Anda di halaman 1dari 22

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Fisik dengan judul “Sistem Tiga


Komponen Diagram Fase Sistem Terner” disusun oleh:
nama : Zulvita Kawaroe
NIM : 1713142002
kelas : Kimia sains
kelompok : II (Dua)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh asisten dan koordinator asisten sehingga
laporan ini dinyataakan diterima

Makassar, Mei 2019


Koordinator Asisten, Asisten,

Nur Asmin Nur Asmin


Nim. 1513141008 Nim. 1513141008

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab,

Dr. Mohammad Wijaya M, S.Si. M.Si.


NIP. 19730927 199903 1 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Sistem Tiga Komponen Diagram Fase Sistem Terner

B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menggambarkan diagram fase sistem terner. Sistem terner yang dimaksud
adalah sistem yang membentuk sepasang zat cair yang bercampur sebagian
yaitu campuran kloroform-air dan asam asetat.
2. Memperhatikan dan menentukan letak “pleit point” atau titik jalin pada
diagram fasenya.

C. LANDASAN TEORI
Fasa merupakan bagian yang serba sama dari suatu sistem dapat
dipisahkan secara mekanik, serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-
sifat fisika. Jadi suatu sistem yang mengandung cairan dan uap mempunyai dua
bagian daerah yang serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serba sama
disemua bagian pada uap tersebut. Dalam fasa cairan kerapatannya serba sama
disemua bagian pada cairan tersebut tetapi nilainya berbeda dengan
kerapatannya difasa uap. Dalam sistem yang hanya terdiri dari cairan-cairan,
pada kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih tergantung pada
kelarutannya. Padatan-padatan biasanya mempunyai kelarutan yang lebih
terbatas dan pada suatu sistem padat yang setimbang bisa terdapat beberapa
fasa padat yang berbeda (Rohman, 2000: 155).
Sistem tiga kompenen, derajat kebebasan, f=3-p+2=5-p. Untuk p=1, ada
4 derajat kebebasan. Sistem seperti ini menyatakan dalam bentuk grafik yang
lengkap dalam tiga dimensi, apalagi dalam dua dimensi. Oleh karena itu,
biasanya sistem dinyatakan pada suhu dan tekanan yang tetap dan derajat
kebebasannya menjadi f=3-p, jadi derajat kebebasannya yang banyak adalah
dua dan dapat dinyatakan dalam suatu bidang. Pada suhu dan tekanan tetap,
variable yang dapat digunakan untuk menyatakan keadaan sistem tinggal
komposisi yakni XA, XB, XC yang dihubungkan melalui XA+XB+XC=1.
Komposisi salah satu kompenen sudah tertentu jika dua komponen lainnya
diketahui (Rohman, 2004: 203).
Banyaknya fase dalam sistem diberi notasi P. Gas atau campuran gas
adalah fase tunggal, kristal adalah fase tunggal dan dua cairan yang dapat
bercampur secara total membentuk fase tunggal. Es adalah fase tunggal (P=1),
walaupun es itu dapat dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil. Campuran
es dan air adalah sistem dua fase (P=2) walaupun sulit untuk menentukan batas
antara fase-fasenya (Atkins,1994: 204).
Jumlah komponen dalam suatu komponen atau sistem merupakan jumlah
minimun dari spesi yang secara kimia independen yang diperlukannya untuk
menyatakan komposisi setiap fase dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk
menentukan jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah dari total
spesi kimia dalam sistem dikurangi dengan jumlah reaksi-reaksi dalam
kesetimbangan. Hal ini dapat terjadi antara zat-zat yang berada dalamnya suatu
sistem (Rohman,2000: 155-156).
Sistem terner merupakan sistem yang membentuk sepasang zat cair yang
bercampur yaitu misalnya campuran kloroform-air dan asam asetat dengan
diagram

Dimana asam asetat lebih suka pada air


dibandingkan dengan kloroform oleh karena bertambahnya kelarutan
kloroform dalam air lebih cepatnya dibandingkan kelarutan air dalam
kloroform. Penambahan asam asetat yang berlebih lanjut akan membawa
sistem bergerak kedaerah satu fase ataupun fase tunggal. Komposisi mencapai
titik tertentu ternyata masih ada dua lapisan walaupun sedikit. Setelah
penambahan asam asetat diteruskan, suatu saat larutan akan menjadi satu fase
yaitu pada titik P. Titik P disebut “pleit Point” atau titik jalin yaitu titik kritis
Sistem tiga komponen memiliki derajat kebebasan F = 5 – P sehingga
volume dapat mencapai empat. Dengan menjaga temperatur dan tekanan tetap,
masih ada dua derajat kebebasan yaitu fraksi mol dua komponen. Salah satu
cara untuk yang terbaik memperlihatkan variasi kesetimbangan fase dan
sistemnya komposisi digunakan diagram fase segitiga. Fraksi mol tiga
komponen dari sistem terner (C =3) sesuai dengan:
XA + XB + XC = 1
Dimana diagram fase yang digambarkan sebagai segitiga sama sisi yang
menjamin dipenuhinya sifat ini secara otomatis, sebab jumlah jarak sebuah titik
didalam segitiga sama sisi yang diukur sejajar dengan sisa-sisanya sama
dengan panjang sisi segitiga itu yang dapat diambil sebagai satuan panjang
dengan sisi lainnya (Atkins, 1994: 216-217).
Air (momen dipol 1,87 D) dan asam asetat (momen dipol 1,74 D)
memiliki kepolaran sangat tinggi dibandingkan dengan kepolaran kloroform
(momen dipol 1,01 D). Interaksi yang terbentuk antara molekul air adalah
ikatan hidrogenkurva kelarutan ketiga zat yang dihasilkan lebih condong
kesatu sisi (tidak simetris). Hal ini terjadi dikarena perbedaan kepolaran. Air
dan asam asetat memiliki momen dipol yang tidak berbeda jauh sedangkan
asam asetat dengan kloroform memiliki nilai momen dipol yang jauh berbeda
akibatnya asam asetat lebih mudah larut dalam air bila dibandingkan dalam
kloroform (Albarti, 2016: 118).
Sistem terner dapat dilihat dengan pemisahan antara etanol-air-asam
klorida. Dalam proses pemisahan, data termodinamika yang sangat dominan
dapat dipengaruhi pada kinerja proses adalah kesetimbangan fase. Semakin
besar komposisi etanol pada umpan masuk menunjukkan slope kenaikan suatu
temperatur atau suhu lebih tinggi. Hal ini desebabkan karena komponen etanol
pada umpan masuk sangat mempengaruhi temperatur atau suhu lebih cepat dan
konstan. Komponen etanol merupakan komponen volatil atau mudah menguap
sedangkan komponen air merupakan komponen non volatil makin besar
komponen etanol pada umpan yang masuk maka temperatur atau suhu
campuran semakin kecil (Sari, 2010: 7).
Fasa tunggal untuk sistem tiga komponen terdapat derajat kebebasan
F = C-P + 2
= 3 -1 +2
=4
(temperatur, tekanan susunan 2 dan 3 komponen)
Menggambarkan grafik sangat sukar karena itu sistem 3 komponen biasanya
diselidiki pada tekanan tetap dan temperatur tetap. Sistem tiga komponen
sebenarnya kemungkinannya yaitu sistem tiga komponen yang terdiri atas zat
cair yang sebagian bercampur dan sistem tiga komponen yang terdiri dari 2
komponen padat dan 1 komponen cair (Sukardjo, 1989: 273-274).
Salah satu pengaplikasian diagram fase sistem terner adalah paduan
berbasis magnesium dan seng yang dianggap sebagai salah satu dari
pengaduannya yang paling bisa memenuhi kriteria sebagai pembaruan atau
pergantian paduan baja dan aluminium. Penambahan elemen pendukung dapat
menyebabkan terbentuknya fase baru dan menigkatkan sifat fisik atau mekanik
paduan. Fase terner paduan magnesium dan seng terbentuk ketika adanya
paduan suatu penambahan kalsium yang memiliki suatu kekerasan yang tinggi.
Kalsium sendiri dapat mengubah keadaan temperatur atau suhu sistem terner
pada suatu diagaram dengan menggunakan campuran larutan magnesium dan
seng lainnya proses pergantian paduan sistem terner (Trisnawan, 2013: 29).
Konstruksi diagram fase Ternary adalah pendekatan yang terbaik untuk
mempelajari semua jenis formulasi yang dapat dirumuskan dengan mencampur
air, minyak dan surfaktan. Ini memberikan dasar ilmia untuk penyaringan
komponen formulasi yang berbeda dan penentuan kondisi optimal untuk
keberadaan keseimbangan. Ini banyak digunakan dalam penelitian dan
formulasi studi berbagai formulasi dan proses farmasi (Dhoot, 2018: 137).
Sistem koordinat di mana diagram fasa tiga dimensi berada merupakan
WCS, yang didefinisikan menggunakan sistem koordinat tangan kanan.
Sedangkan Viewing Coordinate System (VCS) adalah sistem koordinat, yang
dapat ditentukan titik pandang dan bidang proyeksi. Dan dengan berdiri pada
sudut pandang seperti itu, objek tiga dimensi dapat diproyeksikan ke suatu
bidang proyeksi. SCS merupakan sistem koordinat di mana diagram pada
bidang proyeksi ditampilkan di layar. WCS, VCS, dan SCS tersebut saling
berkorelasi. VCS dikembangkan berdasarkan WCS. Objek yang akan
ditampilkan dalam SCS adalah proyeksi objek tiga dimensi dalam bidang
proyeksi VCS (Mu Yingxue dan Hong Bao, 2017: 5).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Labu Erlenmeyer 100 mL 3 buah
b. Labu erlenmeyer 250 mL 2 buah
c. Statif 1 buah
d. Klem 1 buah
e. Gelas ukur 50 mL 1 buah
f. Gelas ukur 10 ml 1 buah
g. Buret 50 mL 2 buah
h. Corong biasa 1 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Piknometer 50 mL 3 buah
k. Penjepit tabung 1 buah
l. Hair driyer 1 set
m. Pipet tetes 3 buah
n. Lap kasar 1 buah
o. lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Kloroform (CHCl3)
b. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)
c. Aquades (H2O)
d. Etanol (C2H5OH)
e. Tissu
f. Aluminium foil
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Massa Jenis Asam Asetat Glasial, Kloroform dan Air.
a. Piknometer dicuci.
b. Piknometer dibilas dengan etanol.
c. Piknometer dikeringkan menggunakan hairdryer.
d. Ditimbang berat kosong piknometer.
e. Diisi piknometer dengan asam asetat glasial dan ditentukan massa

jenisnya dengan rumus .


f. Diulangi langkah a-e untuk larutan kloroform dan air.
2. Sistem Terner Asam Asetat Glasial, Kloroform dan Air.
a. Sebanyak 2 buret disiapkan kemudian masing-masing buret diisi
dengan aquades dan asam asetat.
b. Sebanyak 5 buah erlenmeyer 100 mL disiapkan kemudian masing
erlenmeyer diisi dengan 3 mL, 4 mL, 5 mL, 6 mL, dan 7 mL
kloroform.
c. Sebanyak 5 mL aquades ditambahkan ke dalam masing-masing labu
erlenmeyer dikocok sebentar sampai terbentuk 2 lapisan.
d. Campuran dititrasi dengan asam asetat glasial sampai kedua lapisan
membentuk satu fase.
e. Diulangi untuk labu erlenmeyer 2-5.
f. Diagram fase terner dibuat dengan terlebih dahulu menghitung
komposisi P.

F. HASIL PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. Pengukuran massa jenis
Berat kosong (W0)= 30,870 g
a. Koroform
Berat isi (W1) = 103,284 g
Berat kloroform = 72,414 g
m 72 , 414 g
ρ= =
V 50 mL
No Perlakuan
Hasil Pengamatan
b. Asam asetat
= 1,4482 g/mL
Berat kosong (W0)= 30,879 g
Berat isi (W1) = 83,1111 g

c. Air Berat asam asetat = 52,231 g


m 52,231 g
ρ= =
V 50 mL
= 1,0446 g/mL
Berat kosong (W0)= 30,895 g
Berat isi (W1) = 80,466 g
Berat air = 49,421 g
m 49,421 g
ρ= =
V 50 mL
= 0,9914 g/mL
2. Erlenmeyer 1: 3 mL CHCl3 +5 mL Bening, terbentuk dua fase
H2O
Erlenmeyer 2: 4 mL CHCl3 +5 mL Bening, terbentuk dua fase
H2O
Erlenmeyer 3: 5 mL CHCl3 +5 mL Bening, terbentuk dua fase
H2O
Erlenmeyer 4: 6 mL CHCl3 +5 mL Bening, terbentuk dua fase
H2O
Bening, terbentuk dua fase
Erlenmeyer 5: 7 mL CHCl3 +5 mL
H2O

Volume CH3COOH
Dititrasi dengan CH3COOH
8,2 mL (Bening)
Erlenmeyer 1
9,1 mL (Bening)
Erlenmeyer 2
10,3 mL (Bening)
Erlenmeyer 3
11,1 mL (Bening)
Erlenmeyer 4
11,9 mL (Bening)
Erlenmeyer 5

G. ANALISIS DATA
1. Penentuan massa jenis
a. Penentuan massa jenis kloroform (CHCl3)
Diketahui = Berat kosong (W0)= 30,870 g
Berat isi (W1) = 103,284 g
Ditanya: ρ CHCl3 = ……..?
Penyelesaian:
W ₁−W ₀
ρ CHCl3 =
V
103,284 g – 30,870 g 72,414 g
= =
50 mL 50 mL
= 1,44828 g/mL
b. Massa jenis Asam asetat glasial (CH3COOH)
Diketahui : Berat kosong (W0)= 30,879 g
Berat isi (W1) = 83,1111 g
Ditanya : ρ CH3COOH ……..?
Penyelesaian:
1 0
W −W
ρ CH3COOH =
V
83,1111 g – 30,879 g
=
50 mL
52,2321 g
¿
50 mL
= 1,044642 g/mL
c. Massa jenis air (H2O)
Diketahui : Berat kosong (W0)= 30,895 g
Berat isi (W1) = 80,466 g
Ditanya : ρ CH3COOH ……..?
Penyelesaian:
W 1−W 0
ρ CH3COOH =
V
80,466 g – 30,895 g
=
50 mL
49,571 g
¿
50 mL
= 0,9914 g/mL
2. Sistem Terner Asam Asetat Glasial, Kloroform dan Air
a. Erlenmeyer 1
Diketahui: V CHCl3 = 3 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 8,2 ml
ρ CHCl3 = 1,44828 g/mL
ρ H2O = 0,9914 g/mL
ρ CH3COOH = 1,044642 g/mL
Mr CHCl3 = 119,5 gr/mol
Mr H2O = 18 gr/mol
Mr CH3COOH = 60 g/mol
Ditanya: X CHCl3 …………?
X H2O……………?
X CH3COOH…….?
Penyelesaian =
m CHCl3 = ρ CHCl3 × V CHCl3
= 1,4032 gr/mL x 1,5 mL
= 4,2096 gram
mCHCl ₃
nCHCl3 =
M r CHCl ₃
4,2096 g
=
119,5 g /mol
= 0,0352 mol
m H2O = ρ H2O × V H2O
= 5 mL x 1,0 g/mL
= 5 gram
mH ₂O
n H2O =
M r H ₂O
5,0 g
=
18 g /mol
= 0,2778 mol
m CH3COOH = ρ CH3COOH × V CH3COOH
= 1,01812 g/mL x 8,6 mL
= 8,7558 g
mCH ₃COOH
nCH3COOH =
M r CH ₃ COOH
8,7558 g
=
60 g /mol
= 0,1459 mol
n total = n CHCl3 + n H2O + n CH3COOH
= 0,0352 mol + 0,2778 mol + 0,1459 mol
= 0,4589 mol
n CHCl ₃ 0,0 352 mol
X CHCl3 = = = 0,0767
ntotal 0 , 4589 mol
n H₂O 0 , 2778 mol
X H2O = = = 0,6053
n total 0 , 4589 mol
n CH ₃COOH 0 , 1459 mol
X CH3COOH = = = 0,3179
ntotal 0 , 4589 mol
b. Erlenmeyer 2
Dik = V CHCl3 = 4 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 9,8 ml
ρ CHCl3 = 1,4032 g/mL
ρ H2O = 1,0 g/mL
ρ CH3COOH = 1,01812 g/mL
Mr CHCl3 = 119,5 gr/mol
Mr H2O = 18 gr/mol
Mr CH3COOH = 60 g/mol
Dit = X CHCl3 …………?
X H2O……………?
X CH3COOH…….?
Penyelesaian =
m CHCl3 = ρ CHCl3 × V CHCl3
= 1,4032 gr/mL x 4 mL
= 5,6128 gram
mCHCl ₃
nCHCl3 =
M r CHCl ₃
5,6128 g
=
119,5 g /mol
= 0,0469 mol
m H2O = ρ H2O × V H2O
= 5 mL x 1,0 g/mL
= 5 gram
mH ₂O
n H2O =
M r H ₂O
5,0 g
=
18 g /mol
= 0,2778 mol
m CH3COOH = ρ CH3COOH × V CH3COOH
= 1,01812 g/mL x 9,8 mL
= 9,9775 g
mCH ₃COOH
nCH3COOH =
M r CH ₃ COOH
9,9775 g
=
60 g /mol
= 0,1662 mol
n total = n CHCl3 + n H2O + n CH3COOH
= 0,0469 mol + 0,2778 mol + 0,1662 mol
= 0,4909 mol
n CHCl ₃ 0 , 0469 mol
X CHCl3 = = = 0,0955
ntotal 0 , 4909 mol
n H₂O 0 , 2778 mol
X H2O = = = 0,5658
n total 0 , 4909 mol
n CH ₃COOH 0 , 1459 mol
X CH3COOH = = = 0,3385
ntotal 0 , 4909 mol
c. Erlenmeyer 3
Dik = V CHCl3 = 5 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 10,5 ml
ρ CHCl3 = 1,4032 g/mL
ρ H2O = 1,0 g/mL
ρ CH3COOH = 1,01812 g/mL
Mr CHCl3 = 119,5 gr/mol
Mr H2O = 18 gr/mol
Mr CH3COOH = 60 g/mol
Dit = X CHCl3 …………?
X H2O……………?
X CH3COOH…….?
Penyelesaian =
m CHCl3 = ρ CHCl3 × V CHCl3
= 1,4032 gr/mL x 5 mL
= 7,016 gram
mCHCl ₃
nCHCl3 =
M r CHCl ₃
7,016 g
=
119,5 g /mol
= 0,0587 mol
m H2O = ρ H2O × V H2O
= 5 mL x 1,0 g/mL
= 5 gram
mH ₂O
n H2O =
M r H ₂O
5,0 g
=
18 g /mol
= 0,2778 mol
m CH3COOH = ρ CH3COOH × V CH3COOH
= 1,01812 g/mL x 10,5 mL
= 10,6902 g
mCH ₃COOH
nCH3COOH =
M r CH ₃ COOH
10,6902 g
=
60 g /mol
= 0,1781 mol
n total = n CHCl3 + n H2O + n CH3COOH
= 0,0587 mol + 0,2778 mol + 0,1781 mol
= 0,5146 mol
n CHCl ₃ 0 , 0587 mol
X CHCl3 = = = 0,1140
ntotal 0 ,5146 mol
n H₂O 0 , 2778mol
X H2O = = = 0,5396
n total 0 ,5146 mol
n CH ₃COOH 0,1781 mol
X CH3COOH = = = 0,3460
ntotal 0 ,5146 mol
d. Erlenmeyer 4
Dik = V CHCl3 = 6 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 11,2 ml
ρ CHCl3 = 1,4032 g/mL
ρ H2O = 1,0 g/mL
ρ CH3COOH = 1,01812 g/mL
Mr CHCl3 = 119,5 gr/mol
Mr H2O = 18 gr/mol
Mr CH3COOH = 60 g/mol
Dit = X CHCl3 …………?
X H2O……………?
X CH3COOH…….?
Penyelesaian =
m CHCl3 = ρ CHCl3 × V CHCl3
= 1,4032 gr/mL x 6 mL
= 8,4192 gram
mCHCl ₃
nCHCl3 =
M r CHCl ₃
8,4192 g
=
119,5 g /mol
= 0,0704 mol
m H2O = ρ H2O × V H2O
= 5 mL x 1,0 g/mL
= 5 gram
mH ₂O
n H2O =
M r H ₂O
5,0 g
=
18 g /mol
= 0,2778 mol
m CH3COOH = ρ CH3COOH × V CH3COOH
= 1,01812 g/mL x 11,2 mL
= 11,402 g
mCH ₃COOH
nCH3COOH =
M r CH ₃ COOH
10,6902 g
=
60 g /mol
= 0,1900 mol
n total = n CHCl3 + n H2O + n CH3COOH
= 0,0704 mol + 0,2778 mol + 0,190 mol
= 0,5382 mol
n CHCl ₃ 0 , 0704 mol
X CHCl3 = = = 0,1308
ntotal 0 , 5382 mol
n H₂O 0 ,2778 mol
X H2O = = = 0,5161
n total 0 , 5382mol
n CH ₃COOH 0,190 mol
X CH3COOH = = = 0,3530
ntotal 0 ,5382 mol
e. Erlenmeyer 5
Dik = V CHCl3 = 7 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 12,1 ml
ρ CHCl3 = 1,4032 g/mL
ρ H2O = 1,0 g/mL
ρ CH3COOH = 1,01812 g/mL
Mr CHCl3 = 119,5 gr/mol
Mr H2O = 18 gr/mol
Mr CH3COOH = 60 g/mol
Dit = X CHCl3 …………?
X H2O……………?
X CH3COOH…….?
Penyelesaian =
m CHCl3 = ρ CHCl3 × V CHCl3
= 1,4032 gr/mL x 7 mL
= 9,8224 gram
mCHCl ₃
nCHCl3 =
M r CHCl ₃
9,8224 g
=
119,5 g /mol
= 0,0821 mol
m H2O = ρ H2O × V H2O
= 5 mL x 1,0 g/mL
= 5 gram
mH ₂O
n H2O =
M r H ₂O
5,0 g
=
18 g /mol
= 0,2778 mol
m CH3COOH = ρ CH3COOH × V CH3COOH
= 1,01812 g/mL x 12,1 mL
= 12,3192 g
mCH ₃COOH
nCH3COOH =
M r CH ₃ COOH
12,3192 g
=
60 g /mol
= 0,2053 mol
n total = n CHCl3 + n H2O + n CH3COOH
= 0,0821 mol + 0,2778 mol + 0,2053 mol
= 0,5652 mol
n CHCl ₃ 0 , 0821mol
X CHCl3 = = = 0,1452
ntotal 0 ,5652 mol
n H₂O 0 ,2778 mol
X H2O = = = 0,4915
n total 0 , 5652mol
n CH ₃COOH 0,190 mol
X CH3COOH = = = 0,3632
ntotal 0 ,5652 mol
Tabel hubungan X CHCl3, X H2O dan X CH3COOH
Titrasi Titik X CHCl3 X H2O X CH3COOH
I a 0,0767 0,6053 0,3179
II b 0,0955 0,5658 0,3385
III c 0,1140 0,5396 0,3460
IV d 0,1308 0,5161 0,3530
V e 0,1452 0,4915 0,3632

Diagram Fasa sistem terner campuran kloroform-air-asam asetat

H. PEMBAHASAN
Sistem terner merupakan sistem yang membentuk sepasang zat cair
yang bercampur yaitu misalnya campuran kloroform-air dan asam asetat
dengan diagram. Dimana asam asetat lebih suka pada air dibandingkan
dengan kloroform oleh karena bertambahnya kelarutan kloroform dalam air
lebih cepatnya dibandingkan kelarutan air dalam kloroform. Komposisi
mencapai titik tertentu ternyata masih ada dua lapisan walaupun sedikit.
Setelah penambahan asam asetat diteruskan, suatu saat larutan akan menjadi
satu fase yaitu pada titik P. Titik P disebut “pleit Point” atau titik jalin yaitu
titik kritis (Tim Dosen Kimia Fisik I, 2019 : 14-15).
1. Penentuan massa jenis asam asetat glasial, kloroform dan air
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis asam asetat
glasial, kloroform dan air. Massa jenis dari setiap larutan yaitu asam asetat
glasial, kloroform dan air wajib untuk diketahui agar bisa menghitung mol
dari masing-masing dan mengetahui fraksi molnya. Fraksi mol yang
diperoleh selanjutnya menjadi patokan dalam pembuatan diagram fase sistem
terner.
Penentuan massa jenis ini dilakukan dengan menggunakan
piknometer. Piknometer terlebih dahulu dicuci dengan bersih untuk
menghilangkan sisa-sisa air yang dapat mempengaruhi berat piknometer.
Piknometer kemudian ditimbang berat kosongnya dan diisi dengan larutan
asam asetat glasial, kloroform dan air secara bergantian. Adapun hasilnya
diperoleh massa jenis kloroform (CHCl3) = 1.4482 g/mL, asam asetat glasial
(CH3COOH) = 1.0446 g/mL dan air (H 2O) = 0,9914 g/mL. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan teori jika dipakai pembulatan menurut teori massa
jenis air (H2O) = 1.00 g/mL, kloroform (CHCl3) = 1.48 g/mL, asam asetat
glasial (CH3COOH) = 1.05 g/mL.
2. Sistem Terner Asam Asetat Glasial, Kloroform dan Air
Sistem adalah suatu zat yang dapat diasosiasikan dari zat-zat lain
dalam suatu bejana inert, yang menjadi pusat perhatian dalam mengamati
pengaruh, pengaruh temperatur, tekanan serta konsentrasi zat tersebut.
Sedangkan komponen adalah yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan
pelarut dalam senyawa biner. Percobaan ini bertujuan untuk menggambarkan
diagram fase sistem terner dan menentukan letak pleit point atau titik jalin
pada diagram fasenya. Sistem terner sendiri merupakan sistem tiga komponen
yang membentuk sepasang zat cair yang bercampur sebagian. Maksudnya
larutan satu dan larutan dua membentuk dua fasa tetapi ketika ditambahkan
larutan ketiga maka larutan ketiga ini akan terdistribusi sebagian dilarutan
satu dan sebagian lagi dilarutan ke dua sehingga terbentuklah satu fasa.
Ketiga jenis larutan yang digunakan yakni kloroform bersifat nonpolar, air
bersifat polar dan asam asetat bersifat semipolar. Prinsip dasar percobaan ini
adalah pembentukan satu fase dari dua campuran yang tidak saling bercampur
dengan penambahan zat tertentu yang terdistribusi sebagian dikedua
campuran, sedangkan prinsip kerjanya yaitu titrasi.
Kloroform yang digunakan dalam percobaan ini volumenya
divariasikan. Hal ini dilakukan untuk mengamati besarnya pengaruh
kloroform terhadap banyaknya volume asam asetat glasial yang dibutuhkan
sehingga terbentuk satu fasa. Asam asetat yang digunakan adalah asam asetat
glasial karena akan mempengaruhi volume asam asetat yang digunakan dalam
percobaan jika menggunakan asam asetat biasa. Pada saat pencampuran
kloroform-air terbentuk dua fasa. Terbentuknya dua fasa ini disebabkan
karena adanya perbedaan kepolaran dimana kloroform bersifat non polar
sedangkan air bersifat polar. Larutan kloroform berada di lapisan bawah
sedangkan air di larutan atas karena massa jenis kloroform lebih besar
dibandingkan massa jenis air yaitu 1.48 g/mL sedangkan air sebesar 1 g/mL
maka diperoleh perbedaan lapisan. Campuran air dan kloroform Kemudian
dititrasi dengan asam asetat glasial dan membentuk satu fasa. Hal ini
disebabkan asam asetat glasial bersifat semi polar sehingga dapat larut
sebagian dalam air dan sebagianya lagi dengan kloroform.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh banyaknya volume asam asetat
yang dibutuhkan untuk menitrasi campuran air-kloroform berturut-turut
adalah 8,2 mL, 9,1 mL, 10,3 mL, 11,1 mL dan 11,9 mL. Hasil yang diperoleh
telah sesuai dengan teori bahwa semakin banyak volume kloroform yang
digunakan maka semakin banyak pula volume asam asetat yang dibutuhkan
untuk membentuk satu fasa. Hal ini disebabkan kemampuan distribusi asam
asetat glasial kedalam kloroform semakin berkurang seiring bertambahnya
volume kloroform.
Berdasarkan grafik diketahui bahwa asam asetat lebih suka bercampur
dengan air dibandingkan dengan kloroform. Hal ini terlihat pada grafik yang
lebih condong kearah kanan atau air. Hal ini terjadi karena air dan asam asetat
memiliki nilai momen dipol yang tidak jauh berbeda yaitu air (1,87 D)
sedangkan asam asetat (1,74 D). Sedangkan asam asetat dengan kloroform
memiliki momen dipol yang jauh berbeda yaitu momen dipol kloroform
adalah 1,01 D, sehingga asam asetat lebih mudah larut dalam air bila
dibandingkan dalam kloroform. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa asam
asetat lebih suka keair dibandingkan ke kloroform karena bertambahnya
kelarutan kloroform dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan air dalam
kloroform (Tim Dosen Kimia Fisik, 2019: 14). Dari grafik sistem terner juga
dapat diketahui titik pleit point atau titik kritis, yang mana titip P “pleit point”
merupakan titik dimana terjadi kesetimbangan antara tiga komponen dimana
awalnya terjadi dua fasa selanjutnya menjadi satu. Dari diagram yang dibuat
diperoleh 5 titik P.

I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Diagram fasa sistem terner dapat digambarkan dengan menggunakan
segitiga sama sisi dengan menghubungkan fraksi mol setiap komponen
air, kloroform dan asam asetat.
2. Pleit Point pada diagram fasa sistem terner berada pada:
a. Titik 1 dengan fraksi mol H2O = 0,6053, CHCl3 = 0,0767, dan
CH3COOH = 0,3179.
b. Titik 2 dengan fraksi mol H2O = 0,5658, CHCl3 = 0,0955, dan
CH3COOH = 0,3385.
c. Titik 3 dengan fraksi mol H2O = 0,5396, CHCl3 = 0,1140, dan
CH3COOH = 0,3460
d. Titik 4 dengan fraksi mol H2O = 0,5161, CHCl3 = 0,1308, dan
CH3COOH = 0,3530.
e. Titik 5 dengan fraksi mol H2O = 0,4915, CHCl3 = 0,1452, dan
CH3COOH = 0,3632

J. SARAN
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam
mengeringkan dan mengukur piknometer agar hasil yang didapatkan lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Albaiti, Liliasari, dan Omay Sumarna. 2016. Kajian Model MentalSistem Terner
Air-Kloroform-asam asetat (Validasi Prosedur Praktikum Kimia Fisika).
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VIII. ISBN: 97-8-602-
73159-1-4.

Atkins. 1997. Kimia Fisik Edisi Keempat jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Dhoot, Abhishek Sunil, Anup Naha, Juhi Priya, Neha Xalxo. 2018. Phase
Diagrams For Three Component Mixtures in Pharmaceuticals and its
Applications. A multifaceted peer reviewed jounal in the field of
Pharmacy. Vol. 10. No. 2.

Mu, Yingxue, Hong Bao. 2017. A Three-dimensional Topological Model of


Ternary Phase Diagram. Journal of Physics. ISSN 012005.

Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika 1. Yogyakarta: JICA.

Sari, Ni Ketut. 2010. Vapor Liquid Equilibrium (VLE) Water-Ethanol From


Bulrush Fermentation. Jurnal Teknik Kimia, Vol 5 (No 1): 363.

Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar:
Laboratorium Kimia FMIPA UNM.

Trisnawan, Yogie Arisandi dan Sutarsis. 2013. Pengaruh Penambahan Kalsium


terhadap Struktur Mikro, Sifat Mekanik, dan Ketahanan
Termal Paduan Mg6Zn Sebagai Aplikasi Engine Block. Jurnal Teknik
Pomits. Vol. 2, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai