Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Analitik II dengan judul percobaan


“Tetapan Distribusi Iod dalam Sistem Kloroform-Air” disusun oleh:
Kelas : Kimia Sains
Kelompok : I (Satu)
Rekan Kerja : 1. Adelina Elizabeth Natalia
2. Nurwahida
3. Nur Riska
4. Rismawati
5. Surahmat
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang
bersangkutan maka dinyatakan diterima.

Makassar, Juni 2017


Koordinator Asisten Asisten

Nur Rahmat Ira Andi Salu


NIM. 1313141006 NIM. 1213141014

Mengetahui,
Dosen Penanggun Jawab

Maryono, S. Si., Apt., M.M., M. Si


NIP. 19760307 200501 1 002
A. Judul Percobaan
Tetapan Distribusi Iod dalam Sistem Kloroform-Air

B. Tujuan Penulisan
Menentukan tetapan distribusi ion dalam pelarut air-kloroform dengan cara
ekstraksi Batch.

C. Landasan Teori
Ekstraksi berguna dalam pemisahan suatu zat dalam suatu pelarut dengan
menggunakan pelarut lain yang saling bercampur (immicible, misalnya pelarut air
denan pelarut organik (eter, kloroform, benzena, dan lainnya). Dalam ekstraksi
berlaku hukum distribusi, menyatakan bahwa jika ke dalam sitem dua cairan yang
tidak saling bercampur ditambahkan senyawa ketiga, maka senya akan
terdistribusi ke dalam dua cairan tersebut. Contoh: iod dapat larut dalam
kloroform, jika larutan iod dalam air dikocok dengan kloroform maa iod akan
terdistribusi ke dalam air dan ke dalam kloroform. Setelah tercapai keadaan
kesetimbangan, maka perbandingan konsentrasi iod dalam air dan dalam klorofom
akan tetap pada suhu tetap pula
CA
K=
CB
Keterangan: K : Tetapan distribusi
CA, CB : masing-masing konsentrasi zat terlarut dalam pelarut A dan B
Harga tetapan distribusi K, bergantung pada jenis pelarut, zat terlarut, konsentrasi
zat dan suhu (Tim Dosen Kimia Analitik, 2017: 5).
Ekstrasi adalah metode pemisahan suatu zat terlarut dengan
menggunakan pelarut. Metode ini lebih memungkinkan dibandingkan metode
insinerator untuk menghilangkan dioksin dalam limbah cair industri pulp dan
kertas. Karena limbah dalam fase cair maa digunakan proses ekstrasi cair-cair.
Pemilihan pelarut yang cocok merupakan faktor penting untuk mendukung
keberhasilan dalam proses ekstraksi cair-cair. Ekstraksi dioksin dilakukan dengan
menggunakan pelarut toluen, pemilihan ini berdasarkan sifat kimia dan sifat
fisisnya sehingga sesuai dengan kriteri pelarut (Martunus, 2007: 169).
Ekstraksi kloroform menunjukkan aktivitas penangkapan radikal yang
bergantung pada konsentrasi. Aktivitas meningkat dengan tajam pada konsentrasi
5 – 20 µg/mL, setelah melewati konsentrasi tersebut, peningkatan aktivitas seiring
pertambahan konsentrasi tidak signifikan. Analisis statistik menunjukkan bahwa
bertambahnya konsentrasi dengan koefisien regresi sebesar 0,8. Hal ini berarti
bahwa jika konsentrasi meningkat 1 µg/mL akan mengakibatkan peningkatan
penangkapan radikal oleh ekstrak metanol (Herawati, 2011: 11).
Salah satu faktor yang berpengaruh pada ekstraksi adalah reaksi kimia
dan kesetimbangan. Waktu pengadukan berpengaruh dalam reaksi pada proses
ekstraksi, semakin lama waktu pengadukan akan mengakibatkan semakin banyak
solut yang terekstrak ke fasa organik, tetapi setelah mencapai kesetimbangan
jumlah solut yang terekstrak akan konstan dan waktu tidak akan berpengaruh lagi.
Pada pertambahan waktu pengadukan melibatkan Kd dan efisiensi ekstraksi juga
bertambah besar. Diperlukan waktu pengadukan yang cukup untuk terjadinya
reaksi dan terbentuknya hasil reaksi, sehingga reaksi dan hasil reaksi yang
diperoleh dapat maksimal (Purwani, 2014: 21).
Iodometri, adalah metode analisis dengan reaksi reduksi-oksidasi
(redoks) dengan menganalisis perubahan valensi dari bahan-bahan yang bereaksi.
Reaktan yang mengalami kehilangan elektron dalam reaksi redoks adalah bahan
pereduksi, dan dapat diidentifikasi dari persamaan untuk reaksi dimana atom
dikonversi ke tingkat yang lebih tinggi, contoh:
(1) : Fe2+  Fe3+ + e
(2) : 2I-  I2 + 2e
Garam butiran merupakan salah satu jenis bumbu masak yang rentan terhadap
kerusakan pada saat disimpan, terutama pada suhu dan kelembaban sehingga
dapat merusak susunan molekulnya dan mengalami degradasi. Menurut
Pantutistico, bahwa lama sangat berpengaruh terhadap tekstur/bentuk, warna, rasa,
serta zat yang terkandung di dalamnya akibat molekul penyusunnya mengalami
degradasi baik secara biologis maupun kimiawi (Subhan, 2014: 300).
rasa, serta zat yang terkandung di dalamnya akibat molekul penyusunnya
mengalami degradasi baik secara biologis maupun kimiawi (Subhan, 2014: 300).
Titik akhir titrasi dapat diamati dengan bantuan indikator amilum (kanji)
yang memberikan indikasi perubahan warna biru menjadi tak berwarna (bening).
Warna biru yang terbentuk disebabkan karena terjadinya kompleks iod kanji yang
berperan sebagai uji peka terhadap iod. Apabila warna biru yang terjadi itu telah
hilang, hal ini berarti iod telah habis bereaksi dengan tioslfat. Larutan natrium
tiosulfat adalah larutan standar sekunder yag konsentrasi dapat berubah jika
tersimpan lama karena sifatnya tidak stabil dan rentan terhadap bakteri
pemakan belerang. Metode titrasi iodometri ini adalah salah satu metode
konvendional yang membutuhkan ketelitian dan kehatia-hatian yang tinggi. Sebab
kemungkinan untuk terjadinya kesalah itu ada. Lain lagi halnya dengan metode
intrumental (Rahmah, 2011: 65-66).
Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan bila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tak dapat bercampur, maka pada suatu
temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul dapat terdapat angka banding
distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini
tidak bergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga agka
banding berubah dengan sifat kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut dan temperatur
dari zat terlarut (Svehla, 1990: 140).
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut,
maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut
pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya
kedalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah.
Perbandingan konsentrasi solut didalam kedua pelarut tersebut tetap, dan
merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut dengan tetapan
distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan

C2 Co
berbagai rumus sebagai berikut : KD = atau KD = dengan KD = koefisien
C1 Ca
distrribusi, dan C1, C2, Co, dan Ca adalah konsentrasi solute pada pelarut 1,2
organik dan air (Soebagio, 2002: 34).
yang sesungguhnya adalah solut yang terambil pada fase ekstrak. Demikian
berlaku hal sebaliknya yaitu apabila konsentrasi solut rendah. Terbentuknya
senyawa acid-solvent pada perbandingan solven dan diluen yang tetap, tentu ada
batasnya biarpun konsentrasi solut diperbesar, oleh sebab itu pada larutan solut
yang konsentrasinya lebih besar dari 2000 ppm, pengaruhnya tidak begitu
signifikan lagi. Degan perkataan lain, presentase solut yang terekstrak sudah
relatif tetap (konstan). Koefien distribusi ekstraksi asam sitrat selalu lebih kecil
dibanding dengan asam oksalat pada konsentrasi solut yang sama. Hasil ini selaras
dengan penelitian ekstraksi asam-asam organik dengan menggunakan solven
campuran TOA dan kloroform yang dilakukan oleh Kirch dan Maurer (1998),
dimana menyimpulkan bahwa asam yang lebih kuatlebih mudah diekstraksi oleh
solven amin. Asam sitrat merupakan asam yang lebih lemah dibanding dengan
asam oksalat, di mana diketahui dari konstanta disosiasi asam sitrat jauh lebih
rendah dibanding asam oksalat (Kasmiyatun, 2010: 5).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas ukur 10 mL 2 buah
b. Gelas Kimia 50 mL 1 buah
c. Gelas Kimia 500 mL 1 buah
d. Buret 50 mL 2 buah
e. Corong biasa 1 buah
f. Corong pisah 250 mL 2 buah
g. Corong pisah 500 mL 1 buah
h. Labu erlenmeyer tutup asah 250 mL 6 buah
i. Pipet tetes 2 buah
j. Pipet volum 25 mL 2 buah
k. Pipet volum 5 mL 1 buah
l. Ball pipet 1 buah
m. Botol semprot 1 buah
n. Statif dan klem @5 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan iod (I2)

b. Kloroform (CH3Cl)
c. Larutan Natrium tiosulfat (Na2S2O3)
d. Aquades (H2O)
e. Tissu
f. Aluminium Foil
g. Label

E. Prosedur Kerja
1. Penentuan konsentrasi iod sebenarnya
a. Sebanyak 10 mL larutan iod dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL
yang bertutup asa.
b. Larutan iod dititrasi dengan menggunakan larutan standar Na2S2O3 0,1 N
hingga larutan menjadi tidak berwarna.
c. Volume Na2S2O3 yang digunakan dicacat.
d. Perlakuan (a) sampai (c) diulangi sebanyak 3 kali.
2. Penentuan Konsentrasi iod dalam masing-masing pelarut
a. Tiga buah corong pisah masing-masing diisi dengan 25 mL larutan iod.
b. Sebanyak 25 mL kloroform ditambahkan ke dalam masing-masing corong
pisah.
c. campuran dikocok dengan kuat selama 15 menit kemudian dibiarkan sampai
kedua campuran membentuk 2 lapisan.
d. Lapisan kloroform (lapisan bawah) dikeluarkan dari corong pisah kemudian
ditampung di dalam erlenmeyer bertutup asa.
e. Lapisan air (lapisan atas) ditampung pula didalam erlenmeyer bertutup asa.
f. Lapisan kloroform dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sampai tidak
berwarna. Titrasi ini dilakukan tanpa menggunakan indikator amilum.
g. Lapisan air dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 dengan menggunakan
indikator amilum ketika mendekati titik akhir titrasi.
h. Volume Na2S2O3 dicatat baik yang digunakan dalam titrasi pada lapisan
kloroform maupun pada lapisan air.
F. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Konsentrasi Iod Sebenarnya
No
Volume larutan Iod (mL) Volume larutan Na2S2O3 (mL)
.
1. 10 21,5
2. 10 20
3. 10 20
2. Konsentrasi Iod dalam Masing-masing pelarut
No
Aktivitas Hasil
.
Larutan I2 0,1 N (merah Terbentuk dua lapisan
1. kecokelatan) + larutan CHCl3 25 Lapisan atas: ungu
mL (bening) dikocok Lapisan bawah: ungu tua
a. Menitrasi lapisan bawah + Larutan bening
larutan Na2S2O3 26 mL
b. Menitrasi lapisan bawah + Larutan bening
2.
larutan Na2S2O3 26 mL
c. Menitrasi lapisan bawah + Larutan bening
larutan Na2S2O3 26 mL
a. Menitrasi lapisan bawah + Larutan bening
larutan Na2S2O3 20,8 mL
b. Menitrasi lapisan bawah + Larutan bening
3.
larutan Na2S2O3 21,4 mL
c. Menitrasi lapisan bawah + Larutan bening
larutan Na2S2O3 21,5 mL

G. Analsis Data
1. Penentuan Konsentrasi Iod Sebenarnya
Diketahui : N Na2S2O3 = 0,1 N
V Na2S2O3 titrasi I = 21,5 mL
V Na2S2O3 titrasi II = 20 mL
V Na2S2O3 titrasi III = 20 mL
V I2 = 10 mL
Ditanyakan: N Iod =......... ?
Penyelesaian:
V 1+V 2+V 3
Vrata-rata Na2S2O3 =
3

( 21,5+20+20 ) mL
=
3

= 20,5 mL

( V × N ) Na 2 S 2 O 3
N Iod =
V Iod
20,5 mL×0,1 N
=
10 mL
= 0,2050 N
2. Penentuan Konsentrasi Iod pada lapisan kloroform
a. Corong pisah I
Diketahui : V Na2S2O3 = 26 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]kloroform = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]kloroform =
V Iod
26 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,1040 N
b. Corong pisah II
Diketahui : V Na2S2O3 = 26 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]kloroform = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]kloroform =
V Iod
26 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,1040 N
c. Corong pisah III
Diketahui : V Na2S2O3 = 26 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]kloroform = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]kloroform =
V Iod
26 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,1040 N
3. Penentuan Konsentrasi Iod pada lapisan air
a. Corong pisah I
Diketahui : V Na2S2O3 = 20,8 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]Air = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]Air =
V Iod
20,8 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,0832 N
b. Corong pisah II
Diketahui : V Na2S2O3 = 21,4 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]Air = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]Air =
V Iod
21,4 mL × 0,1 N
=
25 mL
= 0,0856 N
c. Corong pisah III
Diketahui : V Na2S2O3 = 21,5 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]Air = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]Air =
V Iod
21,5 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,0860 N
4. Penentuan Tetapan Distribusi Iod (KD)
Diketahui : [I2]kloroform I = 0,1040 N
[I2]kloroform II = 0,1040 N
[I2]kloroform III = 0,1040 N
[I2]Air I = 0,0832N
[I2]Air II = 0,0856 N
[I2]Air III = 0,0860 N
Ditanyakan : KD =.......?
Penyelesain :
[ I 2 ] Pelarut organik
KD =
[ I 2 ] pelarut air
[ I 2 ] kloroform I + [ I 2 ] kloroform II +[ I 2]kloroform III
=
[ I 2 ] Air I + [ I 2 ] Air II + [ I 2 ] Air III
( 0,1040+0,1040+0,1040 ) N
=
( 0,0832+ 0,0856+0,0860 ) N
0,3120 N
=
0,2548 N
= 1,2245
H. PEMBAHASAN
Bila ke dalam dua pelarut yang tak saling bercampur dimasukkan solut
yag dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian
kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam
praktek solut akan terdistribusi denga sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut
setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam
kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap.
Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi (Soebagio, 2002: 34). Adapun tujuan
dari percobaan ini yaitu menentukan tetapan distribusi dalam pelarut air kloroform
dengan cara ekstraksi Batch (bertahap). Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu
mengudentifikasi perbedaan distribusi zat diantara dua pelarut berdasarkan
kelarutannya. Adapun prinsip kerja dari percobaan ini yakni titrasi dan
pengocokan.
Percobaan ini dilakukan pertama kali yaitu menentukan konsentrasi
larutan iod yang sebenarnya yang dilakukan dengan larutan iod dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat terjadi perubahan warna dari warna ungu menjadi bening.
Hasil titrasi diperoleh volume natrium tiosulfat berturut-turut yaitu 21,5 mL, 20
mL, dan 20 mL. Dengan demikian diperoleh konsentrasi iod yang sebnarnya yaitu
0,2050 N. Konsentrasi yang diperoleh berbeda dengan konsentrasi pada awalnya
karena sifat dari natrium tiosulfat yang konsentrasinya berubah-berubah sehingga
berpengaruh terhadap konsentrasi iod.
Percobaan kedua yaitu larutan jenuh iod dicampurkan dengan kloroform
dalam corong pisah. Kemudian proses pemisahan dapat dilakukan dengan
melakukan pengocokan terhadap larutan hingga benar-benar tercampur namun
tidak menyatu. Fungsi pengocokan yaitu agar terdistribusi sempurna antara I 2
dengan kedua pelarut yaitu air dengan kloroform. Pada saat pengocokan, tutup
corong pisah harus dibuka sesekali untuk mengurangi tekanan yang dihasilkan
oleh gas-gas sampingan yang dihasilkan dalam corong pisah. Adapun reaksi yang
terjadi yaitu:
[I2 (CHCl3)] [I2(H2O)]
Setelah pengocokan terlihat dalam larutan terbentuk dua lapisan. Hal ini
terjadi karena H2O dan CHCl3 mempunyai sifat kepolaran yang berbeda sehingga
tidak menyatu. Yang mana kita ketahui secara umum bahwa air itu bersifat polar
dan kloroform bersifat nonpolar. Pada kedua lapisan tersebut, lapisan atas yaitu
air dan lapisan bawah adalah kloroform. Hal ini terjadi karena massa jenis CHCl3
lebih besar yaitu 1,4788 g/mL dibandingkan dengan air yaitu 0,998 g/mL. Lapisan
atas berwarna ungu kecoklatan yang merupakan lapisan air sedangkan lapisan
bawah berwarna ungu tua yang merupakan lapisan kloroform. Warna kloroform
berubah dari bening menjadi ungu karena adanya iod yang terdistribusi dalam
kloroform dimana warna iod sendiri berwarna ungu yang menyebabkan kloroform
berwarna ungu (iod dalam kloroform). Hal ini dikarenakan kloroform bersifat
mudah menguap. Setiap lapisan baik I2 dalam CHCl3 maupu I2 dalam H2O dititrasi
dengan larutan standar Na2S2O3. Menurut Day & Underwood (1986), natrium
tiosulfat umumnya distandarisasi terhadap sebuah standar primer. Larutan tersebut
tidak stabil pada jangka waktu yang lama. sedangkan larutan yang dibuat melalui
standarisasi terhadap standar primer disebut dengan standar sekunder. Oleh karena
itu, Na2S2O3 merupakan larutan standar sekunder.
Titrasi I2 dalam CHCl3 dengan larutan standar Na2S2O3 tidak menggunakan
indikator amilum karena mengandung banyak I2 (I2 lebih terdistribusi ke CHCl3).
Hal ini karena sifat kepolaran I2 sama dengan CHCl3. I2 bersifat autoindikator
sehingga dalam titrasi ini tidak menggunakan indikator. Titrasi I2 dalam H2O
dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 dengan menggunakan indikator amilum
karena tidak mengandung banyak I2 (I2 kurang terdistribusi ke H2O). Hal ini
karena sifat kepolaran I2 tidak sama dengan H2O. I2 bersifat nonpolar dan H2O
bersifat polar. Titrasi ini dilakukan sampai terjadi perubahan warna kemudian
ditambahkan amilum yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya I2.
Kemudian dititrasi kembali sampai tak berwarna yang menandakan bahwa larutan
telah mencapai titik akhir titrasi.
Metode titrasi yang digunakan yaitu titrasi iodometri. Iodometri
merupakan metode analisis yang melibatkan reaksi redoks secara tidak langsung.
Tujuan dari titrasi ini untuk menentukan volume natrium tiosulfat (Na2S2O3) yang
digunakan saat terjadi titik akhir titrasi sehingga konsentrasi I 2 dalam CHCl3 dan
I2 dalam H2O dapat diketahui. Dengan mengetahui konsentrasi I2 dalam CHCl3
dan konsentrasi I2 dalam H2O maka dapat ditentukan tetapan distribusinya.
Na2S2O3 berfungsi sebagai agen pereduksi karena mengalami oksidasi dan
mereduksi iod menjadi iodida. I2 berfungsi sebagai agen pengoksidasi pada saat
titrasi karena mengalami reduksi menjadi I-. Reaksi antara iod dengan Na2S2O3
menghasilkan S4O62- yang tak berwarna. Warna bening yang dihasilkan adalah
tanda larutan bahwa terbentuknya senyawa NaI. Adapun persamaan reaksinya
yaitu:
Na2S2O3 2 Na+ + S2O32-
Oksidasi : 2 S2O32- S4O62- + 2e-
Reduksi : I2 + 2e- 2 I-
2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-
Reaksi lengkap: 2 Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2 NaI
Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali agar volume titran yang diperoleh lebih
akurat dan diperoleh konsentrasi I2 yang baik. Pada I2 dalam H2O, volume rata-
ratanya yaitu 21,2333 mL sedangkan I2 dalam CHCl3, volume rata-ratanya yaitu
26 mL. Hal ini dapat terlihat bahwa volume I 2 dalam air lebih sedikit
dibandingkan dengan volume I2 dalam kloroform. Hal ini disebabkan karena I2
lebih banyak terdistribusi ke dalam CHCl3 dibandingkan H2O karena perbedaan
kepolaran. Sehingga untuk membebaskan iodida perlu ditambahkan banyak
volume Na2S2O3. Dari analisis data diperoleh KD sebesar 1,2245. Hal ini
menunjukkan bahwa I2 lebih banyak terdistribusi ke CHCl3.

I. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa distribusi I2 dalam sistem air-kloroform ini diperoleh sebesar 1,2245 yang
berarti I2 lebih banyak terdistribusi ke CHCl3 (pelarut organik) karena nilai Kd > 1

J. SARAN
Diharapkan kepada praktikan agar lebih berhati-hati dalam proses
pengocokan dan tetap memperhatikan kekonstanan dalam mengocok dan cermat
dalam menitrasi.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Jika Kd=1 artinya bahwa zat terdistribusi secara merata baik dalam pelarut
organik maupun pelarut air, konsentrasinya sama dengan yang ada pada
pelarut air maupun organik
Jika Kd>1 artinya bahwa zat tidak terdistribusi secara merata baik dan
cenderung terdistribusi ke pelarut organik dibanding dengan pelarut air.
Jika Kd<1 artinya bahwa zat tidak terdistribusi secara merata baik dan
cenderung terdistribusi ke pelarut air dibanding dengan pelarut organik.
2. Reaksi penentuan konsentrasi iod
2Na2S2O3 + I2  2 NaI +  Na2S4O6
3. Penentuan Konsentrasi Iod Sebenarnya
Diketahui : N Na2S2O3 = 0,1 N
V Na2S2O3 titrasi I = 21,5 mL
V Na2S2O3 titrasi II = 20 mL
V Na2S2O3 titrasi III = 20 mL
V I2 = 10 mL
Ditanyakan: N Iod =......... ?
Penyelesaian:
V 1+V 2+V 3
Vrata-rata Na2S2O3 =
3

( 21,5+20+20 ) mL
=
3

= 20,5 mL

( V × N ) Na 2 S 2 O 3
N Iod =
V Iod
20,5 mL×0,1 N
=
10 mL
= 0,2050 N
Penentuan Konsentrasi Iod pada lapisan kloroform
d. Corong pisah I
Diketahui : V Na2S2O3 = 26 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]kloroform = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]kloroform =
V Iod
26 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,1040 N
e. Corong pisah II
Diketahui : V Na2S2O3 = 26 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]kloroform = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]kloroform =
V Iod
26 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,1040 N
f. Corong pisah III
Diketahui : V Na2S2O3 = 26 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]kloroform = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]kloroform =
V Iod
26 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,1040 N
Penentuan Konsentrasi Iod pada lapisan air
d. Corong pisah I
Diketahui : V Na2S2O3 = 20,8 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]Air = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]Air =
V Iod
20,8 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,0832 N
e. Corong pisah II
Diketahui : V Na2S2O3 = 21,4 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]Air = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]Air =
V Iod
21,4 mL × 0,1 N
=
25 mL
= 0,0856 N
f. Corong pisah III
Diketahui : V Na2S2O3 = 21,5 mL
V Iod = 25 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Ditanyakan : [I2]Air = .........?
Penyelesain :
( V × N ) Na2 S 2 O 3
[I2]Air =
V Iod
21,5 mL ×0,1 N
=
25 mL
= 0,0860 N
Penentuan Tetapan Distribusi Iod (KD)
Diketahui : [I2]kloroform I = 0,1040 N
[I2]kloroform II = 0,1040 N
[I2]kloroform III = 0,1040 N
[I2]Air I = 0,0832N
[I2]Air II = 0,0856 N
[I2]Air III = 0,0860 N
Ditanyakan : KD =.......?
Penyelesain :
[ I 2 ] Pelarut organik
KD =
[ I 2 ] pelarut air
[ I 2 ] kloroform I + [ I 2 ] kloroform II +[ I 2]kloroform III
=
[ I 2 ] Air I + [ I 2 ] Air II + [ I 2 ] Air III
( 0,1040+0,1040+0,1040 ) N
=
( 0,0832+ 0,0856+0,0860 ) N
0,3120 N
=
0,2548 N
= 1,2245

Anda mungkin juga menyukai