Anda di halaman 1dari 38

Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium


permanganat (KMnO4).

Reaksi
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan
bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun.
Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang
tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat
dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci,
dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan
pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama,
larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa.

Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan


seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4
dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4+ 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+

Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan


seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2

H2O2

H2O

O2

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang
pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

PERMANGANOMETRI

Permanganometri merupakan proses titrasi berdasarkan reaksi oksidasi-reduksi.


Dalam metode ini KMnO4 digunakan sebagai larutan standar, ia dapat berlaku sebagai
indikatonya sendiri, jadi tidak dibutuhkan indicator. Dimana titik akhir ditandai dengan
terbentuknya larutan kompleks ungu yang tidak berubah selama beberapa menit.
Prinsip penetapan
Larutan zat uji diasamkan dengan Asam sulfat encer lalu dititrasi denggan larutan baku
kalium permanganat sampai tepat warna pink atau ungu muda yang idak hilang selama 30
detik.
Pada titk akhir : mgrek zat uji
=mgrek KMnO4
asam yang digunakan adalah H2SO4 (asam sulfat) encer, tidak boleh HCl encer karena akan
teroksidasi menjasi Cl2 . tidak boleh As.Nitrat karena juga bersifat oksidator.
Larutan KMnO4 1N adalah suatu larutan yang setiap liternya mengandung 1/5 gmol
KMnO4, jika dipergunakan dalam lingkungan asam. Sebelum digunakan KMnO4 harus
distandarisasi terlebih dahulu, untuk menstadarisaisi larutan KMnO4 ini dipergunakan zat
reduktor seperti asam oksalat (H2C2O4), natrium oksalat (NaC2O4) kalium tetra oksalat
(KHC2O4) dan lai-lain.
KMnO4 standar dapat dipergunakan dalam 3 jenis titrasi, yaitu :
1.

Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation atau ion-ion yang
dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain, adalah :
Zat

dioksidasi menjadi

Fe 2 +

------------------------------> Fe 3 +

Sn 2 +

------------------------------> Sn 4 +

C2O4 2

------------------------------> CO3 -

SO3

------------------------------> SO4 2 -

H2O2

------------------------------> O2

Mo3+

------------------------------> MoO4-

Ti3+

------------------------------> TiO2+

As3+

------------------------------> AsO43-

2.

Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi tidak langsung zat-zat yang dapat
direduksi (oksidator). Didalm tiap-tiap penetuan, sejumlah tertentu reduktor (seperti garam
ferro atau oksalat) ditambahkan kepada larutan oksidator yang akan dianalisa, stelah reduksi
smpurna, kelebihan reduktor dititrasi dengan KMnO4 standar , beberapa zat yang dapat
ditentukan dengan cara ini adalah sebagai berikut :
Zat

dioksidasi menjadi

MnO4 -

------------------------------> Mn +2

Cr2O7

------------------------------> Cr 3 +

MnO2;Mn3O4

------------------------------> Mn 2 +

PbO2; PbO3;PbO4

------------------------------> Pb 2 +

Ce 4+
3.

------------------------------> Ce3+

Dipergunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat. Dalam hal ini
permanganate direduksi menjadi MnO2 yang berbentuk endapan , larutan KMnO4 (1 N
adalah suatu larutan yang setiap liternya mengandung 1/gmol KMnO4). Beberapa zat yang
dapat ditentukan dengan cara ini adalah :
Zat
Mn

dioksidasi menjadi
2+

------------------------------> MnO2 2 +

PERMANGANOMETRI
PERCOBAAN V
PERMANGANOMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1.

Membuat larutan standar permanganat dan melakukan standardisasi larutan permanganat.

1.2.

Menentukan kadar besi sebagai besi(II) dan besi(III), kandungan mangan dalam batuannya,
penentuan ion nitrit, dan menentukan jumlah kalsium.

1.3.

Memahami reaksi reduksi dan oksidasi dengan kalium permanganat sebagai dasar analisis
dan mempelajari aplikasi reaksi redoks hidrogen peroksida dengan permanganat.

II. DASAR TEORI


2.1.Permanganometri
Permanganometri adalah metode titrasi redoks dengan pereaksi MnO4- (ion permanganat).
Kalium permanganat merupakan oksidator yang dapat bereaksi dengan cara yang berbedabeda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator yang berbeda- beda
sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam ragam
ini disebabkan oleh keanekaragaman valensi Mn, dari 1 sampai dengan 7 yang semuanya
stabil kecuali valensi 1 dan 5. Reduksi MnO4- berlangsung sebagai berikut:
1. Dalam suasana asam [H+], 0,1N atau lebih.
MnO4- + 8H+ + 5e-

Mn2+ + 4H2O

2. Dalam suasana netral, pH 4-10


MnO4- + 4H+ + 3e-

MnO2 + 2H2O

3. Dalam suasana basa [OH-] 0,1N atau lebih


MnO4-

e-

MnO42-

Kebanyakan titrasi dilakukan dalam keadaan asam menurut (1), disamping itu ada
beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan- bahan organik. Daya
oksidasi MnO4- dalam keadaan ini lebih kecil sehingga letak keseimbangan kurang
menguntungkan. Untuk menarik keseimbangan kearah hasil titrasi, titrat ditambah Ba2+ yang
dapat mengendapkan MnO42- menjadi BaMnO4. Selain menggeser keseimbangan kearah
kanan, pengendapan ini juga mencegah reduksi MnO4- itu lebih lanjut.
(Harjadi, 1993)

2.2 Volumetri-Titrimetri
Analisis titrimetri adalah salah satu divisi besar dalam kimia analitik. Perhitungan yang
tercakup didalamnya didasarkan pada hubungan stoikiometri dari reaksi kimia yang
sederhana.
Analisis dengan metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia seperti:
aA +

tT

produk

dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan t molekul analit, T. pereaksi T yang disebut
titran, ditambahkan secara kontinyu, biasanya dari sebuah buret, dalam wujud larutan yang
konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan standar, dan konsentrasinya ditentukan
dengan sebuah proses yang dinamakan standardisasi. Penambahan dari titran tetap dilakukan

sampai jumlah T secara kimiawi sama dengan yang telah ditambahkan kepada A. Selanjutnya
akan dikatakan titik ekuivalen dari titrasi telah dicapai. Agar diketahui kapan harus berhenti
menambahkan titran dapat digunakan bahan kimia berupa indikator, yang bereaksi terhadap
kehadiran titran yang berlebih dengan adanya perubahan warna. Titik dalam titrasi dimana
indikator berubah warnanya disebut titik akhir. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini
sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. Pemilihan indikator untuk membuat kedua titik
sama (atau mengoreksi perbedaan diantara keduanya) adalah satu aspek yang penting dalam
analisis titrimetri. Indikator visual hanyalah satu diantara beberapa metode yang digunakan
untuk mendeteksi titik akhir dari titrasi. Teknik lain, yaitu dengan mendeteksi perubahan tibatiba dalam sebuah kondisi fisika atau kimia suatu larutan juga ada.
Istilah titrasi mengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan untuk
mencapai titik ekuivalen. Istilah analisis titrimetri telah bertahun-tahun dipergunakan.
Kendatipun demikian, istilah titrimetri lebih diminati karena pengukuran volume tidak harus
terikat dengan titrasi, misalnya seseorang dapat mengukur volume dari suatu gas.
(Underwood, 1998)

2.1.1 Titrasi
Titrasi merupakan cara analisis volumetrik dengan cara menambahkan reagen pada
reagen lain yang volumenya diketahui, penambahan dilakukan perlahan-lahan sampai titik
akhir tercapai. Volume yang ditambahkan untuk mencapai titik akhir dicatat. Jika salah satu
larutan diketahui konsentrasinya maka konsentrasi reagen lainnya dapat dihitung.
(Daintith, 1994)

2.1.2

Larutan Standar
Larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya sudah ditetapkan secara akurat.
Beberapa larutan standar dapat dibuat secara langsung dengan melarutkan sejumlah terukur
zat murni di dalam pelarut sampai volume tertentu. Zat-zat yang dapat digunakan langsung
untuk membuat larutan standar disebut zat standar primer.
(Rivai, 1990)

Larutan standar dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:


1. Larutan standar primer

Larutan standar primer yaitu suatu larutan yang dibuat dari suatu bahan yamg konsentrasi
larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan
volume yang terjadi.
2. Larutan standar sekunder
Larutan standar sekunder adalah suatu larutan asam atau basa dengan konsentrasi yang
diinginkan dan kemuadian distandardisasi dengan larutan standar primer yang kemudian
digunakan untuk menentukan normalitas konsentrasi lain.
(Harjadi, 1993)

2.2 Reaksi Redoks


Oksidasi dipandang sebagai reaksi kimia dengan oksigen. Proses sebaliknya yaitu
hilangnya oksigen disebut reduksi. Reaksi dengan hidrogen dianggap reduksi. Kemudian
pemikiran yang lebih umum tentang oksidasi dan reduksi dikembangkan, yaitu oksidasi
adalah hilangnya elektron, sedangkan reduksi adalah diterimanya elektron. Definisi reduksi
dan oksidasi hanya berlaku dalam reaksi yang melibatkan pengalihan elektron. Definisi ini
diperluas kepada reaksi antara senyawaan kovalen dengan konsep bilangan oksidasi, yang
merupakan ukuran kendali elektron yang dipunyai atom dalam senyawa, lalu dibandingkan
dengan umur murninya. Perubahan elektron yang dikendalikan dapat sempurna (dalam
senyawa ion) dan parsial (senyawa kovalen). Misalnya dalam reaksi:
2H2 + O2 2H2O
Setiap hidrogen dalam air mempunyai bilangan oksidasi +1 dan oksigen -2. hidrogen
dioksidasi dan oksigen direduksi. Jadi, oksidasi adalah peristiwa yang melibatkan kenaikan
bilangan oksidasi dan reduksi adalah peristiwa yang melibatkan penurunan bilangan oksidasi.
Senyawa yang cenderung menjalani reduksi dengan mudah adalah bahan pengoksidasi
(oksidator) dan senyawa yang cenderung menjalani oksidasi disebut bahan pereduksi
(reduktor).
(Daintith, 1994)

2.3 Titrasi Reduksi Oksidasi


Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti
proses oksidasi disertai dengan hilangnya elektron, sedangkan reduksi memperoleh elektron.
Perbandingan reaksi redoks dengan reaksi asam basa terletak pada transfer elektron di
satu pihak, dan tranfer proton di pihak lain. Terdapat beberapa perbedaan-perbedaan penting,

misalnya elektron dapat melalui kawat, sedangkan proton tidak. Agar transfer proton dapat
berlangsung, pendonor dan penerimanya harus bertemu. Sedangkan dalam reaksi redoks,
donor dan penerima dapat ditaruh dalam larutan terpisah.
Kedua, reksi asam basa sangat cepat, sedangkan reaksi redoks kadang-kadang lambat.
Prosedur titrimetri dapat memerlukan temperatur yang ditinggikan, penambahan katalis atau
reagensia berlebih. Lambatnya reaksi mencerminkan lebih kompleksnya reaksi, seringkali
transfer elektron hanya merupakan suatu bagian dari suatu deretan tahapan reaksi yang dapat
melibatkan pembentukan atau pemutusan ikatan kovalen,protonasi, dan pelbagai macam
penataan ulang.
Sementara asam dan basa kuat yang mengalami pertukaran proton dengan air adalah
titran yang baik. Reagensia yang mengoksidasi atau mereduksi air biasanya dihindari, artinya
oksidan dan reduktan terkuat merupakan titran yang tidak praktis. Hendaknya dicatat bahwa
beberapa reagensia yang cukup kuat untuk mengoksidasi atau mereduksi air sebenarnya
dilakukan dengan sangat perlahan, karena itu terkadang dapat larut dalam air dan cukup stabil
sebagai titran.
(Underwood, 1998)

2.4 Titrasi Permanganometri


Titrasi permanganometri adalah suatu proses redoks dimana garam kalium permanganat
(KMnO4) digunakan sebagai zat standar.
Garam KMnO4 tidak dapat diperoleh dalam keadaan murni, karena banyak mengandung
oksida-oksidanya (MnO dan Mn2O3) sehingga garam ini tidak dapat digunakan sebagai zat
standar primer. Demikian juga larutan standarnya tidak hanya dibuat dengan jalan melarutkan
garamnya dalam akuades, karena dengan adanya sedikit zat organik dalam air menyebabkan
terjadinya penguraian ion MnO4- menjadi oksidanya seperti yang terlihat pada persamaan
reaksi:
4MnO4- + 2H2O 4MnO2 +3O2 +4OH(Mudjiran, 1993)

Suatu larutan KMnO4 standar juga dapat digunakan secara langsung dalam menetapkan
zat pengoksid, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan mangan. Oksida
tersebut sukar larut dalam asam dan basa tanpa mereduksi logam itu ke keadaan oksida yang
lebih rendah. Tidak praktis untuk menitrasi zat-zat itu secara langsung, karena reaksi dari zat
padat dengan suatu zat pereduksi berjalan lambat.

(Underwood, 1998)

Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung pada analat yang dapat dioksidasi
seperti misalnya Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut, dan sebagainya. Beberapa
ion logam yang tidak dapat dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung, antara lain:
1. Ion-ion Ba, Ca, Sr, Pb, Zn, dan Hg(II) yang mula-mula diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang dititrasi dan dari hasil titrasi dapat
dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb juga dapat diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring, dicuci, dan
dilarutkan dalam asam, kemudian ditambahkan larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya
dengan KMnO4.
(Harjadi, 1993)

2.5 Standardisasi Larutan KMnO4


KMnO4 mampu mengoksidasi air sebagai berikut:
4MnO4 + 2H2O

4MnO2 + 3O2 + 4OH-

konstanta keseimbangan reaksi ini juga besar, tetapi lajunya kecil. Kristal

KMnO4 untuk

pembuatan larutan sering sudah terkontaminasi MnO2, disamping itu MnO2 juga mudah
terbentuk dalam larutan karena adanya bahan organik. Oleh karena itu standardisasi ulang
yang perlu dilakukan diantaranya:
1. As2O3, setelah dilarutkan dalam NaOH, diasamkan dengan HCl lalu dititrasi
5HasO2 + 2MnO4- + 6H+ + 2H2O
2.

2Mn2+ + 5H3AsO4

Natrium oksalat, dititrasi dalam larutan asam


5H2C2O4 + 2MnO4- + 6H+
3.

2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

Fe dilarutkan dalam HCl dan dapat dititrasi dingin. Kesulitannya karena MnO4- dan Clberjalan cepat.
(Harjadi, 1993)

2.6

Reaksi Antara MnO4- dengan H2O2

Penambahan reagensia hidrogen perokasida pada larutan KMnO4 yang telah diasamkan
dengan asam sulfat pekat, mengakibatkan warna menjadi hilang dan dilepaskan O2 murni
tetapi basah (mengandung air)
2MnO4- + 5H2O2 + 6H+ 5O2 + 2Mn2+ + 8H2O
(Vogel, 1990)

Reduksi Permanganat Oleh Besi(II)


Besi(II) sulfat, FeSO4, dengan adanya asam sulfat, mereduksi permanganat menjadi Mn(II).
Larutannya menjadi kuning karena terbentuk ion besi(III)
MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
kuning
(Vogel, 1990)
2.8

Titrasi dengan KMnO4


Titrasi dengan KMnO4 dapat berlangsung menurut 3 cara:

1. Dalam larutan asam untuk menitrasi zat- zat secara langsung.


Zat- zat yang diselidiki dengan menggunakan KMnO4 yang bertindak sebagai oksidator,
sampai terjadi titik akhir titrasi ion MnO4- akan tereduksi dengan reaksi:
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
Untuk membentuk suasana asam dalam larutan digunakan H2SO4 encer, tetapi tidak dapat
menggunakan HCl karena HCl dapat tereduksi menjadi Cl2.
2.

Dalam suasana asam untuk menitrasi zat tidak langsung.


Dilakukan dengan menambahkan zat pereduksi berlebih atau setelah proses reduksi selesai,
sisa zat pereduksi dititrasi kembali dengan KMnO4. Penambahan warna ini oleh penambahan
KMnO4 tidak permanen sebab warna ini lama-kelamaan akan memudar ini disebabkan oleh
reaksi sebagai berikut:
2H2O + 2MnO4 + 3Mn2+

3.

5MnO2 + 4H+

Dalam suasana netral atau sedikit basa.


Ion MnO4- direduksi menjadi MnO2 yang kemudian mengendap dengan reaksi:
MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O
Zat yang dititrasi dengan cara ini adalah sianida, alkohol, gula dan aldehid.
(Huber,1967)

2.9

Penentuan dengan permanganat

penentuan besi dalam bijih besi merupakan satu penggunaan yang penting dari titrasi
permanganat bijih besi utama adalah oksida atau oksida terhidrat, hematit, Fe2O3, magnetit,
Fe3O4, geolit, Fe2O3.2H2O. Asam yang paling baik untuk melarutkan bijih besi ini yaitu asam
klorida, oksida terhidrat larut dengan cepat sedang hematit dan magnetit lambat sekali
(sedikit) larut dalam air. Penambahan timah(II) klorida membantu pelarutan oksida-oksida.
(Vogel,1990)

2.10 Analisa Bahan


1. KMnO4
Sifat fisik : kristal ungu dengan kilap logam, larut dalam air dan metanol, terurai dalam etanol
Sifat kimia : Densitas 2,7. Penguraian dimulai sedikit diatas 100 0C dan terurai sempurna pada 240 0C
(Daintith, 1994)
2. H2O2
Sifat fisik : Hidrogen peroksida, cairan tak mantap, kental, berwarna biru pucat atau tan warna
Sifat kimia : . Densitas 1,44. Titik leleh -0,89 0C. Titik didih 151,4 0C. Banyak terbantuk ikatan hidrogen,
tetapan dielektrik tinggi. Bahan pengoksidasi kuat, sehingga sering digunakan sebagai
antiseptik ringan, dan bahan pemutih untuk pakaian, rambut, dan lainnya.
(Daintith, 1994)

3. H2SO4
Sifat Fisik : Asam sulfat, cairan seperti minyak tan warna
Sifat Kimia : Densitas 1,84. Titik leleh 10,36 0C. Titik didih 338 0C. Dibuat melalui proses Lead-Chamber,

ifat Kimia

tetapi sekarang memakai proses kontak. Bahan pendehidrasi kuat, mampu menyingkirkan air
dari banyak senyawa organik (misal dalam membuat anhidrida asam).
.

(Daintith, 1994)

4. Na2C2O4
Sifat Fisik

: Beberapa larut dalam larutan asam pekat.Berfasa padat berwarna putih.

Sifat Kimia

: Bm: 134g/mol, larut dalam air dan asam-asam encer.


(Elizabeth,1961)

5.H2O
Sifat Fisik

: Akuades, cairan tan warna.

: Densitas 1,00 (4 0C), titik leleh 0 0C, titik didih 100 0C. Air terurai dengan sangat lemah
menjadi H3O+ dan OH- lewat swaionisasi.

2H2O

H3O+ + OH-

Banyak digunakan sebagai pelarut polar karena sifatnya yang polar


.

(Daintith, 1994)

III
3.1

METODE PERCOBAAN

Alat
1. Buret 25 mL (2 set)
2. Erlenmeyer 250 mL (4 buah)
3. Beaker glass 250 mL (2 buah)
4. Pipet tetes (5 buah)
5. Labu takar 25 mL (1 buah)
6. Labu takar 100 mL (1 buah)
7. Pipet ukur 25 mL (1 buah)
8. Corong gelas (2 buah)

3.2

Bahan
1. Larutan KMnO4
2. Larutan H2SO4 pekat
3. Larutan Na2C2O4
4. Aquades

3.3

Skema Kerja

1. Pembuatan KMnO4
3,2 g KMnO4
Gelas Beker 1500 mL
Penambahan 1 liter akuades
Penutupan dengan gelas arloji
besar
Pemanasan selama 30 menit
Pendinginan
Penyaringan
senterglass
Hasil

2. Standardisasi larutan KMnO4 dengan asam oksalat

dengan

Penambahan H2SO4 pekat


Pemanasan hingga 700 C
Titrasi dengan KMNO4
Pengadukan
Pencatatan volume
Hasil

3. Menentukan ion ferro


Larutanyang diselidiki
GelasBekker

Penambahan 25 mL H2SO4 1 N
Titrasi dengan KMnO4
Pengamatan perubahan warna
Hasil

Pencatatan volume

IV

DATA PENGAMATAN
4.1 Data Pengamatan

NO

PERLAKUAN

Standardisasi larutan
KMnO4

HASIL PENGAMATAN
Ketika dititrasi larutan berubah warna menjadi

dengan Na ungu muda

Oksalat
2

Penentuan ion ferro -

Ketika dititrasi larutan berubah warna menjadi


merah

V. Hipotesa
Percobaan yang berjudul permanganometri bertujuan untuk membuat larutan standart
permanganat dengan Na Oksalat dan melakukan standardisasi larutan permanganat,
menentukan kadar besi sebagai besi (II), memahami reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi
dengan kalium permanganat, sebagai dasar analisis dan mempelajari aplikasi reaksi redoks
hidrogen peroksida dengan permanganat. Metode yang digunakan adalah permanganometri
dengan prinsip prinsip reaksi reduksi oksidasi dimana KMnO4 yang bertindak sebagai
oksidator kuat mengalami reduksi baik dalam suasana asam, netral, ataupun basa. Hasil yang
diperoleh adalah Standardisasi larutan KMnO4 dengan Na2CO4 diperoleh warna ungu muda,
titrasi Ferro amoniak sulfat dengan KmnO4 terbentuk warna merah .

VI. PEMBAHASAN
Percobaan permanganometri ini dilakukan untuk menetapkan atau menentukan kadar
ferro dan standarisasi KMnO4. Percobaan ini dilakukan dengan prinsip reaksi reduksi
oksidasi dimana KMnO4 yang bertindak sebagai oksidator kuat mengalami reduksi baik
dalam suasana asam, netral, ataupun basa. Metode yang digunakan adalah permanganometri.

5.1

Pembuatan larutan KMnO4


Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan KMnO4 dari padatan menjadi larutan.
Pada awal percobaan , dilakukan penimbangan padatan KMnO4 sebanyak 3,2 gram kemudian
dilarutkan dalam 1 liter akuades.setelah itu di tutup dengan gelas arloji besar. Kemudian
dipanaskan. Penutupan berfungsi untuk mencegah hilangnya uap pada pemanasan KMnO4.
Setelah pemanasan larutan dibiarkan dingin dan dilakukan penyaringan dengan senterglass.
Larutan KMnO4 selesai dibuat.

5.2

Standardisasi larutan KMnO4 dengan H2C2O4.2H2O


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi KMnO4 yang tepat. Hal ini
dilakukan karena KMnO4 yang digunakan merupakan oksidator kuat sehingga sangat mudah
tereduksi oleh cahaya, dimana akan timbul endapan berwarna coklat, yaitu endapan MnO 2
dapat dilihat dari reaksi:
4MnO4- + 2H2O

4MnO2

KMnO4 perlu distandardisasi terlebih dahulu karena garam kalium permanganat tidak
diperoleh dalam keadaan murni. Garam kalium permanganat banyak mengandung oksidaoksidanya yaitu MnO dan Mn2O3, sehingga garam ini tidak dapat digunakan sebagai zat
standar primer. Demikian juga larutan standarnya, tidak hanya dibuat dengan jalan

melarutkan garamnya dalam aquades, karena dengan adanya sedikit zat organik dalam air
menyebabkan terjadinya penguraian ion MnO4- menjadi oksidanya.
Selain itu KMnO4 perlu distandardisasi terlebih dahulu karena KMnO4 merupakan zat
pengoksidasi kuat yang bekerja berlainan menurut pH dan mediumnya.
Standardisasi ini dilakukan dengan larutan Na2H2C2O4. Penggunaan Na2H2C2O4 ini
berdasarkan sifatnya yang murni. Reaksi antara H2C2O4.2H2O dan KMnO4 berlangsung
dalam suasana asam:
2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

5H2C2O4 + 2MnO4 + 6H2O

(Harjadi, 1993)
Sebelum dititrasi dengan KMnO4 terlebih dahulu H2C2O4 dipanaskan menjadi 700 C.
Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi. KMnO4 yang distandarisasi dengan
H2C2O4 pada suhu kamar akan memerlukan waktu yang lama.
Proses standarisasi KMnO4 ini tidak memerlukan indikator. KMnO4 itu sendiri telah
menjadi indikator karena KMnO4 mempunyai warna yang khas (ungu tua) dan pada saat
titrasi menimbulkan perubahan warna yang jelas.
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa konsentrasi KMnO4 berkurang dibandingkan
konsentrasi awal, karena KMnO4 adalah standar sekunder dengan kemurniannya yang
rendah. Mudah bereaksi dengan udara sehingga membentuk endapan MnO2 . Dan karena
KMnO4 telah tereduksi.
MnO4- + 8 H+ + 5e-

Mn2+ + 4 H2O

Dari hasil perhitungan didapat bahwa konsentrasi KMnO4 adalah


5.3

Penentuan ion ferro


Dalam menentukan ferro dengan titrasi, larutan ferro digunakan sebagai titrat, sedangkan
titrannya adalah KMnO4. Dalam proses ini perlu ditambahkan asam sulfat 1 N untuk
memberikan keasaman dalam larutan ferro, sehingga reaksi akan terjadi pada suasana asam.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
MnO4- + 8 H+ + 5e-

Mn2+ + 4 H2O
(Harjadi, 1993)

Dalam hal ini dihindari pemakaian HCl sebagai zat pembari suasana asam, sebab akan
terbentuk gas klorin yang berbahaya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2 MnO4- + 10Cl- + 16H+

2Mn2+ + 8H2O + 5Cl2


(Vogel, 1990)

Bila digunakan HNO3 sebagai zat pemberi suasana asam maka akan terbentuk gas NO.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2NO3- + 4H2SO4 + 6Fe2+

2NO + 6Fe3++ 4SO42- + 4H2O


(Vogel, 1990)

titrasi dihentikan bila telah terbentuk Fe3+ hasil oksidasi Fe2+, yaitu saat terbentuk warna ungu
muda stabil dari larutan semula yang tidak berwarna. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
MnO4- + 5Fe2+ + 8H+

5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O


(Harjadi, 1993)

Adanya H+ menunjukkan reaksi berjalan dalam suasana asam.


Dari hasil perhitungan didapat bahwa massa Fe2+ yang terkandung dalam sampel
adalah

7.1.2

784,28mgram.

VII.

PENUTUP

7.1

Kesimpulan

Titrasi permangonometri digunakan untuk menganalisa atau menentukan kadar Fe2+ dan
standarisasi larutan KMnO4 dengan menggunakan reaksi redoks

7.1.3

Dari hasil percobaan, didapatkan :


a. Konsentrasi KMnO4 hasil standardisasi =0,6997 N
b. Jumlah ion Fe2+ dalam sampel adalah sebesar 784,28 mg

analisa permanganometri
analisa permanganometri
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan KMnO4 0,1 N kemudian
membakukannya dengan Na2C2O4 diperoleh normalitas KMnO4 sebesar 0,0298 N. Serta
menentukan kadar nitrit dengan reaksi Redoks menggunakan larutan baku KMnO4 diperoleh
sebesar 6,5 %.
Pada pembakuan larutan KMnO4, yang bertindak sebagai analit adalah Na2C2O4
sedangkan KMnO4 bertindak sebagai titran. Dan pada penentuan kadar nitrit, yang bertindak
sebagai analit adalah KMnO4 yang kemudian ke dalamnya ditambahkan H2SO4. Sedangkan
sampel nitritnya bertindak sebagai titran.

I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Pembakuan larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
2. Menentukan kadar Nitrit dengan menggunakan larutan standar kalium permanganat.

1.2 Latar Belakang


Metode Permanganometri adalah suatu metode yang dilandaskan pada prinsip redoks
dan menggunakan larutan Kalium Permanganat sebagai suatu zat pengoksidasi. Reagensia
Kalium Permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih dari
100 tahun. Reagen ini mudah diperoleh, tidak mahal, dan tak memerlukan indikator kecuali
bila larutan yang digunakan sangat encer. Dalam teknik kimia sendiri, zat ini digunakan
untuk menentukan kadar dari suatu senyawa. Sebagai contoh dalam aplikasinya,
permanganometri digunakan untuk menentukan kadar besi dalam bijih besi, menentukan
kadar Ca2+ dalam kalsium karbonat pada proses pengolahan air, serta analisis kandungan
limbah cair produksi. Sehingga analisa permanganometri tidak hanya bermanfaat di skala
laboratorium namun juga di skala industri. Oleh karena itu, praktikum analisa
permanganometri diperlukan agar praktikan memahami konsep analisa permanganometri
dengan tepat.

II. DASAR TEORI

Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi


selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan
tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer.

Satu tetes

permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang
biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan
kelebihan reagen tersebut.

Permanganat mengalami beragam reaksi kimia, karena

Mangan(Mn) dapat dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7.


Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi
dalam larutan-larutan yang bersifat asam 0,1 N atau lebih besar :
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O + Eo = +1,51 V
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi
ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat
untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan:
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5 MnO2(s) + 4H+
(Day, R.A dan Underwood, 1986 : 332).
Kalium Permanganat bukanlah standar primer.

Sangat sukar untuk mendapatkan

pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas sama sekali dari mangan dioksida.Apa lagi, air yang
dipakai sebagai pelarut sangat mungkin masih mengandung zat pengotor lain yang dapat
mereduksi Permanganat menjadi Mangan dioksida (MnO2). Adanya zat ini sangatlah
mengganggu, karena akan mempercepat penguraian

dari larutan permanganat setelah

didiamkan.
Reaksi Penguraian :
4MnO4- + 2H2O 4MnO2- + 3O2- + 4OHPermanganat merupakan oksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi
MnO2 menurut persamaan :
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Larutan Kalium Permanganat(KMnO4) dapat distandarisasikan dengan menggunakan
arsen (III) oksida atau Natrium Oksalat sebagai

larutan standar primer,larutan standar

sekunder meliputi besi logam, dan besi (II) etilenadiamonium sulfat ( etileradiamina besi (II)
sulfat), FeSO4, C2H4(NH3)2SO4, 4H2O (Basset, J. dkk, 1984 : 212).
Larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung dalam penetapan
zat pengoksida, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan mangan, oksida
semacam itu sukar dilarutkan dalam asam atau basa tanpa mereduksi logam itu ke keadaan
yang lebih tinggi. Tidak praktis untuk menitrasi zat ini secara langsung karena reaksi dari zat
padat dengan zat pereduksi berjalan lambat (Day, R. A dan Underwood, 1986).
Oleh karena itu sampel diolah dengan kuantitasnya yang berlebih diketahui sesuatu zat
peruduksi dan dipanasi agar reaksi lengkap. Kemudian kelebihan zat pereduksi dititrasi
dengan Permanganat standar. Berbagai zat pereduksi dapat digunakan seperti AS2O3 dan
N2C2O4. Analisis pirolusit, atau bijih yang mengandung MnO2 merupakan latihan yang lazim
bagi mahasiswa. Reaksi MnO2 dengan HASO2 :
MnO2(s) + HASO2 + 2H+ Mn2+ + H3AsO4
Dalam larutan yang bersifat basa, KMnO4 agar mudah mengoksidasi ion-ion iodida,
sionida, tiosianat, dan beberapa senyawa organik dioksidasi oleh kalium permanganat
menjadi oksalat, bukan menjadi karbondioksida (Rivai, 1995).
Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah Kalium Permanganat dalam
air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih, kemudian saring endapan MnO2 yang
terbentuk, lalu dibakukan dengan zat baku utama. Zat baku utama yang lazim dipakai adalah
Natrium Oksalat.
Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan tersebut adalah sebagai berikut :
5C2O42- + 2MnO42- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Titik titrasi akhir ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan oleh
kelebihan Permanganat (Rivai, 1995).
Standarisasi larutan Kalium permanganat dapat dilakukan dengan senyawa Natrium
Oksalat (Na2C2O4) yang juga merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam
larutan asam.

Senyawa ini mempunyai derajat kemurnian yang tinggi, stabil pada

pengeringan dan tidak mudah menguap.

Reaksi dengan Permanganat agak rumit, dan

meskipun telah banyak penyelidikan, mekanisme yang eksak masih belum jelas. Reaksi itu
lambat pada temperatur kamar dan karenanya biasanya larutan dipanaskan yaitu pada suhu
sekitar 60oC (Day, R. A dan Underwood, 1986 : 341).
Penetapan titrimetrik terhadap Kalsium dalam batu kapur seringkali digunakan sebagai
latihan mahasiswa.Kalsium diendapkan sebagai Kalsium Oksalat(CaC2O4). Setelah disaring
dan dicuci, enadapan dilarutakn dalam Asam Sulfat dan Oksalatnya dititrasi dengan

Permanganat.Prosedur ini lebih cepat dibandingkan prosedur Gravimetri (Day, R. A dan


Underwood, 1986).

III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
-

Gelas beker 50 mL

Buret 50 mL

Erlenmeyer

Gelas arloji

Neraca analitik

Gelas ukur 10 mL

Statif

Sudip

Botol semprot
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

NaNO2 (Natrium Oksalat)

H2SO4 pekat

Larutan KMnO4 (Kalium Permanganat)

Larutan H2SO4 pekat

Akuades

3.2 Prosedur Kerja


A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
1. Menimbang 0,1 gram NaC2O4 dan melarutkan dengan aquades.
2. Menambahkan 2,5 mL H2SO4 pekat, mengaduk sampai volume totalnya 50 mL.
3. Mengambil 5 mL larutan untuk dititrasi.

4. Menitrasi dengan KMnO4 sambil mengocok perlahan sampai berubah warna dari ungu
menjadi merah muda
5. Mengulangi sebanyak 2 kali dan mencatat volume titrasinya.
B. Penentukan Kadar Nitrit
1. Menimbang nitrit sebanyak 0,2 gram dan melarutkannya dengan aquades sampai volume
totalnya 50 mL dan memasukkannya kedalam buret.
2. Memipet 5 mL KMnO4 kedalam erlenmeyer dan menambahkan 2,5 mL H2SO4.

3.

Menitrasi dengan larutan nitrit yang ada dalam buret sampai warna berubah dari ungu
menjadi bening.

4. Mengulangi sebanyak 2 kali dan mencatat hasilnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
Tabel 4.1 Pembakuan Larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
No

Langkah Percobaan

Menimbang 0,1 gram Natrium Oksalat

Menambahkan
mengaduknya

H2SO4
kemudian

pekat

Hasil
Massa = 0,1 gram

dan V H2SO4 = 2,5 mL

menambahkan Vakuades = 50 mL

akuades
3

Mengambil larutan untuk dititrasi

Menitrasi dengan KMnO4 sambil dikocok Titrasi I


perlahan.

V = 5 mL

V awal = 16,3 mL
V akhir = 18,9 mL
V titrasi I = 16,3 18,9

= 2,6 mL

Titrasi II
V awal = 18,9 mL
V akhir = 21,5 mL
V titrasi I = 18,9 21,5
= 2,6 mL

V rata-rata=
= 2,6 mL
Larutan menjadi pink

B. Penentuan Kadar Nitrit


Tabel 4.2 Penentuan Kadar Nitrit
No
1

Langkah Percobaan
Menimbang NaNO2

dan melarutkannya Massa = 0,2 gram

dengan aquades.

Hasil

V akuades = 50 mL

Memipet 5 mL KMnO4 dan memasukkannya


ke dalam erlenmeyer.

Menambahkan 2,5 mL H2SO4 ke dalam


erlenmeyer.

Menitrasi dengan lerutan sampel nitrit

Titrasi I
V awal = 16,5 mL
V akhir = 17,7 mL
V titrasi I = 17,7 - 16,5
= 1,2 mL

Titrasi II
V awal = 19,5 mL
V akhir = 20,7 mL
V titrasi I = 20,7 19,5
= 1,2 mL

V rata-rata=
= 1,2 mL
Warna berubah dari
ungu menjadi bening

4.2 Pembahasan
A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
Dalam percobaan ini natrium oksalat merupakan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam larutan asam. Sebelum melakukan pembakuan larutan KMnO4 dengan
NaC2O4 praktikan harus menembahkan H2SO4 ke dalam NaC2O4 pada saat penambahan
terjadi reaksi :
2Na+ +C2O42- + 2H+ + SO42-

H2C2O4 + 2Na+ + SO42-

Pengasaman larutan dengan H2SO4 tidak akan menghasilkan reaksi samping, tetapi
jika menggunakan HCl maka asam itu tidak akan dapat digunakan karena HCL dapat
teroksidai menjadi klor. Fungsi penambahan H2SO4 adalah sebagai pendonor H+, membuat
larutan dalam suasana asam dan juga melepas oksigen dari C2O4 agar bilangan oksidasinya
turun, sehingga Na2C2O4 lebih mudah bereaksi dengan KMnO4. Selain itu fungsi
penambahan H2SO4 adalah untuk mengubah natrium oksalat menjadi asam oksalat dan juga
untuk menurunkan energi aktivasinya. Penambahan H2SO4 juga berfungsi sebagai katalis
untuk mempercepat reaksi.
Reaksi permanganat dengan NaC2O4 berjalan lambat dalam suhu ruangan sehingga
biasanya harus dipanaskan pada suhu 70-80oC agar reaksi yang terjadi dapat bejalan dengan
cepat. Walaupun dengan temperatur yang dipertinggi reaksi mulai dengan perlahanm, namun
kecepatannya meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Ion ini dapat memberikan efek
ketitiknya dengan cara bereaksi cepat dengan permangannat untuk memberikan mangan.
Reaksi yang terjadi antara oksalat dengan permanganat adalah :
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+

2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

Pada saat titrasi larutan mengalami perubahan warna yang semula bening menjadi
warna pink. Hal ini menunjukan bahwa larutan tersebut telah mencapai titik ekivalen dan

berakhirnya titrasi dimana larutan KMnO4 sebagai titran jumlah molnya sama dengan jumlah
mol pada titrat. Terjadinya perubahan warna karena Mn2+ ( larutan bening) dan MnO4tereduksi oleh Na2C2O4 menjadi Mn2+ (merah muda). Volume rata-rata titrannya adalah 2,6
mL dan berdasarkan perhitungan normalitas KMnO4 sebesar 0.057 N.
B. Penentuan Kadar Nitrit
Untuk menentukan suatu kadar nitrit, sampel nitrit diencerkan dan dimasukan kedalam
buret. Kadar nitrit dapat ditentukan dengan menggunakan titrasi redoks dan menggunakan
larutan baku KMnO4. KMnO4 bertindak sebagai titrat yang ditambahkan H2SO4 agar larutan
bersuasana asam, H2SO4 juga menurunkan bilangan oksidasi dengan cara melepaskan oksigen
dari MnO4 sehingga KMnO4 lebih mudah bereaksi dengan NaNO2. Larutan yang
ditambahkan H2SO4 reaksinya lebih cepat karena H2SO4 bertindak sebagai katalisator.
Larutan yang dititrasi dengan nitrit mencapai titik ekivalen dengan berubahnya warna dari
ungu menjadi bening. Perubahan warna ini disebabkan karena jumlah KMnO 4 telah
berkurang dan jumlah NaNO2 sebagai titrat telah sedikit berlebih dan telah mencapai titik
ekivalen dimana jumlah mol titrat sama dengan jumlah mol titrannya. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
NaNO2 + H2SO4 Na2SO4 + 2 H+ + NO22MnO4- + 6H+ + 5NO2- 2Mn2+ + 3H2O + 5NO3Dari hasil titrasi titik ekivalen dicapai dengan volume sebesar 1,2 mL. Berdasarkan hitungan,
kadar nitrit dalam NaNO2 sebesar 6,5%.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Permanganometri merupakan titrasi reduksi oksidasi dengan menggunakan larutan
baku permanganat.
2. Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan dapat
dipakai tanpa penambahan indikator, karena ia dapat bertindak sebagai indikator
(autoindikator).

3. Normalitas KMnO4 yang diperoleh sebesar 0,057 N.


4. Kadar nitrit yang diperoleh adalah sebesar 6,5 %.

Saran
Dalam praktikum ini sangat dibutuhkan ketelitian dan kesabaran terutama pada saat
titrasi karena hanya dengan beberapa mL saja larutan bisa berubah dan melewati titik
ekivalen apabila kita tidak teliti dan berhati-hati.

7.2

Saran
7.2.1 Praktikan harus memahami materi sebelum praktikum
7.2.2 Praktikan harus teliti agar didapatkan hasil yang tepat

TITRASI REDOKS (
PERMANGANOMETRI)
PERCOBAAN VI
TITRASI REDOKS ( PERMANGANOMETRI)

1. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah membuat larutan KMnO4 dan pembakuannya, serta
penentuan Ca nitrit dengan KMnO4.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Semula istilah oksidasi diterapkan pada reaksi suatu senyawa yang bergabung dengan
oksigen dan istilah reduksi digunakan untuk menggambarkan reaksi dimana oksigen
diambil dari suatu senyawa. Suatu reaksi redoks dapat terjadi apabila suatu pengoksidasian
bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Dari percobaan masing-masing dapat ditentukan
pereaksi dan hasil reaksi serta koefisiennya masing-masing (Syukri, 1999).

Reduksioksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke reduktor.


Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan
oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan
bilangan oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan
elektron atau reaksi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi redoks secara umum
dapat dituliskan sebagai berikut :
Ared + Boks Aoks + Bred
Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion logam lain, ada
kemungkinan terjadi reaksi redoks, misalnya:
Ni(s) + Cu2+(l) Ni2+ + Cu(s)
Artinya logam Ni dioksidasi menjadi Ni2+ dan Cu2+ di reduksi menjadi logam Cu.
Demikian pula peristiwa redoks tersebut terjadi pada logam lain seperti besi. Sepotong
besi yang tertutup lapisan air yang mengandung oksigen akan mengalami korosi (Arsyad,
2001).
Dalam kehidupan sehari-hari korosi dikenal dengan besi berkarat yaitu terbentuk
senyawa Fe2O3xH2O, dalam berbagai industri dibutuhkan cukup besar dana untuk mengatasi
kerugian yang disebabkan oleh korosi. Proses korosi pada dasarnya merupakan proses
elektrolisis yaitu reaksi antara logam dengan zat lain yang menyentuh permukaan sehingga
membentuk oksida logam. Besi bertindak sebagai anoda, permukaan logam dioksidasi
dengan reaksi berikut :
Fe Fe2+ + 2eDan reaksi yang terjadi pada karbon sebagai katoda yaitu :
O2 + H2O + 2e- 2OHAda beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi, salah satunya dengan menutup
permukaan logam dengan zat lain agar tidak terjadi kontak langsung dengan lingkungan,
seperti memberi cat, mengoleskan minyak atau oli, atau dengan cara melapisi logam dengan
dengan logam lain yang lebih mudah teroksidasi, misalnya magnesium (Mg). Elektron yang
dibutuhkan oleh oksigen diambil dari magnesium bukan dari logam yang dilindungi. Suatu
proses reduksi dan oksidasi yang berlangsung secara spontan merupakan pengertian lain dari

redoks. Dalam artian, selama berlangsungnya oksidasi, oksidatornya sendiri akan tereduksi
pula. Begitu pula juga sebaliknya. Dengan demikian suatu proses oksidasi selalu disertai
dengan proses reduksi dan sebaliknya. Redoks kadang-kadang juga sebagai perubahan kimia
yang didalamnya terdapat peralihan elektron dari suatu proses atom atau molekul atau ion
lain. Dalam proses-proses elektrokimia dalam sel-sel oksidasi (pada anoda) dan reduksi (pada
katoda) juga terjadi. Sistem ini pun acap kali dikenal sebagai sistem redoks (Vogel, 1985).
Reaksi-reaksi kimia yang beraneka ragam jenisnya dapat diklasifikasikan berdasarkan
aspek tertentu, jika ditinjau dari segi pertukaran energi dikenal dengan reaksi eksoterm. Dan
jika ditinjau dari segi reversibelnya dikenal dengan reaksi kesetimbangan dan reaksi
berkesudahan. Apabila ditinjau dari adanya perpindahan elektron atau reaksi tanpa adanya
perpindahan elektron maka kita dapat menyebutnya reaksi redoks dan bukan redoks
(Resenberg, 1992)
Kata redoks adalah singkatan dari reduksi oksidasi, dimana reduksi merupakan
peristiwa penangkapan elektron dan oksidasi merupakan peristiwa pelepasan elektron. Dalam
pengertian ini, konsep reduksi tidak terbatas pada reaksi yang menyangkut oksigen saja.
Semua reaksi penangkapan elektron disebut reaksi reduksi (Arifin, 1995)
Melepas elektron berarti memberikan elektron kepada atom lain. Oleh karena
itu,peristiwa pelepasan elektron oleh suatu atom selalu disertai peristiwa oksidasi. Jika suatu
zat mengalami oksidasi (melepas elektron), maka zat itu menyebabkan zat lain mengalami
reduksi (menangkap elektron). Itulah sebabnya zat yang mengalami oksidasi disebut zat
pereduksi (reduktor), karena mereduksi zat lain. Sebaliknya,jika zat mengalami reduksi
disebut zat pengoksidasi(oksidator)sebab ia mengoksidasi zat lain (Pudjatmaka, 1994).
Oksidasi adalah metode analisa berdasarkan peristiwa oksidasi dan reduksi atau
disingkat dengan redoks. Redoks adalah proses kimia dimana polaritas unsur (valensi
bilangan oksidasi berubah). Proses ini menyangkut perpindahan sempurna elektron dalam
pembentukan ikatan kovalen. Dalam reduksi polaritas unsur turun karena menerima elektron.
Perpindahan-perpindahan elektron adalah peristiwa arus listrik antara dua kutub (anoda dan
katoda) (Resenberg, 1992).
Dalam titrasi, reaksi elektron terjadi antara dua kutub yang rapat dan berdampingan.
Dalam reaksi redoks, berat ekuivalen unsur adalah berat atom dibagi perubahan polaritas.
Bila dalam atom dilampaui suatu molekul perubahan dalam polaritas (oksidasi atau reduksi).
Maka, berat ekuivalen unsur adalah berat molekul dibagi jumlah keseluruhan perubahan
polaritas sebesar 1 (satu) (Day, 1998).

Kafein merupakan alkaloid dengan penamaan kimia 1, 3,7-trimetil xanthina. Dalam


aktivitasnya secara faal, kafein berfungsi sebagai stimulat/perangsang. Kadar kafein dalam
daun teh labih besar daripada di dalam biji kopi. Kadar kafein di dalam teh adalah sebesar 24%, sedangkan di dalam biji kopi hanya mencapai 0,5% (Vogel, 1985).
Kafein terdapat pada teh, kopi, kola, mente dan coklat. Selain itu kafein juga dapat
diperoleh dari sintesa kimia. Kadar kafein dalam teh lebih besar dari pada di dalam kopi.
Kadar kafein di dalam teh 2-4%, sedangkan di dalam kopi hanya 0,5%. Kafein dapat bereaksi
dengan iodium secara adisi, sehingga kadar kafein dapat diukur dengan larutan Iodium.
Untuk reaksi adisi dengan kafein digunakan iodium berlebih, kelebihan iodium di analisa
dengan titrasi redoks, yaitu penetapan kadar zat berdasarkan atas reaksi reduksi dan oksidasi
(Syukri, 1999).
Iodium merupakan oksidator, sehingga untuk titrasi dibutuhkan reduktor untuk
terjadinya reaksi redoks, misalnya Natrium Thiosulfat (Na2S2O3)
I2 + 2e- 2I2S2O32- S4O62- + 2eI2 + 2S2O32- 2I- + S4O62Untuk mengetahui kadar kafein, maka terlebih dahulu teh diekstraksi dengan alkohol.
Kemudian larutan yang mengandung kafein ini ditambahkan larutan iodium yang telah
diketahui volume dan konsentrasinya. Kelebihan iodium setelah terjadi reaksi adisi di titrasi
dengan larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3), sehingga iodium yang teradisi oleh kafein
dapat dihitung.
Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa cara berdasarkan pemakainnya:
1. Na2S2O3 sebagai titran dikenal sebagai iodimetri tak langsung.
2. I2 sebagai titran, dikenal sebagai iodimetri langsung dan kadangkadang dinamakan
iodimetri.
3. Suatu oksidator kuat sebagai titran, diantaranya paling sering dipakai ialah:
a) KMnO4

b) K2CrO7c)

Ce (IV)

4. Reduktor kuat sebagai titran (Haryadi, 1994).


III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada pecobaan ini adalah gelas arloji, gelas beaker, eksikator,
buret, erlenmeyer, indikator merah metil, kertas saring, labu takar, pipet, gelas kimia, neraca
analisis dan batang pengaduk.
B. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada prcobaan ini adalah akuades, indikator MM, larutan
KMnO4, larutan Na2C2O4, H2SO4, larutan H2C2O4, NaOH, CaCO3, NH4 oksalat, amoniak.
IV. PROSEDUR KERJA
A. PEMBUATAN LARUTAN KALIUM PERMANGANAT 0,1 N
1. 3,20-3,25 gram kristal KMnO4 ditimbang dengan teliti dalam gelas arloji.
2.

Kristal KMnO4 dipindahkan ke dalam gelas beaker.

3. Kristal KMnO4 dilarutkan dengan akuades, dan diencerkan sampai volume 1 L.


4. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih selama 1 jam.
5. Kemudian didinginkan pada temperatur kamar, dan didiamkan selama 1 hari.
6. Larutan tersebut disaring, dan filtratnya disimpan dalam botol gelap.
B. PEMBAKUAN LARUTAN KALIUM PERMANGANAT
DENGAN

NATRIUM OKSALAT ( Na2CO4)

1. Natrium oksalat dikeringkan pada suhu 105-1100 C selama 2 jam.


2. Natrium oksalat didinginkaan dalam desikator.
3.

Kemudian ditimbang dengan teliti 0,13 gram Na2CO4.

4. 0,13 gram Na2CO4 dilarutkan dengan Aquades dan ditambahkan 0,325 M H2SO4 pekat.
5. Setelah itu diaduk dan diencerkan sampai volume 500 ml
6. Kemudian dipanaskan sampai hampir mendidih (70-80oC).
7. Larutan Na2CO4 dititran dengan larutan KMnO4 dari buret sambil dikocok
8.

perlahan.

Titik akhiri didapat bila larutan berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda (warna
merah muda tidak berubah selama 1 menit).

9.

Prosedur di atas diulangi 2 atau sampai 3 kali dan hasilnya dirata-ratakan.


C. PENENTUAN KALSIUM ( Ca2+) DALAM CaCO3

1. Ca Karbonat 0,15-0,2 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker 400 ml.
2.

Akuades ditambahkan kedalam gelas beaker sampai volume 200 ml, lalu ditambahkan
indikator metil merah.

3. Larutan dipanaskan sampai mendidih.


4. Setelah itu ditambahkan larutan 1,5 gram NH4 Oksalat dalam 25 ml akuades secara perlahanlahan sambil diaduk perlahan.
5. Kemudian dipanaskan pada temperatur 70-80oC selama 15 menit.
6. Sambil diaduk, ditambahkan amonia (1:1) beberapa tetes hingga cairan netral.
7. Endapan Ca oksalat disaring dengan kertas saring.
8. Endapan dicuci dengan akuades (filtrat dibuang).
9. Ca oksalat dilarutkan dengan H2SO4 (1:8).
10. Kertas saring dicuci dengan air panas.
11. Kemudian dititrasi dengan larutan standar KMnO4, dan diamati adanya perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi merah muda.
V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
1. Hasil pengamatan dan langkah percobaan.
a.

Pembakuan Larutan Kalium Permanganat dengan natrium oksalat (Na2C2O4)


No

Langkah Percobaan

Hasil Pengamatan

1.

Na2C2O4 dimasukkan ke dalam gelas kimia

Warna bening
V lar. Na2C2O4=10 ml

2.

Na2C2O4 dititrasi dengan KMnO4

Warna berubah menjadi


merah muda

Titrasi dilakukan
3.
1 kali lagi

Vawal = 1,5 ml
Vakhir = 2 ml
Vt

b.

= 1,75 ml

Penentuan kadar kalsium dalam CaCO3


No
1.

Langkah Percobaan

Hasil Pengamatan

0,2 gram CaCO3 diambil dan ditambahkan Warna bening


200 ml akuades

2.

3 tetes indikator MM ditambahkan

3.

Larutan dipanaskan hingga mendidih

4.

Larutan dari 1,5 gr NH4 dalam 25 ml Terjadi pengendapan Ca


akuades
erlenmeyer.

ditambahkan

ke

Warna menjadi kuning

dalam oksalat

5.

Larutan ini dipanaskan pada temperatur Warna kuning


70-80 C

6.

Endapan Ca oksalat disaring dengan


kertas saring.

7.

Endapan dilarutkan dengan H2SO4 (1:8)

Warna coklat

8.

Kemudian dititrasi dengan larutan standar V KMnO4 = 7,3 ml


KmnO4

2. Perthitungan
a.

pembakuann larutan kalium permanganat dengan Natrium Oksalat


Diketahui : V KMnO4 = 2,05 ml
m KMnO4 = 0,3 gr
V Na2C2O4 = 25 ml
Ditanya : N KMnO4=...?
Jawab

:
N Na2C2O4 = mol Na2C2O4 x e Na2C2O4
V Na2C2O4
= 0,3/134 gmol-1 x2
0,05 L
= 0,0895 N

(N x V) Na2C2O4 = (N x V) KMnO4
N KMnO4 =

= 0,0895 x 25 ml
2,05 ml

= 1,0914 N
b.

Penentuan Ca2+ dalam CaCO3


Diketahui : V KMnO4 = 1,75 ml
N KMnO4 = 1,0914
M CaCO3 = 0,2 g
e H2C2O4 = 2

BA Ca
Ditanya

= 40,08 g/mol

: % Ca2+ = ....?
Jawab

= mgrek C2CO42-

mgrek MnO4

(N x V) KMnO4
2

= 5 ( mmol H2SO4 x e )
m mol H2SO4
5xe

= 2 x (N x V) KMnO4
= 2 x 1,0914 x 1,75

10
= 0,38199
= 0,38199 x 10-3 mol
1 massa Ca2+

= mol Ca2+ x BA Ca2+


= 0,38199 x 10-3 mol x 40,08 g/mol
= 0,0153 gram
Kadar Ca2+

= M. Ca2+

x 100%

M. CaCO3
= 0,0153 gram x 100%
0,2
= 7,65 %

B. Pembahasan
1. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat
Pada percobaan ini larutan kalium permanganat distandarisasi terhadap Na2C2O4 dalam
suasana asam (dengan penambahan H2SO4 pekat) karena reaksi hanya dapat berlangsung
dalam suasana asam dan sangat cepat dalam suasana netral. Fungsi dari penambahan H2SO4
sebelum dan sesudah reaksi atau sebelum titrasi dilakukan agar menambah jumlah ion H+
sehingga menambah keasaman larutan dan memudahkan untuk mengetahui titrasi sudah
mendapati titik ekuivalen (perubahan warna). Reaksi yang terjadi:
2 Na+ + C2O42- + 2H+ + SO42- H2C2O4 + 2Na+ + SO422MnO4 + 5H2C2O4 + 6H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
1 mol Na2C2O4 = 2ekuivalen Na2C2O4

Larutan yang dipergunakan adalah larutan KMnO4, yang juga dapat digunakan sebagai
bahan titrasi untuk mengamati perubahan warna dari larutan tidak berwarna menjadi
berwarna merah muda. Dalam hal ini KMnO4 juga berfungsi sebagai indikator. Percobaan
mengenai titrasi redoks (Permanganometri) ini membahas mengenai tentang pembakuan
larutan kalium permanganometri dengan natrium oksalat, yang berada dalam bentuk indikator
berbeda warna dari bentuk oksidasi pada penetrasian KMnO4 terhadap larutan oksalat dalam
suasana asam dengan suhu 70-80 oC, perlakuan seperti ini dalam suatu reaksi bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi, sebab suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
reaksi sehingga diperoleh perubahan warna dalam suatu larutan tersebut. Hasil percobaan
yang telah selesai dilakukan praktikan mengenai materi pembuatan kalium permanganat
dengan natrium oksalat dengan beberapa langkah percobaan. Diantaranya adalah penggunaan
natrium oksalat sebanyak 0,3 gram dan diencerkan menggunakan air (akuades), air disini
digunakan karena merupakan pelarut yang baik dan memiliki karakteristik sendiri. Kemudian
larutan natrium ditambahkan dengan 12,5 ml H2SO4 pekat. Dapat kita lihat bahwa perubahan
yang terlalu lambat pada penitrasian, disebabkan karena pada waktu penambahan atau pada
saat penimbangan bahan terdapat kesalahan. Dalam penitrasian apabila terjadi perubahan
warna menjadi merah muda(pink), maka percobaan ini dianggap berhasil.
Nilai volume titrasi yang dihasilkan dari percobaan di atas adalah 1,75 ml. Besarnya
volume yang dihasilkan dikarenakan dalam reaksinya menghasilkan CO2 dan H2O yang
diperhatikan koefisiennya bernilai besar. Normalitas KMnO4 yang dihasilkan adalah 1,0914
N lebih besar daripada nilai normalitas Na2C2O4 yaitu sebesar 0,0895 N.
2. Penentuan Kalsium (Ca2+) dalam CaCO3
Untuk menentukan kadar Ca2+ dalam kalsium karbonat, digunakan dasar penentuan
kalsium pada umumnya. Oksalat yang bereaksi dengan Ca2+ menjadi endapan Ca oksalat,
disaring dan dipisahkan dari filtratnya. Ca oksalat dilarutkan dalam asam sulfat dan asam
oksalat yang dibebaskan setelah diasamkan dengan asam sulfat kemudian dititrasi dengan
larutan standar KMnO4. Reaksi yang terjadi:

1 mol CaCO3 = 2 ekuivalen CaCO3

Nilai volume titrasi yang dihasilkan pada percobaan ini sebesar 7,3 ml. Massa Ca2+
yang didapat adalah 0,0153 gram, dan kadar Ca2+ yang diperoleh dari percobaan ini adalah
sebesar 7,65%.
Dalam percobaan ini terjadi kesalahan yaitu terletak pada larutan pentiter KMnO4 pada
buret terkena sinar, terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan kali ini, jadi dapat diambil suatu
kesimpulan yaitu :
1. Perubahan warna pada penentuan kadar Ca2+ dalam CaCO3 seharusnya adalah dari
warna kuning menjadi warna merah muda
2. Penentuan kadar Ca2+ dalam CaCO3 menghasilkan perubahan warna kuning menjadi
warna coklat.
3. Perubahan warna pada penentuan kadar Ca2+ dalam CaCO3 seharusnya adalah dari
warna kuning menjadi warna merah muda
4. Rata-rata hasil perhitungan pembakuan larutan kalium dengan natrium oksalat
Na2C2O4 yaitu sebesar 0,0895 N dan Normalitas KMnO4 yang dihasilkan adalah
1,0914 N.
5. Rata-rata hasil perhitungan perubahan kalsium Massa Ca2+ yang didapat adalah
0,0153 gram, dan kadar Ca2+ yang diperoleh adalah sebesar 7,65%.

DAFTAR PUSTAKA

A.Hadyana Pudjatmaka 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. WGC. Jakarta.


Arifin.1995. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.
Arsyad, M Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Day, R. A. Jr and A. L. Underwood. 1998. Kimia Analisis Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Dicky. D.P 2013. Titrasi Redoks (Permanganometri)
http://dsikreatif.blogspot.com/2013/11/titrasi-redoks-permanganometri.html
Diakses pada tanggal 06 November 2013

Irfan, Anshary. 1986. Penuntun Pelajaran Kimia. Ganeca Exact, Bandung.


Haryadi, Benny. 1994. Kimia 2. Balai Pustaka, Jakarta.
Resenberg. 1992. Kimia Dasar I. Erlangga. Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB, Bandung.
Vogel,1985. Analisa Anorganik Kualitatis. Kalmen Media Pustaka, Jakarta.

LAMPIRAN PERCOBAAN
Na oksalat 0.3 gram dilarutkan dengan aquades sedikit
Campurkan 12.5 ml H2SO 4 (1:8). Tambahkan aquades hingga tanda tera.
Panaskan hingga 70-800C

2.3-0.3 = 2

Titrasi dengan larutan metil berubah warna menjadi jingga

V1 = 2 ml

V1 = 2 ml (0.3-2.3)

V2 = 2.1 ml

V2 = 2.1 ml (2.3-4.4)

Rata-ratanya

V2 + V1 = 2.1+2 = 4.1 = 2.05


2

B. Penentuan kalium (Ca2-1) dalam CaCO3


o Ca karbonat/ CaCO3 = 0.2 gram. Masukkan kedalam beaker gelas 200 ml lalu ditambahkan
indikator merah metil beberapa tetes, dipanaskan sampai mendidih kemudian ditambahkan
larutan NH4 1.5 gram oksalat dalam 25 ml aquades.
o Panaskan pada temperatur 70-800C, ditambahkan amonia (1:1) 10 tetes sambil diaduk larutan
berubah menjadi warna kuning saring larutan sampai menjadi endapan, lalu endapan
dicampur dengan H2SO4 (1:8) sebanyak 10 ml.\
Setelah endapan larutan dilakukan titrasi dengan larutan KMnO4. Titrasi diteruskan sampai
sampai terjadi terubahan warna dan tak berwarna menjadi merah muda
Titrasi I

Titrasi II

V1 = 33

V1 = 31.5

V2 = 35

V2 = 33

Vakhir = V2-V1

Vakhir = V2-V1

= 35 33

= 33 31.5

= 2 ml

= 1.5 ml

Rata-rata titrasi

= titrasi I + Titrasi II
= 2 + 1.5
2
= 3.5
2
= 1.75 ml

Anda mungkin juga menyukai