Anda di halaman 1dari 2

Percobaan kami yang pertama adalah menentukan titik lebur α-naftol

(Naphthalene-1-ol). Untuk menghitung titik lebur zat ini digunakan alat yang
bernama Sibata Melting Point Apparatus. Tahap yang pertama kali dilakukan yaitu
memasukkan sampel zat ke dalam pipa kapiler hingga kurang lebih 0,5 cm dari dasar
pipa kapiler. Sampel yang berada di dasar pipa kapiler harus tersusun rapat agar tidak
ada tekanan udara pada bagian dalam pipa kapiler yang dapat mempengaruhi titik
lebur zat. Kemudian pipa kapiler yang berisi sampel α-naftol dimasukkan pada salah
satu lubang yang terdapat di dekat termometer yang terpasang pada alat. Alat
dinyalakan dan diatur pemanasan sesuai yang diinginkan. Dalam percobaan ini
digunakan pemanasan dengan angka 60 dan ketika mendekati suhu titik lebur yang
seharusnya, angka pemanasan diturunkan agar suhu pada saat sampel melebur dan
suhu pada saat sampel sepenuhnya melebur dapat teramati dengan teliti. Dalam
penentuan titik lebur juga digunakan minyak goreng/parafin agar panas yang diterima
sampel merata. Minyak/parafin digunakan dalam penentuan titik lebur karena
memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan zat yang ditentukan titik
leburnya.
Dari percobaan yang kami lakukan, didapatkan suhu pada saat sampel mulai
melebur yaitu 90℃ dan suhu pada saat sampel sepenuhnya melebur yaitu 91℃.
Rentang suhu yang didapat adalah 1℃ yang berarti sampel yang diukur titik leburnya
tersebut merupakan zat murni. Dalam pengukuran titik lebur ini tidak terjadi
perubahan kimia, tetapi hanya terjadi perubahan fisika yaitu α-naftol padat menjadi α
-naftol cair.

C10H7OH(s) ∆

C10H7OH(l)

OH OH



(s) (l)

α-Naftol dapat membentuk ikatan hidrogen, dimana untuk memutuskan ikatan


hidrogen tersebut dibutuhkan energi yang tinggi. Ikatan hidrogen merupakan gaya
antar molekul yang lebih kuat dibandingkan gaya antar molekul lainnya seperti gaya
london dan gaya dipol-dipol.

Dari hasil percobaan sampel zat murni α-naftol memiliki titik lebur yang
lebih tinggi dari zat campuran α-naftol : asam stearat dengan perbandingan capuran
1 : 1. Asam stearat memiliki titik lebur lebih rendah dibandingkan dengan α-naftol.
Oleh karena itu, karena campuran memiliki perbandingan 1 : 1 maka titik lebur
campuran berada di atas titik lebur asam stearat dan berada di bawah titik lebur α-
naftol dengan rentang titik lebur melebihi 1-2℃. Hasil yang kami dapatkan sesuai
dengan teori yaitu rentang titik lebur yang didapatkan antara 71-82 ℃.

Anda mungkin juga menyukai