Anda di halaman 1dari 21

A.

Judul Percobaan
: Entropi Sistem
B. Hari/ Tanggal Percobaan : Senin/ 3 April 2016
C. Tujuan Percobaan
:
Mempelajari perubahan entropi sistem pada beberapa reaksi.
D. Kajian Teori

Wujud zat digolongkan ke dalam tiga macam yaitu padat, cair dan gas.
Keteraturan susunan partikel ketiga macam zat tersebut secara berturut-turut adalah
padat > cair > gas. Ukuran ketidak teraturan suatu sistem dinyatakan dengan entropi
(S). Artinya untuk zat padat paling teratur sedangkan zat cair kurang teratur dan gas
paling tidak teratur.

Gambar 1 : Besar entropi pada zat padat, cair dan gas

S(g) >S(l) >S(s)


Ukuran ketidakteraturan suatu sistem dinyatakan dengan entropi yang diberi
lambang S. Kita hanya dapat mengukur nilai perubahan ketidakteraturannya saja yang
bisa dilambangkan dengan (

). Perubahan entropi suatu sistem ( S) dapat

ditentukan secara kualitatif maupun kuantitatif.


Entropi adalah besaran termodinamika yang menyertai perubahan setiap keadaan,
dari keadaan awal sampai akhir sistem. Suatu sisitem yang memiliki energi entropi
tinggi berarti sistem tersebut makin tidak teratur. Sebaliknya, jika suhu diturunkan gas
akan bergerak lebih teratur. Proses-proses transisi yang berlangsung pada suhu dan
tekanan tetap umumnya berlangsung reversibel. Dapat ditulis :
S=

Qrev
T

Proses tak reversibel adalah proses spontan sehingga proses ini disertai dengan
kenaikan entropi. Sedangkan proses reversibel adalah proses perubahan yang sangat
seimbang.

Proses

reversibel

tidak

menghasilkan

entropi,

melainkan

hanya

memindahkan entropi satu ke yang lain.


Seperti halnya energi dalam atau entropi, entropi juga fungsi keadaan yaitu hanya
tergantung pada keadaan awal dan akhir tidak ada, bagaimana proses terjadinya :
S sistem=S finalS initial
Jika entropi meningkat maka
menurun maka

sistem positif. Sebaliknya jika entropi

sistem akan negatif. Adapun beberapa faktor yang

mempengaruhi perubahan entropi suatu sistem sebagai berikut :


1. Perubahan termperatur
2. Keadaan fisik dan Perubahan fasa
3. Pelarutan solid dan liquid
4. Pelarutan gas
5. Ukuran atom kompleks molekul
Entropi dan hukum kedua termodinamika
1. Beberapa sistem cenderung tidak teratur
2. Dengan meninjau sistem dan lingkungan terlihat semua proses yang
berlangsung ke arah spontan akan meningkatkan entropi total alam semesta
3. Hukum ini tidak memberikan batasan perubahan entropi sistem atau
lingkungan, tetapi untuk perubahan spontan entropi total lingkungan dan
sistem harus positi
S alam semesta= S total= S sistem+ S lingkungan>0
Secara matematik, perubahan entropi didefinisikan sebagai :
S=

Qrev
T

Namun, pada kenyataannya proses spontan selalu bersifat irreversibel, dan


untuk memperoleh Salam

semesta

= 0 yang berarti proses tersebut reversibel sejati

adalah tidak bisa tercapai/diperoleh.


Berdasarkan hukum kedua termodinamika tersebut serta hukum konservasi
energi, entropi juga dapat digunakan sebagai kriteria kesetimbangan:
(1) Untuk sistem yang terisolasi (m, E, dan V konstan)

(2) Untuk proses yang spontan S > 0 (entropi maksimum)


(3) Untuk sistem yang terisolasi dan berada daam keadaan yang setimbang, S
akan maksimum.
(4) Untuk setiap perubahan yang sifatnya intremental dari sisten yang berada
dalam keadaan terisolasi:
S sistem +
1. Jika

lingkungan > 0, proses akan

berlangsung
2. Jika S sistem +

lingkungan < 0, proses tidak akan

berlangsung
3. Jika S sistem +

lingkungan = 0, proses berlangsung

seimbang
Hubungan entropi dengan suhu
Pada mulanya, untuk perubahan entropi dirumuskan sebagai dS = dq / T.
Untuk perubahan yang kecil, maka dS = dqreversibel/ T diintegralkan .

ds=
S=

dq reversibel
T

dq reversibel
nCdT
=
T
T

untuk perubahan dariT 1 ke T 2 :


T2

S=
T1

T
nCdT
=n Cp ln 2
T
T1

S=n Cp ln

T2
T1

Dari rumusan ini dilihat

bergantung pada suhu. C (kapasitas kalor)

bergantung pada proses yang terjadi Jika tertekan tetap menggunakan Cp, jika
volume tetap menggunakan Cv
Perubahan entropi dan entalpi
Jika reaksi kimia berlangsung dalam sistem dengan perubahan entalpi

H ,

kalor yang memasuki lingkungan pada tekanan tetap adalah q = - H , sehingga


perubahan entalpi adalah :

S=

Qrev
T

S=

H
T

H= S X T
Untuk proses isotermik
(T2 > T1), sehingga
endotermik,

bernilai negatif karena sistem melepas kalor

akan bernilai positif. Sedangkan untuk proses

bernialai positif karena sistem menyerap kalor, sehingga

S bernilai negatif ( T < T )


2
1
Reaksi Eksoterm dan Endoterm
1. Eksotermik yaitu reaksi yang melepas energi. Entropi sistem berkurang
2. Endotermik yaitu reaksi yang menyerap energi. Entropi sistem bertambah
Entropi pada reaksi kimia
Berbeda dengan besaran-besaran termodinamika yang telah dibahas
sebelumnya, seperti energi dalam dan entalpi, entropi mutlak suatu zat yang dapat
ditentukan. Data entropi untuk suatu zat atau unsur yang terdapat dalam tabel
tersebut, perubahan entropi suatu reaksi kimia dapat ditentukan.
Misalnya untuk reaksi, yang digambarkan secara umum,
A + B C +D
Perubahan entropinya diberikan oleh persamaan
S =S produkS pereaksi
( S C +S D ) ( S A+ S B )
Ketergantungan entropi reaksi terhadap suhu dapat diperoleh dengan
mendiferensialkan persamaan tersebut terhadap suhu. Jika diferensiasi dilakukan
pada tekanan tetap, diperole hasil
S

S produk
S pereaksi
( T ) P=

T
T
P
P

CP
T

) (

E. Alat dan Bahan


:
Alat
1. Tabung reaksi
2. Termometer 0 - 100C
3. Spatula
4. Kotak plastik
5. Gelas ukur 10 mL
Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

NaOH padat
KNO3 padat
Larutan HCl
NH4Cl
Aquades
Logam Mg
Ba(OH)2

F. Alur Percobaan
10 ml air

3 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
sendok spatula
sendok spatula
5 mL
sendok spatula
20 mL
2 potong
1 sendok spatula

:
10 ml air

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi


diukur dan dicatat suhunya (T1)
diukur dan dicatat suhunya (T1)
T1
T1
ditambahkan NaOH
ditambahkan KNO3 padat
dikocok hingga semua larut dan diukur
T2 hingga semua larut dan diukur T2
dikocok
T2

T2

5 mL larutan HCl
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
diukur dan dicatat suhunya (T1)
T1
ditambahkan beberapa potong logam Mg
dikocok hingga semua larut dan diukur T2
T2

Ba(OH)2 padat 1 sendok spatula + sendok spatula NH4Cl


dimasukkan ke dalam kotak plastik tempat roll film
diukur dan dicatat suhunya (T1)
T1
ditutup kotak plastik
dikocok sampai tercampur sempurna
dibuka dan dicium bau gas
diukur T2
T2

G. Hasil Pengamatan

H.
No
.
M.

I.
N.

Prosedur Percobaan

10 ml air

1.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
diukur dan dicatat suhunya (T1)

J.

Hasil Pengamatan
O. Sebelum :

Dugaan/Reaksi
V. NaOH(s) +

L.
X.

Kesimpulan
Reaksi yang terjadi

Air : tidak berwarna


NaOH : padatan putih

H2O(l)

adalah reaksi eksoterm dan

NaOH(aq) +

terjadi kenaikan entropi

P. Sesudah :

H2O(l)

yang ditunjukkan oleh

T1

Q. Air + NaOH:

ditambahkan NaOH
dikocok hingga semua larut dan diukur T2
T2

K.

W.

kenaikan suhu:

Larutan tidak

Y. T1 = 31oC ke T2 =

berwarna
R. T1 = 31oC
S. T2 = 43oC
T. Massa NaOH =
0,6824 g
U.

43oC
Z.
S=0,0497 J K 1
AA.
H=15,7052 J
AB.

T2 > T1

AC. AD.
10 ml air
2.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
diukur dan dicatat suhunya (T1)

AE.

AK.

KNO3(s)

AM.

Terjadi penurunan

Air : tidak berwarna


KNO3 : serbuk putih

+ H2O(l)

entropi yang ditunjukkan

KOH(aq) +

dari penurunan suhu yang

AF.Sesudah :

HNO3(aq)

terjadi (reaksi endoterm)

T1

AG.

ditambahkan KNO3
dikocok hingga semua larut dan diukur T2
T2

Sebelum :

Air +

KNO3: Larutan

dari suhu:
AL.

AN.

tidak berwarna
AH.

T1 = 31oC ke

T2 = 28oC

T1 = 31oC

AO.

AI. T2 = 28 C

S=6,6456 x 10 J K

AJ. Massa NaOH =


0,8968 g
AR. AS.
3.

AT. Sebelum :

5 mL larutan HCl

dimasukkan ke dalam tabung reaksi


diukur dan dicatat suhunya (T1)

2HCl(aq

AP.

H=2,0032 J

BB.

AQ. T2 < T1
Reaksi yang terjadi

Lar.HCl : larutan tidak

) + Mg(s)

adalah reaksi eksoterm dan

MgCl2(aq) +

terjadi kenaikan entropi

berwarna
Logam Mg : serbuk

H2(g)

yang ditunjukkan oleh

hitam

AU.
Sesudah :
T1
ditambahkan beberapa potong logam Mg AV.HCl+logam Mg:
dikocok hingga semua larut dan diukur T2
lar. tidak berwarna
+ ada gelembung
T2

AZ.

gas

kenaikan suhu:
BA.

BC.

T1 = 32oC ke

T2 = 33oC
BD.
6

S=5,1325 x 10 J K
BE.

AW.

T1 = 32oC

AX.

T2 = 33oC

BF.

T2 > T1

AY.Massa NaOH =
0,0005 g

BG. BH.
BV.
Sebelum :
Ba(OH)2 padat BI.
1 sendok spatula + sendok spatula NH4Cl
4.
Ba(OH)2 padat : putih
BJ.
NH4Cl padat : putih
BK.
dimasukkan
film
BL. ke dalam kotak plastik tempat roll
BW.
Sesudah :
BM.
diukur dan dicatat suhunya (T1)
BX.
Ba(OH)2(s)
BN.
BO.
+NH4Cl(s) :
BP. T1
terbentuk padatan
BQ.
BR. T1
lengket dan bau
BS.
menyengat (bau
BT.
ditutup
kotak plastik
BU.
amoniak)
dikocok sampai tercampur sempurna
dibuka dan dicium bau gas
BY.
T1 = 31oC
diukur T2
BZ.
T = 32oC
2

T2

CA.

Massa

NaOH = 0,0862 g

CC.

Ba(OH)2

CJ.

Reaksi yang terjadi

(s) + 2NH4Cl(s)

adalah reaksi eksoterm dan

BaCl2(s) +

terjadi kenaikan entropi

2NH3(g) +

yang ditunjukkan oleh

2H2O(l)

kenaikan suhu:

CD.

T2 = 32oC

CE.
CF.
CG.

CL.
4

S=1,9919 x 10 J K

CH.
CI.

T1 = 31oC ke

CK.

CM.

H=0,0607 J

CN.

T2 > T1

CB.

CO.
CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
CV.
CW.
CX.

CY.

Analisis dan Pembahasan


CZ.

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari perubahan entropi sistem

pada beberapa reaksi. Pada percobaan ini terdapat 4 percobaan entropi sistem dalam
reaksi antara air dan NaOH, air dan KNO3, HCl dan logam Mg, Ba(OH)2 dan NH4Cl.
DA. Percobaan pertama yaitu untuk mengetahui perubahan entropi sistem
pada reaksi antara air dan NaOH. Langkah pertama yaitu dengan cara memasukkan 10
ml air kedalam tabung reaksi, kemudian diukur suhunya sebagai suhu awal T1 sebesar
31 0C. Setelah itu, ditambahkan 0,6824 gram padatan NaOH berwarna putih
berbentuk butiran. Lalu dikocok hingga semua NaOH larut sempurna dan
menghasilkan larutan jernih tak berwarna. Persamaan reaksinya :
DB. NaOH (s) + H2O(l) NaOH (aq)
DC. Kemudian larutan ini diukur suhunya sebagai T2 sebesar 43 0C. Disini
air dan NaOH berlaku sebagai sistem. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui
bahwa reaksi antara air dan padatan NaOH merupakan reaksi eksoterm yang ditandai
dengan kenaikan suhu sistem sebesar 12C serta dinding tabung yang terasa panas
ketika dipegang, sehingga reaksi ini memiliki entalpi negatif (H = -) sebesar
-15,7052 Joule. Padatan NaOH larut dalam air, hal ini menunjukkan terjadi perubahan
entropi sebesar 0,0497 (S = +) karena adanya peningkatan ketidakaturan artinya,
reaksi merupakan reaksi reversibel dan spontan atau dapat langsung bereaksi pada
tekanan tetap. Peningkatan ketidakteraturan juga terlihat secara makroskopis melalui
perubahan fasa padat yang memiliki sistem yang teratur menjadi fasa cair yang
memiliki sistem kurang teratur.
DD. Selanjutnya yaitu untuk mengetahui perubahan entropi sistem pada
reaksi antara air dan KNO3 dengan cara memasukkan 10 ml air kedalam tabung
reaksi, kemudian diukur suhunya sebagai suhu awal T1 sebesar 31 0C. Setelah itu,
ditambahkan 0,8968 gram serbuk KNO3 berwarna putih. Lalu dikocok hingga
semuanya larut dan menghasilkan larutan jernih tak berwarna. Reaksinya adalah :

DF.

DE.
KNO3 (s) + H2O(l) KNO3 (aq)
Larutan hasil reaksi ini diukur suhunya sebagai T 2 sebesar 28

C. Sistem dari reaksi ini adalah air dan KNO 3. Berdasarkan hasil pengamatan

dapat diketahui bahwa reaksi antara air dan serbuk KNO 3 merupakan reaksi
endoterm yang ditandai dengan penurunan suhu sistem sebesar 3C serta dinding
tabung yang terasa dingin ketika dipegang, sehingga reaksi ini memiliki entalpi
positif (H = +) sebesar 2,0032 Joule. Serbuk KNO 3 larut dalam air, hal ini

menunjukkan terjadi perubahan entropi sebesar 0,0002 (S = +) karena adanya


penurunan ketidakaturan, yaitu dari sistem yang teratur (padat) menjadi sistem
yang kurang teratur (cair). Artinya, reaksi bukan merupakan reaksi reversibel dan
tidak spontan pada tekanan tetap
DG.
Percobaan ketiga yaitu untuk mengetahui perubahan entropi
sistem pada reaksi antara HCl dan logam Mg

yang dilakukan dengan cara

memasukkan 5 ml larutan HCl jernih tak berwarna kedalam tabung reaksi,


kemudian diukur suhunya sebagai suhu awal T1 sebesar 32 0C. Setelah itu,
ditambahkan 0,0005 gram serbuk logam Mg berwarna hitam. Lalu dikocok
menghasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat gelembung-gelembung gas
(H2) . Persamaan reaksinya adalah :
DH. 2HCl(aq) + Mg2+ (s) MgCl2 (aq) + H2 (g)
DI.Kemudian diukur suhunya sebagai T2 sebesar 33C. Berdasarkan hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa reaksi antara HCl dan logam Mg merupakan
reaksi eksoterm yang ditandai dengan kenaikan suhu sistem sebesar 1C,
sehingga reaksi ini memiliki entalpi negatif (H = -) sebesar -1,5705 x 10-3 Joule.
Serbuk logam Mg larut dalam HCl, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan
entropi sebesar 5,1325x10-6 J/K (S = +) karena terjadi perubahan dari sistem
teratur (padat) menjadi tidak teratur (gas).
DJ.
Pada percobaan keempat yaitu untuk mengetahui perubahan
entropi sistem pada reaksi antara Ba(OH)2 dan NH4Cl. Mula-mula 0,2708 gram
padatan Ba(OH)2 berwarna putih dimasukkan kedalam rol film, kemudian
ditambahkan 0,0862 gram serbuk NH4Cl berwarna putih dan langsung diukur
suhunya sebagai T1 sebesar 310C. Setelah itu, rol film ditutup dan dikocok kuat
dengan kecepatan stabil agar tercampur sempurna. Kemudian, tutup rol film
dibuka dan dicium baunya. Pada saat membuka wadah sebaiknya tidak terlalu
dekat dengan mata atau dicium secara langsung oleh hidung, dikarenakan bau gas
yang dihasilkan sangat menyengat sekali. Bau gas yang dihasilkan yaitu gas
Ammonia (NH3) yang merupakan hasil samping dari reaksi. Setelah diamati
terbentuk gumpalan gel berwarna putih didalam wadah dan kemudian diukur
suhunya sebagai T2 sebesar 320C .
DK.
Reaksinya adalah :
DL.

Ba(OH)2 (s) + 2NH4Cl (s) BaCl2 (s) + 2NH3 (g) +H2O (l)

DM.

Pada percobaan ini terjadi kenaikan suhu sebesar 1 C. Hal ini

menunjukkan terjadi perpindahan kalor dari sistem menuju lingkungan dan


reaksinya disebut reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm yang terjadi ditandai dengan
besarnya T1< T2. Selain itu terjadi pula perubahan entropi (S) positif
dikarenakan adanya peningkatan ketidakaturan.Artinya, reaksi merupakan reaksi
reversibel dan spontan atau dapat langsung terjadi pada tekanan tetap. Saat
mereaksikan juga terjadi kenaikan suhu yang menandakan adanya reaksi
eksoterm yang melepaskan kalor sehingga perubahan entalpi (H) bernilai
negatif. Nilai S yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan sebesar 1,9919 x
10-4 J/K dan H sebesar -0,0607 Joule.
DN.
DO.
DP.
DQ.
DR.
DS.
DT.
DU.
DV.
DW.
DX.
DY.
DZ.
EA.
EB.
EC.
ED.
EE.
EF.
EG.
EH. KESIMPULAN
EI. Pada percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada percobaan antara air dan NaOH , HCl dan Mg, Ba(OH)2
dan NH4Cl perubahan entropinya bernilai positif S = (+). Hal
itu dikarenakan terjadi perubahan wujud dari padat ke cair
selain itu juga menghasilkan gas. Jadi partikelnya berubah dari
teratur ke semakin tidak teratur sehingga menyebabkan
entropinya semakin meningkat. Perubahan entropi dapat
didasarkan pada ketidakteraturan partikel. Jika partikel semakin
tidak teratur maka perubahan entropinya semakin meningkat.

2. Pada percobaan antara air dengan KNO3 enropinya turun,


dikarenakan adanya penurunan ketidakaturan. Artinya, reaksi
bukan merupakan reaksi reversibel dan tidak spontan pada
tekanan tetap S = (-).
3. Perubahan entalpi pada antara air dan NaOH , HCl dan Mg,
Ba(OH)2

dan NH4Cl yaitu bernilai negatif H = (-)

dikarenakan terjadi kenaikan suhu. Sedangkan pada percobaan


antara air dengan KNO3 perubahan entalpi bernilai positif H =
(+) dikarenakan terjadi penurunan suhu.
EJ.
EK.
EL.
EM.
EN.
EO.
EP.
EQ.
ER.
ES.
ET.
EU.
EV.
EW.

Menjawab Pertanyaan

Soal

EX.
1. Berdasarkan data percobaan, tentukan perubahan entropi secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Deskripsikan hasil analisis saudara.
EY.Jawab:
EZ.
FA.

Tabung 1 : H2O dan NaOH padat


Kualitatif :

FB.

Terjadi kenaikan entropi karena terjadi perubahan dari fasa padat (NaOH

padat) ke fasa cair (larutan NaOH) sehingga tingkat ketidakteraturan semakin tinggi
dan entropinya semakin besar.
FC.
Kuantitatif :
FD.
Terjadi kenaikan suhu dari 31oC menjadi 43oC sehingga entropi dapat dihitung
secara kuantitatif sebagai berikut :
FE.

T1 : 310C = 304 K
T2 : 430C = 316 K

FF.
FG.

Massa NaOH : 0,6824 gram

FH.

Cp H2O : 75,291 J/mol K

FI.

C air : 4,2 J/g K

FL.

FJ.

Ditanya : S dan H ? :

FK.

Dijawab :

mol NaOH =

FM.

FN.

FO.

FP.
FQ.

S=mol NaOH x Cp x ln

0,01706 mol x 75,291

J
316
x ln
K
304

0,01706 x 75,291

J
x 0,0387
K

0,0497 J / K

H= S . T 2

0,6824 gram
=0,01706 mol
40 gram/mol
T2
T1

J
316 K
K x ln
mol
304 K

0,01706 x 75,291

FR.
FS.

massa NaOH
Mr NaOH

FT.

0,0497

FU.

J
x 316 K
K

15,7052 J

FV.
FW.
FX.
Tabung 2 : H2O dan KNO3 padat
FY.
Kualitatif :
FZ.
Terjadi kenaikan entropi karena terjadi perubahan dari fasa padat (KNO3
padat) ke fasa cair (larutan KNO3) sehingga tingkat ketidakteraturan semakin tinggi
dan entropinya semakin besar.
GA. Kuantitatif :
GB. Terjadi penurunan suhu dari 31oC menjadi 28oC sehingga entropi dapat
dihitung secara kuantitatif sebagai berikut :
GC.

Diketahui :

GD.

T1 : 310C = 304 K

GE.

T2 : 280C = 301 K

GF.

Massa KNO3 : 0,8968 gram

GG.

Mr KNO3 : 101 gram/mol

GH.

Cp H2O : 75,291 J/mol K

GI.

C air : 4,2 J/g K


GJ.

Ditanya : S dan H ? :

GK.

Dijawab :

GL.

mol KNO3 =

massa KN O3
Mr KN O3

0,8968 gram
=0,00887 mol
101 gram/mol

GM.

S=mol KN O3 x Cp x ln

T2
T1

GN.

GO.

GP.
GQ.

0,00887 mol x 75,291

J
301 K
K x ln
mol
304 K

0,00887 x 75,291

J
301
x ln
K
304

0,00887 x 75,291

J
x (9,917 x 103)
K

6,6456 J / K

GR.
GS.

H= S . T 2

GT.

6,6456

GU.

2,0032 J

GV.
GW.
GX.
GY.

J
x 301 K
K

Tabung 3 : larutan HCl + Magnesium (Mg)


Kualitatif :
Terjadi kenaikan entropi karena terjadi perubahan dari fasa padat (logam Mg)

ke fasa cair (larutan MgCl2) sehingga tingkat ketidakteraturan semakin tinggi dan
entropinya semakin besar.
GZ. Kuantitatif :
HA. Terjadi kenaikan suhu dari 32oC menjadi 33oC sehingga entropi dapat dihitung
secara kuantitatif sebagai berikut :
HB.

T1 : 320C = 305 K

HC.

T2 : 330C = 306 K

HD.

Massa Mg : 0,0005 gram

HE.

Mr Mg : 24 gram/mol

HF.

Cp H2O : 75,291 J/mol K

HG.

Ditanya : S dan H ? :

HH.

Dijawab :

HI.

Mg(s) + 2HCl(aq)

HJ.

mol Mg =

MgCl2(aq) + H2(g)

massa Mg
Mr Mg

0,0005 gram
=2,0833 x 105 mol
24 gram/mol

HK.

mol HCl = MxV = 0,1 mmol/ml x 5 ml = 0,5 mmol = 5x10-4 mol

HL.

Mg(s)

HM.

2HCl(aq)
5

2,0833 x 10 mol

2,0833 x 105 mol

HN. R

MgCl2(aq)

5x10-4 mol

+
-

2,5x10-5 mol

2,0833 x 105 mol

4,75x10-4 mol

2,0833 x 10 mol

2,0833 x 105 mol


HO. S

0
5

2,0833 x 10 mol
HP.
S=MgC l 2 mol x Cp x ln

HQ.

T2
T1

2,0833 x 105 mol x 75,291

HR.

1,568 x 10

HS.

J
x
K

J
306 K
K x ln
mol
305 K

( 3,2733 x 103 )

5,1325 J /K

HT.
HU.

H= S . T 2

HV.

5,1325

HW.

HX.
HY.
HZ.

J
x 306 K
K

1,5705 J

Percobaan 2 : Ba(OH)2 dan NH4OH

H2(g)
-

IA.
IB.

Kualitatif :
Terjadi kenaikan entropi karena terjadi perubahan dari fasa padat (Ba(OH) 2 +

NH4OH) ke fasa gas (gas amoniak) sehingga tingkat ketidakteraturan semakin tinggi
dan entropinya semakin besar.
IC.
Kuantitatif :
ID.
Terjadi kenaikan suhu dari 31oC menjadi 32oC sehingga entropi dapat dihitung
secara kuantitatif sebagai berikut :
IE.
massa Ba(OH)2 = 0,0693 gram
IF.
Mr Ba(OH)2 = 171 gram/ mol
IG.
massa NH4Cl = 0,0232 gram
IH.
Mr NH4Cl = 53,4 gram/ mol
II.
T1 = 310 C = 304 K
IJ.
T2 = 320 C = 305 K
IK.
Cp = 75, 291 J/ mol.K
massa Ba(OH) 2 0,0693 gram
=
mol Ba(OH)2 = Mr Ba(OH)2
171 gram/mol = 0,00040 mol
massa NH 4 Cl 0,0232 gram
=
Mr NH4 Cl
53,4 gram/mol = 0,00043 mol

mol NH4Cl =

Persamaan reaksi :
Ba(OH)2 (s) + 2 NH4Cl (s) BaCl2 (s) + 2NH3 (g) + 2H2O (l)

IL.
IM.

m:

0,00040

0,00043

IN.

r :

0,000215

0,00043

0,000215 0,00043

0,00043
IO.

s :

0,000185

0,000215

0,00043
IP.
(1)

S = mol BaCl2 x Cp x ln
IQ.

IR.

T2
T1

= 0,000185 mol x 75,291 J/mol. K x ln


= 0,01393 J/K x ln 1,0034

IS.

= 0,01393 J/K x (3,394 x

IT.
IU.

= 4,728 x 10-5J/K
(2)

H = - S x

T2

10-3 )

305 K
304 K

0,00043

IV.
IW.

= -(4,728 x 10-5 J/K)x 305 K


= -0,01442 J

IX.
IY.
IZ.
JA.
JB.
JC.
JD.
JE.
JF.

2. Percobaan 1
Tabung 1 (reaksi antara NaOH padat dengan H2O) terjadi kenaikan suhu dari
31oC menjadi 43oC sehingga diperoleh nilai S = 0,0497 J/K dan H =-15,7052

JG.

J reaksi pada tabung ini merupakan reaksi Eksoterm.


Tabung 2 (reaksi antara H2O dengan KNO3 padat) terjadi penurunan suhu dari
31oC menjadi 28oC sehingga diperoleh nilai S = -6,6456 x 10-3 J/K dan H =

JH.

2,00032 J reaksi pada tabung ini merupakan reaksi Endoterm.


Tabung 3 (reaksi antara logam Mg dengan HCl) terjadi kenaikan suhu dari
32oC menjadi 33oC sehingga diperoleh nilai S = 5,1325 x 10-6 J/K dan H =
-1,5705 x 10-3 J reaksi pada tabung ini merupakan reaksi Eksoterm.

JI.
JJ.
JK.
JL.
JM.

Percobaan 2
Reaksi antara Ba(OH)2 padat dan NH4Cl padat terjadi penurunan suhu dari
31oC menjadi 32oC sehingga diperoleh nilai S =1,9919 x 10-4J/K dan H =
-0,0607 J reaksi pada percobaan ini merupakan reaksi Eksoterm.

JN.

Sehingga apabila suatu reaksi mengalami kenaikan suhu maka reaksi


tersebut melepaskan kalor sehingga harga H negatif dan harga S positif.
Sedangkan apabila suatu reaksi mengalami penurunan suhu berarti reaksi tersebut
menyerap kalor sehingga harga H positif dan harga S negatif.

JO.
JP.
JQ.
JR.
JS.

JT.
JU.
JV.
JW.
JX. Daftar Pustaka
JY.
JZ.
KA.Alonson, M., & Finn, E. J. (1990). Dasar-Dasar Fisika Universitas (Kedua ed.).
Jakarta: Erlangga.
KB. Atkins, P. W. (1990). Kimia Fisika (Keempat ed.). Jakarta: Erlangga.
KC. Bahl, A., & dkk. (1999). Essentials Of Physical Chemistry. Chandigarh: S. Chand.
KD.Dixon, S. L. (1986). Mekanika Fluida: Termodinamika Mesin Turbo. Jakarta: UIPress.
KE. Liapril,

J.

(2012).

Entropi

Sistem.

Retrieved

Maret

23,

2016,

from

https://www.scribd.com
KF. Reynolds, W. C., & Perkins, H. C. (1996). Termodinamika Teknik (Kedua ed.).
Jakarta: Erlangga.
KG.Rohman, I., & Mulyani, S. (2004). Kimia Fisika I. Bandung: IMSTEP UPI.
KH.Rusli, R. H. (2008). Termodinamika Proses Material. Jakarta: UI-Press.
KI. Tjahjani, S., & dkk. (2013). Petunjuk Praktikum Kimi Fisika II. Surabaya: FMIPA
UNESA.
KJ. Wiryoatmojo, S. (1988). Kimia Fisika I. Jakarta: DEBDIKBUD.
KK.
KL.
KM.
KN.
KO.
KP.
KQ.
KR.
KS.
KT.
KU.
KV.
KW.
KX.
KY.
KZ.
LA.
LB.
LC.
LD.
LE.
LF.

Anda mungkin juga menyukai