Anda di halaman 1dari 42

Laporan Praktikum: Penentuan Kadar Klorida Secara Mohr

PENENTUAN KADAR KLORIDA SECARA MOHR

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik)

Oleh

Wayan Gracias

1313023090

LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Percobaan : Penentuan Kadar Klorida Secara Mohr

Tanggal Percobaan : 5 Mei 2015

Tempat Percobaan : Laboratorium Pembelajaran Kimia

Nama : Wayan Gracias

NPM : 1313023090

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi : Pendidikan Kimia

Kelompok : I (Satu)

Bandarlampung, 5 Mei 2015

Mengetahui

Asisten

Dani Rasanzani

NPM: 1213023012

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi sekarang ini sangat mempengaruhi berbagai bidang yang ada di sekitar
kita, seperti halnya dalam bidang farmasi. Maka dari perkembangan teknologi yang sekarang ini
semakin meningkat jumlah produk-produk farmasi yang tersedia untuk masyarakat. Dalam
penyediaan suatu produk farmasi dipergunakan berbagai senyawa-senyawa yang dikombinasikan
satu dengan yang lain untuk mengasilkan suatu senyawa baru yang sangat bermanfaat.
Pengkombinasian ini melibatkan berbagai senyawa baik yang mudah larut dalam air maupun yang
tidak.

Pada penetapan kadar senyawa yang sukar larut digunakan metode tertentu, karena sifat dari
senyawa yang mudah larut sangat berbeda dengan senyawa yang sukar larut, dimana salah satu
metode tersebut adalah metode argentometri. Argentometri sendiri merupakan suatu titrasi dengan
menggunakan perak nitrat sebagai titran dan akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Ada
beberapa metode argentometri, yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans, dan Leibig. Adapun pada
praktikum ini akan dibahas mengenai metode Mohr. Untuk memahami lebih lanjut mengenai
metode Mohr, maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan kadar klorida dalam kristal
garam dapur secara Mohr.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi argentometri. Argentometri merupakan titrasi
yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+
(argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan dengan perak halida (AgX) (Cecep,
2011).

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentums, yang berarti perak. Jadi, argentometri
merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan
titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu cara untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri. Dasar titrasi argentometri adalah
reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh
larutan baku AgNO3. Berdasarkan indikator yang digunakan, titrasi argentometri dibedakan menjadi
3 metode, yaitu:
1. Metode Mohr. Pembentukan dari sebuah endapan berwarna.

Persis seperti sistem asam-basa bisa digunakan sebagai indikator untuk sebuah titrasi asam-basa,
pembentukan satu endapan dapat digunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah titrasi
pengendapan. Contohnya titrasi Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion kromat digunakan
sebagai indikator.

2. Metode Volhard. Pembentukan kompleks berwarna.

Metode Volhard didasasri oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam larutan asam nitrit, dengan
ion besi (III) digunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Metode ini digunakan untuk titrasi
langsung perak dengan larutan standar tiosianat atau untuk titrasi tidak langsung dengan ion-ion
klorida, bromida, dan iodida.

3. Metode Fajans. Penggunaan indikator adsorpsi.

Adsorpsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan sebuah endapan dapat
menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul yang mengubah warnanya. Fenomena ini dapat
digunakan untuk mendeteksi titik-titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa
organik yang digunakan untuk hal ini diacu sebagai indikator adsorpsi (Underwood, 2001).

Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu indikator, argentometri,
dan indikator kimia. Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang
dicelupkan ke dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang
diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang
dihasilkan indikator kimia biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam
larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan titrasi netralisasi,
yaitu perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen/analit
(Skoog, 1996).

Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan tertentu. Jika Q adalah
nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai
pengendapan dasar larutan adalah pengendapan terjadi jika Q>Ksp, pengendapan tak terjadi jika
Q<Ksp. Larutan ini tepat jenuh jika Q=Ksp. Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali kelarutan
yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya, jika harga tetapan hasil kali
kelarutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk
larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan
temperatur. Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga
harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar (Petrucci, 1989).

Adapun syarat untuk titrasi argentometri yaitu konsentrasi mula-mula larutan yang hendak dititrasi
cukup besar dan Ksp kecil (Chang, 2001).
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat:

1. Labu takar 25 mL 1 buah

2. Pipet gondok 1 buah

3. Buret pyrex 50 mL 1 buah

4. Statif dan klem 1 unit

5. Erlenmeyer 250 mL 1 buah

6. Kaca arloji diameter 5 cm 1 buah

7. Corong 1 buah

Bahan:

1. Garam dapur 1 gram

2. Larutan AgNO3 50 mL

3. Larutan asam kromat (H2CrO4) 0.1M 2 mL

4. Aquades 300 mL

3.2 Prosedur Percobaan

a. Penetapan Kadar Klorida

1. Timbang 0.074 gram garam dapur, lalu larutkan dan masukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan
encerkan sampai tanda batas.

2. Pipet 10 mL aliquot dan masukkan ke dalam erlenmeyer.

3. Buret disiapkan lalu diisi dengan larutan AgNO3 0.1M

4. 10 mL larutan aliquot ditambahkan 2 mL K2CrO4 0.1 M lalu dititrasi dengan larutan AgNO3
dengan mengaduknya secara konstan sampai terbentuk endapan putih.
5. Teruskan titrasi secara perlahan sampai terbentuk endapan merah.

6. Hentikan titrasi, lalu catat volume titran.

7. Hitung kadar klorida dengan rumus sebagai berikut.

b. Penetapan Blangko Indikator

1. Pipet 10 mL aliquot dan masukkan ke dalam erlenmeyer

2. Buret disiapkan lalu diisi dengan larutan AgNO3

3. 10 mL larutan aliquot lalu dititrasi dengan larutan AgNO3 dengan mengaduknya secara konstan
sampai terbentuk endapan putih

4. Teruskan titrasi secara perlahan

5. Bandingkan larutan hasil titrasi penetapan blangko indikator dengan hasil titrasi penentuan
kadar klorida

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

A. Penetapan Kadar Klorida

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Menimbang 0.074 gram NaCl, Larutan garam dapur 25 mL (larutan


dilarutkan dalam labu ukur 25 mL, aliquot).
diencerkan sampai tanda batas.

2 Dipipet 10 mL aliquot dan Larutan berwarna kuning.


dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
ditambahkan 2 mL K2CrO4.
3 Larutan dalam erlenmeyer dititrasi Terbentuk endapan putih AgCl, lalu
dengan AgNO3 lama kelamaan terbentuk endapan
merah Ag2CrO4. Volume AgNO3 yang
digunakan 5.2 mL

B. Penetapan Blangko Indikator

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Dipipet 10 mL aliquot, lalu dititrasi Volume AgNO3 yang digunakan


dengan AgNO3 untuk titrasi adalah 0.4 mL dan
terbentuk endapan putih AgCl.

4.2 Perhitungan

Diketahui:

V NaCl = 10 mL

V AgNO3 = 5.2 mL

[AgNO3] = 0.1 M

V NaCl. [NaCl] = V AgNO3 . [AgNO3]

10 mL . [NaCl] = 5.2 mL . 0.1 M

[NaCl] = 0.052 M

n NaCl dalam 10 mL larutan = V NaCl.[NaCl] = 10 mL . 0.052 M = 0.52 mol

mol NaCl dalam 25 mL:


4.3 Pembahasan

Ada dua cara kerja pada praktikum ini, pertama yaitu penetapan kadar klorida, yang kedua
penetapan blangko indikator. Adapun langkah kerja yang pertama yaitu penetapan kadar klorida.
Langkah-langkahnya menimbang 0.074 gram kristal garam dapur, lalu dilarutkan dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 25 mL. Kemudian 10 mL aliquot ini dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu
ditambahkan 2 mL K2CrO4 0.1 M. Hasilnya ialah larutan berwarna kuning. Kemudian larutan ini
dititrasi dengan AgNO3 0.1 M. Saat dititrasi terjadi perubahan warna larutan dari bening ke keruh.
Lalu, terbentuk endapan merah yang merupakan Ag2CrO4. Adapun volume AgNO3 yang digunakan
selama titrasi adalah 5.2 mL. Adapun prosedur yang kedua yaitu penetapan blangko indikator.
Langkah kerjanya yaitu memipet 10 mL aliquot dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu dititrasi
dengan AgNO3, lama-kelamaan terbentuk endapan putih AgCl dan volume AgNO3 yang digunakan
adalah sebanyak 0.4 mL. Pada percobaan penetapan blangko indikator ini tidak menghasilkan
endapan merah Ag2CrO4 karena selama percobaan tidak ada penambahan K2CrO4. Berdasarkan hasil
perhitungan, didapatkan kadar klorida dalam sampel garam dapur adalah sebesar 62.36%.

Pada percobaan ini, digunakan titrasi Mohr untuk menentukan kadar klorida. Adapun prinsip dari
metode Mohr ini adalah AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang
berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit
Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi
telah tercapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4.

Adapun fungsi larutan K2CrO4 adalah sebagai indikator yang digunakan untuk mendeteksi kelebihan
Ag, yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah. Pada percobaan penetapa kadar
klorida, endapan putih AgCl terbentuk leih dahulu dibandingkan endapan merah Ag2CrO4. Hal ini
disebabkan kelarutan AgCl yang lebih kecil dari Ag2CrO4. Selain itu, endapan merah Ag2CrO4
terbentuk karena AgCl sudah habis bereaksi, sehingga hanya tersisa CrO42- dan bereaksi dengan
AgNO3 membentuk endapan merah.

Adapun reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan ini diantaranya adalah:

1. Reaksi antara AgNO3 dengan garam dapur:

2. Reaksi AgNO3 dengan K2CrO4:

AgNO3 merupakan senyawa prekusor yang serbaguna untuk banyak senyawa perak lainnya, seperti
yang digunakan dalam fotografi. Senyawa ini tidak begitu sensitif terhadap cahaya ketimbang
halidanya. Adapun sifat-sifat dari AgNO3 ini diantaranya memiliki berat molekul 169.87 g/mol,
berbentuk kristal putih, tidak berwarna, memiliki densitas 5.35 g/cm3, titik lebur 212C, titik didih
444C, indeks bias 1.744, larut dalam pelarut aseton, amonia, glikol, dan eter. AgNO3 juga bereaksi
hebat dengan etanol, bersifat korosif, dan berbahaya bagi lingkungan (beracun).
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kadar klorida yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar 62.36%

2. Adapun prinsip titrasi Mohr ini adalah penggunaan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai
indikator yang berfungsi untuk mendeteksi terbentuknya endapan Ag2CrO4

3. Pada percobaan ini, AgCl terbentuk lebih dahulu dibandingkan Ag2CrO4 dikarenakan kelarutan
AgCl lebih kecil daripada kelarutan Ag2CrO4

4. Pada percobaan ini, terbentuknya endapan Ag2CrO4 dikarenakan ion Cl- sudah habis bereaksi
dengan Ag+, maka sisa ion Ag+ bereaksi dengan ion CrO42- membentuk Ag2CrO4

5. Perak nitrat merupakan senyawa anorganik yang dapat dimanfaatkan untuk mengendapan zat-
zat tertentu dalam titrasi pengendapan (argentometri).

1. LATAR BELAKANG

Asam klorida pertama kali ditemukan sekitar tahun 800 sesudah masehi oleh ahli kimia Jabir bin
Hayyan (Geber) dengan mencampurkan natrium klorida dengan asam sulfat (vitriol). Jabir
menemukan banyak senyawa-senyawa kimia penting lainnya, dan mencatat penemuannya ke dalam
lebih dari dua puluh buku. Penemuan Jabir atas air raja yang dapat melarutkan emas mengandung
asam klorida dan asam nitrat

Pada Abad Pertengahan, asam klorida dikenal oleh ahli kimia Eropa sebagai spirits of salt atau
acidum salis (asam garam). Istilah asam garam ini pun masih digunakan di beberapa bahasa dunia,
misalnya dalam bahasa Jerman Salzsure, bahasa Belanda Zoutzuur, bahasa Mandarin (yansuan),
dan bahasa Jepang (ensan). Gas HCl disebut sebagai udara asam laut. Produksi asam klorida secara
signifikan dicatat oleh Basilius Valentinus pada abad ke-15. Pada abad ke-17, Johann Rudolf Glauber
dari Karlstadt am Main, Jerman menggunakan natrium klorida dan asam sulfat untuk membuat
natrium sulfat melalui proses Mannheim. Proses ini akan melepaskan gas hidrogen klorida sebagai
produk sampingannya. Joseph Priestley dari Leeds berhasil menghasilkan hidrogen klorida murni
pada tahun 1772, dan pada tahun 1818, Humphry Davy dari Penzance, Inggris, membuktikan bahwa
komposisi kimia zat tersebut terdiri dari hidrogen dan klorin]Jabir bin Hayyan dalam gambar abad
pertengahan

Semasa Revolusi Industri di Eropa, permintaan atas senyawa-senyawa alkalin meningkat. Proses
industri baru yang mengijinkan produksi natrium karbonat (soda abu) dalam skala besar berhasil
dikembangkan oleh Nicolas Leblanc. Dalam proses Leblanc, natrium klorida diubah menjadi natrium
karbonat menggunakan asam sulfat, batu kapur, dan batubara. Proses ini melepaskan hidrogen
klorida sebagai produk samping. Sebelum diberlakukannya Undang-Undang Alkali tahun 1863 oleh
Britania, HCl yang berlebih dilepaskan ke udara bebas. Setelah berlakunya undang-undang ini,
produsen soda abu diwajibkan untuk melarutkan gas ini ke dalam air dan menghasilkan asam klorida
dalam skala industri.

Pada abad ke-20, proses Leblanc digantikan oleh proses Solvay yang tidak menghasilkan asam
klorida sebagai produk sampingan. Setelah tahun 2000, asam klorida kebanyakan dihasilkan dari
pelarutan produk samping hidrogen klorida dari produksi industri senyawa organik.

Sejak tahun 1988, asam klorida telah dimasukkan ke dalam Tabel II Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika karena ia dapat
digunakan dalam produksi heroin, kokaina, dan metamfetamina. Konvensi ini disahkan di Indonesia
oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997.

Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat disosiasi
zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar. Beberapa usaha
perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung nilai Ka HCl.

Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke larutan HCl, ia tidak akan mengubah pH larutan
secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cl adalah konjugat basa yang sangat lemah dan HCl
secara penuh berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang kuat, asumsi
bahwa molaritas H+ sama dengan molaritas HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai empat
digit angka bermakna.

Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik yang paling
sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk
ditangani dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang
tidak reaktif dan tidak beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk
disimpan dan terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida
merupakan reagen pengasam yang sangat baik.

Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa. Asam yang lebih
kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir yang jelas. Asam klorida
azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif,
walaupun konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat.

Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk mencerna sampel-sampel analisis. Asam
klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ia
juga bereaksi dengan senyawa dasar semacam kalsium karbonat dan tembaga(II) oksida,
menghasilkan klorida terlarut yang dapat dianalisa.

Asam klorida adalah zat atau larutan yang sangat korosif, yang merupakan sejenis asam kuat dari gas
hidrogen klorida (HCI). Cairan zat asam klorida hampir mirip dengan zat asam yang terdapat dalam
lambung, karena asam klorida sangat mudah merusak zat lain, maka dalam penyimpanannya
memerlukan penanganan yang teliti.

Kalau didalam tubuh kita, asam klorida terdapat dalam organ lambung, disini fungsi asam klorida
adalah melarutkan atau mencerna makanan sehingga dapat diserap oleh tubuh kita. Tapi mengapa
dinding lambung sendiri tidak mengalami kerusakan akibat asam klorida? Hal ini karena dalam
dinding lambung terdapat lapisan yang bernama mukosa, yang melindungi dinding lambung dari
korosi asam. Apabila lapisan mukosa gagal bekerja, maka akan dapat menyebabkan sakit nyeri
lambung yang sering kita sebut dengan sakit maag.

Asam lambung merupakan salah satu sekresi utama lambung. Ia utamanya terdiri dari asam klorida
dan mengasamkan kandungan perut hingga mencapai pH sekitar 1 sampai dengan 2. Ion klorida (Cl)
dan hidrogen (H+) disekresikan secara terpisah di bagian fundus perut yang berada di bagian teratas
lambung oleh sel parietal mukosa lambung ke dalam jaringan sekretori kanalikulus sebelum
memasuki lumen perut.

Asam lambung berfungsi untuk membantu pencernaan makanan dan mencegah mikroorganisme
masuk lebih jauh ke dalam usus. pH asam lambung yang rendah akan mendenaturasi protein,
sehingga akan lebih mudah dicerna oleh enzim pepsin. pH yang rendah ini juga akan mengaktivasi
prekursor enzim pepsinogen. Setelah meninggalkan lambung, asam klorida dalam kim akan
dinetralisasi oleh natrium bikarbonat dalam usus dua belas jari.

Lambung itu sendiri terlindung dari asam kuat oleh sekresi lapisan mukosa yang tebal dan
penyanggaan oleh natrium bikarbonat yang diinduksi oleh sekretin.

Nyeri ulu hati dan sakit maag dapat berkembang apabila mekanisme perlindungan ini gagal bekerja.
Obat-obat antihistamin dan inhibitor pompa proton dapat menghambat produksi asam dalam perut,
dan antasid digunakan untuk menetralisasi asam yang ada.

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan
merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam
industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan
cairan yang sangat korosif.

Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal sejarahnya.
Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini
digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf,
dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam
rangka membangun pengetahuan kimia modern.

Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk berbagai tujuan,
meliputi produksi massal senyawa kimia organik seperti vinil klorida untuk plastik PVC dan MDI/TDI
untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi
gelatin, dan aditif makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap tahunnya

1. 2. DASAR TEORI

. Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi
melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air
membentuk ion hidronium, H3O+

HCl + H2O H3O+ + Cl


Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk
membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia
berdisosiasi penuh dalam air.

1. 3. TUJUAN

Bagi Penulis:

1. Memenuhi tugas Kimia Amami

2. Memberikan pelatihan dalam menyusun makalah.

3. Meningkatkan kerja sama dan kekompakan antar mahasiswa.

4. Menambah wawasan penulis tentang Clorida

5. Menumbuhkan sikap gemar membaca bagi mahasiswa.

Bagi Pembaca:

1. Menambah wawasan pembaca tentang Clorida

2. 4. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini akan dibahas tentang

DEFENISI CLORIDA

JENIS CLORIDA

KLASIFIKASI CLORIDA

REAKSI CLORIDA

ALAT DAN BAHAN

PEMERIKSAAN

INTERPRETASI HASIL

BAB II

PEMBAHASAN

1. 1. Pengertian klorida

Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk
suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl. Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida;
contohnya adalah garam meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air,
senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl. (Sumber : Wikipedia :
http://www.anakunhas.com/2011/10/pengertian-klorida.html )
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu atau lebih atom klornya memiliki
ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik.
Contoh paling sederhana dari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl), sedangkan
contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah klorometana (CH3Cl), atau sering
disebut metil klorida. ( Sumber : Wikipedia : http://www.anakunhas.com/2011/10/pengertian-
klorida.html )

Asam klorida adalah zat atau larutan yang sangat korosif, yang merupakan sejenis asam kuat dari gas
hidrogen klorida (HCI). Cairan zat asam klorida hampir mirip dengan zat asam yang terdapat dalam
lambung, karena asam klorida sangat mudah merusak zat lain, maka dalam penyimpanannya
memerlukan penanganan yang teliti. ( Sumber : Wikipedia

http://www.anakunhas.com/2011/10/pengertian-klorida.html )

Kalau didalam tubuh kita, asam klorida terdapat dalam organ lambung, disini fungsi asam klorida
adalah melarutkan atau mencerna makanan sehingga dapat diserap oleh tubuh kita. Tapi mengapa
dinding lambung sendiri tidak mengalami kerusakan akibat asam klorida? Hal ini karena dalam
dinding lambung terdapat lapisan yang bernama mukosa, yang melindungi dinding lambung dari
korosi asam. Apabila lapisan mukosa gagal bekerja, maka akan dapat menyebabkan sakit nyeri
lambung yang sering kita sebut dengan sakit maag.

Sumber (http://www.sisilain.net/2011/12/pengertian-asam-klorida.html)

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan
merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam
industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan
cairan yang sangat korosif.

Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal sejarahnya.
Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini
digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf,
dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam
rangka membangun pengetahuan kimia modern.

Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk berbagai tujuan,
meliputi produksi massal senyawa kimia organik seperti vinil klorida untuk plastik PVC dan MDI/TDI
untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi
gelatin, dan aditif makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap tahunnya.

1. 2. Jenis-jenis klorida

Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif
(anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi
asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida
(Cl), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO) dan ion monoatomik seperti
fluorida (F), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO42). Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam
dapur adalah suatu garam.
Kalsium Klorida Dihydrate CaCl 2 2H 2 O

Kalsium Klorida Flake Dihydrate: Kemurnian: min 70% 72% min min 74% min 77%

Kalsium Klorida Granule / Pellet Dihydrate: Kemurnian: min 74% min 77%

Kalsium Klorida Powder Dihydrate: Kemurnian: min 74% min 77%

Kalsium Klorida anhidrat CaCl 2

Kalsium Klorida Flake anhidrat: Kemurnian: min 90% 92% min min 94%

Kalsium Klorida Granule / Pellet anhidrat: Kemurnian: min 90% 92% min min 94%

Kalsium Klorida anhidrat Powder: Kemurnian: min 90% 92% min min 94%

Tersedia Kelas

Kalsium Klorida Industri Kelas

Kalsium Klorida Food Grade

Kalsium Klorida berbasis Ice-leleh Agen

Produk di atas terdiri dari kalsium klorida dan natrium klorida sebagai bahan utama bersama-sama
dengan agen erosi-penghambat tertentu. Hal ini juga dapat dicampur sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Produk ini banyak digunakan untuk melelehkan salju dan es dan mencegah kerusakan es
di jalan, trotoar, dan permukaan yang sama.

1. 3. Klasifikasi klorida

untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation didefinisikan ke dalam lima golongan
berdasarkan sifat-sifatnya terhadap pereaksi. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu
secara sistematik, dapat ditetapkan ada atau tidaknya kation-kation berdasarkan golongannya.
Selain dari pada itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memisahkan berdasarkan golongan
untuk kemudian dilakukan analisis lebih lanjut. Pereaksi-pereaksi yang sering digunakan untuk
klasifikasi kation berdasarkan golongan adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida,
serta amonium karbonat. Klasifikasi diatas didasarkan pada kelarutan kation-kation masing-masing
golongan pada pereaksi-pereaksi yang digunakan.

klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan pada kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat
dari kation tersebut

Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut :

Golongan I. Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan
ini adalah timbal, raksa(I), dan perak.

Golongan II. Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam encer. Ion-ion golongan ini adalah raksa(II), tembaga,
bismut, kadmium, arsen(III), arsen(V), stibium(III), stibium(V), timah(II), dan timah(III). Keempat ion
pertama adalah sub-golongan IIa dan sisanya adalah sub-golongan IIb. Sulfida dari kation dalam
golongan IIa tidak dapat larut dalam amonium polisulfida, sedangkan pada sub-golongan dapat larut.

Golongan III. Kation dari golongan ini tidak dapat bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam encer. Kation ini membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasana netral atau disebut amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, seng, dan mangan(II).

Golongan IV. Kation golongan ini tidak bereaksi dengan pereaksi golongan I, II, dan III. Kation-kation
ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam
suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, stronsium, dan barium.

Golongan V. Kation-kation yang lebih umum, tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi golongan
sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, meliputi ion-ion magnesium, natrium,
kalium, amonium, litium, dan hidrogen.

Amonium klorida NH4Cl (uga Sal ammoniac, salmiac, nushadir salt, sal armagnac, sal armoniac, salt
armoniack) iku, jroning wangun sing murni, sawijining kristal uyah amonia awerna putih sing bisa
larut. Larutan amonium klorida klebu larutan asam. Sal ammoniac iku jeneng amonium klorida
jroning wangun mineral alamiah.

1. A. Klasifikasi Analisis Kation

Untuk analisis kualitatif sistematik kation-kation dikalsifikasi dalam lima golongan berdasarkan sifat-
sifat kation itu terhadap beberapa reagen. Reagen golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation
yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium
karbonat. Klalisfikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagen-reagen ini
dengan membentuk endapan atau tidak.

Menurut G. Svehla (1985), Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut:

1. Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbal, merkurium(I) (raksa), dan perak.

2. Golongan II, kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah
merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V),
timah(II), dan timah(III) (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIa dan
keenam yang terakhir sub-golongan IIb. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIa
tak dapat larut dalam ammonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIb justru
dapat larut.

3. Golongan III, kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrongen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk
endapan dengan ammonium sulfida dengan suasana netral atau amoniakal. Kation-kation
golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan
mangan(II).
4. Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reagen golongan I, II, III. Kation-kation
ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida,
dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium,
strontium, dan barium.

5. Golongan V, kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagen-reagen golongan
sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium,
natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.

1. B. Klasifikasi Analisis Anion

Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan jumlah elektron.
Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu elektron untuk mendapat ion klorida
(Cl). Natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik
compound) karena dibentuk dari kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau memperoleh lebih
dari satu elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan kehilangan atau memperoleh lebih dari
satu elektron adalah Mg2+, Fe3+, S2, dan N3-, Na+ dan Cl Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena
ion-ion ini mengandung hanya satu atom.

Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif lebih sederhana
karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat diabaikan). Pada
umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Golongan sulfat: SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO33- -, Cr2O42-, AsO43-,AsO33-. Anion-anion ini
mengendap dengan Ba2+ dalam suasana basa.

2. Golongan halida : Cl, Br, I, S2-

Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).

1. Golongan nitrat : NO3-, NO2,C2H3O2.

Semua garam dari golongan ini larut. NO3, NO2, CH3OO .

Menurut G. Svehla (1985), Proses reaksi anion dapat dibagi kedalan dua bagian yaitu:

1. Kelas A

1. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer: Karbonat,
hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfide, nitrit, hipoklorit, sianida,
dan sianat.

2. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat.

3. Kelas B

1. Reaksi pengendapan: sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit,


arsenat, arsenit, kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat, salisilat,
benzoate, dan suksinat.
2. Oksidasi dan reduksi dalam larutan

1. C. Golongan Kation Pertama: Timbal(II), Merkurium(I), Dan Perak(I)

Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbal klorida sedikit
larut dalam air dank arena itu timbel tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambhkan
asam klorida encer kepada suatu cuplikan, ion timbal yang tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama kation golngan kedua.

Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbal sulfat praktis tidak
larut, sedangkan perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium(I) sulfat terletak
diantara kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangka pengendapan timbal
halida tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air panas. Asetat-asetat labih
mudah larut, meskipun perak asetat bias mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan
karbonat akan diendapksan dengan reagen yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagen
berlebihan, ia tidak bertindak dengan bermacam-macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-
zat ini terhadap amonia. (http://jv.wikipedia.org/wiki/Amonium_klorida)

1. 4. Reaksi klorida

Reaksi untuk membentuk klorida perak

Klorida perak merupakan padatan ionik. Hal ini dapat dibuat dengan mereaksikan larutan perak
nitrat dan larutan natrium klorida.

Diagram mewakili jenis partikel hadir dalam beberapa zat yang terlibat dalam reaksi.

Perak nitrat (padat)

Diagram di atas menunjukkan partikel dalam perak nitrat padat. Partikel dalam perak nitrat adalah
perak ion (Ag + ) Dan nitrat ion (NO3- ).

Natrium klorida (padat)

Diagram di atas menunjukkan partikel dalam natrium klorida padat. Partikel dalam natrium klorida
adalah ion natrium

(Na + ) Dan ion klorida (Cl ).

Air (cairan)

Diagram di atas menunjukkan partikel dalam air. Air adalah cairan. Partikel molekul air.

Perak klorida (padat)

Diagram di atas menunjukkan partikel dalam klorida perak solid. Partikel dalam klorida perak adalah
perak ion (Ag + ) dan ion klorida (Cl ).

Reaksi antara klorida etanoil dengan etilamin

Fakta
Etanoil klorida bereaksi hebat dengan larutan pekat dingin etilamin. Sebuah produk yang solid putih
terbentuk yang merupakan campuran N-ethylethanamide (amida tersubstitusi-N) dan klorida
etilamonium.

http://www.chemguide.co.uk/mechanisms/addelim/amines.html

Perhatikan bahwa, tidak seperti reaksi antara klorida etanoil dengan air atau etanol, hidrogen klorida
tidak diproduksi setidaknya, tidak dalam jumlah apapun. Setiap hidrogen klorida terbentuk akan
segera bereaksi dengan etilamin kelebihan untuk memberikan klorida etilamonium.

http://www.chemguide.co.uk/mechanisms/addelim/amines.html

Mekanisme

Tahap pertama (tahap penambahan reaksi) melibatkan serangan nukleofilik pada atom karbon yang
cukup positif oleh pasangan elektron bebas pada atom nitrogen dalam etilamin.

http://www.chemguide.co.uk/mechanisms/addelim/amines.html

Tahap kedua (tahap eliminasi) terjadi dalam dua langkah. Pada yang pertama, karbon-oksigen
reformasi ikatan ganda dan ion klorida didorong off.

http://www.chemguide.co.uk/mechanisms/addelim/amines.html

Yang diikuti dengan penghapusan ion hidrogen dari nitrogen. Hal ini mungkin terjadi di salah satu
dari dua cara:

Mungkin dihapus oleh ion klorida, menghasilkan HCl (yang segera akan bereaksi dengan etilamin
kelebihan untuk memberikan klorida etilamonium seperti di atas)

dan

atau mungkin dihapus langsung oleh molekul etilamin.

Ion etilamonium, bersama-sama dengan ion klorida sudah ada, membentuk klorida etilamonium
terbentuk dalam reaksi. http://www.chemguide.co.uk/mechanisms/addelim/amines.html

1. 5. Alat dan bahan

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN KLORIDA

Alat:

Gelas ukur

Labu erlenmeyer.

Pipet tetes

Buret dan statip

Corong kaca.
Bahan:

Sampel air

Larutan AgNO3

Larutan HNO3 pekat

Larutan K2 CrO4

Bubuk MgOC.

(http://www.scribd.com/doc/58228130/50/Interretasi-Hasil)

PENETAPAN KADAR KLORIDA Cl

Peralatan

Buret

Labu ukur

Labu Erlenmeyer

Pereaksi

Aquades bebas klorida

Indikator K2CrO4 5%

Larutan Perak nitrat 0,01 N

Larutan Baku NaCl 0.01 N

http://mico0355.webs.com/apps/blog/show/17062141-penetapan-kadar-klorida-cl-

PEMBUATAN LARUTAN STANDAR ASAM KLORIDA 0.1 N

Alat :

Botol bersih berpenyumbat kaca

Gelas ukur atau pipet tetes

Bahan :

Air suling 1 liter

Larutan HCl pekat 8,5 mL


1. 6. Cara pemeriksaan

Sebuah tes klorida mengukur tingkat klorida dalam darah atau urin. Klorida adalah salah satu yang
paling penting elektrolit dalam darah . Ini membantu menjaga jumlah cairan di dalam dan di luar sel-
sel Anda dalam keseimbangan. Hal ini juga membantu mempertahankan volume darah yang tepat,
tekanan darah , dan pH cairan tubuh Anda. Pengujian natrium, kalium, dan bikarbonat biasanya
dilakukan pada waktu yang sama sebagai tes darah untuk klorida .

Sebagian besar klorida dalam tubuh Anda berasal dari garam (natrium klorida) Anda makan. Klorida
diserap oleh Anda ususketika Anda mencerna makanan. Klorida ekstra meninggalkan tubuh Anda
dalam urin Anda.

Kadang-kadang tes untuk klorida dapat dilakukan pada sampel dari semua urin yang dikumpulkan
selama periode 24-jam (disebut sampel urin 24 jam) untuk mengetahui berapa banyak klorida yang
meninggalkan tubuh Anda dalam urin Anda.

Klorida juga dapat diukur dalam kulit keringat untuk menguji cystic fibrosis .

Sebuah tes untuk klorida dapat dilakukan untuk:

Periksa tingkat klorida Anda jika Anda mengalami gejala-gejala seperti otot berkedut atau
kejang, masalah pernapasan, kelemahan, atau kebingungan.

Cari tahu apakah Anda memiliki ginjal atau kelenjar adrenal masalah.

Membantu menemukan penyebab pH darah tinggi. Sebuah kondisi yang disebut alkalosis
metabolik dapat disebabkan oleh hilangnya asam dari tubuh Anda (misalnya, dari hilangnya
elektrolit melalui berkepanjangan muntah atau diare ). Anda juga mungkin memiliki alkalosis
metabolik jika tubuh Anda kehilangan natrium terlalu banyak atau Anda makan baking soda
terlalu banyak (natrium bikarbonat).

Cara Mempersiapkan

Anda tidak perlu melakukan apapun sebelum Anda melakukan tes ini.

Katakan kepada dokter Anda jika Anda:

Apakah mengkonsumsi obat.

Apakah alergi terhadap obat-obatan.

Memiliki telah pendarahan masalah atau mengambil pengencer darah, seperti aspirin atau
warfarin ( Coumadin ).

Apakah atau mungkin hamil .

Bicaralah dengan dokter Anda tentang segala keprihatinan Anda miliki tentang perlunya tes,
risikonya, bagaimana hal itu akan dilakukan, atau apa hasilnya akan berarti. Untuk membantu Anda
memahami pentingnya tes ini, mengisi bentuk tes informasi medis.
Tes darah

Para profesional kesehatan mengambil sampel darah Anda akan:

Bungkus karet gelang lengan atas Anda untuk menghentikan aliran darah. Hal ini membuat
pembuluh darah di bawah band yang lebih besar sehingga lebih mudah untuk menempatkan
jarum ke pembuluh darah.

Bersihkan situs jarum dengan alkohol.

Masukan jarum ke pembuluh darah. Lebih dari satu jarum suntik mungkin diperlukan.

Pasang tabung untuk jarum untuk mengisi dengan darah.

Hapus band dari lengan Anda ketika cukup darah yang dikumpulkan.

Letakkan bola kasa atau kapas pad atas situs jarum sebagai jarum dicabut.

Menekan situs dan kemudian mengenakan perban.

Anda mulai mengumpulkan urin Anda di pagi hari. Ketika Anda pertama kali bangun,
mengosongkan kandung kemih Anda, tetapi tidak menyimpan urin ini. Tuliskan waktu yang
Anda buang air kecil untuk menandai awal 24-jam koleksi Anda.

Selama 24 jam berikutnya, mengumpulkan semua urin Anda. Dokter atau lab biasanya akan
menyediakan Anda dengan wadah besar yang menampung sekitar 1 gal (4 L). Wadah
memiliki sejumlah kecil bahan pengawet di dalamnya. Buang air kecil ke dalam wadah kecil,
bersih dan kemudian tuangkan urin ke dalam wadah besar. Jangan menyentuh bagian dalam
wadah dengan jari-jari Anda.

Jauhkan wadah besar di lemari es selama 24 jam.

Kosongkan kandung kemih Anda untuk terakhir kalinya pada atau sebelum akhir periode 24-
jam. Tambahkan urin ini ke wadah besar dan mencatat waktu.

Jangan mendapatkan kertas toilet, rambut kemaluan, kotoran (tinja), darah menstruasi, atau
benda asing lainnya dalam sampel urin.

Tes urine

Keringat uji kulit untuk klorida terutama digunakan untuk menguji cystic fibrosis. Untuk informasi
lebih lanjut, lihat tes medis Uji Sweat .

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN KLORIDA

Cara Kerja:

1. Ambil sampel air sebanyak 100 ml

2. Tirasikan dengan Larutan AgNO3sampai berubah warna menjadi warnamerah bata (misal a
ml).
3. Tambahkan Larutan HNO3 pekat sebanyak 3 tetes.

4. Tambahkan Larutan K2CrO4 sebanyak 2 tetes.

5. Tambahkan Bubuk MgO sebanyak 1 pucuk sendok.

6. Kemudian homogenkan. Lalu hitung dengan rumus:

Klorida=1000 x (a ml-0,3ml) x f x N AgNO3 x ME CL

100

(http://www.scribd.com/doc/58228130/50/Interretasi-Hasil)

REAGENSIA UNTUK PENETAPAN KADAR CLORIDA

1. PEMBUATAN REAGEN AgNO3 0 , 01 N sebanyak 2000ml

= 3,3974

PROSEDUR PEMBUATAN

Ditimbang AgNO3 sebanyak 3 , 3974 gram masukan ke dalam beacker glass

Tambahkan aguadest bebas CO2 add 2000 ml

Aduk homogenkan

Simpan dalam botol coklat beri etiket nama reagen konsentrasi , volume dan tanggal
pembiuatan

1. PEMBUATAN INDIKATOR K2Cro4 5% 100 ml

Perhitungan 5/ 100 x 100 = 5 gram

Prosedur

Timbang serbuk reagen K2Cro4 sebanyak 5 gram

Masukan beacker glass

Tambahkan aquadest sebanyak add 100 ml

Aduk homogeny

Simpan dalam botol beri etiket nama reagen, konsentrasi volume dan tanggal pembuatan

(http://nitaallucida.blogspot.com/2011/04/reagensia-untuk-penetapan-kadar-clorida.html)

Gangguan

1) Bromida ,Sianida ,Iodida, Sulfit,dan Tio sulfat yang setara dengan ion klorida.

2) Sulfida ,SO3 = dan S2O3 = dapat dihilangkan denga H2O2.


3) Orthophospat jika >25 mg/l atau besi jika > 10 mg/l akan mengganggu titik akhir titrasi.

Prosedur

1. Sampel dengan pH 7-10 dapat langsung dititrasi ,jika sampel bersifat asam diatur pH nya
dengan menggunakan NaOH. Jika sampel bersifat alkalis diatur pHnya dengan H2SO4 atau
dapat dipakai MgO atau ZnO (Water Codex ) . Jika sampel berwarna tambahkan 3 ml
suspensi alumunium hidroksida, aduk dan biarkan mengendap kemudian disaring dan dicuci
. Jika mengandung sulfida SO3 = dan S2O3= tambahkan 1 ml H2O2 dan diaduk selama 1
menit .

2. Pipet 100,0 ml sampel masukkan kedalam labu Erlenmeyer dan tambahkan 1 ml larutan
indikator K2CrO4 5%.

3. Titrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N hingga terjadi endapan merah bata .

Perhitungan

Kadar Klorida ( Cl )

1000 : ml sampel X ml X N X BaCl =

Keterangan :

N : Normalitas

35,45 : Berat Atom Cl

http://mico0355.webs.com/apps/blog/show/17062141-penetapan-kadar-klorida-cl-

Penentuan Klorida

Gravimetri adalah metode analisis kuntitatif unsur atau senyawa berdasarkan bobotnya yang diawali
dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan
penimbangan.

Untuk memperoleh keberhasilanpada analisis secara gravimetri, maka harus memperhatikan tiga hal
berikut ;

1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna.

2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya.

3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.

Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut:

Pelarutan sampel (untuk sampel padat).

Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar


semua unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi. Pengendapan dilakukan pada suhu
tertentu dan pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan. Tahap ini
merupakan tahap paling penting.

Penyaringan endapan.

Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring dengan larutan
tertentu.

Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan.

Penimbangan endapan.

Perhitungan.

Tabel 10.1. Beberap contoh faktor gravimetri

PENENTUAN KLORIDA

Prinsip :
Ion klorida dalam larutan diendapkan dari larutan asam sebagai perak klorida (AgCl).

Cl + Ag+ ?AgCl (endapan)

Endapan yang terbentuk mula mula berbentuk koloid tetapi kemudian akan menggumpal
membentuk agregat. Endapan yang terbentuk mudah tersebut dicuci dan disaring. Sebagai pencuci
digunakan larutan asam nitrat (HNO3) encer. Air tidak dapat digunakan sebagai pencuci.

http://sersan-mulyono.blogspot.com/2011/10/penentuan-klorida.html

Perak klorida yang terbentuk disaring melalui sintered-glass crucible, bukan dengan kertas saring
karena AgCl mudah direduksi menjadi Ag bebas oleh karbon dalam kertas saring selama pembakaran
kertas saring.

http://sersan-mulyono.blogspot.com/2011/10/penentuan-klorida.html

Tujuan :

Menetapkan kadar klorida dalam suatu sampel dengan cara mengendapkan ion khlorida yang ada
dalam sampel menggunakan perak nitrat (AgNO3).

http://sersan-mulyono.blogspot.com/2011/10/penentuan-klorida.html

Cara kerja :

Dapatkan sampel yang mengandung ion klorida yang larut dan keringkan dalam oven sekitar
1 jam dengan suhu 1100C.

Dinginkan dalam desikator

Timbang sekitar 0,4 0,7 gram sampel tersebut di dalam gelas kimia 400 mL.

Tambahkan 150 mL aquades bebas khlorida dan 0,5 mL (10 tetes) asam nitrat (HNO3) pekat.
Aduk sampai merata dengan batang pengaduk dan tinggalkan batang pengaduk pada beaker
glass.

Anggap sampel tersebut adalah NaCl murni dan hitung milimol AgNO3 yang dibutuhkan
untuk mengendapkan.

Contoh :
410 mg sampel = 410/58,5 = 7 mmol NaCl

7 mmol NaCl = 7 mmol AgNO3

Jika tersedia larutan AgNO3 0,5 M, maka larutan AgNO3 0,5 M


yang diperlukan 7/0,5 = 14 ml

Tambahkan larutan AgNO3 tersebut secara perlahan- lahan sambil diaduk dan lebihkan 10%
penambahan larutan AgNO3.

Panaskan gelas kimia yang berisi larutan, sampai hampir mendidih sambil diaduk terus
menerus. Hindarkan beaker dari sinar matahari langsung.

Tambahkan satu dua tetes larutan AgNO3 untuk mengetahui apakah semua khlorida dalam
sampel telah diendapkan atau belum. Bila dengan penambahan larutan menjadi keruh,
tambahkan lagi AgNO3 dan panaskan kembali. Dan perlu diperiksa kembali dengan
penambahan satu-dua tetes larutan AgNO3. Dinginkan larutan dan tutup dengan kaca arloji
sekitar satu jam.

http://sersan-mulyono.blogspot.com/2011/10/penentuan-klorida.html

Penyaringan dan Penimbangan

Tempatkan sintered glass crucible (yang telah ditimbang) pada perlengkapan penghisap.

Tuangkan larutan sampel yang telah diendapkan ion kloridanya ke crucible.

Cuci endapan dengan larutan HNO3 encer (0,6 mL HNO3 pekat dalam 200 mL), juga sisa yang
ada dalam beaker glass beberapa kali.

Keringkan endapan didalam oven selama 2 jam dengan suhu 1100C.

Dinginkan dalam desikator

Timbang endapan yang telah dingin

Hitung kadar khlorida dalam sampel menggunakan BA Cl = 35,45 dan Mr AgCl = 143,32.

http://sersan-mulyono.blogspot.com/2011/10/penentuan-klorida.html

Pemeriksaan Klorida Dalam Serum

Klorida merupakan anion yang banyak terdapat di dalam tubuh dan mempunyai peranan penting
dalam tubuh, antara lain:
1. Proses osmolalitas cairan tubuh

Ion klorida merupakan elektrolit yang banyak terdapat dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam
tubuh klorida terdapat dalam bentuk terdisosiasi penuh. Ion ini bertanggung jawab terhadap
tekanan osmotik cairan tubuh. dapat mempengaruhi kelarutan protein dan komponen lainnya.

1. Proses keseimbangan asam basa

Pada semua organisme yang hidup, keseimbangan asam basa sangat penting untuk dipertahankan,
karena hampir semua reaksi biokimia dalam tubuh tergantung pada fisiologi tubuh dalam
mempertahankan konsentrasi ion H+ dan pH. Keseimbangan ini sangat dipelukan untuk optimalisasi
fungsi enzim, distribusi elektrolit, fungsi sel termasuk fungsi eritrosit dalam mengangkut oksigen dll.
Secara tidak langsung, klorida juga mempertahanan pH cairan tubuh, berkesesuaian dengan
bikarbonat.

Peningkatan kadar klorida dalam serum disebut hiperkloremia. Keadaan ini dapat terjadi pada
keadaan asidosis metabolik, penderita gagal ginjal, akromegali, dehidrasi, hipertensi,
glomerulonefritis, dll.

Sedangkan hipokloremia yaitu penurunan kadar klorida dalam darah dapat terjadi pada keadaan
asidosis respiratorik, penyakit Addisons, diuretik, luka bakar, sirosis, dll.

Pemeriksaan kadar klorida ini menggunakan metode titrimetri dengan menggunakan alat
kloridometri atau ISE (Ion Selective Electrode). Selain alat-alat tersebut pemeriksaan kadar klorida
dapat menggunakan metode spektrofotometri dengan menggunakan sampel serum, urin, dll.

( Diposkan oleh Lestari Amaliani di 3:53:00 AM, Label: Analis Kesehatan )

PEMBUATAN LARUTAN STANDAR ASAM KLORIDA 0.1 N

Langkah Kerja :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Memasukkan air suling sebanyak 1 Liter ke dalam botol bersih.

3. Menambahkan 8,5 mL larutan HCl pekat ke dalam botol dengan menggunakan gelas ukur.

4. Menyumbat larutan dalam botol denga menggunakan penyumbat kaca.

5. Mencampur larutan dalam botol dengan car menggucang dan membolak-balikkan botol.

6. setelah pencampuran selesai, membubuhkan etiket pada botol.

Mencari massa larutan HCl yang dibutuhkan utuk membuat larutan standart :

Diketahui :

0,1 N HCl = 0,1 M HCl

V total : 1liter
Mr HCl : 36,5

Ditanya :

massa HCl ?

Jawab :

massa : M x Vtot x Mr

= 0,1 M x 1 liter x 36,5 gr/mol

= 4 gram.

1. 7. Interpretasi hasil

LEMBAR KERJA PRAKTEK PEMERIKSAAN KLORIDA

Hasil pemeriksaan

=369,768 Mg/L sebagai CL.

Klorida adalah anion ekstraselular utama, ditemukan bersama-sama dengan Na +. Klorida sangat
penting bagi osmolalitas dan keseimbangan asam-basa. Perubahan klorida harus selalu ditafsirkan
dengan perubahan dalam air gratis, yang mengubah konsentrasi Na + dan Klorida proporsional. Hal
ini dapat dilakukan dengan memperbaiki konsentrasi klorida untuk perubahan Na + dengan
menggunakan rumus berikut:

Cl Dikoreksi = (normal Na / diukur Na) x diukur Cl mana, normal Na adalah titik tengah dari interval
referensi Na.
Perubahan klorida tidak berhubungan dengan perubahan air bebas berhubungan dengan kelainan
asam-basa.
Biasa dikoreksi klorida

Klorida dikoreksi berada dalam kisaran referensi klorida. Hal ini menunjukkan perubahan Cl adalah
karena perubahan dalam air gratis dan penyebab utama hipo-atau hiper-natremia harus dikejar
(lihat natrium halaman untuk penyebab).

Abnormal dikoreksi klorida

Hypochloremia: Hypochloremia selalu dikaitkan dengan alkalosis metabolik dan sering hasil dalam
aciduria paradoxic. Hasil Cl rendah aviditas natrium di ginjal. Sodium diserap dalam pertukaran untuk
H + dan K + sebagai Cl tidak dapat diserap dengan + Na untuk mempertahankan electroneutrality.

Penyebab hypochloremia

Kehilangan klorida> natrium: Muntah isi lambung, refluks lambung dan ptyalism pada kuda,
berkeringat (kuda), diare pada kuda (terutama karena masalah usus besar sebagai klorida
diserap di ileum dan kolon kuda), penyakit ginjal (terutama pada sapi), administrasi tinggi +
cairan Na.
Penyerapan klorida kaya cairan: abomasum Pengungsi, gangguan pencernaan vagus, pecah
lambung, lambung pelebaran-volvulus, borok pencernaan (kuda).

Hyperchloremia: Hal ini terkait dengan kecenderungan asidosis (HCO3 loss).


Penyebab hyperchloremia

Pseudohyperchloremia: administrasi Bromida diukur sebagai klorida dengan ion-spesifik


elektroda.

Obat Administrasi: diuretik, administrasi Cl-mengandung cairan.

Chloride retensi: Gagal ginjal, asidosis tubulus ginjal, penyakit Addison, ketoasidosis
diabetes, alkalosis pernapasan kronis.

PENENTUAN KADAR KLORIDA


ARGENTOMETRI

A. Latar Belakang

Klorida adalah ion dari atom unsur klorin. Klorin sendiri adalah atom dengan muatan

ion negatif yang mudah berikatan dengan unsur lain dengan pelepasan ion klorida

membentuk berbagai ikatan senyawa seperti potasium klorida atau sodium klorida (garam).

Klorin secara alami berbentuk gas yang beracun yang larut oleh air, baik dalam alam

maupun tubuh manusia, umumnya dalam wujud klorida. Kadar klorida dalam tubuh sekitar

0,15% dari berat total tubuh dan utamanya ditemukan dengan sodium. Kurang dari 15% dari

total klorida dalam tubuh berada di dalam sel dengan konsentrasi terbesar terdapat pada sel

darah merah.
Sebagai salah satu elektrolit penting, klorida bekerja sama erat dengan sodium dan

hidrogen (dalam bentuk hidroklorida) menghantarkan cairan tubuh. Dengan demikian klorida

berfungsi sebagai distribusi cairan tubuh serta menjaga keseimbangan kation (ion positif) dan

anion (ion negatif) dalam jaringan tubuh. Klorida mudah diserap di usus kecil dan

disingkirkan juga dengan mudah oleh organ ginjal. Apabila kondisi memerlukan klorida,

ginjal dapat menyimpannya guna menjaga keseimbangan dan regulasi kadar keasaman tubuh.

Klorida bersama potasium juga ditemukan dalam sistem pernafasan manusia. Berkeringat

berlebihan yang bisa membuang potasium tubuh juga ternyata mengurangi kadar klorida

secara signifikan. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya defisiensi potasium dan klorida secara

bersamaan.

Klorida paling mudah ditemukan dalam bentuk garam yang kita konsumsi dari

makanan ataupun tambahan garam waktu kita mengolah makanan. Garam dapur memiliki

kandungan klorida yang sangat tinggi, sekitar 6x lebih besar dari kebutuhan minimal klorida

manusia sudah dicukupi oleh keberadaan garam dalam pola makan normal sehari-hari.

Sementara itu, banyak juga jenis-jenis bahan makanan yang memiliki kandungan klorida

dalam tingkat yang baik dan cukup baik. Beberapa sumber-sumer makanan dibawah ini bisa

digolongkan sebagai sumber klorida yang baik, yaitu :

1. Rumput laut

2. Seledri

3. Tomat

4. Selada air

5. Minyak wijen

B. Tujuan Praktikum

1. Menjelaskan kandungan khlorida dalam air.


2. Mengetahui metode analisis yang digunakan dalam penentuan kadar khlorida.

3. Menentukan kadar khlorida dan kualitas air kolam ikan dengan metode Mohr-Winkler yaitu

titrasi argentometri.

4. Mengetahui kualitas air kolam ikan berdasarkan SNI 06-6989.22-2004.

C. Manfaat Praktikum

1. Dapat mengetahui kadar khlorida dan kualitas suatu produk pangan berdasarkan Standar

Nasional Indonesia.

2. Dapat mengetahui metode analisis yang efektif untuk digunakan.

3. Terampil dalam melakukan analisa kadar khlorida.

A. Prinsip Praktikum

Untuk menetapkan kadar Cl- dalam sampel air kolam dapat ditetapkan melalui metode

titrasi argentometri.

1. Titrasi merkurimetri

Menurut German Standard Procedures, titrasi ini menggunakan merkuri nitrat sebagai titran

dengan indikator diphenylcarbazone. Kelebihan titran Hg2+ akan bereaksi dengan indikator

diphenylcarbazone membentuk kompleks berwarna biru violet dalam suasana asam nitrat.

Pada metode merkurimetri titik akhir titrasi dapat dilihat dengan mudah, karena sebelumnya

pH larutan contoh diatur dengan penambah diphenylcarbozone.

2. Tirasi argentometri

Menurut Mohr-Winkler atau Water Codex titrasi ini menggunakan reagen AgNO3 sebagai

titran. Dalam suasana netral atau dalam larutan basa lemah, ion khlorida diendapkan dengan

AgNO3 menjadi AgCl.


B. Teori Dasar

Khlorida terdapat dalam setiap air minum dan selokan. Pada umumnya sebagai garam

netalik. Apabila dalam air minum terdapat natrium dan konsentrasi khlorida sebesar 200

mg/L, maka akan menyebabkan rasa air menjadi pahit. Khlorida sangat bermanfaat dalam

makanan. Khlorida masuk melalui sistem pencernaan tanpa mengalami perubahan.

Penggunaan zeolit (zat penurun kesadahan air) didalam sabun dapat menyebabkan khlorida

dalam jumlah besar didalam air limbah.

Khlorida didalam air ada dalam bentuk terikat atau bebas sebagai ion Cl-. Penetapan

khlorida sangat penting untuk penetapan zat organik selain itu kandungan khlorida yang

tinggi didalam air dapat menyebabkan rasa asin dan endapan korosif pada peralatan masak

dan dapat merusak pipa-pipa air juga dapat mematikan tanaman. Pada umumnya air buangan

mengandung khlorida lebih tinggi dibandingkan dengan air tanah karena sudah

terkontaminasi, konsentrasi khlorida maksimum menurut SNI 06-6989.22-2004 adalah 300

mg/L ppm. Ketetapan ini hanyalah untuk mencegah perubahan rasa air dan bukan sebagai

pencegah bahaya fisik.

Air mineral adalah air yang bebas dari mikroorganisme dan logam-logam berat yang

layak untuk dikonsumsi. Air mineral biasanya diproduksi untuk dipasarkan sehingga

kualitasnya harus memenuhi persyaratan untuk memenuhi persyaratan Standar Nasional

Indonesia.

METODE PENELITIAN

A. Prinsip Metode Praktikum


Titrasi argentometri : Sejumlah tertentu sampel yang mengandung ion Cl-

diendapkan dengan penambahan larutan AgNO3 0,01 N dalam keadaan netral atau basa

lemah. Kemudian dititrasi menggunakan indikator penolftalein dengan titik akhir titrasi

dicapai pada saat larutan berubah dari warna kuning sampai berubah atau terbentuk warna

merah bata.

B. Reaksi

1. Reaksi Pembakuan

AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) putih + NaNO3(aq)

2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) Ag2CrO4(s)merah bata + 2KNO3(aq)

2. Reaksi sampel

AgNO3 (aq) + Cl- (aq) AgCl (s) (putih) + NO3- (aq)

K2CrO4 (aq) + 2AgCl (aq) Ag2CrO4 (s) (endapan merah bata) + 2KCl (aq)

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a) Buret 50mL

b) Labu erlenmeyer 250 mL

c) Labu ukur 100 mL

d) Gelas ukur 10 mL

e) Botol semprot

f) Pipet volume

g) Corong gelas
h) Beaker glass 250 mL

i) Statif dan klem

2. Bahan

a) Indikator kromat 5%

b) AgNO3 0,01 N

c) NaCl 0,01 N

d) Aquadest

e) Sampel air kolam ikan

D. Prosedur Praktikum

1. Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NaCl

a. Siapkan larutan standar NaCl sebanyak 0,01 N dalam 100 ml (BE=BM). NaCl yang

digunakan harus dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 1100C.

b. Siapkan larutan AgNO3 0,01 N dengan menimbang 0,17 gram ke dalam labu ukur 100 ml

(BE=BM).

c. Pipet 10 ml larutan NaCl kedalam erlenmeyer 250 ml

d. Tambahkan indikator kromat 1 mL.

e. Titrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N sampai pertama kali terbentuk warna coklat kemerahan

muncul tidak hilang.

f. Lakukan titrasi duplo.

g. Hitung normalitas AgNO3.


2. Penetapan kadar sampel

a. Masukkan 50 mL sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL.

b. Tambahkan indikator kromat 5% sebanyak 5 tetes.

c. Titrasi dengan AgNO3 0,01 N dari warna kuning sampai berubah atau terbentuk warna merah

bata.

d. Catat volume titrasi.

e. Hitung kadar Cl- melalui perhitungan.

E. Data Penimbangan dan Pengamatan

1. Berat kaca arloji kosong : 23,4114 gram

2. Berat NaCl : 0,0585 gram

3. Berat AgNO3 : 0,1708 gram

4. Standarisasi larutan AgNO3 0,01 N terhadap larutan standar NaCl

Titrasi V. AgNO3 V. NaCl Perubahan warna

Kuning menjadi merah


1 10,00 mL 10,60 mL
muda
Kuning menjadi merah
2 10,00 mL 10,80 mL
muda
Kuning menjadi merah
Rata-rata 10,00 mL 10,70 mL
muda

5. Penetapa kadar Cl- pada sampel air kolam ikan

Titrasi V. Sampel V. AgNO3 Perubahan warna

Kuning menjadi merah


1 10,00 mL 0,70 mL
bata
Kuning menjadi merah
2 10,00 mL 0,90 mL
bata
Kuning menjadi merah
Rata-rata 10,00 mL 0,80 mL
bata

F. Data Perhitungan

1. Perhitungan LBP NaCl yang harus ditimbang

Normalitas NaCl = Gram/BE x 1000/v

2. Normalitas LBS AgNO3 yang sebenarrnya

Normalitas AgNO3 = (VxN LBP NaCl)/V AgNO3

6. Perhitungan kadar khlorida dalam sampel

Kadar Cl- (ppm) = 1000/V sampel x N AgNO3 x BE Cl x V titran

G. Pembahasan

Apabila dalam air minum terdapat natrium dan konsentrasi khlorida sebesar 200

mg/L, maka akan menyebabkan rasa air menjadi pahit. Khlorida sangat bermanfaat bagi

tubuh. Khlorida masuk melalui sistem pencernaan tanpa mengalami perubahan. Klorida juga

menjadi bagian penting dalam asam lambung yang berupa asam klorida (HCl), dimana asam

lambung ini merupakan salah satu bagian utama dalam sistem pencernaan manusia.

Tingkat keasaman tubuh juga selalu dijaga dengan baik oleh kadar klorida. Ginjal

akan menentukan apakah perlu membuang klorida, yang berupa sodium klorida yang masuk

melalui sistem pencernaan, atau menyimpannya demi menyeimbangkan keasaman tubuh.

Diduga klorida juga membantu hati memproses pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan

oleh tubuh.

Selain itu, klorida juga membantu tubuh dalam membuang zat karbondioksida yang

bersifat merusak kesehatan. Proses ini sendiri sangatlah kompleks dimana klorida mengubah
karbondioksida menjadi substansi bernama karbonat yang lebih mudah luruh ke dalam darah.

Oksigen dan karbondioksida adalah contoh bentuk unsur atau senyawa yang tidak mudah

diluruhkan ke dalam cairan darah manusia.

Untuk menghitung kadar khlorida dalam sampel air kolam ikan digunakan metode

Mohr dengan titrasi argentometri. Hal ini didasarkan pada peralatan dan reagen kimia yang

digunakan untuk analisa memadai. Selain itu metode ini dipilih karena biaya dan pengalaman

analisa yang mampu memperkecil %eror analisa. Dalam titrasi argentometri digunakan

larutan natrium klorida (NaCl) sebagai larutan baku primer dan larutan AgNO3 sebagai

larutan baku sekundernya. Titrasi ini didasarkan pada pengendapan yang terbentuk antara ion

Cl- dengan Ag+, sehingga menghasilkan perubahan warna dari warna kuning menjadi merah

bata.

Hal penting yang harus diperhatikan selama analisa adalah penimbangan dan

pengenceran yang teliti sangat diperlukan untuk menghasilkan data yang akurat. Hal lain

yang harus diperhatikan ialah pH larutan selama titrasi harus berada antara 6,5 9. Jika

larutan bersifat asam, maka akan terjadi reaksi:

2CrO42 + 2H+ 2HCrO4 Cr2O72 + H2O

Reaksi ini menyebabkan berkurangnya CrO4, dan mungkin Ksp Ag2CrO4 tidak

akan terlampaui. Jika larutan bersifat basa akan terbentuk endapan AgOH. Untuk

menetralkan larutan yang asam dapat ditambahkan CaCO3 atau NaHCO3. sedangkan untuk

larutan yang basa dapat diatur pHnya dengan menambahkan asam asetat, lalu ditambahkan

CaCO3 yang agak berlebih. Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana indikator cenderung

netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada

reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat.

Kandungan khlorida dalam air kolam ikan hasil analisa adalah 28,36 ppm sehingga

kandungan khlorida pada air ini berada dibawah ketentuan SNI yang sudah ditentukan, yaitu
memiliki batas maksimal khlorida dalam kolam ikan sebesar 300 mg/L (ppm)

berdasarkan SNI 06-6989.22-2004. Hal tersebut memungkinkan kualitas yang baik dari air

kolam untuk ikan.

H. Kesimpulan

Dari hasil analisis penetapan kadar khlorida (Cl-) pada sampel air kolam ikan, kami

dapat menjelaskan kandungan khlorida dalam air, mengetahui metode-metode dalam

penentuan khlorida, dan terampil dalam melakukan analisis kadar Cl- serta kandungan

khlorida dalam sampel sebesar 28,36 ppm.

Standar Baku Air Bersih dan Air Minum

friska amanda14.00 1 komentar

Air yang kita gunakan sehari-hari baik untuk keperluan mandi, mencuci atau MCK haruslah
memenuhi standar baku mutu air bersih. Sedangkan untuk minum harus memenuhi Standar Baku
Air Minum. Air yang terlihat jernih belum tentu bersih dan layak di gunakan. Apabila air yang kita
gunakan telah tercemar maka dapat dipastikan bahwa air tersebut sudah tidak memenuhi syarat air
bersih apalagi untuk diminum. Bagaimana cara kita mengetahui air itu layak konsumsi atau tidaknya
bisa kita lakukan pengecekan di Laboratorium kesehatan. Dalam hal ini pemerintah sudah mengatur
dan menetapkan kriteria air bersih dan air minum dalam keputusan mentri kesehatan.

Air yang akan dicek biasanya terbagi menjadi 3 unsur yaitu Fisika, Kimia dan Mikrobiologi. Uraiannya
sebagai berikut :

Syarat Fisika.

1. Warna. Air yang layak dikonsumsi tidak berwarna (jernih), apabila air berwarna, itu
menandakan air tersebut sudah tercemar oleh banyak kontaminan.

2. Bau. Air yang berbau dapat menjadi indikasi air tersebut tidak layak konsumsi dan telah
tercemar.

3. Rasa. Air normal tidaklah berasa.

4. TDS (Total Disolve Solid). TDS adalah jumlah zat padat yang terlarut dalam air, nilainya
adalah maksimal 1000 utuk air bersih dan 100 untuk air minum.

5. Kekeruhan. Terjadi karena banyak faktor, bisa tercampur oleh tanah, debu, pasir, dan zat
lainnya yang tidak larut dalam air. Air yang baik tidak memiliki nilai kekeruhan.

Syarat Kimia
1. Besi (Fe). Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel
darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang melebihi batas akan menimbulkan
gangguan dalam tubuh, juga dapat berpengaruh pada perabot rumah, keramik, kran air dan
akan menimbulkan warna kuning dan berkarat.

2. Mangan (Mn). Mangan bersifat toksik terhadap organ pernafasan. Standar kualitas
ditetapkan 0,05 0,5 mg/l dalam air. Secara Fisik mangan dapat menimbulkan kerak hitam
pada dinding kolam, ataupun didalam pipa.

3. Kesadahan. Standar kesadahan total adalah 500 mg/l, jika melebihi akan dapat
menimbulkan beberapa resiko seperti : a) mengurangi efektivitas sabun, b) terbentuknya
lapisan kerak putih pada alat dapur, c) kemungkinan terjadi ledakan pada boiler, d)
sumbatan pada pipa air.

4. pH. Adalah nilai tingkat keasaman atau basa dari air. Nilai pH yang normal antara 6 8.
apabila nilah pH kurang dari 6 disebut asam dan sebaliknya jika melebihi 8 disebut basa.

5. Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3). Kadar maksimun yang diperbolehkan untuk Nitrat dan Nitrit
dibagi menjadi 4 kelas air. Nitrat untuk Kelas 1 2 kadar maksimumnya 10 mg/l sedangkan
untuk kelas 3 4 kadar maksimumnya 20 mg/l. Nitrit untuk Kelas 1 3 kadar maksimumnya
0,06 mg/l sedangkan untuk kelas 4 tidak dipersyaratkan.

6. Timbal (Pb). Logam berat yang dapat menjadi penyebab pencemaran air salah satunya
adalah logam timbal (Pb). Air sumur yang tercemar logam timbal (Pb) dapat menimbulkan
adanya risiko bagi kesehatan apabila dikonsumsi. Daya racun timbal yang akut
pada perairan alami menyebabkan hambatan perkembangan mental pada anak, kerusakan
pada ginjal, sistem reproduksi, hati, dan otak, serta sistem syaraf pusat, dan bisa
menyebabkan kematian.

Syarat Mikrobiologi

1. Bakteri coli. Bakteri coliform metupakan grup bakteri Gram negatif berbentuk batang dan
beberapa galur dari bakteri tersebut, terutama Escherichia coil diketahui dapat
mengakibatkan diare pada manusia dan hewan. Dapat juga menyebabkan kematian.
Menurut dua standar nasional yang mengatur kualitas air minum, yaitu SNI 01 3553 - 1996
(Standar Nasional Indonesia) dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta
Peraturan Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002, air minum harus memenuhi
persyaratan tingkat kontaminasi nol untuk keberadaan bakteri coliform ini.

Untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel berikut ini :

Air Minum -> KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002

No Parameter Satuan Persyaratan Teknik Pengujian

FISIKA

1. Bau - tidak berbau Organoleptik


2. Rasa - normal Organoleptik

3. Warna TCU maks.15 Spektrofotometri

4. Total Padatan Terlarut (TDS) mg/l maks. 1000 Gravimetri

5. Kekeruhan NTU maks. 5 Spektrofotometri

o
6. Suhu C Suhu udara 3oC Termometer

KIMIA

7. Besi (Fe) mg/l maks 0.3 AAS

8. Kesadahan sebagai CaCO3 mg/l maks. 500 Titrimetri

9. Klorida (Cl) mg/l maks 250 Argentometri

10. Mangan (Mn) mg/l maks 0.1 AAS

11. pH - 6.5 - 8.5 pH meter

12. Seng (Zn) mg/l maks. 8 AAS

13. Sulfat (SO4) mg/l maks 250 Spektrofotometri

14. Tembaga (Cu) mg/l maks. 1 AAS

15. Klorin (Cl2) mg/l maks. 5 Titrimetri

16. Amonium (NH4) mg/l maks 0.15 Spektrofotometri (Nesler)

KIMIA ANORGANIK

17. Arsen (As) mg/l maks. 0.01 AAS

18. Fluorida (F) mg/l maks 1.5 Spektrofotometri

19. Krom heksavalen (Cr6+) mg/l maks 0.05 AAS

20. Kadnium (Cd) mg/l maks. 0.003 AAS

21. Nitrat (NO3) mg/l maks 50 Spektrofotometri (Brusin)

22. Nitrit (NO2) mg/l maks 3 Spektrofotometri (NED)

23. Sianida (CN) mg/l maks 0.07 Destilasi

24. Timbal (Pb) mg/l maks. 0.01 AAS


25. Raksa (Hg) mg/l maks 0.001 AAS

MIKROBIOLOGI

24. E. Coli APM/100ml negatif MPN

25. Total Bakteri Koliform APM/100ml negatif MPN

Air Bersih Permenkes No. 416/Men. Kes/Per./IX/1990

No. Parameter Satuan Standar Teknik Pengujian

A. FISIKA

1. Bau - - Organoleptik

2. Jumlah Zat Padat Terlarut mg/l 1.500 Gravimetri

3. Kekeruhan NTU 25 Spektrofotometri

4. Rasa - - Organoleptik

o
5. Suhu C Suhu udara 1-30C Temometer

6. Warna TCU 50 Spektrofotometri

B. KIMIA

a. Kimia Anorganik

1. Air Raksa (Hg) mg/l 0.001 AAS

2. Arsen (As) mg/l 0.05 AAS

3. Besi (Fe) mg/l 1.0 AAS

4. Fluorida (F) mg/l 1.5 Spektrofotometri

5. Kadmium (Cd) mg/l 0.005 AAS

6. Kesadahan sebagai CaCO3 mg/l 500 Titrimetri

7. Klorida (Cl-) mg/l 600 Argentometri

8. Kromium, valensi 6 (Cr6+) mg/l 0.05 AAS


9. Mangan (Mn) mg/l 0.5 AAS

10. Nitrat (NO3) mg/l 10 Spektrofotometri (Brusin)

11. Nitrit (NO2) mg/l 1.0 Spektrofotometri


(Nesler)

12. pH - 6.5-9.0 pH meter

13. Selenium (Se) mg/l 0.01 -

14. Seng (Zn) mg/l 15 AAS

15. Sianida (CN) mg/l 0.1 Destilasi

16. Sulfat (SO4) mg/l 400 Spektrofotometri

17. Timbal (Pb) mg/l 0.05 AAS

b. Kimia Organik

1. Detergent mg/l 0.50 Spektrofotometri

2. Zat Organik mg/l 10.00 Gravimetri

3. Pestisida Gol. Organo Fosfat mg/l 0.00 -

4. Pestisida Gol. Organo Klorida mg/l 0.00 -

5. Pestisida Gol. Organo Karbamat mg/l 0.00 -

C. MIKROBIOLOGIK

1. MPN (Golongan Coliform) Per 100 ml 50 MPN

Share:

Anda mungkin juga menyukai