Judul Percobaan
: Entropi Sistem
B. Hari/ Tanggal Percobaan : Senin/ 3 April 2016
C. Tujuan Percobaan
:
Mempelajari perubahan entropi sistem pada beberapa reaksi.
D. Kajian Teori
Wujud zat digolongkan ke dalam tiga macam yaitu padat, cair dan gas.
Keteraturan susunan partikel ketiga macam zat tersebut secara berturut-turut adalah
padat > cair > gas. Ukuran ketidak teraturan suatu sistem dinyatakan dengan entropi
(S). Artinya untuk zat padat paling teratur sedangkan zat cair kurang teratur dan gas
paling tidak teratur.
Qrev
T
Proses tak reversibel adalah proses spontan sehingga proses ini disertai dengan
kenaikan entropi. Sedangkan proses reversibel adalah proses perubahan yang sangat
seimbang.
Proses
reversibel
tidak
menghasilkan
entropi,
melainkan
hanya
Qrev
T
semesta
berlangsung
2. Jika S sistem +
berlangsung
3. Jika S sistem +
seimbang
Hubungan entropi dengan suhu
Pada mulanya, untuk perubahan entropi dirumuskan sebagai dS = dq / T.
Untuk perubahan yang kecil, maka dS = dqreversibel/ T diintegralkan .
ds=
S=
dq reversibel
T
dq reversibel
nCdT
=
T
T
S=
T1
T
nCdT
=n Cp ln 2
T
T1
S=n Cp ln
T2
T1
bergantung pada proses yang terjadi Jika tertekan tetap menggunakan Cp, jika
volume tetap menggunakan Cv
Perubahan entropi dan entalpi
Jika reaksi kimia berlangsung dalam sistem dengan perubahan entalpi
H ,
S=
Qrev
T
S=
H
T
H= S X T
Untuk proses isotermik
(T2 > T1), sehingga
endotermik,
S produk
S pereaksi
( T ) P=
T
T
P
P
CP
T
) (
NaOH padat
KNO3 padat
Larutan HCl
NH4Cl
Aquades
Logam Mg
Ba(OH)2
F. Alur Percobaan
10 ml air
3 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
sendok spatula
sendok spatula
5 mL
sendok spatula
20 mL
2 potong
1 sendok spatula
:
10 ml air
T2
5 mL larutan HCl
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
diukur dan dicatat suhunya (T1)
T1
ditambahkan beberapa potong logam Mg
dikocok hingga semua larut dan diukur T2
T2
G. Hasil Pengamatan
H.
No
.
M.
I.
N.
Prosedur Percobaan
10 ml air
1.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
diukur dan dicatat suhunya (T1)
J.
Hasil Pengamatan
O. Sebelum :
Dugaan/Reaksi
V. NaOH(s) +
L.
X.
Kesimpulan
Reaksi yang terjadi
H2O(l)
NaOH(aq) +
P. Sesudah :
H2O(l)
T1
Q. Air + NaOH:
ditambahkan NaOH
dikocok hingga semua larut dan diukur T2
T2
K.
W.
kenaikan suhu:
Larutan tidak
Y. T1 = 31oC ke T2 =
berwarna
R. T1 = 31oC
S. T2 = 43oC
T. Massa NaOH =
0,6824 g
U.
43oC
Z.
S=0,0497 J K 1
AA.
H=15,7052 J
AB.
T2 > T1
AC. AD.
10 ml air
2.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
diukur dan dicatat suhunya (T1)
AE.
AK.
KNO3(s)
AM.
Terjadi penurunan
+ H2O(l)
KOH(aq) +
AF.Sesudah :
HNO3(aq)
T1
AG.
ditambahkan KNO3
dikocok hingga semua larut dan diukur T2
T2
Sebelum :
Air +
KNO3: Larutan
dari suhu:
AL.
AN.
tidak berwarna
AH.
T1 = 31oC ke
T2 = 28oC
T1 = 31oC
AO.
AI. T2 = 28 C
S=6,6456 x 10 J K
AT. Sebelum :
5 mL larutan HCl
2HCl(aq
AP.
H=2,0032 J
BB.
AQ. T2 < T1
Reaksi yang terjadi
) + Mg(s)
MgCl2(aq) +
berwarna
Logam Mg : serbuk
H2(g)
hitam
AU.
Sesudah :
T1
ditambahkan beberapa potong logam Mg AV.HCl+logam Mg:
dikocok hingga semua larut dan diukur T2
lar. tidak berwarna
+ ada gelembung
T2
AZ.
gas
kenaikan suhu:
BA.
BC.
T1 = 32oC ke
T2 = 33oC
BD.
6
S=5,1325 x 10 J K
BE.
AW.
T1 = 32oC
AX.
T2 = 33oC
BF.
T2 > T1
AY.Massa NaOH =
0,0005 g
BG. BH.
BV.
Sebelum :
Ba(OH)2 padat BI.
1 sendok spatula + sendok spatula NH4Cl
4.
Ba(OH)2 padat : putih
BJ.
NH4Cl padat : putih
BK.
dimasukkan
film
BL. ke dalam kotak plastik tempat roll
BW.
Sesudah :
BM.
diukur dan dicatat suhunya (T1)
BX.
Ba(OH)2(s)
BN.
BO.
+NH4Cl(s) :
BP. T1
terbentuk padatan
BQ.
BR. T1
lengket dan bau
BS.
menyengat (bau
BT.
ditutup
kotak plastik
BU.
amoniak)
dikocok sampai tercampur sempurna
dibuka dan dicium bau gas
BY.
T1 = 31oC
diukur T2
BZ.
T = 32oC
2
T2
CA.
Massa
NaOH = 0,0862 g
CC.
Ba(OH)2
CJ.
(s) + 2NH4Cl(s)
BaCl2(s) +
2NH3(g) +
2H2O(l)
kenaikan suhu:
CD.
T2 = 32oC
CE.
CF.
CG.
CL.
4
S=1,9919 x 10 J K
CH.
CI.
T1 = 31oC ke
CK.
CM.
H=0,0607 J
CN.
T2 > T1
CB.
CO.
CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
CV.
CW.
CX.
CY.
pada beberapa reaksi. Pada percobaan ini terdapat 4 percobaan entropi sistem dalam
reaksi antara air dan NaOH, air dan KNO3, HCl dan logam Mg, Ba(OH)2 dan NH4Cl.
DA. Percobaan pertama yaitu untuk mengetahui perubahan entropi sistem
pada reaksi antara air dan NaOH. Langkah pertama yaitu dengan cara memasukkan 10
ml air kedalam tabung reaksi, kemudian diukur suhunya sebagai suhu awal T1 sebesar
31 0C. Setelah itu, ditambahkan 0,6824 gram padatan NaOH berwarna putih
berbentuk butiran. Lalu dikocok hingga semua NaOH larut sempurna dan
menghasilkan larutan jernih tak berwarna. Persamaan reaksinya :
DB. NaOH (s) + H2O(l) NaOH (aq)
DC. Kemudian larutan ini diukur suhunya sebagai T2 sebesar 43 0C. Disini
air dan NaOH berlaku sebagai sistem. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui
bahwa reaksi antara air dan padatan NaOH merupakan reaksi eksoterm yang ditandai
dengan kenaikan suhu sistem sebesar 12C serta dinding tabung yang terasa panas
ketika dipegang, sehingga reaksi ini memiliki entalpi negatif (H = -) sebesar
-15,7052 Joule. Padatan NaOH larut dalam air, hal ini menunjukkan terjadi perubahan
entropi sebesar 0,0497 (S = +) karena adanya peningkatan ketidakaturan artinya,
reaksi merupakan reaksi reversibel dan spontan atau dapat langsung bereaksi pada
tekanan tetap. Peningkatan ketidakteraturan juga terlihat secara makroskopis melalui
perubahan fasa padat yang memiliki sistem yang teratur menjadi fasa cair yang
memiliki sistem kurang teratur.
DD. Selanjutnya yaitu untuk mengetahui perubahan entropi sistem pada
reaksi antara air dan KNO3 dengan cara memasukkan 10 ml air kedalam tabung
reaksi, kemudian diukur suhunya sebagai suhu awal T1 sebesar 31 0C. Setelah itu,
ditambahkan 0,8968 gram serbuk KNO3 berwarna putih. Lalu dikocok hingga
semuanya larut dan menghasilkan larutan jernih tak berwarna. Reaksinya adalah :
DF.
DE.
KNO3 (s) + H2O(l) KNO3 (aq)
Larutan hasil reaksi ini diukur suhunya sebagai T 2 sebesar 28
C. Sistem dari reaksi ini adalah air dan KNO 3. Berdasarkan hasil pengamatan
dapat diketahui bahwa reaksi antara air dan serbuk KNO 3 merupakan reaksi
endoterm yang ditandai dengan penurunan suhu sistem sebesar 3C serta dinding
tabung yang terasa dingin ketika dipegang, sehingga reaksi ini memiliki entalpi
positif (H = +) sebesar 2,0032 Joule. Serbuk KNO 3 larut dalam air, hal ini
Ba(OH)2 (s) + 2NH4Cl (s) BaCl2 (s) + 2NH3 (g) +H2O (l)
DM.
Menjawab Pertanyaan
Soal
EX.
1. Berdasarkan data percobaan, tentukan perubahan entropi secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Deskripsikan hasil analisis saudara.
EY.Jawab:
EZ.
FA.
FB.
Terjadi kenaikan entropi karena terjadi perubahan dari fasa padat (NaOH
padat) ke fasa cair (larutan NaOH) sehingga tingkat ketidakteraturan semakin tinggi
dan entropinya semakin besar.
FC.
Kuantitatif :
FD.
Terjadi kenaikan suhu dari 31oC menjadi 43oC sehingga entropi dapat dihitung
secara kuantitatif sebagai berikut :
FE.
T1 : 310C = 304 K
T2 : 430C = 316 K
FF.
FG.
FH.
FI.
FL.
FJ.
Ditanya : S dan H ? :
FK.
Dijawab :
mol NaOH =
FM.
FN.
FO.
FP.
FQ.
S=mol NaOH x Cp x ln
J
316
x ln
K
304
0,01706 x 75,291
J
x 0,0387
K
0,0497 J / K
H= S . T 2
0,6824 gram
=0,01706 mol
40 gram/mol
T2
T1
J
316 K
K x ln
mol
304 K
0,01706 x 75,291
FR.
FS.
massa NaOH
Mr NaOH
FT.
0,0497
FU.
J
x 316 K
K
15,7052 J
FV.
FW.
FX.
Tabung 2 : H2O dan KNO3 padat
FY.
Kualitatif :
FZ.
Terjadi kenaikan entropi karena terjadi perubahan dari fasa padat (KNO3
padat) ke fasa cair (larutan KNO3) sehingga tingkat ketidakteraturan semakin tinggi
dan entropinya semakin besar.
GA. Kuantitatif :
GB. Terjadi penurunan suhu dari 31oC menjadi 28oC sehingga entropi dapat
dihitung secara kuantitatif sebagai berikut :
GC.
Diketahui :
GD.
T1 : 310C = 304 K
GE.
T2 : 280C = 301 K
GF.
GG.
GH.
GI.
Ditanya : S dan H ? :
GK.
Dijawab :
GL.
mol KNO3 =
massa KN O3
Mr KN O3
0,8968 gram
=0,00887 mol
101 gram/mol
GM.
S=mol KN O3 x Cp x ln
T2
T1
GN.
GO.
GP.
GQ.
J
301 K
K x ln
mol
304 K
0,00887 x 75,291
J
301
x ln
K
304
0,00887 x 75,291
J
x (9,917 x 103)
K
6,6456 J / K
GR.
GS.
H= S . T 2
GT.
6,6456
GU.
2,0032 J
GV.
GW.
GX.
GY.
J
x 301 K
K
ke fasa cair (larutan MgCl2) sehingga tingkat ketidakteraturan semakin tinggi dan
entropinya semakin besar.
GZ. Kuantitatif :
HA. Terjadi kenaikan suhu dari 32oC menjadi 33oC sehingga entropi dapat dihitung
secara kuantitatif sebagai berikut :
HB.
T1 : 320C = 305 K
HC.
T2 : 330C = 306 K
HD.
HE.
Mr Mg : 24 gram/mol
HF.
HG.
Ditanya : S dan H ? :
HH.
Dijawab :
HI.
Mg(s) + 2HCl(aq)
HJ.
mol Mg =
MgCl2(aq) + H2(g)
massa Mg
Mr Mg
0,0005 gram
=2,0833 x 105 mol
24 gram/mol
HK.
HL.
Mg(s)
HM.
2HCl(aq)
5
2,0833 x 10 mol
HN. R
MgCl2(aq)
5x10-4 mol
+
-
2,5x10-5 mol
4,75x10-4 mol
2,0833 x 10 mol
0
5
2,0833 x 10 mol
HP.
S=MgC l 2 mol x Cp x ln
HQ.
T2
T1
HR.
1,568 x 10
HS.
J
x
K
J
306 K
K x ln
mol
305 K
( 3,2733 x 103 )
5,1325 J /K
HT.
HU.
H= S . T 2
HV.
5,1325
HW.
HX.
HY.
HZ.
J
x 306 K
K
1,5705 J
H2(g)
-
IA.
IB.
Kualitatif :
Terjadi kenaikan entropi karena terjadi perubahan dari fasa padat (Ba(OH) 2 +
NH4OH) ke fasa gas (gas amoniak) sehingga tingkat ketidakteraturan semakin tinggi
dan entropinya semakin besar.
IC.
Kuantitatif :
ID.
Terjadi kenaikan suhu dari 31oC menjadi 32oC sehingga entropi dapat dihitung
secara kuantitatif sebagai berikut :
IE.
massa Ba(OH)2 = 0,0693 gram
IF.
Mr Ba(OH)2 = 171 gram/ mol
IG.
massa NH4Cl = 0,0232 gram
IH.
Mr NH4Cl = 53,4 gram/ mol
II.
T1 = 310 C = 304 K
IJ.
T2 = 320 C = 305 K
IK.
Cp = 75, 291 J/ mol.K
massa Ba(OH) 2 0,0693 gram
=
mol Ba(OH)2 = Mr Ba(OH)2
171 gram/mol = 0,00040 mol
massa NH 4 Cl 0,0232 gram
=
Mr NH4 Cl
53,4 gram/mol = 0,00043 mol
mol NH4Cl =
Persamaan reaksi :
Ba(OH)2 (s) + 2 NH4Cl (s) BaCl2 (s) + 2NH3 (g) + 2H2O (l)
IL.
IM.
m:
0,00040
0,00043
IN.
r :
0,000215
0,00043
0,000215 0,00043
0,00043
IO.
s :
0,000185
0,000215
0,00043
IP.
(1)
S = mol BaCl2 x Cp x ln
IQ.
IR.
T2
T1
IS.
IT.
IU.
= 4,728 x 10-5J/K
(2)
H = - S x
T2
10-3 )
305 K
304 K
0,00043
IV.
IW.
IX.
IY.
IZ.
JA.
JB.
JC.
JD.
JE.
JF.
2. Percobaan 1
Tabung 1 (reaksi antara NaOH padat dengan H2O) terjadi kenaikan suhu dari
31oC menjadi 43oC sehingga diperoleh nilai S = 0,0497 J/K dan H =-15,7052
JG.
JH.
JI.
JJ.
JK.
JL.
JM.
Percobaan 2
Reaksi antara Ba(OH)2 padat dan NH4Cl padat terjadi penurunan suhu dari
31oC menjadi 32oC sehingga diperoleh nilai S =1,9919 x 10-4J/K dan H =
-0,0607 J reaksi pada percobaan ini merupakan reaksi Eksoterm.
JN.
JO.
JP.
JQ.
JR.
JS.
JT.
JU.
JV.
JW.
JX. Daftar Pustaka
JY.
JZ.
KA.Alonson, M., & Finn, E. J. (1990). Dasar-Dasar Fisika Universitas (Kedua ed.).
Jakarta: Erlangga.
KB. Atkins, P. W. (1990). Kimia Fisika (Keempat ed.). Jakarta: Erlangga.
KC. Bahl, A., & dkk. (1999). Essentials Of Physical Chemistry. Chandigarh: S. Chand.
KD.Dixon, S. L. (1986). Mekanika Fluida: Termodinamika Mesin Turbo. Jakarta: UIPress.
KE. Liapril,
J.
(2012).
Entropi
Sistem.
Retrieved
Maret
23,
2016,
from
https://www.scribd.com
KF. Reynolds, W. C., & Perkins, H. C. (1996). Termodinamika Teknik (Kedua ed.).
Jakarta: Erlangga.
KG.Rohman, I., & Mulyani, S. (2004). Kimia Fisika I. Bandung: IMSTEP UPI.
KH.Rusli, R. H. (2008). Termodinamika Proses Material. Jakarta: UI-Press.
KI. Tjahjani, S., & dkk. (2013). Petunjuk Praktikum Kimi Fisika II. Surabaya: FMIPA
UNESA.
KJ. Wiryoatmojo, S. (1988). Kimia Fisika I. Jakarta: DEBDIKBUD.
KK.
KL.
KM.
KN.
KO.
KP.
KQ.
KR.
KS.
KT.
KU.
KV.
KW.
KX.
KY.
KZ.
LA.
LB.
LC.
LD.
LE.
LF.