REACTIONS
Oleh:
PASCASARJANA
2019
5.9 DEHIDRASI ALKOHOL
Pada dehidrasi alkohol, H dan OH lepas dari atom karbon terdekatnya. Katalis asam
Pada alkohol lainnya berlaku hal yang sama. Alkohol sekunder mengalami eliminasi pada
Dan alkohol tersier mengalami eliminasi pada suhu yang lebih rendah daripada alkohol
sekunder,
Asam sulfat (H2SO4) dan asam pospat (H3PO4) merupakan asam yang paling banyak
digunakan dalam dehidrasi alkohol. Kalium hidrogen sulfat (KHSO4) juga sering digunakan.
5.10 REGIOSELEKTIVITAS DALAM DEHIDRASI ALKOHOL: ATURAN
ZAITSEV
Pada contoh sebelumya, termasuk pada problem 5.12, hanya satu alkena yang bisa dibentuk
dari setiap alkohol oleh eliminasi β. Bagaimana dengan eliminasi pada alkohol seperti 2-
metil-2-butanol, dimana dehidrasi bisa terjadi pada dua arah yang berbeda untuk
membentuk alkena yang merupakan isomer konstitusional? Disini, ikatan rangkap bisa
terjadi antara C-1 dan C-2 atau C-2 dan C-3. Kedua proses terjadi tapi tidak sama persis.
Dalam kondisi reaksi normal, 2-metil-2-butena merupakan produk besarnya, dan 2-metil-
Dehidrasi alkohol ini selektif dalam hal arahnya. Eliminasi terjadi pada arah yang
mengarah pada ikatan rangkap antara C-2 dan C-3 lebih banyak daripada C-2 dan C-1.
Reaksi yang bia terjadi lebih dari satu arah, tetapi salah satu arah lebih disukai, dinamakan
regioselektivitas.
Pada tahun 1875, Alexander M. Zaitsev dari Universitas Kazan (Rusia) mengemukaan
merangkum hasil dari beberapa percobaan dimana campuran alkena dihasilkan dari
eliminasi β. Aturan Zaitsev berbunyi alkena yang terbentuk dalam jumlah yang paling
besar adalah yang sesuai dengan pelepasan hidrogen dari karbon β yang memiliki
Aturan Zaitsev diaplikasikan pada dehidrasi katalis asam dari alkohol yang sekarang
lebih sering diungkapan dalam cara yang berbeda: reaksi eliminasi β dari alkohol
menghasilkan alkena yang tersubtitusi paling banyak sebagai produk utama. Sebagaimana
yang dibahas pada bagian 5.6, alkena yang paling tersubtitusi biasanya juga yang paling
stabil. Aturan Zaitsev seringkali juga diungkapkan sebagai preferensi untuk pembentuan
Reaksi stereoselektivitas merupakan bahan baku tunggal yang bisa menghasilkan dua atau
lebih produk stereoisomer, namun memberikan salah satu jumlah yang lebih banyak
Dehidrasi alkohol dan konversi alkohol menjadi alkil halida melalui perlakuan dengan
hidrogen halida (bagian 4.8) sama dengan dua cara penting berikut ini:
2. Reaktivitas relatif alkohol menurun dalam urutan tersier > sekunder > primer
pada dehidrasi alkohol, sama dengan konversi alkohol ke alkil halida. Gambar 5.6
menggambarkan tiga langkah mekanisme untuk dehidrasi katalis asam sulfat dari tert-butil
yang sama dengan pembentukannya sebagai zat antara pada rekasi tert-butil alkohol dengan
hidrogen klorida. Langkah pada gambar 5.6, merupakan langkah dimana ikatan rangkap
dibentuk.
Bronsted, mentransfer proton ke basa Bronsted (air). Hal ini merupakan sifat karbokation
yang palimng penting untuk reaksi eliminasi. Karbokation merupakan asam kuat dan
bertindak sebagai asam konjugat dari alkena serta mudah kehilangan proton untuk
membentuk alkena. Bahkan basa lemah seperti air cukup mendasar untuk abstrak proton
dari karbokation.
PROBLEM 5.15 Tulislah rumus stuktur karbokation intermediet yang dibentuk pada
dehidrasi dari masing-masing alkohol dalam problem 5.13 (bagian 5.10). gunakan tanda
Air dapat melepaskan proton baik dari C-1 ataupun C-3 dari karbokation tersebut. Pelepasan
proton dari C-1 menghasilkan produk 2,3-dimetil-1-butene yang berjumlah sedikit. (alkena
membutuhkan terlalu besar energi untuk menjadi intermediet pada kebanyakan reaksi kimia.
Jika alkohol primer tidak membentuk karbokation primer, lalu bagaimana mereka
menawarkan penjelasan yang masuk akal. Untuk alkohol primer diyakini bahwa proton
lepas dari ion alkiloksonium pada tahap yang sama dimana pembelahan ikatan karbon-
oksigen terjadi. Sebagai contoh, tahap penentuan laju pada dehidrasi katalis asam sulfat dari
karbokation intermediet.
Pada bab 4 kamu belajar bahwa karbokatiob bisa ditangkap oleh anion halida
menghasilkan alkil halida, pada bab ini, jenis reaksi karbokation kedua telah dikenalkan-
karbokation bisa melepaskan proton membentuk alkena. Pada bagian selanjutnya, aspek
ketiga dari perilaku karbokation akan diejlaskan, penyusunan kembali satu karbokation ke
yang lain.
5.13 PENATAAN ULANG PADA DEHIDRASI ALKOHOL
Beberapa alkohol mengalami dehidrasi untuk menghasilkan alkena yang memiliki
kerangka karbon yang berbeda dari alkohol awal. Tidak hanya eliminasi yang terjadi, namun
susunan atom dalam alkena berbeda dengan alkohol. Sebuah penataan ulang dikatakan telah
terjadi. Contoh dehidrasi alkohol yang disertai penataan ulang adalah 3,3-dimetil-2-butanol.
Ini adalah salah satu dari banyak eksperimen yang dilakukan oleh F. C. Whitmore dan
murid-muridnya di Pennsylvania State University pada tahun 1930an sebagai bagian dari
studi umum tentang reaksi penataan ulang.
Campuran tiga alkena yang dihasilkan 80%, dengan komposisi yang ditunjukkan. Alkena
yang memiliki kerangka karbon yang sama dengan alkohol awal, 3,3-dimetil-1- butena,
hanya terdiri dari 3% campuran alkena. Dua alkena memiliki jumlah paling besar, 2,3-
dimetil-2-butena dan 2,3-dimetil-1-butena, keduanya memiliki kerangka karbon berbeda
dengan alkohol awal.
Selanjutnya diusulkan bahwa penataan ulang kerangka karbon terjadi dalam tahap
terpisah setelah pembentukan karbokation. Begitu alkohol diubah menjadi karbokation yang
sesuai, karbokation tersebut bisa kehilangan proton untuk menghasilkan alkena yang
memiliki kerangka karbon yang sama atau mengatur ulang karbokation yang berbeda,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.7. Alkena yang disusun kembali timbul akibat
hilangnya proton dari karbokation yang telah diatur ulang.
Mengapa karbokation menata ulang? Jawabannya mudah sekali, kita ingat bahwa
karbokation tersier lebih stabil daripada karbokation sekunder (Bagian 4.10). Demikian,
penataan kembali sekunder ke karbokation tersier sangat menguntungkan. Seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.7, karbokation yang terbentuk pertama kali dalam dehidrasi 3,3-
dimetil-2-butanol bersifat sekunder; karbokation yang disusun ulang tersier. Penyusunan
kembali terjadi, dan hampir semua produk alkena berasal dari karbokation tersier.
Bagaimana karbokation mengatur ulang? Untuk memahami hal ini kita perlu
meneliti secara struktural perubahan yang terjadi pada keadaan transisi. Sekali lagi mengacu
pada awal (sekunder) karbokation intermediate dalam dehidrasi 3,3-dimetil-2-butanol,
penataan ulang terjadi ketika gugus metil bergeser dari C-3 ke karbon bermuatan positif.
Gugus metil berpindah dengan sepasang elektron yang membentuk ikatan σ ke C-3. Pada
notasi panah melengkung metal berpindah tempat, tanda panah menunjukkan pergerakan
gugus metil dan elektron pada ikatan σ.
Pada keadaan transisi untuk penataan ulang, gugus metil sebagian terikat baik di titik asalnya
dan di karbon yang akan menjadi tujuannya.
Penataan ulang ini ditunjukkan dalam istilah orbital pada Gambar 5.8. Orbital yang
relevan dari karbokation sekunder ditunjukkan dalam struktur (a), keadaan transisi untuk
penataan ulang (b), dan karbokation tersier (c). Delokalisasi elektron dari ikatan σ C CH3
ke orbital p kosong dari karbon bermuatan positif oleh hyperconjugation terdapat pada (a)
dan (c), tidak memerlukan energi aktivasi, dan menstabilkan setiap karbokation.
Perpindahan atom dari gugus metil, terjadi hanya jika energi yang cukup diserap oleh (a)
untuk mencapai keadaan transisi (b). Energi aktivasi rendah, dan penataan ulang karbokation
biasanya cukup cepat.
Gambar 5.7 Karbokation yang terbentuk pertama dari 3,3-dimetil-2-butanol adalah sekunder dan
menata ulang menjadi karbokation tersier yang lebih stabil oleh perpindahan metal. Sebagian besar
produk alkena terbentuk dengan cara karbokation tersier.
Gambar 5.8 Representasi orbital perpindahan metil pada kation 1,2,2-trimethilpropil. Struktur
(a) karbokation sekunder; (b) keadaan transisi untuk perpindahan metil; (c) karbokation tersier
DAFTAR PUSTAKA
Carey, Francis A. 2000. Organic Chemistry Fourth Edition. North America: McGraw-Hill
Companies.