Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai macam logam-logam mulia merupakan unsurunsur logam yang berada dalam bentuk mineral di lapisan bumi.
Perak, tembaga, dan nikel merupakan unsur-unsur logam yang
penggunaannya
berbagai

sering

keperluan

dimanfaatkan

seperti

oleh

pengolahan

manusia

baja

tahan

dalam
karat,

perhiasan, pengantar listrik dan panas, dan lain-lain. Selain itu,


ketiganya juga sering disebut logam mata uang karena
menurut sejarahnya, ketiganya merupakan bahan utama untuk
pembuatan mata uang logam. Beberapa alasan utama dimana
ketiga logam ini terdapat langsung sebagai logam, bersifat dapat
ditempa

sehingga

mudah

dibentuk

sesuai

desain

yang

diinginkan, bersifat tidak reaktif secara kimiawi, dan menjadi


sangat berharga khususnya karena kelimpahan yang sangat
jarang untuk perak. Kelimpahan unsur ini dalam kerak bumi yaitu
sekitar 0,08 ppm.
Tembaga terdapat terutama sebagai sulfida, oksida atau
karbonat, seperti bijih tembaga pirit, kalkopirit (chalcholite) yaitu
tembaga (I), besi (III), sulfida, CuFeS2, tembaga glance kalkosit
(chalcorite), CuS, kuprit (cuprite), Cu 2O, dan malasit (malacite).
Cu2CO3(OH)2. Mineral yang lebih jarang yaituturkuis (turquoise)
batu permata biru, CuAl6(PO4)4(OH)8.4H2O. Perak terdapat banyak
sebagai bijih sulfida, dan yang paling penting adalah perak
glance (argentit), Ag2S, tanduk perak (horn silver), AgCl yang
diduga berasal dari reduksi bijih sulfida oleh air garam. Batuan
ultra basa yang mengandung unsur nikel adalah gabro, basalt,
peridotit dan norit. Endapan nikel tembaga silfida dihasilkan dari
pemisahan lelehan silfida oksida dari lelehan silikat bersulfur
pada sebelum, selama atau sesudah proses alihan pada suhu
diatas 9000C, mineral utamanya adalah pentlandit (Fe,Ni)gS8.
1

Mineral lainnya antara lain nikolit (NiAs), skuterudit (Co, Fe,


Ni)As3 dan violurit (FeNi2S4). Pada makalah ini akan dibahas
mengenai asal mula, sifat dan proses pengolahan/ekstraksi
mineral perak, tembaga, dan nikel pada masing-masing bijih dan
untuk mengetahui hubungan ketiga mineral tersebut dalam
keberadaannya di bumi.
1.2. Batasan Masalah
Batasan makalah ini adalah membahas mengenai asal mula, struktur,
sifat, penggunaan serta proses pengolahan/ekstraksi khususnya pada mineral
perak, tembaga dan nikel.
1.3.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengenal, mengetahui dan
memahami

asal

mula,

struktur,

sifat,

penggunaan

serta

proses

pengolahan/ekstraksi khususnya pada mineral perak, tembaga dan nikel.


1.4.

Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penyusun secara umum mendapatkan
bahan tulisan dari berbagai referensi, baik dari tinjauan kepustakaan berupa
bukubuku atau dari sumber media internet yang terkait dengan mineral
perak, tembaga, dan nikel.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perak (Ag)
2.1.1 Asal mula dan penamaan
Perak telah dikenal dan dinilai sebagai logam hias dan dekoratif sejak
zaman kuno. Sekitar 5600 tahun yang lalu, perak telah disebutkan dalam bukubuku dari Mesir Firaun Menes, yang menetapkan nilainya pada dua-perlima
bahwa emas. Fenisia digunakan dan diperdagangkan perak diperoleh dari tambang
di Armenia, siphnos, Crete, Sardinia dan Spanyol. Perak digunakan bersama
dengan emas sebagai uang sekitar 2.800 tahun yang lalu di negara-negara antara
Indus dan Sungai Nil. Nama perak dari Seolfor Anglo-Saxon, sedangkan simbol
kimia Ag adalah dari bahasa Latin Argentum, kedua nama untuk logam asli(9).

Gambar 1. Bijih Perak


2.1.2 Bijih utama dan mineral
Perak peringkat ke-66 tentang antara unsur-unsur dalam kelimpahan alami
dalam batuan kerak. Ini paling sering terjadi pada sulfida dan mineral sulfosalt
dan paduan dengan emas sebagai elektrum. Perak merupakan logam yang
terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas yang mempunyai warna
3

putih. Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah perak


alam (Ag), argentite (Ag2S), cerrargyrite (AgCl), polybasite (Ag16Sb2S11), proustite
(ag2AsS3) dan pyrargyrite (Ag3SbS3). Kebanyakan perak di dunia berasal dari
cebakan hidrotermal yang mengisi rongga-rongga. Kegunaannya adalah untuk
perhiasan, cindera mata, logam campuran, dan lain-lain. Potensinya selalu
berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga(9).

Gambar 2. Sifat beberapa mineral perak


2.1.3. Sifat
Perak adalah salah satu unsur transisi di Grup 1B dari tabel periodik,
bersama dengan tembaga (nomor atom 29) dan emas (nomor atom 79). Bersama
dengan emas dan kelompok logam platinum adalah salah satu logam mulia atau
mulia. Dalam bentuk murni memiliki kilap logam putih cemerlang, berat jenis
yang tinggi dan konduktivitas listrik dan termal tertinggi dari semua logam.
Dengan pengecualian dari emas dan mungkin palladium, perak adalah yang paling
mudah dibentuk dan lunak dari semua logam. Perak memiliki kekerasan antara
2,5 dan 3, lebih keras dari emas tapi lebih lembut dari tembaga(9).
4

Perak adalah elemen chalcophile dan bergabung dengan sulfur, selenium,


telurium, klorin, bromin dan iodin, daripada membentuk mineral silikat.
Meskipun perak adalah secara kimia yang paling aktif dari logam mulia, tidak
terlalu aktif dibandingkan dengan hampir semua unsur lainnya. Perak stabil di
udara murni dan air, tetapi memberi noda pada paparan hidrogen sulfida atau
udara yang mengandung belerang, sehingga lapisan sulfida perak Ag 2S, yang
merupakan noda hitam sering terlihat pada perak. Emas dan perak dapat dicampur
untuk membentuk larutan padat (paduan) dalam proporsi apapun. Isi perak paduan
perak dinyatakan dalam "kehalusan" atau bagian dari perak per 1000 bagian dari
total logam(9).
2.1.4. Proses Ekstraksi
Perak biasanya diekstrak dengan proses flotasi kemudian dimurnikan
dengan pelelehan. Selain itu, perak juga dapat diperoleh dengan proses sianidasi
dan proses amalgamasi(6).
Proses Sianidasi. Biji perak (Ag2S) dilarutkan dalam senyawa sianida
(Natrium

sianida)

untuk mengekstrak

perak

sebagai

ion

komplek

disianorgentat(I), [Ag(CN)2]-:
2 Ag2S(s) + 8 CN-(aq)+ O2(g) + H2O(l) 4 [Zn(CN)4]-(aq) + 2 S(g) + 4 OH-(aq)
Kemudian logam zink ditambahkan untuk mengendapkan perak:
2 [Ag(CN)2]-(aq) + Zn(s) [Zn(CN)4]2-(aq)+ 2 Ag(s)
Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang
mengandung konsentrasi perak kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan kedalam
larutan akan mengendapkan logam perak. Prinsip pengendapan ini berdasarkan
pada deret Clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas
elektrokimia dari logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au,
Ag, Hg, Pb, Fe, Pt. Logam yang berada di sebelah kiri bisa mendesak ikatan
kompleks sianida logam yang berada di sebelah kanannya dan mengendapkannya
sebagai logam. Jadi, untuk ikatan kompleks sianida Ag dan Au, sebenarnya bisa
digunakan logam lain selain Zn, yaituMg, Al, dan Cu. Akan tetapi, bila melihat
dari segi biaya, logam Zn lebih murah dariyang lain sehingga logam Zn lebih
banyak digunakan.Selanjutnya perak dimurnikan dengan elektrolisis(6).
5

Proses Amalgamasi. Bijih perak dilewatkan pada plat tembaga yang


dilapisi dengan merkuri. Merkuri akan bereaksi dengan perak membentuk perak
amalgam. Amalgam kemudian dicuci dan didistilasi untuk menghilangkan
merkuri. Perak kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis(2).
2.2 Tembaga
2.2.1 Asal mula dan penamaan
Tembaga merupakan unsur kimia yang diberi simbol Cu dengan nomor urut
atom 29, bersifat logam konduktivitas termal dan listrik sangat tinggi. Tembaga
murni bentuknya lunak dengan permukaan berwarna oranye kemerahan yang
digunakan untuk kebutuhan listrik dan paduan beberapa logam selama ribuan
tahun. Pada zaman Romawi kuno tembaga ditambang di Siprus yang dikenal
sebagai logam Cyprium (Cuprum). Dalam catatan sejarah, tembaga telah
digunakan setidaknya sejak 10.000 tahun lalu yang ditemukan di Timur Tengah
pada tahun 9000 SM. Pengalaman manusia dalam menggunakan tembaga telah
membantu pengembangan logam lain, khususnya peleburan tembaga yang
kemudian diikuti peleburan besi(7).

Gambar 3. Bijih Tembaga

2.2.2 Bijih utama dan mineral


Tembaga muncul sebagai Cu alami dan dalam banyak mineral, terutama
sebagai sulfida (kalkopirit, bornit, kalkosit dan covellite), sulphosalts (enargit),
oksida (cuprite), dan karbonat (perunggu dan azurite). Tembaga adalah

chalcophile, dan sebagian besar terdiri dari bijih sulfida, terutama kalkopirit,
biasanya berhubungan dengan sulfida timbal dan seng(7).

Gambar 4. Sifat beberapa mineral perak


2.2.3. Sifat
Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning seperti emas kuning dan
keras bila tidak murni. Mudah ditempa (liat) dan bersifat elastis sehingga mudah
dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat. Konduktor panas dan listrik
yang baik, kedua setelah perak. Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak
reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan
tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari
tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3. Pada kondisi yang tertentu yakni pada suhu
sekitar 300C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang
berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000C, akan
terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah. Tembaga tidak
diserang oleh air atau uap air dan asam-asam non-oksidator encer seperti HCl
7

encer dan H2SO4 encer, tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam
tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya
ion kompleks CuCl2(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah
produk(7).
2.2.4. Proses Ekstraksi
Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh
tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih
yang berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret
volta sehingga mudah dipisahkan dari bijihnya(1).
Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk
memperoleh tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit
(CuFeS2), terdiri dari beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni:
Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih
kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan
dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara
ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara.
Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan
berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang
kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara
yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian
dipekatkan(1).
Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas
pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih
ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.
2Cu2FeS(s) + 4O2

2Cu2S(s) + 2FeO(s) + 3SO2(s)

Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine,


yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS.
Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu slag
besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut
FeO(s) + SiO2

FeSiO3

Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan
masih mengandung sedikit besi(II) sulfida.
Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara
dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g)

2Cu2O(s) + 2SO2(g)

Cu2S(s) + 2Cu2O(s)

6Cu(s) + SO2(g)

Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga
lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara(1).
Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung logam lain misalnya Ag,
Au, dan Pt kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis
tembaga kotor (tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan
tembaga murni, dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama
proses

elektrolisis

berlangsung

tembaga

di

anoda

teroksidasi

menjadi

Cu2+ kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu.


Katoda : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni)
makin bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan
Pt mengendap sebagai lumpur(10).
2.3. Nikel
2.3.1 Asal mula dan penamaan
Nikel ditemukan oleh A.F. Cronstedt pada tahun 1751, merupakan logam
berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi
dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya dibawah suhu yang ekstrim(8).
2.3.2 Bijih utama dan mineral
Nikel peringkat sekitar 22 dalam kelimpahan alami di antara unsur-unsur
dalam batuan kerak, tapi sekitar ke 5 di bumi secara keseluruhan. Hal ini
terkonsentrasi di batuan beku ultrabasa (0,1-0,3% Ni) dibandingkan dengan
batuan beku silikat (<0,006% Ni). Mineral bijih yang paling penting adalah
sulfida pentlandit dan pirhotit, dan garnierite oksida. Mineral nikel lainnya
9

termasuk

niccolite,

millerite,

breithauptite,

choanthite,

gersdorffite

dan

ullmannite. Nikel juga dapat hadir dalam goethite (limonite) (Ni,Fe)O(OH).


nH2O(8).
Nikel terjadi sebagai logam dalam meteorit dan sering berfungsi sebagai
salah satu kriteria untuk membedakan meteorit dari batuan lainnya. Meteorit besi,
atau siderites, mungkin berisi 5-20% Ni(8).

Gambar 5. Bijih Nikel

10

Gambar 6. Sifat beberapa mineral nikel


2.3.3. Sifat
Nikel merupakan salah satu unsur transisi di Grup VIIIB dari tabel periodik
dan memiliki kesamaan kimia untuk besi dan kobalt. Nikel adalah logam putih
keperakan, feromagnetik, elastis, mudah dibentuk, dan logam tangguh yang
memiliki polish tinggi yang tidak rusak dengan mudah. Hal ini cukup keras (3,8),
memiliki berat jenis 8,9, dan merupakan konduktor yang cukup baik untuk panas
dan listrik(8).

2.3.4. Proses Ekstraksi


Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Nikel ditemukan oleh
Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang disebut kupfernickel (nikolit).
Nikel berwarna putih keperak-perakan, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan
merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik. Proses
pengolaha bijih nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk
dengan kadar nikel di atas 75%. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan
adalah sebagai berikut:
1. Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih
laterit yang dipasok dari berbagai tambang dan memisahkan bijih yang
berukuran 25 mm
2. Kalsinasi dan reduksi di tanur untuk menghilangkan kandungan air dalam bijih,
mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi
3. Peleburan di tanur listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga
terbentuk fasa lelehan matte dan terak

11

4. Pengkayaan di tanur pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari


sekitar 27% menjadi diatas 75%
5. Granulasi dan pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair
menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas(3).
1. Peleburan
Proses pirometalurgi nikel laterit dilakukan dengan melebur bijih nikel
yang bertujuan memisahkan nikel dari pengotornya. Tahap awal yang
dilakukan adalah kalsinasi dan reduksi konsentrat. Kalsinasi bertujuan untuk
menguraikan senyawa seperti kristal air dan gas (CO2) dan reduksi dilakukan
untuk mengubah senyawa nikel oksida menjadi logam. Proses peleburan
lanjutan dilakukan di tanur. Proses ini secara umum merupakan proses
ekstraksi logam dengan produksi paling banyak. Namun, menghabiskan
banyak energi dan menghasilkan gas polusi yang berlimpah(4).
2. Hidrometalurgi
Pada umumnya, proses hidrometalurgi meliputi dua tahap, yaitu
pelindian dan pemerolehan kembali logam dari larutan hasil pelindian.
Pelindian merupakan proses pelarutan selektif dengan hanya melarutkan logam
berharga tertentu saja dalam konsentrat tanpa melarutkan pengotornya. Mineral
pengotor ini tetap berbentuk solid. Untuk mengendapkan logam tertentu dari
hasil pelindian kemudian dilakukan lah perolehan. Diharapkan agar konsentrasi
logam tertentu dapat ditingkatkan hingga level tertentu dan konsentrasi
pengotornya dapat diminimalkan sehingga proses pada tahap selanjutnya dapat
berlangsung dengan efisien. Berikut adalah beberapa contoh proses
hidrometalurgi konvensional untuk ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit:
a. High Pressure Acid Leaching (HPAL), yaitu salah satu proses
hidrometalurgi yang bertumpu pada pelindian menggunakan asam sulfat.
Agar lebih efektif, pelindian dilakukan pada temperatur 240 270C dan
tekanan tinggi. Metode ini memiliki persen perolehan logam yang lebih
besar (lebih efektif) dibanding proses lainnya. Hanya saja, metode ini
membutuhkan asam sulfat dalam jumlah besar. Kebutuhan asam sulfat ini
tidak hanya menaikkan biaya untuk pembuatan dan operasi pabrik asam
sulfat tetapi juga kurang ramah lingkungan karena asam anorganik yang

12

digunakan dapat berdampak buruk dan senyawa-senyawa sulfat dalam


limbah cair sulit untuk terdegradasi secara alamiah di alam(3).
b. Proses hidrometalurgi lainnya adalah Proses Caron,

yakni

pemanggangan mineral logam kering pada suhu tinggi kira-kira 850C


kemudian diikuti dengan pelindian pada larutan ammonia (NH 3). Diantara
semua proses hidrometalurgi untuk nikel laterit, proses ini membutuhkan
energi yang tinggi akibat adanya pemanggangan dan kebutuhan pengeringan
mineral di awal proses. Meskipun lebih ramah lingkungan daripada metode
HPAL namun biaya investasinya lebih mahal. Jika persen perolehan logam
berharga dari mineral asalnya dengan metode HPAL mencapai 95% Nikel
dan 90% Kobalt, perolehan nikel dan kobalt dari Proses Caron lebih
rendah(3).

Pembuatan
Elektrolisis nikel matte (Ni2S3):
Anoda :

Ni2S3

Katoda :

Ni2+ + 2eNi2S3

2Ni2+ + 3S + 4eNi

(1)
(2) X2

2Ni + 3S

Proses terbentuknya nikel


a. Proses Pyrometallurgy
Reduksi yang terjadi pada proses ini hanya sebagian dari besi baja yang dapat
diikat menjadi terak, dan sebagian besar masih dalam bentuk ferro-nikel alloy.
Reaksinya:
3FeS + 3NiO
3FeO+Ni3S2 + S2
2FeO + SiO2
2FeO.SiO2
Gambar 7. Bagan Pengolahan Bijih Nikel(4)
b. Proses Hydrometallurgy
Pada proses ini concentrat di leaching dengan larutan amonia di dalam
autoclave dengan tekanan kurang lebih 7 atm (gauge). Nikel larut kedalam
larutan amonia dengan reaksi:
NiS + 2 O2 + n NH3

Ni(NH3)nSO4

Oksida sulfida menimbulkan energi yang cukup banyak, oleh karena itu
autoclave harus didinginkan untuk menjaga agar temperatur tetap bertahan

13

antara 77 + 800C. Belerang yang ada di dalam concentrat di oksidasi menjadi


S2O32-, S2O62-, SO42Sementara itu besi, dipisahkan sebagai ferri hidro oxida dan sulfat basa.
Larutan tersebut dididihkan untuk memisahkan tembaga, reaksi yang terjadi:
Cu2+ + 2S2O32-

CuS + SO42- + S + SO2

Selanjutnya larutan larutan berisi nikel dan cobalt ini diproses dalam autoclave
dengan hidrogen pada tekanan 15 atm (abs) dan temperatur 175+225C(5).
Ni(NH3)2SO4 + H2

Ni(NH4)2SO4

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Unsur perak,tembaga dan nikel terdapat di alam dalam bentuk mineral
dengan paduan logam lain dengan sifat dan karakteristik yang berbeda.
14

2. Proses pengolahan/ekstraksi mineral perak, tembaga, dan nikel dapat


dilakukan secara kimiawi.
3.2. Saran
Masih diperlukan kajian lebih dalam mengenai karakteristik dan sifat dari
beberapa mineral di bumi untuk memperoleh kualitas logam mineral yang
melimpah dan proses ekstraksi yang sederhana, murah dan aman bagi
lingkungan.

15

Anda mungkin juga menyukai