Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

REAKSI KUALITATIF LOGAM-LOGAM TRANSISI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : I (SATU)

NAMA ANGGOTA : 1. YAUMIL AGUS AKHIR (06101281520057)

2. AGUS ZULKARNAIN (06101381520077)

3. JENI HENDASARI (06101381520064)

4. MELA RIPA JUMMARO (06101381520039)

5. TIARA ANANDA (06101381520031)

6. UTAMI INDIYASTUTI (06101381520049)

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA

DOSEN PEMBIMBING : DRS. M. HADELI L., M.SI

MAEFA EKA HARYANI, S.PD., M.PD

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
I. Nomor Percobaan :5
II. Judul Percobaan : Reaksi Kualitatif Logam-Logam Transisi
III. Tujuan Percobaan : Tujuan utama kegiatan ini yaitu mengenali uji
kualitatif melalui reaksi – reaksi kimia ion – ion
logam transisi berdasarkan golongannya.
IV. Dasar Teori
Unsur transisi deret pertama adalah unsur-unsur logam transisi yang
terletak pada periode paling atas dalam kelompok logam transisi pada tabel
periodik unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu,
dan Zn. Unsur-unsur ini memiliki elektron valensi pada orbital d sehingga
memiliki beberapa sifat seperti katalis, warna larutan dan kemagnetannya. Unsur-
unsur ini meskipun struktur geometri senyawa kompleksnya lebih mudah
diprediksi daripada senyawa kompleks golongan lantanida, dari kiri ke kanan
mempunyai jumlah elektron valensi, jumlah elektron pada orbital d, muatan inti
efektif, jari-jari kation yang berbeda-beda sehingga memiliki reaktifitas yang
berbeda terhadap anion tertentu. Pada beberapa kasus, reaktifitas ion-ion logam
transisi berhubungan dengan sifat kekerasan dan kelunakan dari kation dan
anionnya. Reaktifitas suatu senyawa dapat diamati dari adanya perubahan warna
maupun terbentuknya endapan. Reaktifitas suatu senyawa khususnya yang
mengandung ion logam transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan dan
jari-jari ion, serta konfigurasi elektron di orbital d. Reaktifitas berbeda dengan
kestabilan, dimana reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu
reaksi kimia dengan zat lain sedangkan kestabilan difokuskan pada besarnya nilai
K yang dihasilkan suatu reaksi. Suatu senyawa dapat bersifat labil akan bereaksi
lebih cepat daripada senyawa yang inert. (Misbah, dkk: 2011).
Nikel menduduki urutan ke 24 dalam jumlah kandungan dikerak bumi,
bijih bijih nikel yang utama ialah sulfida, oksida, dan arsenide. Cadangan nikel
yang besar ditemukan dikanada. Sebanyak 300 juta ton pertahun atau lebih nikel
digunakan di Amerika Serikat, dari jumlah ini 80% digunakan dalm pembuatan
campuran logam 15 % digunakan untuk penyepuhan dan sisanya untuk bermacam
macam kegunaan lain. (Petrucci, 1990: 154).
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr (III), atau Cr 3+) diperlukan
dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia. Kekurangan kromium
trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium
(chromium deficiency). Tingkat bilangan oksidasi kromium yang sering dijumpai
adalah III dan VI. Cr (III) dalam larutan asam berupa ion [Cr(H 2O)6]3+, sedangkan
dalam larutan yang basa berupa ion Cr[(OH) 5(H2O)]2- dan Cr(OH)63- Cr(VI) dalam
larutan asam (pH lebih kecil dari 6) berupa ion HCrO 4- dan Cr2OH42- yang
berwarna jingga, sedangkan dalam larutan basa berupa ion CrO 42- yang berwarna
kuning. Pada pH yang rendah (sangat asam) hanya ion Cr 2O72- yang ada di dalam
larutan. Kromium yang telah ditemukan di alam kemudian masuk ke lingkungan
melalui limbah industri dari lumpur elektroplating seperti limbah penyamakan dan
pabrik inhibitor korosi. (Svehla, 1990:290).
Senyawa komponen khrom berwarna. Kebanyakan senyawa khromat yang
penting adalah natrium dan kalium, dikromat, dan garam dan ammonium dari
campuran aluminum dengan khrom. Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator
dalam analisis kuantitatif, juga dalam proses pemucatan kulit. Senyawa lainnya
banyak digunakan di industri; timbal khromat berwarna kuning khrom,
merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa khrom digunakan dalam
industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna. Dalam industri penerbangan
dan lainnya, senyawa khrom berguna untuk melapisi aluminum. (Svehla,
1990:296).
Mangan adalah suatu unsur kimia yang mempunyai nomor atom 25 dan
memiliki symbol Mn. Mangan ditemukan oleh Johann Gahn pada tahun 1774 di
Swedia. Logam mangan berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam
berat dan sangat rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat
paramagnetik. Hal ini dapat dilihat dari obital d yang terisi penuh pada
konfigurasi electron. Mangan logam yang sangat keras, rapuh, dan sedikit keabu-
abuan. Logam murni tak bereaksi dengan air tetapi bereaksi dengan uap air, larut
dalam asam. Dengan HNO3 yang sangat encer melepaskan H2. Pemanasan dalam
N2 pada suhu 12000 ⁰C membentuk Mn3N2. Mangan juga dapat bereaksi dengan
karbon, belerang dan klor. (Svehla, 1990:299).
Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit elektron d
atau f yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur transisi terdiri
atas 56 dari 103 unsur. Logam-logam transisi diklasifikasikan dalam blok d, yang
terdiri dari unsur-unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag, dan 5d dari Hf
sampai Au, dan blok f, yang terdiri dari unsur lantanoid dari La sampai Lu dan
aktinoid dari Ac sampai Lr. Kimia unsur blok d dan blok f sangat berbeda.
Beberapa sifat atomik dan sifat fisis dari logam transisi:
1. Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik
intinya, sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke inti semakin kecil.
2. Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi
sedikit fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat
dari Sc ke Zn. Kalau diperhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada
pengisian elektron pada logam transisi. Setelah pengisian elektron pada
subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d,
sehingga  kalium dan kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini
berdampak pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih  nilai
energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu  besar. Karena
ketika logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang terlebih
dahulu terionisasi.
3. Konfigurasi elektron
Kecuali unsur Cr dan Cu, semua unsur transisi periode keempat
mempunyai elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu
adalah 4s1.
Logam transisi memiliki kecenderungan membentuk ion kompleks.
Contohnya, larutan kobalt (II) klorida berwarna merah muda karena kehadiran ion
Co(H2O)62+. Bila ditambahkan HCl, larutan berubah menjadi berwarna biru akibat
pembentukan ion kompleks CoCl42-:
Co2+(aq) + 4Cl-(aq) → CoCl42-(aq) (Chang, 2005)
Bilangan oksidasi kobalt adalah +2 dan +3. Dalam air, senyawa yang bermuatan
+2 sangat stabil dan ion kobalt berada dalam bentuk ion kompleks yang berwarna
pink muda, Co(H2O)62+.
Ion nikel yang paling stabil adalah pada muatan +2. Ion Ni 2+ dalam air
berwarna hijau sebab ion ini sebetulnya berada dalam bentuk kompleks
Ni(H2O)62+. (Brady, 2002).

V. ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Penjepit tabung
 Pipet tetes
 Gelas ukur
 Gelas kimia
 Bunsen
Bahan:
 K2CrO4 1 M
 H2SO4 2,5 M, 5 M
 Amil Alkohol/Amil Eter
 H2O2 10%
 Asam oksalat
 Serutan Zn
 HCl 5 M, 10 M
 Larutan CH3COONa
 Larutan jenuh NH4Cl
 Padatan K2CrO7
 AgNO3 0,2 M
 NaOH 10 M
 KMnO4
 Larutan Na2S2O3
 Aquadest
VI. CARA KERJA
Golongan Cr
Cara kerja :
1. Ke dalam campuran 1 tetes larutan 1 M K 2CrO4, 1 tetes 2,5 M H2SO4, 3
ml air dan 3 ml amil alkohol/amil eter, ditambahkan 3 tetes larutan 10%
H2O2.
2. Larutan K2CrO4 (» 1 M, 1 ml) diasamkan dengan 1 ml 2,5 M H 2SO4
kemudian 1 ml larutan 10% H2O2 ditambahkan sebelum dihangatkan.
3. Larutan K2CrO4 (» 1 M, 1 ml) diasamkan dengan 1 ml 2,5 M H2SO4,
setelah dipanaskan larutan ini kemudian dialiri gas H2S.
4. Ke dalam larutan K2CrO4 (» 1 M, 1 ml) ditambahkan 0,5 gram asam
oksalat, kemudian campuran dipanaskan.
5. Ke dalam 0,2 gram K2CrO7 ditambahkan 0,5 gram serutan Zn dan 5 ml
10 M HCl hingga larutan berwarna bitu. Filtratnya ditambahkan ke
dalam larutan jenuh 5 ml CH3COONa.

Golongan Mn
Cara kerja :
1. Ke dalam larutan KMnO4 tambahkan larutan H2SO4 setelah itu
tambahkan larutan jenuh NH4Cl dan 5 M NaOH, kemudian dibagi dua
bagian (a dan b) dan masing – masing dilakukan perlakuan sebagai
berikut:
a. Tambahkan larutan H2O2
b. Aliri gas H2S dan asamkan dengan 5 M HCl
2. Ke dalam 3 tetes larutan KMnO4 tambahkan 1ml larutan 5 M H2SO4, 3
tetes larutan 0,2 M AgNO3 dan sedikit Na2S2O3, kemudian dipanaskan.
3. Empat tetes larutan KMnO4, diasamkan dengan 1 ml larutan 2,5 M
H2SO4, kemudian diuji dengan H2O2.
4. Tiga tetes larutan KMnO4 diasamkan dengan 1 ml larutan 2,5 M H2SO4,
kemudian diuji dengan Na2S2O3.
5. Ke dalam 4 tetes larutan KMnO4 tambahkan 1 ml air dan beberapa tetes
MnSO4.
6. Satu gram KMnO4 dipanaskan dengan 2 ml larutan 10 M NaOH,
kemudian dilarutkan dan diasamkan dengan H2SO4.
7. Satu kristal KMnO4 diletakkan di atas nyala Bunsen, dinginkan,
kemudian larutkan ke dalam 3 ml air.

VII. HASIL PENGAMATAN


Golongan Cr
No Cara Kerja Hasil Pengamatan
1 Campuran 1 tetes 1 M K2CrO4 + 1 K2CrO4(aq) (kuning) + H2SO4(aq) (tak
tetes 2.5 M H2SO4 + 3 mL Air + 3 berwarna) → Larutan oranye + Air
mL Amil alkohol, ditambahkan 3 (tak berwarna) → Larutan kuning +
tetes larutan 10% H2O2 Amil alkohol(aq) (tak berwarna) →
Larutan membentuk dua fasa; atas:
ungu, bawah: larutan hijau muda +
10% H2O2(aq) (tak berwarna) →
tidak ada perubahan

2 1 mL 1 M K2CrO4 + 1 mL 2.5 M K2CrO4(aq) (kuning) + H2SO4(aq) (tak


H2SO4 + 1 mL 10% H2O2, berwarna) + 10% H2O2(aq) (tak
kemudian dipanaskan berwarna) → Terdapat dua lapisan;
atas: hitam, bawah: orange
Setelah dipanaskan terdapat dua
lapisan; atas: coklat, bawah: hitam

3 Larutan K2CrO4 (» 1 M, 1 ml) + 1 Tidak dilakukan


ml 2,5 M H2SO4. Dipanaskan,
kemudian dialiri gas H2S.

4 1 mL 1 M K2CrO4 + 0.5 gram As. K2CrO4(aq) (kuning) + As. Oksalat(s)


Oksalat, dipanaskan (putih) → Larutan coklat tua
Setelah dipanaskan larutan menjadi
berwarna hitam
5 0.2 gram K2Cr2O7 + 0.5 gram K2Cr2O7(aq) (orange) + serutan Zn
serutan Zn + 5 mL 10 M HCl (abu-abu) + HCl(aq) (tak berwarna)
hingga larutan berwarna biru. → Larutan hijau pekat
Filtrat + 5 mL CH3COONa Larutan biru Krom + CH3COONa(aq)
(tak berwarna) → Larutan hijau
bening

Golongan Mn
No Cara Kerja Hasil Pengamatan
1 5 mL KMnO4 + 5 mL 2.5 M H2SO4 KMnO4(aq) (ungu) + H2SO4(aq) (tak
+ 5 mL NH4Cl + 5 mL 5 M NaOH berwarna) + NH4Cl(aq) (tak berwarna)
+ NaOH(aq) (tak berwarna) →
a. Tambah 1 mL H2O2 Larutan ungu
Larutan ungu + H2O2(aq) → Terdapat
dua lapisan; atas: coklat, bawah:
b. Tambah HCl 5M merah ada endapan
Larutan (ungu) + HCl(aq) → Larutan
merah ada endapan
3 tetes KMnO4 + 1 mL 2.5 M
2 H2SO4 + 3 tetes 0.2 M AgNO3 + KMnO4(aq) (ungu) + H2SO4(aq) (tak
sedikit Na2S2O3, kemudian berwarna) + AgNO3(aq) → Larutan
dipanaskan. ungu + Na2S2O3(aq) (tak berwarna) →
Larutan merah muda, endapan hitam
Setelah dipanaskan warna larutan
coklat

4 tetes KMnO4 + 1 mL 2.5 M KMnO4(aq) (ungu) + H2SO4(aq) (tak


3 H2SO4, diuji dengan H2O2 berwarna) → Larutan ungu +
H2O2(aq) (tak berwarna) → terdapat
dua lapisan; atas: tidak berwarna,
3 tetes KMnO4 + 1 mL 2.5 M
bawah: coklat
H2SO4, diuji dengan Na2S2O3
KMnO4(aq) (ungu) + H2SO4(aq) (tak
4 berwarna) → Larutan ungu +
Na2S2O3(aq) (tak berwarna) → Larutan
berwarna merah muda

VIII. REAKSI
 Golongan Cr
Percobaan 1
K2CrO4(aq) + H2SO4(aq) → K+(aq) + CrO42- (aq) + 2 H+(aq) + SO42-(aq)
CrO42-(aq) + 2 H+(aq) + 2 H2O2(aq) → CrO5(aq) + 3 H2O(l)
4 CrO5(aq) + 12 H+(aq) → 4 Cr3+(aq) + 7 O2(g) + 6 H2O(l)

Percobaan 2
K2CrO4(aq) + H2SO4(aq) → K+(aq) + CrO42- (aq) + 2 H+(aq) + SO42-(aq)
CrO42- (aq) + 2 H+(aq) + 2 H2O2 → CrO5(aq) + 3 H2O(l)
4 CrO5(aq) + 4 H+(aq) + O2(g) → 4 Cr3+(aq) + 2 H2O(l)

Percobaan 4
K2CrO4(aq) + 3 HCOOH(aq) → CrO32-(aq) + 3CO2(g) + 2 K+(aq) + 2 H2(g) + H2O(aq)

Percobaan 5
Cr2O72-(s) + Zn(s) (tidak bereaksi)
K2Cr2O7(s) + Zn(s) + HCl(aq) → 2 Cr3+(aq) + 2 K+ + 8 Cl-(aq) + 7 H2O(aq) + Zn2+(aq) +
3 Cl2(g)
CH3COONa(aq) → CH3COO-(aq) + Na+(aq)
Cr2O72-(aq) + 4 Na+(aq) + H2O(aq) → 2 Na2Cr2O4(aq) + 2 H+(aq)

 Golongan Mn
Percobaan 1
KMnO4(aq) + H2SO4(aq) + NH4Cl(aq) + NaOH(aq) → K+(aq) + MnO4-(aq) + 2H+(aq) +
SO42-(aq) + NH4OH(aq) +
NaCl(aq)
2 MnO4-(aq) + 6 H+(aq) + 5 H2O2(aq) → 2 Mn2+(aq) + 5 O2(g) + 8 H2O(aq)
2MnO4-(aq) + 6 H+(aq) + 10HCl (aq) → 2Mn2+(aq) + 10Cl-(aq) + 8H2O(aq)
Percobaan 2
2KMnO4(aq) + H2SO4(aq) + AgNO3(aq) → Mn2O7(aq) + K2SO4(aq) + NO3-(aq) + Ag+(aq)
H2O(aq)
Mn2O7(aq) + Na2S2O3(aq) → MnS2O3(s) + MnO4-(aq) + Na+(aq) + 3/2O2(g)
MnS2O3(s) (s) + MnO4-(aq) + Na+(aq) + 3/2O2(g) → Na2S2O3(aq) + Mn2O7-(aq) + Na+(aq) +
Ag+(aq)

Percobaan 3
KMnO4(aq) + H2SO4(aq) → K+(aq) + MnO4-(aq) + 2H+(aq) + SO42-(aq)
2 MnO4-(aq) + 6 H+(aq) + 5 H2O2(aq) → 2 Mn2+(aq) + 5 O2(g) + 8 H2O(aq)

Percobaan 4
2 KMnO4(aq) + H2SO4(aq) → Mn2O7(aq) + K+(aq) + SO4-(aq) + H2O(aq)
Mn2O7(aq) + Na2S2O3(aq) → Mn2S2O3(aq) + 2Na+(aq) + 7/2O2(g)

IX. PEMBAHASAN
Pada percobaan yang ke-enam kali ini, dilakukan percobaan mengenai
reaksi kualitatif logam-logam transisi yang bertujuan untuk mengenali uji
kualitatif melalui reaksi – reaksi kimia ion – ion logam transisi berdasarkan
golongannya.
Pada perlakuan yang pertama, berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan ketika larutan K2CrO4 (kuning) ditambah larutan H2SO4 (tak berwarna)
menghasilkan larutan yang berwarna oranye tetapi setelah ditambahkan air larutan
menjadi kuning kembali dan ketika bereaksi dengan amil alkohol menghasilkan
larutan yang membentuk 2 fase bagian atas (berwarna ungu) dan pada bagian
bawah (hijau muda) dan penambahan 10 % H2O2, larutan tetap tidak berubah yaitu
tetap membentuk 2 fase bagian atas (berwarna ungu) dan pada bagian bawah
(hijau muda). Berdasarkan referensi, dalam larutan –larutan air kromium
membentuk tiga jenis ion: kation – kation kromium (II) dan kromium (III) dan
anion kromat dan dikromat. Selanjutnya, penambahan hidrogen peroksida
kedalam larutan campuran yang telah diasamkan akan membentuk lapisan
berwarna biru pada larutan jika larutan campuran itu dikocok pelan-pelan.
Senyawa biru ini larut dalam amil alkohol dengan menghasilkan larutan yang
agak lebih stabil, karena kromium pentoksida ini sangat stabil. Pewarnaan biru
disebabkan adanya kromium pentoksida. Warna biru ini dapat memudar dengan
sangat cepat, jika didalam larutan air, karena kromium pentoksida terurai menjadi
kromium (III) dan oksigen. Oleh sebab itulah pengidentifikasian dengan
menggunakan hidrogen peroksida harus dilakukan dengan teliti dan cermat karena
jika terlambat warna biru yang dihasilkan akan hilang karena teroksidasi oleh
udara di lingkungan.
Hal yang sama juga terjadi pada perlakuan yang kedua, dari hasil
pengamatan yang dilakukan yaitu ketika larutan K2CrO4 ditambah larutan H2SO4
menghasilkan larutan yang membentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna hitam dan
lapisan bawah berwarna orange dan ketika penambahan 1 ml 10 % H 2O2 warna
larutan tetap sama setelah dipanaskan perubahan warna tetap membentuk 2
lapisan, lapisan atas berwarna coklat dan lapisan bawah berwarna hitam. Langkah
percobaan ini sama dengan perlakuan yang pertama namun perbedaannya hanya
terletak pada penambahan amil alkohol. Sedangkan perlakuan yang ketiga dalam
percobaan ini sendiri tidak dilakukan karena keterbatasan bahan yang digunakan,
sehingga perlakuan yang ketiga tidak dilakukan pada percobaan kali ini.
Selanjutnya analisa kualitatif pada logam kromium ini dilakukan dengan
menggunakan larutan asam oksalat, dimana dalam hal ini dapat dilihat dari hasil
pengamatan dalam perlakuan selanjutnya yaitu, larutan K2CrO4 berwarna kuning
ditambah 0.5 gram asam oksalat berwarna putih, tidak melarut tetapi terbentuk
larutan berwarna coklat, setelah larutan dipanaskan warna berubah menjadi
kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa larutan uji itu sendiri dalam hal ini
K2CrO4 kurang reaktif dengan asam oksalat, sehingga perubahan yang
ditimbulkan akibat reaksi ini tidak begitu jelas, namun dengan adanya pemanasan
akan menyebabkan perubahan yang signifikan dengan berubahnya warna larutan
dan tidak ada endapan yang terbentuk. Perubahan yang signifikan ini dapat terjadi
karena adanya pengaruh dari proses pemanasan yang dapat berfungsi
mempercepat terjadinya reaksi sehingga menimbulkan perubahan yang jelas pada
analisa golongan Cr ini.
Dalam perlakuan yang terakhir, yakni dengan menggunakan larutan
natrium asetat dan asam klorida dan menambahkan serutan Zn. Berdasarkan hasil
pengamatan penambahan asam klorida akan menghasilkan perubahan warna
menjadi hijau pekat. Dan dengan penambahan natrium asetat ini akan
menimbulkan larutan menjadi berwarna hijau bening. Berdasarkan referensi yang
didapat bahwa penambahan asam klorida akan menghasilkan warna larutan
menjadi biru kehijauan dan disertai dengan panas pada larutan karena adanya
pelepasan kalor dalam perlakuan ini yang diakibatkan oleh tingginya konsentrasi
asam yang digunakan. Sedangkan perubahan warna ini sendiri terjadi karena
adanya klor yang teroksidasi sehingga adanya klor yang terlepas dari pereaksian
ini. Selain itu untuk penambahan natrium asetat akan menghasilkan larutan yang
memiliki keadaan 2 fasa, dimana dari semua larutan-larutan yang digunakan serta
logam-logam Zn terdapat sebagian dari campuran tersebut yang mengendap saat
penambahan asetat ini. Terbentuknya dua fasa dan adanya endapan yang
berbentuk gel ini, dapat disebabkan karena berlebihnya krom yang digunakan
dalam proses ini.
Percobaan kedua dilakukan untuk menganalisa logam transisi golongan
Mangan. Permanganat (MnO4-) adalah salah satu ion yang kita gunakan untuk uji
mangan. Kelarutan semua permanganat larut dalam air membentuk larutan
berwarna ungu.
Pada perlakuan yang pertama yakni berdasarkan hasil pengamatan ketika
larutan KMnO4 berwarna ungu ditambah larutan H2SO4 lalu larutan NH4Cl dan
larutan NaOH menghasilkan larutan yang berwarna ungu, kemudian larutan
dibagi menjadi dua. Larutan pertama dilakukan penambahan dengan H 2O2 1%
warna larutan berubah menjadi terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas berwarna
coklat dan lapisan bawah berwarna merah serta terdapat endapan. Larutan kedua
ditambah dengan asam klorida 5 M akan menghasilkan larutan merah dan terdapat
endapan. Hal ini telah sesuai dengan literatur dimana dengan penambahan larutan
NaOH dihasilkan larutan kalium permanganat yang ungu dan dilepaskan gas
oksigen. Bila larutan ini diasamkan dengan asam sulfat encer, warna ungu dari
kalium permanganat larutan tetap ungu tetapi terdapat endapan yang berasal dari
mangan dioksida, dan penambahan reagensia hidrogen peroksida pada larutan
kalium permanganat yang telah diasamkan dengan asam sulfat menyebabkan
warna menjadi hilang dan dilepaskan oksigen yang murni tetapi basah
(mengandung air). Tetapi ketika larutan dituangkan ke kertas saring atau kertas
tissue larutan yang ditumpahkan berubah menjadi hijau dan lama-kelamaan
menjadi coklat. Hal ini sesuai dengan referensi yang didapatkan bahwa warna ini
dihasilkan karena permanganat larut dalam reagensia sehingga menghasilkan
suatu larutan yang kehijauan, yang mengandung heptoksida (anhidrida
permanganat).
Dan dalam pengidentifikasian pada perlakuan yang kedua yakni
berdasarkan hasil pengamatannya, ketika larutan uji kalium permanganat di
tambahkan dengan larutan H2SO4 serta larutan nitrat AgNO3 tidak terjadi
perubahan. Dimana perak nitrat ini sendiri berfungsi sebagai katalis, karena pada
penambahan Na2S2O3 terdapat perubahan dimana larutan berubah menjadi merah
muda dan terdapat endapan hitam. Namun dengan adanya proses pemanasan maka
hal ini akan mempercepat terjadinya perubahan pada warna larutan, dimana
larutan menjadi berwarna coklat.
Selanjutnya pengidentifikasinya dengan menggunakan larutan asam sulfat
dan H2O2, dimana pada perlakuan yang ketiga ini tidak terjadi perubahan pada
penambahan asam sulfat dalam larutan kalium permanganat yakni larutan tetap
berwarna ungu, sedangkan pada penambahan H2O2 terjadi perubahan dengan
membentuk dua lapisan yaitu lapisan atas tidak berwarna dan lapisan bawah
berwarna coklat. Berdasarkan referensi yang didapat pada saat penambahan H 2O2
hanya terjadi perubahan dimana larutan menjadi lebih cerah ini dalam
menunjukkan bahwasanya dengan adanya penambahan H2O2 tidak terlalu
mempengaruhi perubahan pada larutan uji ini.
Pada perlakuan selanjutnya yakni dengan mereaksikan larutan kalium
permanganat dengan larutan asam sulfat menghasilkan larutan berwarna ungu
namun dengan adanya penambahan natrium tiosulfat, menyebabkan larutan
menjadi berwarna merah muda. Akan tetapi berdasarkan referensi yang didapat
seharusnya penambahan natrium tiosulfat menyebabkan warna larutan menjadi
bening kembali, jika dilakukan terus-menerus penambahan larutan ini akan
semakin menyebabkan larutan menjadi semakin putih dan akhirnya keruh dan
terlihat sedikit kehijauan dan sesuai dengan referensi yang didapatkan bahwa
warna ini dihasilkan karena permanganat larut dalam reagensia sehingga
menghasilkan suatu larutan yang kehijauan, yang mengandung heptoksida
(anhidrida permanganat).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan baik untuk pengujian golongan
kromium dan juga golongan mangan banyak didapatkan hasil yang tidak sesuai
dengan literatur. Ketidaksesuaian ini sangat mungkin terjadi dalam suatu analisa
percobaan di dalam laboratorium, dimana hal-hal seperti ini dapat disebabkan
karena adanya kekeliruan dalam ketelitian larutan atau bahan-bahan yang
digunakan. Ada pula faktor lain yakni dapat diakibatkan karena alat-alat yang
digunakan kurang bersih sehingga dapat mempengaruhi hasil pengamatan.

X. KESIMPULAN
1. Untuk mengidentifikasi reaksi kualitatif golongan kromium dapat
menggunakan larutan asam sulfat, H2O2, logam Zn, natrium asetat,
serta asam oksalat
2. Untuk mengidentifikasi reaksi kualitatif golongan mangan dapat
menggunakan larutan asam sulfat, perak nitrat, natrium tiosulfat,
natrium hidroksida, serta H2O2
3. Logam-logam transisi bersifat lebih sukar larut sehingga diperlukan
proses pemanasan
4. Logam-logam transisi mempunyai kemampuan untuk membentuk
senyawa koordinasi sehingga dapat membentuk senyawa berwarna-
warna
5. Dalam percobaan ini dilakukan proses pemanasan yang bertujuan
untuk mempercepat terjadinya reaksi
6. Semua permanganat larut dalam air membentuk larutan ungu
7. Permanganat larut dalam reagensia sehingga menghasilkan suatu
larutan yang kehijauan, yang mengandung heptoksida (anhidrida
permanganat).
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E . 2002. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa
Aksara.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Gulo, Fakhili. 2007. Panduan Praktikum Kimia Anorganik II. Indralaya: UPPSB.

Khunur, misbah dkk. 2011. Diktat Praktikum Kimia Anorganik. (Online).


http://prananto.lecture.ub.ac.id/files/2011/12-Diktat-Prakikum-Kimia
Anorganik-2012.pdf. (Diakses pada tanggal 4 Maret 2018).

Petrucci, Ralph. H.1985. Kimia Dasar: Prinsip Dan Terapan Modern Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.

Svehla, G. 1990. Vogel II Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.


Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai