PERCOBAAN 8
SISTEM TERNER AIR-KLOROFORM-ASAM ASETAT
OLEH:
A. TUJUAN
1. Menggambarkan diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat
2. Menentukan garis dasi (tie line) pada sistem terner air-kloroform-asam asetat
B. DASAR TEORI
Berdasarkan hukum fasa Gibbs, jumlah terkecil variabel bebas yang diperlukan untuk
menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan diungkapkan sebagai:
F=C–P+2
dimana, F = jumlah derajat kebebasan, C = jumlah komponen, P = jumlah fasa.
Berdasarkan rumusan diatas, kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan dan
komposisi sistem. Pada sistem tiga komponen, nilai C adalah 3, sehingga rumusannya
menjadi:
F=3–P+2
Pada sistem tiga komponen tekanan dan temperatur tetap, maka nilai 2 pada rumusan
hukum fasa Gibbs tidak perlu dituliskan sehingga derajat kebebasannya menjadi:
F=3–P
Harga derajat kebebasan maksimal adalah 2 karena harga P hanya mempunyai 2 pilihan,
1 fasa yaitu ketiga komponen bercampur homogen atau 2 fasa yang meliputi 2 pasang misibel
(Widjajanti, 2008). Umumnya, sistem 3 komponen merupakan sistem cair-cair-cair. Jumlah
fraksi mol ketiga komponen berharga 1. Dengan adanya berbagai bentuk kesetimbangan
antara komponen-komponen yang ada, maka digunakan diagram fase segitiga (Sari, 2001).
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga kompoen tergantung pada daya saling larut antar
zat cair tersebut dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B saling
larut sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau
memperkecil daya saling larut A dan B. Pada percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang
memperbesar daya saling larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut
sempurna. Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap.
Penggambaran sistem tiga komponen dilakukan pada kertas grafik segitiga dan diagram
sistem tiga komponen disebut diagram Terner. Prinsip menggambarkan komposisi dalam
diagram Terner dapat dilihat pada Gambar 1. sebagai berikut.
Pada gambar diatas, titik A, B dan C menyatakan komponen murni. Titik-titik pada sisi
AB, BC dan AC menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik di dalam segitiga
menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan campuran dengan fraksi dari A, B
dan C masing-masing sebanyak x, y dan z.
Pada segitiga tersebut, sisi-sisinya menggambarkan sistem dua bilangan. Titik-titik yang
ada pada garis terputus-putus menunjukkan fraksi mol C dan B dalam bagian yang sama
(Atkin, 1987:204). Sisi AB menunjukkan xC = 0, begitu pula untuk sisi lainnya (sisi AC
menunjukkan xB = 0, dan sisi BC menunjukkan xA = 0). Ini berarti bahwa setiap sisi segitiga
menunjukkan satu dari tiga sistem biner (A,B), (B,C), dan (C,A). Titik P menggambarkan
fraksi mol masing-masing komponen, xA = 0,50; xB = 0,10; dan xC = 0,40.
Dengan menggunakan prinsip penggambaran komposisi dalam diagram Terner,adapun
diagram fasa untuk sistem tiga kompenen air-kloroform-asam asetat ditunjukkan pada
Gambar 3. dengan kedudukan sistem dilakukan sebagai berikut.
A adalah tempat kedudukan sistem 100%A; 0%B; 0%C.
B adalah tempat kedudukan sistem 100%B; 0%A; 0%C
C adalah tempat kedudukan sistem 100%C; 0%B; 0%C
C B
Garis miring AC dan yang sejajar dengannya secara berturut-turut dari kiri ke kanan
merupakan tempat kedudukan sistem 0%B; 10%B; 20%B dan seterusnya sampai 100%B pada
titik B. Garis miring BC dan yang sejajar dengannya secara berturut-turut dari dari kiri ke
kanan merupakan tempat kedudukan sistem 0%A; 10%A; 20%A dan seterusnya sampai
100%A pada titik A. Sementara itu, garis AB dan yang sejajar dengannya secara berturut-turut
0%C; 10%C; 20%C dan seterusnya sampai 100%C pada titik C. Titik D merupakan
kedudukan sistem dengan komposisi 20%B; 30%C; 50%A. Bentuk diagram sistem
kloroform-air-asam asetat pada suhu dan tekanan tertentu dapat dilihat pada Gambar 4.sebagai
berikut (Retug, 2004).
CH3COOH
1 fasa
K’
Q
R
P 2 fasa
CHCl3 H2O
K
2. Bahan
Tabel 2. Daftar Bahan
No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Aquades - 50 mL
2. Kloroform - 11 mL
3. Larutan NaOH 0,1 M 50 mL
4. Asam Oksalat - 10 mL
5. Asam asetat - 50 mL
6. Indikator PP - 5 mL
D. PROSEDUR KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 3. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
Standarisasi NaOH dengan larutan H2C2O4 0,05 M
1. Masing-masing 5 mL larutan Warna larutan NaOH dan H2C2O4 adalah tidak
H2C2O4 pada labu Erlenmeyer berwarna. Selanjutnya ditambahkan indikator
dititrasi dengan NaOH 0,1 M PP, larutan tetap tidak berwarna. Setelah
dengan penambahan 3 tetes dilakukan tiga kali titrasi, maka volume NaOH
indikator PP sampai menunjukkan yang digunakan dapat dilihat pada tabel di
perubahan warna menjadi merah bawah.
muda. Catat volume NaOH yang Titrasi ke- Volume Volume
digunakan. NaOH 0,1 M H2C2O4 0,1M
(mL) (mL)
I
II
III
Rata-rata
2. Massa jenis aquades ditentukan Volume aquades= 5 mL
menggunakan gelas ukur dimana Massa aquades = gram
terlebih dahulu diukur massa dari
gelas ukur setelah itu dimasukkan massa gram
ρ aquades gram/mL
aquades sebanyak 5 mL dan diukur volume 5 mL
massa aquades. Massa jenis
kloroform dan asam asetat dicari
dari hand book atau tabel botolnya.
4. Disediakan 4 buah Erlenmeyer dan Labu erlenmeyer telah diisi tabung masing-
masing-masing diberi tanda I, II, masing tabung I, II, III dan IV
III, IV.
Tabung II
massa campuran = massa aquades + massa kloroform + massa asam asetat
= (3 + 2 + )g= g
massa aquades
% aquades = 100 %
massa campuran
3
= 100% ..................%
....................
massa kloroform
% kloroform = 100 %
massa campuran
2
= 100% ...............%
..........................
massa asam asetat
% asam asetat = 100 %
massa campuran
% campuran = % aquades + % kloroform + % asam asetat
Tabung III
massa campuran = massa aquades + massa kloroform + massa asam asetat
= (2 + 3 + )g= g
massa aquades
% aquades = 100 %
massa campuran
2
= 100% .....................%
...........................
massa kloroform
% kloroform = 100 %
massa campuran
3
= 100% ....................%
............................
massa asam asetat
% asam asetat = 100 %
massa campuran
% campuran = % aquades + % kloroform + % asam asetat
Tabung IV
massa campuran = massa aquades + massa kloroform + massa asam asetat
= (1 + 4 + )g= g
massa aquades
% aquades = 100 %
massa campuran
1
= 100% ......................%
........................
massa kloroform
% kloroform = 100 %
massa campuran
4
= 100% ..........................%
.............................
massa asam asetat
% asam asetat = 100 %
massa campuran
% campuran = % aquades + % kloroform + % asam asetat
Dari perhitungan di atas dapat dibuat tabel persentase air, kloroform, dan asam asetat pada
setiap tabung, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Persentase masing-masing larutan
Tabung % aquades % kloroform % as asetat
I
II
III
IV
Standarisasi NaOH
Sebelum melakukan titrasi terhadap campuran air, kloroform dan asam asetat,
dilakukan standarisasi terlebih dahulu terhadap titran yang digunakan yaitu NaOH. Dalam
standarisasi digunakan larutan standar seperti H2C2O4 (asam oksalat) dengan indikator PP.
Dalam suatu titrasi yang digunakan sebagai titran adalah NaOH sedangkan yang digunakan
sebagai titrat adalah asam oksalat. Dari hasil titrasi ini didapatkan data sebagai berikut
Tabel 3. Data Titrasi NaOH
Titrasi ke- Volume NaOH (mL) Volume H2C2O4 0,05M (mL)
I
II
III
Rata-rata
Maka dapat dihitung konsentrasi NaOH yang telah distandarisasi sebagai berikut
V(NaOH) . M(NaOH) . n = V(as.Oksalat) . M(as.Oksalat) . n
Penentuan Garis Dasi
Adapun perhitungan komposisi asam asetat pada masing – masing lapisan
Untuk L1:
mol NaOH = VNaOH x MNaOH
mol NaOH = mol asam asetat
massa asam asetat
%massa asam asetat = 100 %
L1
Untuk L2:
mol NaOH = VNaOH x MNaOH
Maka volume L2 dapat ditentukan yaitu :
𝑚
V= =
𝜌
mol asam asetat = mol NaOH
massa asam asetat
%massa asam asetat = 100 %
L2