Anda di halaman 1dari 8

TEORI IKATAN VALENSI (HIBRIDISASI)

Mulyadi S.Si.,M.Si.

OLEH :

1. SERNA HAMID 032911125


2. LANI SAMAN 032911096
3. DWI INTAN HUMAIS 032911006
4. ABDUL WAHAB 032911001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2013

TEORI HIBRIDISASI

Hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital


hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-
orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari
sebuah molekul.

Hibridisasi adalah penggabungan orbital atom sederhana untuk menghasilkan orbital-


orbital (hibrida) baru. Hibridisasi juga dapat diartikan sebagai peleburan orbital-orbital dari
tingkat energi yang berbeda menjadi orbital-orbital yang setingkat. Pembentukan orbital hibrid
melalui proses hibridisasi adalah sebagai berikut :

1. Salah satu elektron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang lebih tinggi tingkat
energinya sehingga jumlah elektron yang tidak berpasangan sama dengan jumlah ikatan
yang akan terbentuk. Atom yang sedemikian disebut dalam keadaan tereksitasi.
2. Penggabungan orbital mengakibatkan kerapatan elektron lebih besar di daerah orbital hibrid.
3. Terjadi tumpang tindih orbital hibrid dengan orbital atom lain sehingga membentuk ikatan
kovalen atau kovalen koordinasi.

Hibridisasi sp3

Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom.
Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedral (seperti metana, CH4), maka karbon
haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen.
Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebih mudah dilihat:

(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s dan orbital 2s
berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p). Teori ikatan valensi memprediksikan,
berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua
ikatan kovalen yaitu CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif (lihat pula:
karbena), sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4.
Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan dalam CH4.
Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara teori mengijinkan empat ikatan dan sesuai
dengan teori ikatan valensi (adalah benar untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan
CH4 yang memiliki energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan aras tumpang tindih orbital.
Gagasan ini telah dibuktikan salah secara eksperimen, setiap hidrogen pada CH4 dapat
dilepaskan dari karbon dengan energi yang sama. Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4
ini, maka teori hibridisasi digunakan. Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau
lebih) elektron:
Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu elektron valensi
karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke orbital 2p. Hal ini
meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron valensi dengan meningkatkan
potensial inti efektif. Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru
yang dikenal sebagai orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang berikatan dengan empat
hidrogen, orbital 2s (orbital inti hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan) "bergabung" dengan
tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3 (dibaca s-p-tiga) menjadi

Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s hidrogen,
menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan kuat ikat yang sama,
sehingga sesuai dengan pengamatan.
Karbon sebagai anion C4. Dalam hal ini, semua orbital karbon terisi:

Jika kita menrekombinasi orbital-orbital ini dengan orbital-s 4 hidrogen (4 proton, H+)
dan mengijinkan pemisahan maksimum antara 4 hidrogen (yakni tetrahedal), maka kita bisa
melihat bahwa pada setiap orientasi orbital-orbital p, sebuah hidrogen tunggal akan bertumpang
tindih sebesar 25% dengan orbital-s C dan 75% dengan tiga orbital-p C. HaL ini sama dengan
persentase relatif antara s dan p dari orbital hibrid sp3 (25% s dan 75% p).
Menurut teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi metana seharusnya memiliki tingkat
energi yang sama, namun spektrum fotoelekronnya [3] menunjukkan bahwa terdapat dua pita,
satu pada 12,7 eV (satu pasangan elektron) dan saty pada 23 eV (tiga pasangan elektron).
Ketidakkonsistenan ini dapat dijelaskan apabila kita menganggap adanya penggabungan orbital
tambahan yang terjadi ketika orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4 orbital hidrogen.

Hibridisasi sp2
Senyawa karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti yang dijelaskan pada
metana. Misalnya etilena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap dua di antara karbon-karbonnya.
Struktur Kekule metilena akan tampak seperti:

Karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena orbtial-orbital hibrid hanya akan
membentuk ikatan sigma dan satu ikatan pi seperti yang disyaratkan untuk ikatan rangkap dua di
antara karbon-karbon. Ikatan hidrogen-karbon memiliki panjang dan kuat ikat yang sama. Hal ini
sesuai dengan data percobaan. Dalam hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua
orbital 2p:

Membentuk 3 orbital sp2 dengan satu orbital p tersisa. Dalam etilena, dua atom karbon
membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang tindih dengan dua orbital sp2 karbon
lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen dengan hidrogen dengan tumpang
tindih s-sp2 yang bersudut 120. Ikatan pi antara atom karbon tegak lurus dengan bidang
molekul dan dibentuk oleh tumpang tindih 2p-2p (namun, ikatan pi boleh terjadi maupun tidak).
Jumlah huruf p tidaklah seperlunya terbatas pada bilangan bulat, yakni hibridisasi seperti sp2.5
juga dapat terjadi. Dalam kasus ini, geometri orbital terdistorsi dari yang seharusnya. Sebagai
contoh, seperti yang dinyatakan dalam kaidah Bent, sebuah ikatan cenderung untuk memiliki
huruf-p yang lebih banyak ketika ditujukan ke substituen yang lebih elektronegatif.

Hibridisasi sp

Ikatan kimia dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga dijelaskan dengan
hibridisasi sp.

Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu orbital-p, menghasilkan dua
orbital sp dan menyisakan dua orbital p. Ikatan kimia dalam asetilena (etuna) terdiri dari
tumpang tindih sp-sp antara dua atom karbon membentuk ikatan sigma, dan dua ikatan pi
tambahan yang dibentuk oleh tumpang tindih p-p. Setiap karbon juga berikatan dengan hidrogen
dengan tumpang tindih s-sp bersudut 180.

Jumlah orbital hibrida (hasil hibridisasi) sama dengan jumlah orbital yang terlihat pada
hibridasi itu.
Pengaruh hibridisasi pada panjang ikatan. Orbital 2s mempunyai energi lebih rendah
daripada orbital 2p. Secara rata-rata, elektron 2s lebih dekat ke inti daripada elektron 2p. Dengan
alsan ini, orbital hibrida dengan proporsi karakter s yang lebih besar mempunyai energi yang
lebih rendah dan berada lebih dekat ke inti daripada orbital hibrida yang kurang karakter s-nya.

Suatu orbital hibrida sp adalah setengah s dan setengah p, sehingga dapat dikatakan bahwa
orbital sp mempunyai 50% karakter s dan 50% karakter p. Pada contoh yang lain adalah sp3 yang
hanya mempunyai seperempat atau 25% karakter s.
Karena orbital sp mengandung lebih banyak karakter s, maka lebih banyak dekat ke
intinya, membentuk ikatan yang lebih pendek dan lebih kuat daripada orbital sp3. Orbital sp2
adalah perantara antara sp dan sp3 dalam karakter s-nya dan dalam panjang dan kekuatan ikatan
yang dibentuknya.
Tabel di atas menunjukkan bahwa perbedaan panjang ikatan antara tiga jenis ikatan C-C
dan C-H. Perhatikan bahwa ikatan sp-s CH dalam CHCH adalah yang tependek, sedangkan
ikatan sp3-s CH adalah yang terpanjang. Variasi lebih luas dalam ikatan C-C karena panjang
ikatan ini dipengaruhi oleh banyaknya ikatan yang menggabungkan atom karbon maupun oleh
hibidisasi dari atom karbon.

Anda mungkin juga menyukai