OLEH:
Elwaldus Golden Tritore NIM;1713031018
NIM;1713031018
M. Imam Ghozali NIM; 1613031026
I. Judul Percobaan :
Sistem Terner Pada Sistem
Si stem Air-Kloroform-Asam Asetat
II. Tujuan Percobaan :
Menggambarkan diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat
Menentukan garis dasi (tie
(tie line)
line) pada sistem terner air-kloroform-asam asetat
III. Dasar Teori
Sistem tiga komponen sebenarnya banyak kemungkinannya dan yang paling umum
adalah sistem tiga komponen yang terdiri atas zat cair yang bercampur sebagian contohnya
adalah air-kloroform-asam asetat. Berdasarkan Aturan Fasa atau Hukum Fasa ada hubungan
yang umum antara derajat kebebasan dengan jumlah komponen dan jumlah fasa dalam suatu
sistem berkesetimbangan. Secara matematis hukum fasa dinyatakan dengan persamaan:
F = C –
C – P
P + 2
dimana F menyatakan derajat kebebasan, C adalah jumlah komponen dan P adalah jumlah
fasa. Aturan Fasa ini pertama kali ditemukan oleh Gibss sehingga sering juga disebut Aturan
Fasa Gibbs (Retug, dkk., 2002).
Untuk sistem tiga komponen, derajat kebebasan, F = 3 – P + 2= 5-P. Untuk P = 1,
maka F = 4. Karena tidak mungkin menyatakan sistem seperti ini dalam bentuk grafik yang
lengkap dalam tiga dimensi, apalagi dalam dua dimensi. Oleh karena itu, biasanya sistem
dinyatakan pada suhu dan tekanan tetap, sehingga diagram hanya merupakan fungsi
komposisi dan derajat kebebasan menjadi F =3-P. Jadi derajat kebebasan maksimal adalah
dua, dan dapat dinyatakan dalam suatu bidang. Dengan harga derajat kebebasan maksimal
adalah dua, harga P hanya mempunyai 2 pilihan yaitu 1 fasa dimana ketiga komponen
bercampur homogen atau 2 fasa yang meliputi 2 pasang misibel. Sistem 3 komponen pada
umumnya merupakan sistem cair-cair-cair. Jumlah fraksi mol ketiga komponen berharga 1
(XA+ XB+ XC = 1). Komposisi salah satu komponen sudah tertentu jika dua komponen
lainnya diketahui. Untuk memahami keadaan sistem tiga komponen, digunakan diagram fasa
segitiga. Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat sebagai fungsi
suhu dan tekanan. Diagram fasa segitiga dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Koordinat segitiga yang digunakan dalam menggambarkan sistem tiga komponen
Berdasarkan Gambar 1. tersebut untuk sistem tiga komponen, kedudukan sistem
ditentukan sebagai berikut.
Titik A adalah tempat kedudukan sistem 100% A ; 0% B ; 0% C
Titik B adalah tempat kedudukan sistem 0% A ; 100% B ; 0% C
Titik C adalah tempat kedudukan sistem 0% A ; 0% B ; 100% C
Garis miring AC dan sejajar dengannya secara berturut-turut dari kiri ke kanan
merupakan tempat kedudukan sistem 0% B ; 10% B ; 20% B ; dan seterusnya sampai 100%
B pada titik B. Garis miring BC dan yang sejajar dengannya secara berturut-turut dari kiri ke
CH3COOH
1 fasa
K’
K’
2 fasa Q
P
CHCl3 H2 O
K
maka kelarutannya akan bertambah besar. Hal ini disebabkan karena asam asetat mudah larut
dalam air dan asam asetat dapat larut dalam kloroform dalam berbagai perbandingan.
Misalnya suatu sistem dimulai dari komposisi K, berdasarkan aturan Lever sistem ini
memiliki jumlah air yang lebih banyak daripada kloroform. Sistem ini merupakan sistem 2
fasa C jika dikocok akan terlihat keruh. Dengan menitrasi campuran oleh asam asetat, maka
komposisi akan berjalan sepanjang garis KK’ menuju titik 100% asam
asam asetat. Dengan
pengocokan secara berhati-hati selama titrasi akan diperoleh tetesan terakhir ketika
kekeruhan tepat hilang, yaitu titik K’ .
K’ .
IV. ALAT DAN BAHAN
Tabel Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Buret 50 mL 3 buah
11 Filler - 1 buah
12 Spatula - 1 buah
13 Kaca arloji - 1 buah
14 Piknometer - 1 buah
Tabel bahan
No Nama Bahan Konsentra
Konsentrasi
si Jumlah
1 Aquades - 1000 mL
2 Kloroform - 15 mL
3 Larutan NaOH 0,02 M 20 mL
4 Asam asetat 0,02 M 50 mL
5 Asam oksalat 0,02 M 15 mL
Indikator fenolftalein - 5 mL
6
(PP)
1. Sediakan tiga buah buret yang masing-masing berisi aquades, kloroform,
dan asam asetat.
2. Tentukan massa jenis aquades dengan menggunakan piknometer. Cari
massa jenia kloroform dan asam asetat di dalam hanbook atau tabel
botolnya.
3. Disediakan 4 buah Erlenmeyer dan masing-masing diberi tanda I, II, III,
IV.
aquades dan 2,5 gram kloroform. Tambahkan satu gram asam asetat
kemudian kocok campuran tersebut hingga diperoleh campuran yang
merata.
7. Campuran tersebut dibiarkan beberapa saat sampai didapat kembali 2
lapisan (L1 dan L2). Sementara itu, siapkan 2 buah labu Erlenmeyer yang
bersih dan kering dan ditimbang keduanya dengan teliti.
8. Pisahkan kedua lapisan yang diperoleh pada langkah sebelumnya serta
masing-masing lapisan tersebut dimasukan ke dalam Erlenmeyer (masing-
masing diberi tanda L1 dan L2) yang telah diketahui massanya. Kemudian
P er hi
hitung
tunga
an vo
volume
lume klor
lorofor
oform
m dan aq
aquad
uade
es (air
( air ) pad
ada
a masin
asingg -masi
-masing
ng per band
andii ng
ngan
an
Massa Jenis Air
Volume aquades : 5 mL
Maka massa jenis air ; =
4,97 gr
=
5 mL
= 0,994 gr/mL
Massa Jenis kloroform = 1,47 gr/mL
Massa Jenis asam asetat = 1,05 gr/mL
= 2,205 gr
Erlemeyer 3 : massa CHCl3 = ρ x V
= 1,47 gr/mL x 2 mL
= 2,94 gr
Erlemeyer 4 : massa CHCl3 = ρ x V
= 1,47gr/mL x 3 mL
= 4,41 gr
3
Massa asam asetat (CH COOH ) setiap erlemeyer
Erlemeyer 1 : massa CH3COOH = ρ x V
= 1,05 gr/mL x 7,4 mL
= 7,77 gr
Erlemeyer 2 : massa CH3COOH = ρ x V
= 1,05 gr/mL x 7,6 mL
= 7,98 gr
Erlemeyer 3 : massa CH3COOH = ρ x V
= 1,05 gr/mL x 8,3 mL
= 8,715 gr
Erlemeyer 4 : massa CH3COOH = ρ x V
= 1,05 gr/mL x 6,1 mL
= 6,405 gr
Perhitungan mol (aquades, kloroform, asam asetat), dan persen fraksi mol (aquades,
Erlemeyer 1
Massa ai
mol air =
M ai
,
=
/
= 0,221 mol
Massa
mol CHCl3 =
M
,
=
, /
= 0,012 mol
Massa CH3COOH
mol CH3COOH =
M CH3COOH
,
=
, /
= 0,129 mol
ai
Fraksi mol (X) air =
ai+ kf+ asa asetat
0,221 mol
=
0,22
0,221
1 mol
mol 0,01
0,012
2 mol
mol 0,12
0,129
9mmol
ol
= 0,609
%X air = 0,609 x 100%
= 60,9 %
kf
Fraksi mol (X) kloroform =
ai+ kf+ asa asetat
0,012 mol
=
0,22
0,221
1 mol
mol 0,01
0,012
2 mol
mol 0,12
0,129
9mmol
ol
= 0,034
%X kloroform = 0,034 x 100%
= 3,4%
asa asetat
Fraksi mol (X) asam asetat =
ai+ kf+ asa asetat
0,129 mol
=
0,22
0,221
1 mol
mol 0,01
0,012
2 mol
mol 0,12
0,129
9mmol
ol
= 0,357
%X asam asetat = 0,357 x 100%
= 35,7%
Erlemeyer 2
Massa ai
= 0,1661 mol
Massa
mol CHCl3 =
M
,
=
, /
= 0,018 mol
Massa CH3COOH
mol CH3COOH =
M CH3COOH
,
=
, /
= 0,133 mol
ai
Fraksi mol (X) air =
ai+ kf+ asa asetat
0,166 mol
=
0,16
0,166
6 mol
mol 0,01
0,018
8 mol
mol 0,13
0,133
3mmol
ol
= 0,523
%X air = 0,523x 100%
= 52,3 %
kf
Fraksi mol (X) kloroform =
ai+ kf+ asa asetat
0,018 mol
=
0,16
0,166
6 mol
mol 0,01
0,018
8 mol
mol 0,13
0,133
3mmol
ol
= 0,058
%X kloroform = 0,058 x 100%
= 5,8%
asa asetat
Fraksi mol (X) asam asetat =
ai+ kf+ asa asetat
0,133 mol
= 0,16
0,166
6 mol
mol 0,01
0,018
8 mol
mol 0,13
0,133
3mmol
ol
= 0,419
%X asam asetat = 0,419 x 100%
= 41,9%
Erlemeyer 3
Massa ai
mol air =
M ai
,
=
/
= 0,110 mol
Massa
mol CHCl3 =
M
,
=
, /
= 0,025 mol
Massa CH3COOH
mol CH3COOH =
M CH3COOH
,
=
, /
= 0,145 mol
ai
Fraksi mol (X) air =
ai+ kf+ asa asetat
0,110 mol
=
0,11
0,110
0 mol
mol 0,02
0,025m
5mol
ol 0,14
0,145m
5mol
ol
= 0,394
%X air = 0,394 x 100%
= 39,4 %
kf
Fraksi mol (X) kloroform = ai+ kf+ asa asetat
0,025 mol
=
0,11
0,110
0 mol
mol 0,02
0,025m
5mol
ol 0,14
0,145m
5mol
ol
= 0,088
%X kloroform = 0,088 x 100%
= 8,8%
asa asetat
Fraksi mol (X) asam asetat =
ai+ kf+ asa asetat
0,145 mol
=
0,11
0,110
0 mol
mol 0,02
0,025m
5mol
ol 0,14
0,145m
5mol
ol
= 0,518
%X asam asetat = 0,518 x 100%
= 51,8%
Erlemeyer 4
Massa ai
mol air =
M ai
,
=
/
= 0,055 mol
Massa
= 0,037 mol
Massa CH3COOH
mol CH3COOH =
M CH3COOH
,
=
, /
= 0,107 mol
ai
Fraksi mol (X) air =
ai+ kf+ asa asetat
0,055 mol
= 0,05
0,055
5 mol
mol 0,03
0,037m
7mol
ol 0,10
0,107m
7mol
ol
= 0,278
%X air = 0,278 x 100%
= 27,8 %
kf
Fraksi mol (X) kloroform =
ai+ kf+ asa asetat
0,037 mol
=
0,05
0,0555 mol
mol 0,03
0,037m
7mol
ol 0,10
0,107m
7mol
ol
= 0,186
%X kloroform = 0,186 x 100%
= 18,6%
asa asetat
Fraksi mol (X) asam asetat =
ai+ kf+ asa asetat
0,107 mol
=
0,05
0,055
5 mol
mol 0,03
0,037m
7mol
ol 0,10
0,107m
7mol
ol
= 0,536
%X asam asetat = 0,536 x 100%
= 53,6%
Penentua
Penentuan
n Garis Dasi
V L1 (lapisan atas) = 3 mL
V L2 (lapisan bawah) = 2,5 mL
Massa jenis air = 0,994 gr/mL
V air = 2,5 mL
V CHCl3 = 2 mL
V CH3COOH = 1 mL
= 0,025 mol
= 0,017 mol
Mol total = mol air + mol CHCl3 + mol CH3COOH
= 0,138 mol + 0,025 mol + 0,017 mol
= 0,18 mol
Konsentrasi L1
VL1 x NL1 = V NaOH x N NaOH
= 0,461 M x 3 mL
= 1,383 mmol
= 1,383 x 10-3 mol
% X asam asetat = x 100%
= 0,768%
Konsentrasi L2
VL2 x NL2 = V NaOH x N NaOH
2,5 mL x NL2 = 2,12 mL x 0,1 N
NL2 = 0,085 N
Konsentrasi asama asetat dalam molar (M)
N = M x valensi
M = N/valensi
M = 0,085/1
M = 0,085 M
= 0,085 M x 2,5 mL
= 0,2125 mmol
= 0, 2125 x 10-3 mol
% X asam asetat = x 100%
Pembahasan
Dalam percobaan ini dilakukan beberapa variasi komposisi pada volume aquades
dan kloroform sehingga volume asam asetat yang diperlukan ketika dilakukan titrasi
juga bervariasi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh beberapa titik yang nantinya akan
dihubungkan sehingga dapat dibuat gambar diagram sistem terner air-kloroform-asam
asetat.
Langkah pertama yaitu menentukan massa jenis dari aquades, kloroform, dan
asam asetat glasial yang digunakan. Massa jenis kloroform dan asam asetat dicari dari
tabel pada botolnya karena kloroform dan asam asetat yang digunakan tanpa
diencerkan. Massa jenis kloroform adalah 1,47 kg/L atau 1,47 gram/mL dan massa
jenis asam asetat adalah 1,05 kg/L atau 1,05 gram/mL. Di sisi lain, massa jenis aquades
0,994 gram/mL.
Langkah kedua yaitu melakukan beberapa variasi komposisi aquades dan
kloroform pada 4 buah labu erlenmeyer. Variasi campuran yang digunakan antara lain :
(1) Tabung 1 yaitu 4 mL aquades dan 1 mL kloroform; (2) Tabung 2 yaitu 3 mL
aquades dan 1,5 mL kloroform; (3) Tabung 3 yaitu 2 mL aquades dan 2 mL kloroform;
(4) Tabung 4 yaitu 1 mL aquades dan 3 mL kloroform.
Masing-masing campuran dalam labu erlenmeyer tersebut (labu I, II, III, IV)
selanjutnya dititrasi dengan larutan asam asetat glasial sampai berubah menjadi bening.
Titrasi dihentikan ketika warna keruh pada campuran hilang dan diamati terbentuk
larutan bening tidak berwarna. Hilangnya kekeruhan ini dapat diasumsikan sebagai
suatu keadaan dimana campuran yang terbentuk sudah satu fasa dan diagram terner
merupakan titik awal terjadinya satu fasa. Volume asam asetat yang digunakan dalam
titrasi berturut-turut yaitu 7,4 mL, 7,6 mL, 8,3 mL, dan 6,1 mL.
Dengan perhitungan di atas, dapat dibuat table yang menggambarkan volume dan
massa larutan pada masing-masing kondisi pencampuran, yaitu dalam tabel berikut:
IV III
II
I
asetat di dalam kloroform dan air dapat digunakan sekaligus untuk menentukan komposisi
komponen lainnya. Hasil percobaan didapatkan senyawa L1 (lapisan atas) yang merupakan
campuran antara aquades dan asam asetat memiliki volume 3 mL dan senyawa L2 (lapisan
bawah) yang merupakan campuran asam asetat dan klorofom memiliki volume 2,5 mL.
Penarikan garis dari komposisi asam asetat dalam kloroform dengan komposisi asam asetat
pada air, akan memotong kurva pada 2 titik.
titi k. Pada
Pad a percobaan ini, didapatkan data L1 dan L2
berturut-turut yaitu 0,768% dan 0,118
0,118 %. Garis dasi dapat dilihat pada gambar 4.
L1
L2
DAFTAR PUSTAKA
Oktaviana, Dian. 2012. Campuran Tiga Komponen (Diagram Biner ).
). Diakses tanggal
dari http://www.scrib.com.
04 November 2019 dari http://www.scrib.com.
Retug, Nyoman dan Dewa Sastrawidana. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Fisika.
Singaraja: IKIP N Singaraja.
Suardana, I Nyoman, Nyoman Retug, dan I Wayan Subagia. 2002. Buku Ajar Kimia
Fisika II . Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Wiratini, Ni Made & Nyoman Retug. 2014. Penuntun
2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Fisika.
Singaraja: Undiksha
Lampiran 1.