tahun 1825 oleh Hans Christian Oersted. Baru diakui
secara pasti oleh F. Wohler pada tahun 1827 yang berhasil melakukan apa yang dicapai
Oersted dengan metode yang berbeda, tetapi proses sukses secara komersial pertama dibuat
Deville pada tahun 1854 dengan menggunakan natrium. Di tahun yang sama F. Wohler dan
R.W Bunsen secara independen memperoleh logam aluminium dengan elektrolisis leburan
NaAl4Cl4. Pada tahun 1855, kaisar Louis Napoleon III menggunakan Al sebagai sendok
garpu pada acara-acara kenegaraan. Pada tahun 1886, mahasiswa Oberlin College di Ohio,
Amerika Serikat bernama Charles Martin – Hall menemukan dengan cara melarutkan
alumina (Al2O3) dalam lelehan kliorit (Na3AlF6) pada temperatur 960OC dalam bentuk kotak
yang dilapisi logam karbon dan kemudian melewatkan arus listrik melalui ruang tersebut.
Cara ini dikenal dengan proses Hall – Heroult, karena ini terjadi pada tahun yang sama
dengan seorang Prancis yang bernama Paul Heroult Secara industri tahun 1886, Paul Heroult
di Perancis dan C.M. Hall di Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam
aluminium dari alumina dengan cara elektrolisasi dari garam yang terfusi. Pada tahun 1888,
ahli kimia Jerman Karlf Josef Bayern menemukan cara memperoleh alumina dari bauksit
secara pelarutan kimia. Sampai saat ini cara Bayer masih digunakan untuk memproduksi
alumina dari bauksit secara industri dan disebut dengan proses Bayer.

5
2.2. Keberadaan Aluminium di Alam

Aluminium merupakan logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur
ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon.
Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira
8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari
kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar
30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit dan
bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite,
diaspore, dan lain-lain).

Aluminium umumnya ditemukan di atas bumi


dalam bentuk senyawa kimia, dan tidak pernah
ditemukan dalam keadaan murni karena aluminium merupakan logam yang cukup reaktif.

Bahan dasar terpenting untuk pembuatan aluminium ialah bauksit. Bauksit ditemukan
dalam bermacam-macam warna, antara lain putih, merah, kuning dan lain-lain. Di Eropa,
bauksit banyak ditemukan di Prancis, Italia, Rusia, dan Hongaria. Bauksit juga banyak
ditemukan di Afrika, Amerika, Asia, dan Australia. Melalui proses elektrolisa diperoleh
derajat kemurnian aluminium sebesar 99,8%. Dari aluminium murni ini dihasilkan aluminium
99,998% melalui suatu elektrolisa khusus (elektrolisa tiga lapis).

2.3. Cara Isolasi Aluminium

Pada tahun 1825 Oersted memperoleh aluminium murni dengan cara mereduksi
aluminium klorida dengan amalgana kalium-merkurium.
AlCl3(s) + 3K(Hg)x  3KCl(s) + Al(Hg)3x
Kemudian dengan destilasi, merkurium dapat dipisahkan dan akhirnya diperoleh
logam aluminium.
Sejak tahun 1866 aluminium diperoleh dari bauksit dengan proses bayer dan Hall-
Heroult. Bauksit merupakan sumber utama alumina dengan kadar sekitar 40-60% dan sisanya
berupa silikon, titania, oksida, besi dan pengotor lainnya. Alumina (Al2O3) merupakan bahan
baku utama dalam bentuk bubuk putih untuk memproduksi aluminium. Alumina diperoleh
dari bauksit melalui proses bayer, alumina yang diperoleh dari proses bayer ini mempunyai
kemurnian yang tinggi dan dengan konsumsi energi yang rendah.
Proses pengolahan alumina dari bauksit dengan proses bayer dilakukan pada tekanan
3 atm dan temperatur 1600C. Proses Bayer terdiri dari tiga tahap reaksi, yaitu:
1. Proses ini diawali dengan melarutkan bauksit dengan menggunakan NaOH
(proses Ekstraksi)
Al2O3.xH2O + 2 NaOH  2 NaAlO2 + (x +1) H2O
2. Selanjutnya dilakukan proses Dekomposisi
2NaAlO2 + 4 H2O  2 NaOH + Al2O3. 3 H2O
3. Alumina trihidrat yang terbentuk selanjutnya dikalsinasi menjadi alumina
Al2O3.3H2O + kalor  Al2O3 + H2O
Temperatur kalsinasi sekitar 12500C
Alumina yang telah diperoleh dari proses bayer tersebut selanjutnya diproses untuk
memperoleh aluminium. Proses yang dilakukan merupakan proses Hall-Heroult. Prinsipnya
adalah mereduksi alumina dengan melalui proses elekrolisa. Karena alumina sangat sulit
untuk dilarutkan dalam pelarut biasa, maka kriolit (Na3AlF6) digunakan sebagai elektrolitnya.
Peleburan aluminium melalui reduksi alumina yang dilakukan secara elektrolisis
dalam larutan elektrolit pada temperatur 9600C. Dengan mengalirkan arus searah ke
dalamnya melalui dua elektroda yaitu anoda dan katoda sehingga akan terjadi proses
elektrolisa yang akan menghasilkan aluminium cair. Secara sederhana reaksi dalam elektroda
dapat ditulis sebagai berikut:
Katoda : AlF4-(aq) + 3e → Al(s) + 4F-(aq) or 2Al3+ + 6e → 2Al(s)
Anoda : 2AlOF54 - (aq)+ C → CO2(g) + AlF63-(aq) + AlF4- + 4e or
3O2-(aq) + 3/2 C → 3/2 CO2(g) + 6e
Secara sederhana reaksi keseluruhan dapat ditulis menjadi:
2Al2O3(s) + 3C(s) → 4Al(s) + 3 CO2(g) (Siregar & Sudria, 2002)

2.4 Sifat-sifat Aluminium


2.4.1 Sifat atomik aluminium

Sifat Atomik Aluminium

Nomor atom 13

Periode dalam tabel periodik 3

7
Golongan dalam tabel periodik III A

Warna Silver

Klasifikasi Logam

Massa atom 26.981538

Konfigurasi elektron 1s22s22p63s23p1

Energi ionisasi/ kJ mol-1 I. 577.5

II. 1816.7

III. 2744.8

2.4.2 Sifat Fisika


Aluminium memiliki sifat fisika seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut:

Titik leleh/ 0C 660.45

Titik didih/ 0C 2520

Densitas (200C)/gcm-3 2.699

Kekerasan (Mohs) 2.75

Hfus/kJ mot-1 10.71

Hvap/kJ mot-1 294

Hf (gas monoatomik)/kJ mol -1 329.7

Electrical resistivity/  ohm cm 2.655

E0(M3+ + 3e- = M(s))/V -1.676


E0(M+ + 3e- = M(s))/V 0.55

Elektonegatifitas 1.5

Aluminium merupakan logam yang berwarna perak-putih. Adapun sifat-sifat


Aluminium yang lebih unggul bila dibandingkan dengan logam lain adalah sebagai
berikut:

1. Ringan
Massa jenis Aluminium pada suhu kamar (29oC) sekitar 2,7 gr/cm3.
2. Kuat
Aluminium memiliki daya renggang 8 kg/mm3, tetapi daya ini dapat berubah
menjadi lebih kuat dua kali lipat apabila Aluminium tersebut dikenakan proses
pencairan atau roling. Aluminium juga menjadi lebih kuat dengan ditambahkan
unsur-unsur lain seperti Mg, Zn, Mn, Si.
3. Ketahanan Terhadap Korosi
Aluminium mengalami korosi dengan membentuk lapisan oksida yang tipis
dimana sangat keras dan pada lapisan ini dapat mencegah karat pada Aluminium
yang berada di bawahnya. Dengan demikian logam Aluminium adalah logam
yang mempunyai daya tahan korosi yang lebih baik dibandingkan dengan besi dan
baja lainnya.
4. Daya Hantar Listrik Yang Baik
Aluminium adalah logam yang paling ekonomis sebagai penghantar listrik karena
massa jenisnya dari massa jenis tembaga, dimana kapasitas arus dari Aluminium
kira-kira dua kali lipat dari kapasitas arus pada tembaga.
5. Toksifit as
Aluminium adalah logam yang tidak beracun dan tidak berbau.
6. Kemudahan dalam proses
Aluminium mempunyai sifat yang baik untuk proses mekanik dari kemampuan
perpanjangannya, hal ini dapat dilihat dari proses penuangan, pemotongan,
pembengkokan, ekstrusi dan penempaan Aluminium
7. Sifat dapat dipakai kembali

9
Aluminium mempunyai titik lebur yang rendah, oleh karena itu kita dapat
memperoleh kembali logam Aluminium dari scrap

2.4.3 Sifat Kimia


Adapun sifat kimia dari aluminium yaitu sebagai berikut:

1. Mudah terbakar dalam nyala api dan menghasilkan panas reaksi yang tinggi.
2 Al(s) + 3/2 O2(g)  Al2O3(s) +399 kcal
Sifat ini digunakan sebagai dasar untuk mereduksi beberapa sulfida dan oksida.
Contoh: 2 Al + Fe2O3  2 Fe + Al2O3 +199kcal
Proses ini disebut alu,imothermi atau proses thermit.
2. Bereaksi dengan asam menghasilkan hidrogen.
2 Al(s) + 6 H+(aq)  2 Al3+(aq) + 3H2(g)
3. Bereaksi dengan basa kuat terutama basa alkali menghasilkan gas H2.
Reaksinya:
Al(s) + 2 OH-(aq) + 2H2O(l)  2 AlO2-(aq) + 3 H2(g)
4. Aluminium juga bersifat amfoter. Ini dapat ditunjukkan pada reaksi sebagai berikut:
Al2O3 + 3H2SO4  Al2(SO4)3 + 3H2O
Al2O3 + 6NaOH  2Na3AlO2 + 6H2O
5. Aluminum dapat bereaksi secara langsung dengan halogen membentuk aluminium
halida disertasi pelepasan gas hidrogen.
2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
Dengan asam nitrat, aluminium tidak bereaksi karena ada lapisan oksida yang tahan
terhadap asam nitrat.
6. Dengan udara logam ini membentuk lapisan oksida yang kuat pada permukaannya
yang dapat melindungi logam dari oksida lebih lanjut. Karenanya logam ini dikatakan
bersifat tahan karat (korosi) dan digunakan untuk melapisi logam lain agar tahan
karat.

2.5. Kegunaan Aluminium

Sama halnya seperti tembaga, aluminium mempunyai daya hantar panas yang baik
dan sekaligus mempunyai refleksi panas yang besar. Oleh karena refleksi panas yang besar
aluminium dapat digunakan sebagai bahan isolasi. Aluminium mempunyai daya hantar yang
baik. Sehingga aluminium banyak digunakan sebagai bahan penghantar listrik. Untuk
keperluan itu aluminium harus dimurnikan semurni mungkin. Untuk meningkatkan kekuatan
tariknya, aluminium untuk kabel rentang harus diubah bentuknya dalam keadaan dingin.

Aluminium sukar dituang, aluminium cair-kental. Oleh karena daya hantar panas yang
baik dan daya oksidasi yang besar aluminium sukar dipatri. Seluruh panas yang dimasukkan
cepat keluar. Sedangkan pekerjaan las sukar dapat dipertahankan bebas oksidasi. Aluminium
sebagai bahan baku digunakan untuk cat antara lain cat aluminium. Beberapa kegunaan
aluminium, antara lain:

 Untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan bermotor.


 Untuk membuat badan pesawat terbang.
 Untuk kusen, jendela dan rumah
 Untuk kemasan berbagai produk.
 Untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang kerajinan.
 Membuat termit yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi (II) oksida,
digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk menyambung kereta api.
 Untuk perlengkapan masak (panci, kompor, kuali, dll).
 Aluminium digunakan pada produksi jam tangan karena aluminium memberikan daya
tahan dan menahan pemudaran dan korosi.
 Aluminium digunakan sebagai automobile, pesawat terbang, truk, rel kereta api, kapal
laut dan sepeda.

2.6. Senyawa Aluminium


2.6.1 Hidrida
Hidrida aluminium yang penting adalah AlH3 dan LiAlH4. AlH3 tidak berwarna dalam
padatan yang mudah menguap yang terbentuk dari ikatan Al-H-Al. AlH3 tidak stabil pada
suhu diatas 150-2000C. Hidrida ini merupakan agen pereduksi yang kuat dan bereaksi dengan
air melepaskan gas hidrogen. Struktur α-AlH3 ditentukan dengan sinar-X dan difraksi
neutron. AlH3 dibuat dengan mereaksikan larutan LiAlH4 dengan AlCl3 dibawah kondisi
yang terkontrol dengan hari-hati.
3LiAlH4 + AlH3 → 4[AlH3(Et2O)6] + 3LiCl
Et2O
AlH3 membentuk adduct dengan basa lewis kuat, akan tetapi akan lebih mudah dibuat dengan
reaksi sebagai berikut.
11
LiAlH4 + NMe3HCl Et2O
→ [AlH3(NMe3)] + 3LiCl + H2
[AlH3(NMe3)] memiliki struktur tetrahedral.
LiAlH4 merupakan padatan kristalin berwarna putih yang stabil pada udara kering
tetapi sangat reaktif pada udara lembab, pelarut protik, dan banyak gugus fungsi senyawa
organik. LiAlH4 mudah larut dalam eter dan merupakan agen pereduksi dalam kimia organik
sejak ditemukan 50 tahun yang lalu. LiAlH4 dapat dibuat di laboratorium dengan
mereaksikan LiH dengan AlCl3 sesuai reaksi berikut.
4LiH + AlCl3 → LiAlH4 + 3LiCl

2.6.2 Halida
AlF3 dibuat dengan mereaksikan Al2O3 dengan gas HF pada suhu 7000C. Aluminium
trihalida yang lain dibuat dengan kombinasi eksotermis dari unsurnya. AlF3 juga dapat dibuat
dengan reaksi berikut.
Al2O3 + 6HF → 2AlF3 + 3H2O
AlF3 digunakan sebagai katalis dalam reaksi Friedel-Craft. AlF3 berbeda dari aluminium
trihalida yang lain yaitu tidak mudah menguap dan tidak dapat larut.
Aluminium klorida memiliki rumus kimia AlCl3 atau AlCl3.(6H2O) dengan berat
molekul 133,34 (anhidrous) dan 241,43 (heksahidrat). AlCl3 berwarna putih tetapi senyawa
ini sering terkontaminasi oleh besi triklorida sehingga memberikan warna kuning. AlCl3
memiliki titik leleh dan titik didih yang rendah. Senyawa ini merupakan asam lewis dan dapat
dibuat dengan reaksi berikut.
2Al + 6HCl → 2AlCl3 + 3H2
Pada dimer Al2Cl6, atom Al dalam unit AlCl3 memenuhi kaidah oktet dengan memakai
bersama satu pasang elektron yang disumbangkan oleh atom Cl dari unit AlCl3 lainnya.
Struktur dimer Al2Cl6 adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Struktur Al2Cl6


Al2Cl6 dapat berdisosiasi menjadi AlCl3 sesuai reaksi berikut.
Al2Cl6 ⇌ AlCl3
Aluminium klorida dalam air akan terhidrolisis menurut reaksi berikut.
Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+
Aluminium klorida digunakan sebagai katalis dalam reaksi Friedel-Craft, intermediet
dari senyawa aluminium yang lain, digunakan pada tahap pemisahan minyak dalam
memproduksi karet alam dan minyak pelumas. Senyawa ini juga digunakan pada reaksi
polimerisasi dan isomerisasi hidrokarbon. Sedangkan AlCl3.(6H2O) digunakan dalam
produksi kertas, penyulingan minyak mentah, disinfektan, dsb.
Berbeda dengan molekul dimer dari Al2Br6 dan Al2I6 berada dalam fase cair dan gas.
∆Hd dalam fase gas adalah 59 kJ mol-1 untuk AlBr3 dan 50 kJ mol-1 untuk AlI3. Al2Br6 dan
Al2I6 dapat diperoleh denga reaksi berikut.
2Al + 3Br2 → Al2Br6
2Al + 3I2 → Al2I6

Gambar 3.2 Struktur Al2Br6 Gambar 3.3 Struktur Al2I6

Tabel 3.3 Sifat dari AlX3


Sifat AlF3 AlCl3 AlBr3 AlI3
Titik leleh (0C) 1290 192,4 97,8 189,4
Sublimasi 1272 180 256 382
∆H0f 1498 707 527 310

2.6.3 Aluminium Karbida (Al4C3)


Rumus kimia aluminium karbida adalah Al4C3, berwarna kuning pucat dengan kristal
coklat yang stabil sampai suhu 1400oC dan terurai dalam air dengan menghasilkan metana.
Aluminium karbida memiliki struktur kristal yang tidak biasa yang terdiri dari dua jenis
lapisan. Aluminium karbida menghidrolisis dengan menghasilkan metana. Reaksi
berlangsung pada suhu kamar, tapi dapat dipercepat dengan pemanasan.
Al4C3 + 12H2O  4Al(OH)3 + 3 CH4
Reaksi yang sama terjadi dengan reagen protik lainnya:
Al4C3 + 12HCl  4AlCl3 + 3 CH4

13
Aluminium karbida dibuat dengan reaksi langsung dari aluminium dan karbon dalam tanur
listrik
4Al + 3C  Al4C3
Reaksi lain untuk menghasilkan alumina, tetapi reaksi ini kurang menguntungkan karena
dihasilkan karbon monoksida :
2Al2O3 + 9C  Al4C3 + 6 CO
Silikon karbida juga bereaksi dengan aluminium untuk menghasilkan Al4C3. Perubahan ini
membatasi aplikasi mekanik SiC, karena Al4C3 lebih rapuh daripada SiC.
4Al + 3 SiC  Al4C3 + 3Si
Partikel aluminium karbida terdispersi halus dalam matriks aluminium menurunkan
kecenderungan kerapuhan, terutama dalam kombinasi dengan partikel silikon karbida.
Aluminium karbida dapat digunakan sebagai abrasif dalam alat pemotong kecepatan tinggi.

2.6.4 Aluminium Nitrida (AlN)


Aluminium nitrida adalah senyawa yang hanya stabil dalam sistem biner Al-N dan
hanya ada satu struktur kristal (wurtzite, heksagonal). AlN murni memiliki kerapatan 3,26
g/cm3 dan terdisosiasi di bawah tekanan atmosfer di atas suhu 2500oC. AlN murni tidak
berwarna dan transparan tapi mudah diwarnai oleh dopan atau kotoran. Dengan demikian,
kotoran karbon menyebabkan warna abu-abu terang khas bubuk AlN. Bubuk AlN rentan
terhadap hidrolisis dengan air dan kelembaban. Ini adalah alasan untuk bau khas dari amonia.
AlN adalah senyawa kovalen, mobilitas atom yang terbatas mencegah densifikasi lengkap
dari AlN murni. Sehingga diperlukan tekanan yang relatif tinggi atau alat bantu sintering
untuk membantu densifikasi. Untuk mencapai konduktivitas termal yang tinggi digunakanlah
sebagian besar senyawa yttrium. Pembentukan dan distribusi yttrium aluminium tergantung
densifikasi dan sifat termal. Suhu sintering sangat tergantung pada aditif dan berkisar 1.600-
1.900 C.
Komponen dan substrat dari aluminium nitrida digunakan untuk berbagai aplikasi seperti:
a. Bubuk elektronik (mesin listrik). Aluminium logam bertindak sebagai kutub
dalam bubuk elektronik, karena permukaan logam aluminium dapat membentuk
lapisan oksida logam. Lapisan ini dapat terbentuk dengan elektrolisis, elektroda
ini adalah pewarna dalam larutan elektrolit dan memberi tegangan negatif.
Oksigen dalam larutan elektrolit menghilangkan dan mengoksidasi logam
permukaan.
b. Mikroelektronika. dalam sistem radio ada proses sinyal digital untuk mengubah
karakteristik sifat gelombang pembawa sehingga pembawa termodulasi memiliki
karakteristik dari 0 atau 1. Dengan mengamati pembawa termodulasi, dapat
mengetahui urutan bit. Dengan proses ini, sinyal di setiap tingkat dapat diterima,
agar proses yang terjadi berjalan dengan baik digunakan aluminium logam sebagai
media transmisi fisik.
AlN disintesis dari reduksi carbothermal aluminium oksida atau dengan nitridation
langsung dari aluminium. Penggunaan sintering bantu dan panas diperlukan untuk
menghasilkan bahan teknis padat

2.6.5 Aluminium Oksida (Al2O3)


Aluminium oksida, Al2O3, dinamakan alumina dan terdapat di alam sebagai mineral
korundum. Korumdum yang mengandung impurities dinamakan emery, yang bisasanya
digunakan sebagai bahan penggosok dan roda. Korundum murni tidak berwarna, namun
dengan adanya beberapa impurities akan menjadikan korumdum tersebut berwarna. Misalnya
dengan impurities kromium oksida akan menghasilkan warna merah yang disebut batu Ruby,
dengan titanium oksida akan didapatkan batu safir yang biasanya berwarna biru. Aluminium
dengan magnesium akan menghasilkan oksida mineral spinel, bergabung dengan fosfat akan
menghasilkan mineral varisit, AlPO4.2H2O, yang menghasilkan warna hijau dan sangat
popular sebagai bahan pembuatan ornament batu (Navy, 2009).
Senyawa aluminium oksida yang paling umum adalah bauksit, atau aluminium murni
yang mengandung aluminium oksida dalam jumlah besar. Biasanya merupakan kombinasi
dari aluminium dan oksigen dengan rumus Al2O3.2H2O. pada bauksit ini juga terdapat
beberapa pengotor antara lain Fe2O3 dan SiO2. Oleh karenanya, untuk memperoleh logam
aluminium murni diperlukan pemrosesan bauksit lebih lanjut (Davydson, 2009).
Cadangan bauksit tersebar diseluruh dunia. Negara – negara yang memiliki sumber
bauksit dalam jumlah besar antara lain: Australia, Brazil, Guinea, dan Jamaika. Sekitar 75%
dari keseluruhan bauksit yang ditambang dari kerak bumi, digunakan untuk menghasilkan
logam aluminium, dimana nantinya akan digunakan sebagai bahan baku produk – produk lain
yang lebih bervariasi. Sisanya sekitar 15% digunakan untuk proses kimia yang berkelanjutan
pada pabrik – pabrik dalam pembutan pesenyawaan aluminium dengn tujuan tertentu
(Davydson, 2009).

15
Satu-satunya oksida aluminium adalah alumina (Al2O3). Terdapat dua bentuk anhidrat
Al2O3 yaitu α-Al2O3 dan γ-Al2O3. Logam-logam trivalensi lainnya (misalnya Ga, Fe)
membentuk oksida-oksida yang mengkristal dalam kedua struktur yang sama. Keduanya
mempunyai tatanan terkemas rapat ion-ion oksida tetapi berbeda dalam tatanan kation-
kationnya. α- Al2O3 stabil pada suhu tinggi dan juga metastabil tidak terhingga pada suhu
rendah. Ia terdapat di alam sebagai mineral korundum dan dapat dibuat dengan pemanasan -
Al2O3 atau oksida anhidrat apa pun di atas 1000o. γ-Al2O3 diperoleh dengan dehidrasi oksida
terhidrat pada suhu rendah (~ 450o). α-Al2O3 keras dan tahan terhadap hidrasi dan penyerapan
asam. γ-Al2O3 mudah menyerap air dan larut dalam asam; alumina yang digunakan untuk
kromatografi dan diatur kondisinya untuk berbagai kereaktifan adalah γ-Al2O3.
a. Proses pengolahan alumina
 Bauksit dihancurkan secara mekanik, kemudian dicampur dengan soda kaustik
(NaOH), dihasilkan suspensi berair yang mengandung partikel murni yang sangat
beragam. Al2O3.2H2O + 2NaOH  2Na2AlO2 + 3 H2O
 Larutan cair dipompa menuju digester (tank yang berfungsi seperti tabung pengontrol
tekanan). Larutan tersebut dipanaskan hingga suhu 230-520°F (110- 270°C) dibawah
tekanan 50 lb/in2 (340 kPa). Pada kondisi ini, dilakukan selama sekitar setengah jam
atau hingga beberapa jam. Pada prosesnya penambahan soda kaustik dilakukan untuk
memastikan bahwa seluruh senyawa aluminium yang terkandung terlarut.
 Larutan panas, yang menjadi larutan natrium aluminat, dilewatkan melalui beberapa
tangki flash yang mereduksi tekanan dan merocovery panas yang dapat digunakan
kembali untuk proses pemurnian.
 Selanjutnya larutan dipompakan menuju tangki pengendap. pada tangki ini, pengotor
yang tidak larut akan mengendap dibawah tangki. Sehingga larutan hanya
mengandung aluminium oksida yang terlarut dalam kaustik soda. Residu yang ada
dibawah tangki (yang dinamakan “Red Mud”) mengandung pasir halus, besi oksida,
oksida – oksida dari trace elemen misalnya titanium.
 Setelah pengotor diendapkan, cairan yang tertinggal (dengan bentuk fisik seperti
kopi), dipompa menuju sederetan saringan. Beberpa partikel halus dari pengotor yang
tertinggal pada larutan akan ditangkap oleh filter. Material ini akan dicuci untuk
mendapatkan alumina dan kaustik soda yang dapat digunakan kembali selama proses.
 Cairan yang sudah disaring dipompa menuju tangki six-story-tall precipitation. Bibit
Kristal dari alumina hidrat (alumina yang mengikat molekul air) ditambahkan di atas
tangki. Bibit Kristal akan tumbuh sejalan dengan pengendapan cairannya dan alumina
yang terlarut akan terikat pada Kristal yang terjadi.
 Endapan Kristal yang terbentuk di bawah tangki kemudian dipindahkan. Setelah
pencucian, dialihkan menuju pengering untuk kalsinasi (Pemanasan untuk
menghilangkan molekul air yang terikat pada molekul alumina). Temperaturnya
berkisar 2000° F (1,100° C) yang akan menghilangkan molekul air, sehingga hanya
tinggal Kristal alumina anhidrat. Selanjutnya kristal dialirkan menuju cooler untuk
pendinginan dan proses finishing.
b. Sifat-sifat alumina
Aluminium oksida tidak dapat bereaksi secara sederhana dengan air seperti natrium
oksida, magnesium oksida, dan tidak dapat larut dalam air. Walaupun masih mengandung ion
oksida, tetapi terlalu kuat berada dalam kisi padatan untuk bereaksi dengan air. Aluminium
oksida mengandung ion oksida, sehingga dapat bereaksi dengan asam seperti pada natrium
atau magnesium oksida. Artinya sebagai contoh, aluminium oksida dapat bereaksi dengan
asam klorida encer yang panas menghasilkan larutan aluminium klorida.

Aluminium oksida juga dapat menunjukkan sifat asamnya, dapat dilihat dalam reaksi dengan
basa seperti larutan natrium hidroksida.
Al2O3(s) + 2OH-(aq) + 3H2O(l)  2Al(OH) 4
Berbagai aluminat dapat terbentuk senyawa dimana aluminium ditemukan dalam ion negatif.
Hal ini menunjukkan karena aluminium memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan
kovalen dengan oksigen
c. Kegunaan Alumina
1) Sebagai katalis
Alumina mengkatalisis berbagai reaksi yang berguna secara industri. Dalam aplikasi
skala terbesar, alumina adalah katalis dalam proses Claus untuk mengonversi gas
hidrogen sulfida sampah menjadi unsur sulfur di kilang. Alumina juga berguna untuk
dehidrasi alkohol menjadi alkena.
2) Sebagai amplas
Aluminium oksida digunakan karena kekerasan dan kekuatannya. Hal ini banyak
digunakan sebagai amplas kasar atau halus, termasuk sebagai pengganti yang jauh lebih
murah untuk industri berlian. Banyak jenis amplas kristal aluminium oksida digunakan.

17
Selain itu, panas yang rendah dan retensi panas spesifik rendah membuat banyak
digunakan dalam operasi gerinda, terutama alat pemotong.
3) Sebagai pengisi
Menjadi cukup inert secara kimia dan putih, alumina sebagai pengisi yang lebih disukai
untuk plastik.
4) Dalam bidang elektronik
Dalam bidang elektronik, alumina digunakan sebagai IC bahan elektronik, seperti radio,
televisi dan komputer.

2.6.6 Kalkogenida
Kalkogen adalah unsur-unsur kimia yang terdapat pada golongan VIA tabel periodik.
Kalkogen berasal dari kata Yunani “chalkos” yang berarti “perunggu” atau “bijih” dan kata
“genes” yang berarti “lahir”. Grup ini dikenal juga sebagai keluarga oksigen, yang terdiri atas
unsur oksigen (O), sulfur (S), selenium (Se), tellurium (Te), dan unsur radioaktif polonium
(Po). Unsur sintesis livermorium (Lv) juga dipresiksi sebagai kalkogen. Sulfur sudah
diketahui sejak zaman dahulu, namun oksigen baru ditemukan sebagai unsurnya pada abad
ke-18. Selenium, tellurium, dan polonium ditemukan pada abad-19. Sedangkan livermorium
ditemukan pada tahun 2000.
Pada temperatur normal, senyawa kalkonida dari aluminium yang stabil hanyalah
Al2S3 (putih). Al2Se3 (abu-abu), dan Al2Te3 (abu-abu gelap). Senyawa-senyawa ini dapat
dibuat dengan reaksi langsung antara unsur-unsurnya pada suhu ~1000oC. Senyawa-senyawa
ini terhidrolisis dengan cepat dan sempurna dalam larutan encer menghasilkan Al(OH)3 dan
H2X (X=S, Se, Te). Ukuran Al yang kecil relatif terhadap koordinasi tetrahedral kalkogen
dan bermacam polimorf berhubungan dengan wurtzite (ZnS heksagonal), dua pertiga bagian
logam terisi baik secara teratur (α) ataupun secara acak (β). Al2S3 juga mempunyai bentuk γ
yang berhubungan dengan γ-Al2O3 dan baru-baru ini telah didapatkan modifikasi heksagonal
temperatur tinggi dari Al2S3 yang terdiri atas 5 koordinat aluminium dengan mendinginkan α-
Al2O3 pada 550oC. Pada bentuk baru ini, setengah atom Al berkoordinat tetrahedral (Al-S
223-227 pm) sedangkan setengahnya lagi berkoordinat trigonal bipiramida dengan Al-Seq
227-232 pm dan Al-Sax 250-252 pm.
Aluminium sulfida disiapkan dengan pembakaran unsur-unsurnya sesuai dengan
reaksi.
2Al + 3S  Al2S3
Reaksi ini sangat eksoterm dan tidak perlu untuk memanaskan keseluruhan massa campuran
alumunium-sulfur (terkecuali mungkin untuk reaktan dengan jumlah yang sangat kecil).
Produk akan dibuat di dalam bentuk sekering, produk Al2S3 dapat mencapai temperatur lebih
dari 1100oC dan bisa meleleh sampai habis baja. Produk yang dingin bersifat sangat keras.

2.6.7 Hidroksida
Aluminium hidroksida, disebut juga hidrat dari alumina, ditemukan di alam sebagai
mineralnya. Aluminium hidroksida sangat berhubungan dengan aluminium oksida
hidroksida, AlO(OH), dan aluminium oksida. Senyawa-senyawa ini adalah komponen
terbesar dari aluminium atau bauksit. Endapan baru aluminium hidroksida membentuk gel,
yang merupakan dasar aplikasi garam aluminium sebagai flokulan dalam pemurnian air. Gel
ini terkristalisasi seiring waktu. Gel aluminium hidroksida dapat membentuk serbuk amorf
aluminium hidroksida, yang larut dengan cepat dalam asam.
Diaspore, α-AlO(OH) ada dalam beberapa jenis tanah liat dan bauksit. Diaspore
stabil pada 280-450oC dan dapat dibuat dengan perlakuan hidrotermal pada bochmite, γ-
AlO(OH), dalam 0,4% larutan NaOH pada 380oC dan 500 atm. Bochmite kristalin disiapkan
dengan memanaskan bentuk amorfnya, endapan gelatin putih yang pertama terbentuk saat
larutan NH3 ditambahkan pada larutan dingin garam aluminium.

a. b.
Gambar 3.4. a. Diaspore, b. Bochmite
Sumber: http://webmineral.com

Pada α-AlO(OH), atom O tersusun dengan hcp, rantai berlanjut dari penggunaan
bersama tepi octahedral menumpuk pada layer dan lebih jauh dihubungkan oleh ikatan
hidrogen. Struktur HCP bagian bawah memastikan bahwa diaspore langsung terdehidrasi
menjadi α-Al2O3 (korundum) yang memiliki penataan dasar hcp yang sama dengan atom O.

19
Strukturnya juga diadopsi dari beberapa α-MO(OH) lain (M = Ba, V, Mn, dan Fe). Hal ini
berlawanan dengan struktur bochmite, γ-AlO(OH), yang secara keseluruhan bukanlah
kemasan-tertutup. Dehidrasi pada temperatur lebih dari 450oC merubah fasanya menjadi
kubik γ-Al2O3 dan struktur α-nya tidak bisa dicapai tanpa lebih banyak penataan ulang kisi
pada 1100-1200oC.
Aluminium hidroksida bersifat amfoter. Dalam asam akan larut sesuai dengan reaksi:
Al(OH)3(s) + 3H3O+(aq)  Al3+(aq) + 6H2O(l)
sedangkan dalam basa
Al(OH)3(s) + OH-(aq)  [Al(OH)4]-(aq).
Aluminium hidroksida digunakan sebagai penetral asam lambung; sebagai bubuk
penyerap debu pada antiperspirant dan pasta gigi; pada material pembungkus; sebagai bahan
kimia intermediat; sebagai pengisi pada plastik, penghapus karet, kosmetik dan kertas;
sebagai bahan pengamplas halus pada kuningan dan plastik; sebagai bahan tambahan pada
kaca untuk meningkatkan kekuatan mekanil dan menghalangi gangguan panas, cuaca, dan
bahan kimia; serta digunakan pada keramik. Aluminium hidroksida juga digunakan dalam
bidang farmasi untuk menurunkan tingkat fosfor plasma darah pada pasien yang menderita
gagal ginjal.

2.6.8 Spinel
Magnesium aluminium adalah anggota terbanyak dari kelompok mineral spinel.
Spinel ini memiliki rumus kimia MgAl2O4. Spinel terkristalisasi di sistem isometrik, biasanya
dalam bentuk kristal oktahedral. Spinel memiliki pembelahan oktahedral yang tidak
sempurna dan patahan choncoidal. Spinel sangat keras (7,5-8 pada skala kekerasan Mohs)
dan biasanya ditemukan pada tiga situasi geologi: 1) sebagai kristal dalam batu gamping dan
dolomite yang telah mengalami metamorfosa; 2) butiran tidak teratur dalam batuan beku
dasar; dan, 3) sebagai kerikil air dipakai dalam simpanan aluvial.

Gambar 3.5 Spinel merah dan biru


Sumber: http://webmineral.com
Satu-satunya penggunaan spinel yang signifikan adalah sebagai batu permata. Spinel
bisa tak berwarna dan bisa ada dalam berbagai macam warna (merah muda, merah, oranye,
biru, ungu, coklat, hitam). Warna-warna yang meniru rubi dan safir paling populer; bersama
dengan warna oranye-merah yang dikenal sebagai "spinel api". Permata berkualitas spinel
merah dan biru sangat langka. Mereka jauh lebih sedikit keberadaannya dibandingkan rubi
dan safir dengan kualitas dan warna yang sama.

2.6.9 Garam dari Asam Oksi


Aluminium sulfat adalah garam aluminium asam oksi yang sangat larut dalam air.
Aluminium sulfat memiliki bentuk anhidrat namun relatif tidak penting. Aluminium sulfat
(Al2(SO4)3), biasanya disebut alum, dihasilkan sebagai kristal putih yang tidak dapat dibakar.
Dalam bentuk hidratnya (Al2(SO4)3.14H2O) adalah Al2O3 17% dan juga dijual sebagai larutan
aluminium sulfat 47% yaitu Al2O3 8%. Ini juga dijual dalam bentuk padatan sebagai gilingan,
tanah, atau debu.
Aluminium sulfat telah digunakan oleh manusia semenjak 2000 SM, kemudian orang
Mesir menggunakan mineral alum sebagai bahan untuk pewarnaan. Ini juga telah lama
digunakan pada perekatan kertas untuk meningkatkan daya tahan dan daya serap tinta, serta
pada pengolahan dan pemurnian air. Kegunaan lain dari alum adalah dalam pengolahan air
limbah, sebagai agen tahan air, sebagai akselerator dalam beton, sebagai pemurni pada lemak
dan minyak, serta sebagai agen pembuat busa pada busa pemadam api. Pada pembutan kertas,
alum bereaksi dengan ukuran rosin dari berbagai tipe, membantu mengikat rosin aluminat
yang baru terbentuk ke serat. Perekatan membuat kertas menjadi tahan air. Alum, yang
menunjukkan kation, juga digunakan untuk mengendapkan anion-anion kotoran termasuk
anion kertas halus dan anion lain yang terikat pada material melalui netralisasi. Hal yang
sama juga terjadi pada proses pemurnian air, peningkatan drainase, ketahanan dan kekuatan
dari material. Aluminium sulfat diproduksi sesuai dengan reaksi berikut.
2Al(OH)3 + 3H2SO4 + 8H2O  Al2(SO4)3.14H2O ΔHf = -156 kJmol-1

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Aluminium pertama kali ditemukan sekitar 160 tahun yang lalu dan mulai
diproduksi secara industri sekitar 90 tahun yang lalu. Aluminium dikenal pertama
kali dengan istilah Alum.
2. Aluminium merupakan logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan
unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak
bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak
bumi.
3. Cara isolasi aluminium yang paling modern yaitu melalui proses Bayer dan Hall-
Heroult.
4. Aluminium mempunyai sifat atomik, fisika, dan kimia.
5. Aluminium banyak digunakan dalam kehidupan, contohnya sebgai konntruksi
pesawat terbang, konstruksi bangunan, hingga perlatan rumah tangga seperti paci.
6. Senyawa-senyawa aluminium diantaranya alumina, AlCl3, alumunium sulfat, dan
alumunium hidrida.
DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F. A., Wilkinson, G., and Gaus, P. L. 1995. Basic Inorganic Chemistry. Third
Edition, New York: John Wiley & Son.

Karyasa, I Wayan. 2013 . Inorganic Chemistry 2: Chemistry of Metal Elements. Singaraja:


UNDIKSHA Press

Sudria, I.B.N. & Siregar, M. (2002). Penuntun Belajar Kimia Anorganik II (Bagian Kedua).
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA IKIP Negeri Singaraja

23

Anda mungkin juga menyukai