Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab,
Volume (mL)
Zat cair I II III IV V
Kloroform 3 4 5 6 7
Aquades 5 5 5 5 5
Asam Asetat Glasial 8,6 9,4 10,5 12,6 11,5
G. ANALISIS DATA
1. Titrasi I
Diketahui:
V CHCl3 = 3 mL
V H2O = 5 mL
V CH3COOH = 8,6 mL
ρ CHCl3 = 1,498 g/mL
ρ H2O = 1,01 g/mL
ρ CH3COOH = 1,05 g/mL
Mr CHCl3 = 119,5 g/mol
Mr H2O = 18 g/mol
Mr CH3COOH = 60 g/mol
Ditanyakan:
X CHCl3 = … ?
X H2O =…?
X CH3COOH =…?
Penyelesaian:
m CHCl3 = V CHCl3 x ρ CHCl3
= 3 mL x 1,498 g/mL = 4,494 gram
mCHCl3 4,494 gram
n CHCl3 = = = 0,037 mol
Mr CHCl3 119,5 g /mol
Keterangan:
A = CH3COOH
B = H2O
C = CHCl3
H. PEMBAHASAN
Kata “fasa” berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan adalah
keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam
komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya (kata ini
adalah kata-kata Gibbs). Jadi, kita berbicara mengenai fasa cair, dan gas
suatu zat, dan mengenai berbagai fase padat. Yang dimaksud dengan
komponen adalah yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut
dalam larutan biner (Atkins, 1994: 204).
Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem yang dapat
dipisahkan secara mekanik. Serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifa-
sifat fisika. Jadi suatu sistem yang mengandung cairan dan uap masing-masing
mempunyai bagian daerah yang sama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama
dibagian uap tersebut, tetapi nilai kerapatan berbeda dengan uap yang di fasa
uap. Contoh lainnya adalah air yang berisi pecahan-pecahan es merupakan
suatu sistem yang terdiri atas dua fasa, yaitu fasa yang berwujud padat (es) dan
fasa yang berwujud cair (air). Sistem yang hanya terdiri atas campuran wujud
gas saja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan, sebab gas selalu bercampur
secara homogen, Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud cairan-cairan
pada kesetimbangan biasa terdapat satu fasa atau lebih, tergantung pada
kelarutannya. Padatan biasanya mempunyai kelarutan yang lebih teratas dan
pada suatu system padat yang setimbang biasa terdapat
fasa padat yang berbeda (Rohman dan Sri, 2004: 155).
Pada percobaan sistem tiga komponen diagram fase
terner, larutan yang digunakan adalah kloroform, air dan
asam asetat glasial. Percobaan ini
menggunakan tiga jenis cairan yaitu air,
kloroform, dan asam asetat glasial yang memiliki sifat
kepolaran yang berbeda dimana air bersifat polar, kloroform
bersifat non polar, dan asam asetat glasial bersifat semi polar.
Percobaan diagram fasa terner menggunakan cairan yang dapat
campur, sebagian yaitu air dan asam asetat dapat campur
seluruhnya, demikian juga dengan kloroform dan asam
asetat. Air dan kloroform hanya dapat campur sebagian. Gambar 2. Labu
Adapun prinsip dasar diagram fasa sistem terner yaitu distribusierlenmeyer
zat terlarutditutup
I2
aluminium foil
ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu air dan kloroform.
Sedangkan prinsip kerjanya yaitu pengukuran, pencampuran, pengocokan,
pemisahan, dan penitrasian.
Dalam percobaan ini volume kloroform yang digunakan adalah 3 mL, 4
mL, 5 mL, 6 mL, dan 7, mL yang ditempatkan ke dalam erlenmeyer yang
kemudian ditutup dengan aluminium foil. Hal ini dilakukan karena kloroform
adalah suatu zat yang bersifat toksik dan mudah menguap.
Selanjutnya kloroform dimasukkan kedalam dimasukkan kedalam
Erlenmeyer kemudian ditambah dengan aquades.
Pada penambahan tersebut, terbentuk dua lapisan
yaitu bagian atas adalah air dan bagian bawah
adalah kloroform (seperti gelembung minyak).
Lapisan ini terbentuk karena sifat kepolaran kedua
zat tersebut berbeda yaitu air bersifa polar dan
Gambar 7. Tutup kelima
labu erlenmeyer kloroform bersifat non polar. Sedangkan yang
dengan aluminium foil menyebabkan air pada lapisan atas yaitu karena
massa jenisnya lebih rendah yaitu 1,01 g/ml (Prawira, 2018: 152) dibandingkan
dengan massa jenis kloroform yaitu 1,498 g/ml (Panjaitan dan Madayanti,
2018: 33). Lalu dikocok agar terbentuk dua lapisan yang jelas dan merata.
Selanjutnya, masing-masing erlenmeyer yang berisi campuran kloroform-air
dititrasi dengan asam asetat glasial. Adapun tujuan dari titrasi ini adalah agar
campuran kloroform-air membentuk satu fasa dan untuk mengetahui volume
asam asetat glasial yang dibutuhkan untuk membentuk satu fasa. Hal ini
dikarenakan asam asetat dapat bercampur seluruhnya dengan air dan
kloroform.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan volume asam
asetat yang digunakan berturut-turut pada 3 mL, 4 mL, 5 mL, 6
mL, dan 7, mL adalah 8,6 mL, 9,4 mL, 10,5 mL, 12,6 mL dan
11,5 mL. Setelah penambahan asam asetat glasial, sistem
menjadi satu fasa yang menghasilkan larutan tidak
Gambar 8. Di titrasi
berwarna. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak
menggunakan asam
volume kloroform yang digunakan maka semakin banyak asetat
pula asam asetat glasial yang dibutuhkan untuk
membentuk sistem fasa tunggal sehingga dapat dikatakan bahwa asam asetat
lebih suka pada air dibandingkan dengan klorofom.
Perubahan menjadi satu fasa karena asam asetat glasial yang bersifat
semi polar sehingga dapat bercampur ke dalam kedua pelarut. Titik dimana
sistem menjadi satu fase disebut titik pleit point atau titik jalin pada diagram
sistem terner. Dengan komposisi campuran yang berbeda, maka akan
ditemukan pleit point yang berbeda pula. Rangkaian pleit point ini yang akan
membentuk diagram terner. Penambahan asam asetat digunakan buret agar
hasil yang diperoleh lebih maksimal karena tingkat ketelitian alat yang tinggi.
Hal ini sesuai dengan teori, dimana bertambahnya kelarutan kloroform
dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan air dalam kloroform, penambahan
asam asetat berlebih lebih lanjut akan membawa sistem bergerak ke daerah
satu fase (fase tunggal). Setelah penambahan asam asetat diteruskan, pada
suatu saat larutan akan menjadi satu fase yaitu pada titik P. Titik P disini
merupakan titik jalin atau semacam titik kritis yang menandakan bahwa pada
titik itu terjadi kesetimbangan (Tim Dosen Kimia Fisik I, 2019: 14-15).
Dari hasil analisis data yang diperoleh titrasi mol pada titrasi I hingga V
yaitu untuk titrasi mol H2O 0,60; 0,58; 0,53; 0,49; 0,49; untuk titrasi mol
CH3COOH yaitu : 0,31; 0,31; 0,35; 0,37; 0,35; untuk tetrasi mol CHCl3; 0,07;
0,10; 0,11; 0,13; 0,15; hal ini menunjukkan bahwa tidak terlalu jauh
perbedaannya sehingga dari analisis data, fraksi mol untuk masing-masing
komponen tidak terlalu jauh perbedaannya antara titrasi pertama hingga titrasi
kelima.
I. KESIMPULAN
1. Sistem tiga komponen diagram fasa sistem terner diagramnya
dibuat dari hasil reaksi campuran air-kloroform dan asam asetat dengan
menghubungkan titik fraksi mol dari setiap komponen. Semakin banyak
volume kloroform yang digunakan, semakin banyak pula asam asetat glasial
yang dibutuhkan. Penambahan asam asetat jika diteruskan, akan menjadikan
larutan menjadi satu fasa, yang ditandai dengan hilangnya lapisan pada
campuran tersebut.
2. Pleit point terjadi pada titrasi ke lima dengan volume kloroform 5
ml yaitu: 0,45;0.41;0,14. Berdasarkan diagram fase terner, asam asetat lebih
cenderung terdistribusi ke air dari pada kloroform.
J. SARAN
Untuk praktikan selanjutnya diharapkan agar lebih teliti dalam
mengamati terjadinya satu fase (titrasi asam asetat glasial) pada 2 lapisan, agar
data yang diperoleh dapat lebih akurat sehingga diagram yang diperoleh baik.
Selain itu, melakukan percobaan dengan hati-hati karena kloroform mudah
menguap dan toksik.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo ,Agung Ari, Cucuk Evi Lusiani, Rizqy Romahdona Ginting, Dhoni
Hartono. 2018. Studi Kasus Distilasi Elekkstraktif Pada Campuran
Terner n-Profil Asetat/n-Propanol/Air. Jurnal Teknik Kimia Dan
Lingkungan. Vol. 2. No. 2. ISSN: 2579-8537.