Reaksi
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan
bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun.
Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang
tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat
dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci,
dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan
pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama,
larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa.
H2O2
H2O
O2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang
pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
PERMANGANOMETRI
Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation atau ion-ion yang
dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain, adalah :
Zat
dioksidasi menjadi
Fe 2 +
------------------------------> Fe 3 +
Sn 2 +
------------------------------> Sn 4 +
C2O4 2
------------------------------> CO3 -
SO3
------------------------------> SO4 2 -
H2O2
------------------------------> O2
Mo3+
------------------------------> MoO4-
Ti3+
------------------------------> TiO2+
As3+
------------------------------> AsO43-
2.
Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi tidak langsung zat-zat yang dapat
direduksi (oksidator). Didalm tiap-tiap penetuan, sejumlah tertentu reduktor (seperti garam
ferro atau oksalat) ditambahkan kepada larutan oksidator yang akan dianalisa, stelah reduksi
smpurna, kelebihan reduktor dititrasi dengan KMnO4 standar , beberapa zat yang dapat
ditentukan dengan cara ini adalah sebagai berikut :
Zat
dioksidasi menjadi
MnO4 -
------------------------------> Mn +2
Cr2O7
------------------------------> Cr 3 +
MnO2;Mn3O4
------------------------------> Mn 2 +
PbO2; PbO3;PbO4
------------------------------> Pb 2 +
Ce 4+
3.
------------------------------> Ce3+
Dipergunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat. Dalam hal ini
permanganate direduksi menjadi MnO2 yang berbentuk endapan , larutan KMnO4 (1 N
adalah suatu larutan yang setiap liternya mengandung 1/gmol KMnO4). Beberapa zat yang
dapat ditentukan dengan cara ini adalah :
Zat
Mn
dioksidasi menjadi
2+
------------------------------> MnO2 2 +
PERMANGANOMETRI
PERCOBAAN V
PERMANGANOMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1.
1.2.
Menentukan kadar besi sebagai besi(II) dan besi(III), kandungan mangan dalam batuannya,
penentuan ion nitrit, dan menentukan jumlah kalsium.
1.3.
Memahami reaksi reduksi dan oksidasi dengan kalium permanganat sebagai dasar analisis
dan mempelajari aplikasi reaksi redoks hidrogen peroksida dengan permanganat.
Mn2+ + 4H2O
MnO2 + 2H2O
e-
MnO42-
Kebanyakan titrasi dilakukan dalam keadaan asam menurut (1), disamping itu ada
beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan- bahan organik. Daya
oksidasi MnO4- dalam keadaan ini lebih kecil sehingga letak keseimbangan kurang
menguntungkan. Untuk menarik keseimbangan kearah hasil titrasi, titrat ditambah Ba2+ yang
dapat mengendapkan MnO42- menjadi BaMnO4. Selain menggeser keseimbangan kearah
kanan, pengendapan ini juga mencegah reduksi MnO4- itu lebih lanjut.
(Harjadi, 1993)
2.2 Volumetri-Titrimetri
Analisis titrimetri adalah salah satu divisi besar dalam kimia analitik. Perhitungan yang
tercakup didalamnya didasarkan pada hubungan stoikiometri dari reaksi kimia yang
sederhana.
Analisis dengan metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia seperti:
aA +
tT
produk
dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan t molekul analit, T. pereaksi T yang disebut
titran, ditambahkan secara kontinyu, biasanya dari sebuah buret, dalam wujud larutan yang
konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan standar, dan konsentrasinya ditentukan
dengan sebuah proses yang dinamakan standardisasi. Penambahan dari titran tetap dilakukan
sampai jumlah T secara kimiawi sama dengan yang telah ditambahkan kepada A. Selanjutnya
akan dikatakan titik ekuivalen dari titrasi telah dicapai. Agar diketahui kapan harus berhenti
menambahkan titran dapat digunakan bahan kimia berupa indikator, yang bereaksi terhadap
kehadiran titran yang berlebih dengan adanya perubahan warna. Titik dalam titrasi dimana
indikator berubah warnanya disebut titik akhir. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini
sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. Pemilihan indikator untuk membuat kedua titik
sama (atau mengoreksi perbedaan diantara keduanya) adalah satu aspek yang penting dalam
analisis titrimetri. Indikator visual hanyalah satu diantara beberapa metode yang digunakan
untuk mendeteksi titik akhir dari titrasi. Teknik lain, yaitu dengan mendeteksi perubahan tibatiba dalam sebuah kondisi fisika atau kimia suatu larutan juga ada.
Istilah titrasi mengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan untuk
mencapai titik ekuivalen. Istilah analisis titrimetri telah bertahun-tahun dipergunakan.
Kendatipun demikian, istilah titrimetri lebih diminati karena pengukuran volume tidak harus
terikat dengan titrasi, misalnya seseorang dapat mengukur volume dari suatu gas.
(Underwood, 1998)
2.1.1 Titrasi
Titrasi merupakan cara analisis volumetrik dengan cara menambahkan reagen pada
reagen lain yang volumenya diketahui, penambahan dilakukan perlahan-lahan sampai titik
akhir tercapai. Volume yang ditambahkan untuk mencapai titik akhir dicatat. Jika salah satu
larutan diketahui konsentrasinya maka konsentrasi reagen lainnya dapat dihitung.
(Daintith, 1994)
2.1.2
Larutan Standar
Larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya sudah ditetapkan secara akurat.
Beberapa larutan standar dapat dibuat secara langsung dengan melarutkan sejumlah terukur
zat murni di dalam pelarut sampai volume tertentu. Zat-zat yang dapat digunakan langsung
untuk membuat larutan standar disebut zat standar primer.
(Rivai, 1990)
Larutan standar primer yaitu suatu larutan yang dibuat dari suatu bahan yamg konsentrasi
larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan
volume yang terjadi.
2. Larutan standar sekunder
Larutan standar sekunder adalah suatu larutan asam atau basa dengan konsentrasi yang
diinginkan dan kemuadian distandardisasi dengan larutan standar primer yang kemudian
digunakan untuk menentukan normalitas konsentrasi lain.
(Harjadi, 1993)
misalnya elektron dapat melalui kawat, sedangkan proton tidak. Agar transfer proton dapat
berlangsung, pendonor dan penerimanya harus bertemu. Sedangkan dalam reaksi redoks,
donor dan penerima dapat ditaruh dalam larutan terpisah.
Kedua, reksi asam basa sangat cepat, sedangkan reaksi redoks kadang-kadang lambat.
Prosedur titrimetri dapat memerlukan temperatur yang ditinggikan, penambahan katalis atau
reagensia berlebih. Lambatnya reaksi mencerminkan lebih kompleksnya reaksi, seringkali
transfer elektron hanya merupakan suatu bagian dari suatu deretan tahapan reaksi yang dapat
melibatkan pembentukan atau pemutusan ikatan kovalen,protonasi, dan pelbagai macam
penataan ulang.
Sementara asam dan basa kuat yang mengalami pertukaran proton dengan air adalah
titran yang baik. Reagensia yang mengoksidasi atau mereduksi air biasanya dihindari, artinya
oksidan dan reduktan terkuat merupakan titran yang tidak praktis. Hendaknya dicatat bahwa
beberapa reagensia yang cukup kuat untuk mengoksidasi atau mereduksi air sebenarnya
dilakukan dengan sangat perlahan, karena itu terkadang dapat larut dalam air dan cukup stabil
sebagai titran.
(Underwood, 1998)
Suatu larutan KMnO4 standar juga dapat digunakan secara langsung dalam menetapkan
zat pengoksid, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan mangan. Oksida
tersebut sukar larut dalam asam dan basa tanpa mereduksi logam itu ke keadaan oksida yang
lebih rendah. Tidak praktis untuk menitrasi zat-zat itu secara langsung, karena reaksi dari zat
padat dengan suatu zat pereduksi berjalan lambat.
(Underwood, 1998)
Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung pada analat yang dapat dioksidasi
seperti misalnya Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut, dan sebagainya. Beberapa
ion logam yang tidak dapat dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung, antara lain:
1. Ion-ion Ba, Ca, Sr, Pb, Zn, dan Hg(II) yang mula-mula diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang dititrasi dan dari hasil titrasi dapat
dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb juga dapat diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring, dicuci, dan
dilarutkan dalam asam, kemudian ditambahkan larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya
dengan KMnO4.
(Harjadi, 1993)
konstanta keseimbangan reaksi ini juga besar, tetapi lajunya kecil. Kristal
KMnO4 untuk
pembuatan larutan sering sudah terkontaminasi MnO2, disamping itu MnO2 juga mudah
terbentuk dalam larutan karena adanya bahan organik. Oleh karena itu standardisasi ulang
yang perlu dilakukan diantaranya:
1. As2O3, setelah dilarutkan dalam NaOH, diasamkan dengan HCl lalu dititrasi
5HasO2 + 2MnO4- + 6H+ + 2H2O
2.
2Mn2+ + 5H3AsO4
Fe dilarutkan dalam HCl dan dapat dititrasi dingin. Kesulitannya karena MnO4- dan Clberjalan cepat.
(Harjadi, 1993)
2.6
Penambahan reagensia hidrogen perokasida pada larutan KMnO4 yang telah diasamkan
dengan asam sulfat pekat, mengakibatkan warna menjadi hilang dan dilepaskan O2 murni
tetapi basah (mengandung air)
2MnO4- + 5H2O2 + 6H+ 5O2 + 2Mn2+ + 8H2O
(Vogel, 1990)
3.
5MnO2 + 4H+
2.9
penentuan besi dalam bijih besi merupakan satu penggunaan yang penting dari titrasi
permanganat bijih besi utama adalah oksida atau oksida terhidrat, hematit, Fe2O3, magnetit,
Fe3O4, geolit, Fe2O3.2H2O. Asam yang paling baik untuk melarutkan bijih besi ini yaitu asam
klorida, oksida terhidrat larut dengan cepat sedang hematit dan magnetit lambat sekali
(sedikit) larut dalam air. Penambahan timah(II) klorida membantu pelarutan oksida-oksida.
(Vogel,1990)
3. H2SO4
Sifat Fisik : Asam sulfat, cairan seperti minyak tan warna
Sifat Kimia : Densitas 1,84. Titik leleh 10,36 0C. Titik didih 338 0C. Dibuat melalui proses Lead-Chamber,
ifat Kimia
tetapi sekarang memakai proses kontak. Bahan pendehidrasi kuat, mampu menyingkirkan air
dari banyak senyawa organik (misal dalam membuat anhidrida asam).
.
(Daintith, 1994)
4. Na2C2O4
Sifat Fisik
Sifat Kimia
5.H2O
Sifat Fisik
: Densitas 1,00 (4 0C), titik leleh 0 0C, titik didih 100 0C. Air terurai dengan sangat lemah
menjadi H3O+ dan OH- lewat swaionisasi.
2H2O
H3O+ + OH-
(Daintith, 1994)
III
3.1
METODE PERCOBAAN
Alat
1. Buret 25 mL (2 set)
2. Erlenmeyer 250 mL (4 buah)
3. Beaker glass 250 mL (2 buah)
4. Pipet tetes (5 buah)
5. Labu takar 25 mL (1 buah)
6. Labu takar 100 mL (1 buah)
7. Pipet ukur 25 mL (1 buah)
8. Corong gelas (2 buah)
3.2
Bahan
1. Larutan KMnO4
2. Larutan H2SO4 pekat
3. Larutan Na2C2O4
4. Aquades
3.3
Skema Kerja
1. Pembuatan KMnO4
3,2 g KMnO4
Gelas Beker 1500 mL
Penambahan 1 liter akuades
Penutupan dengan gelas arloji
besar
Pemanasan selama 30 menit
Pendinginan
Penyaringan
senterglass
Hasil
dengan
Penambahan 25 mL H2SO4 1 N
Titrasi dengan KMnO4
Pengamatan perubahan warna
Hasil
Pencatatan volume
IV
DATA PENGAMATAN
4.1 Data Pengamatan
NO
PERLAKUAN
Standardisasi larutan
KMnO4
HASIL PENGAMATAN
Ketika dititrasi larutan berubah warna menjadi
Oksalat
2
V. Hipotesa
Percobaan yang berjudul permanganometri bertujuan untuk membuat larutan standart
permanganat dengan Na Oksalat dan melakukan standardisasi larutan permanganat,
menentukan kadar besi sebagai besi (II), memahami reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi
dengan kalium permanganat, sebagai dasar analisis dan mempelajari aplikasi reaksi redoks
hidrogen peroksida dengan permanganat. Metode yang digunakan adalah permanganometri
dengan prinsip prinsip reaksi reduksi oksidasi dimana KMnO4 yang bertindak sebagai
oksidator kuat mengalami reduksi baik dalam suasana asam, netral, ataupun basa. Hasil yang
diperoleh adalah Standardisasi larutan KMnO4 dengan Na2CO4 diperoleh warna ungu muda,
titrasi Ferro amoniak sulfat dengan KmnO4 terbentuk warna merah .
VI. PEMBAHASAN
Percobaan permanganometri ini dilakukan untuk menetapkan atau menentukan kadar
ferro dan standarisasi KMnO4. Percobaan ini dilakukan dengan prinsip reaksi reduksi
oksidasi dimana KMnO4 yang bertindak sebagai oksidator kuat mengalami reduksi baik
dalam suasana asam, netral, ataupun basa. Metode yang digunakan adalah permanganometri.
5.1
5.2
4MnO2
KMnO4 perlu distandardisasi terlebih dahulu karena garam kalium permanganat tidak
diperoleh dalam keadaan murni. Garam kalium permanganat banyak mengandung oksidaoksidanya yaitu MnO dan Mn2O3, sehingga garam ini tidak dapat digunakan sebagai zat
standar primer. Demikian juga larutan standarnya, tidak hanya dibuat dengan jalan
melarutkan garamnya dalam aquades, karena dengan adanya sedikit zat organik dalam air
menyebabkan terjadinya penguraian ion MnO4- menjadi oksidanya.
Selain itu KMnO4 perlu distandardisasi terlebih dahulu karena KMnO4 merupakan zat
pengoksidasi kuat yang bekerja berlainan menurut pH dan mediumnya.
Standardisasi ini dilakukan dengan larutan Na2H2C2O4. Penggunaan Na2H2C2O4 ini
berdasarkan sifatnya yang murni. Reaksi antara H2C2O4.2H2O dan KMnO4 berlangsung
dalam suasana asam:
2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
(Harjadi, 1993)
Sebelum dititrasi dengan KMnO4 terlebih dahulu H2C2O4 dipanaskan menjadi 700 C.
Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi. KMnO4 yang distandarisasi dengan
H2C2O4 pada suhu kamar akan memerlukan waktu yang lama.
Proses standarisasi KMnO4 ini tidak memerlukan indikator. KMnO4 itu sendiri telah
menjadi indikator karena KMnO4 mempunyai warna yang khas (ungu tua) dan pada saat
titrasi menimbulkan perubahan warna yang jelas.
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa konsentrasi KMnO4 berkurang dibandingkan
konsentrasi awal, karena KMnO4 adalah standar sekunder dengan kemurniannya yang
rendah. Mudah bereaksi dengan udara sehingga membentuk endapan MnO2 . Dan karena
KMnO4 telah tereduksi.
MnO4- + 8 H+ + 5e-
Mn2+ + 4 H2O
Mn2+ + 4 H2O
(Harjadi, 1993)
Dalam hal ini dihindari pemakaian HCl sebagai zat pembari suasana asam, sebab akan
terbentuk gas klorin yang berbahaya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Bila digunakan HNO3 sebagai zat pemberi suasana asam maka akan terbentuk gas NO.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2NO3- + 4H2SO4 + 6Fe2+
titrasi dihentikan bila telah terbentuk Fe3+ hasil oksidasi Fe2+, yaitu saat terbentuk warna ungu
muda stabil dari larutan semula yang tidak berwarna. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
MnO4- + 5Fe2+ + 8H+
7.1.2
784,28mgram.
VII.
PENUTUP
7.1
Kesimpulan
Titrasi permangonometri digunakan untuk menganalisa atau menentukan kadar Fe2+ dan
standarisasi larutan KMnO4 dengan menggunakan reaksi redoks
7.1.3
analisa permanganometri
analisa permanganometri
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan KMnO4 0,1 N kemudian
membakukannya dengan Na2C2O4 diperoleh normalitas KMnO4 sebesar 0,0298 N. Serta
menentukan kadar nitrit dengan reaksi Redoks menggunakan larutan baku KMnO4 diperoleh
sebesar 6,5 %.
Pada pembakuan larutan KMnO4, yang bertindak sebagai analit adalah Na2C2O4
sedangkan KMnO4 bertindak sebagai titran. Dan pada penentuan kadar nitrit, yang bertindak
sebagai analit adalah KMnO4 yang kemudian ke dalamnya ditambahkan H2SO4. Sedangkan
sampel nitritnya bertindak sebagai titran.
I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Pembakuan larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
2. Menentukan kadar Nitrit dengan menggunakan larutan standar kalium permanganat.
Satu tetes
permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang
biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan
kelebihan reagen tersebut.
pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas sama sekali dari mangan dioksida.Apa lagi, air yang
dipakai sebagai pelarut sangat mungkin masih mengandung zat pengotor lain yang dapat
mereduksi Permanganat menjadi Mangan dioksida (MnO2). Adanya zat ini sangatlah
mengganggu, karena akan mempercepat penguraian
didiamkan.
Reaksi Penguraian :
4MnO4- + 2H2O 4MnO2- + 3O2- + 4OHPermanganat merupakan oksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi
MnO2 menurut persamaan :
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Larutan Kalium Permanganat(KMnO4) dapat distandarisasikan dengan menggunakan
arsen (III) oksida atau Natrium Oksalat sebagai
sekunder meliputi besi logam, dan besi (II) etilenadiamonium sulfat ( etileradiamina besi (II)
sulfat), FeSO4, C2H4(NH3)2SO4, 4H2O (Basset, J. dkk, 1984 : 212).
Larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung dalam penetapan
zat pengoksida, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan mangan, oksida
semacam itu sukar dilarutkan dalam asam atau basa tanpa mereduksi logam itu ke keadaan
yang lebih tinggi. Tidak praktis untuk menitrasi zat ini secara langsung karena reaksi dari zat
padat dengan zat pereduksi berjalan lambat (Day, R. A dan Underwood, 1986).
Oleh karena itu sampel diolah dengan kuantitasnya yang berlebih diketahui sesuatu zat
peruduksi dan dipanasi agar reaksi lengkap. Kemudian kelebihan zat pereduksi dititrasi
dengan Permanganat standar. Berbagai zat pereduksi dapat digunakan seperti AS2O3 dan
N2C2O4. Analisis pirolusit, atau bijih yang mengandung MnO2 merupakan latihan yang lazim
bagi mahasiswa. Reaksi MnO2 dengan HASO2 :
MnO2(s) + HASO2 + 2H+ Mn2+ + H3AsO4
Dalam larutan yang bersifat basa, KMnO4 agar mudah mengoksidasi ion-ion iodida,
sionida, tiosianat, dan beberapa senyawa organik dioksidasi oleh kalium permanganat
menjadi oksalat, bukan menjadi karbondioksida (Rivai, 1995).
Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah Kalium Permanganat dalam
air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih, kemudian saring endapan MnO2 yang
terbentuk, lalu dibakukan dengan zat baku utama. Zat baku utama yang lazim dipakai adalah
Natrium Oksalat.
Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan tersebut adalah sebagai berikut :
5C2O42- + 2MnO42- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Titik titrasi akhir ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan oleh
kelebihan Permanganat (Rivai, 1995).
Standarisasi larutan Kalium permanganat dapat dilakukan dengan senyawa Natrium
Oksalat (Na2C2O4) yang juga merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam
larutan asam.
meskipun telah banyak penyelidikan, mekanisme yang eksak masih belum jelas. Reaksi itu
lambat pada temperatur kamar dan karenanya biasanya larutan dipanaskan yaitu pada suhu
sekitar 60oC (Day, R. A dan Underwood, 1986 : 341).
Penetapan titrimetrik terhadap Kalsium dalam batu kapur seringkali digunakan sebagai
latihan mahasiswa.Kalsium diendapkan sebagai Kalsium Oksalat(CaC2O4). Setelah disaring
dan dicuci, enadapan dilarutakn dalam Asam Sulfat dan Oksalatnya dititrasi dengan
Gelas beker 50 mL
Buret 50 mL
Erlenmeyer
Gelas arloji
Neraca analitik
Gelas ukur 10 mL
Statif
Sudip
Botol semprot
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
H2SO4 pekat
Akuades
4. Menitrasi dengan KMnO4 sambil mengocok perlahan sampai berubah warna dari ungu
menjadi merah muda
5. Mengulangi sebanyak 2 kali dan mencatat volume titrasinya.
B. Penentukan Kadar Nitrit
1. Menimbang nitrit sebanyak 0,2 gram dan melarutkannya dengan aquades sampai volume
totalnya 50 mL dan memasukkannya kedalam buret.
2. Memipet 5 mL KMnO4 kedalam erlenmeyer dan menambahkan 2,5 mL H2SO4.
3.
Menitrasi dengan larutan nitrit yang ada dalam buret sampai warna berubah dari ungu
menjadi bening.
Langkah Percobaan
Menambahkan
mengaduknya
H2SO4
kemudian
pekat
Hasil
Massa = 0,1 gram
menambahkan Vakuades = 50 mL
akuades
3
V = 5 mL
V awal = 16,3 mL
V akhir = 18,9 mL
V titrasi I = 16,3 18,9
= 2,6 mL
Titrasi II
V awal = 18,9 mL
V akhir = 21,5 mL
V titrasi I = 18,9 21,5
= 2,6 mL
V rata-rata=
= 2,6 mL
Larutan menjadi pink
Langkah Percobaan
Menimbang NaNO2
dengan aquades.
Hasil
V akuades = 50 mL
Titrasi I
V awal = 16,5 mL
V akhir = 17,7 mL
V titrasi I = 17,7 - 16,5
= 1,2 mL
Titrasi II
V awal = 19,5 mL
V akhir = 20,7 mL
V titrasi I = 20,7 19,5
= 1,2 mL
V rata-rata=
= 1,2 mL
Warna berubah dari
ungu menjadi bening
4.2 Pembahasan
A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
Dalam percobaan ini natrium oksalat merupakan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam larutan asam. Sebelum melakukan pembakuan larutan KMnO4 dengan
NaC2O4 praktikan harus menembahkan H2SO4 ke dalam NaC2O4 pada saat penambahan
terjadi reaksi :
2Na+ +C2O42- + 2H+ + SO42-
Pengasaman larutan dengan H2SO4 tidak akan menghasilkan reaksi samping, tetapi
jika menggunakan HCl maka asam itu tidak akan dapat digunakan karena HCL dapat
teroksidai menjadi klor. Fungsi penambahan H2SO4 adalah sebagai pendonor H+, membuat
larutan dalam suasana asam dan juga melepas oksigen dari C2O4 agar bilangan oksidasinya
turun, sehingga Na2C2O4 lebih mudah bereaksi dengan KMnO4. Selain itu fungsi
penambahan H2SO4 adalah untuk mengubah natrium oksalat menjadi asam oksalat dan juga
untuk menurunkan energi aktivasinya. Penambahan H2SO4 juga berfungsi sebagai katalis
untuk mempercepat reaksi.
Reaksi permanganat dengan NaC2O4 berjalan lambat dalam suhu ruangan sehingga
biasanya harus dipanaskan pada suhu 70-80oC agar reaksi yang terjadi dapat bejalan dengan
cepat. Walaupun dengan temperatur yang dipertinggi reaksi mulai dengan perlahanm, namun
kecepatannya meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Ion ini dapat memberikan efek
ketitiknya dengan cara bereaksi cepat dengan permangannat untuk memberikan mangan.
Reaksi yang terjadi antara oksalat dengan permanganat adalah :
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+
Pada saat titrasi larutan mengalami perubahan warna yang semula bening menjadi
warna pink. Hal ini menunjukan bahwa larutan tersebut telah mencapai titik ekivalen dan
berakhirnya titrasi dimana larutan KMnO4 sebagai titran jumlah molnya sama dengan jumlah
mol pada titrat. Terjadinya perubahan warna karena Mn2+ ( larutan bening) dan MnO4tereduksi oleh Na2C2O4 menjadi Mn2+ (merah muda). Volume rata-rata titrannya adalah 2,6
mL dan berdasarkan perhitungan normalitas KMnO4 sebesar 0.057 N.
B. Penentuan Kadar Nitrit
Untuk menentukan suatu kadar nitrit, sampel nitrit diencerkan dan dimasukan kedalam
buret. Kadar nitrit dapat ditentukan dengan menggunakan titrasi redoks dan menggunakan
larutan baku KMnO4. KMnO4 bertindak sebagai titrat yang ditambahkan H2SO4 agar larutan
bersuasana asam, H2SO4 juga menurunkan bilangan oksidasi dengan cara melepaskan oksigen
dari MnO4 sehingga KMnO4 lebih mudah bereaksi dengan NaNO2. Larutan yang
ditambahkan H2SO4 reaksinya lebih cepat karena H2SO4 bertindak sebagai katalisator.
Larutan yang dititrasi dengan nitrit mencapai titik ekivalen dengan berubahnya warna dari
ungu menjadi bening. Perubahan warna ini disebabkan karena jumlah KMnO 4 telah
berkurang dan jumlah NaNO2 sebagai titrat telah sedikit berlebih dan telah mencapai titik
ekivalen dimana jumlah mol titrat sama dengan jumlah mol titrannya. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
NaNO2 + H2SO4 Na2SO4 + 2 H+ + NO22MnO4- + 6H+ + 5NO2- 2Mn2+ + 3H2O + 5NO3Dari hasil titrasi titik ekivalen dicapai dengan volume sebesar 1,2 mL. Berdasarkan hitungan,
kadar nitrit dalam NaNO2 sebesar 6,5%.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Permanganometri merupakan titrasi reduksi oksidasi dengan menggunakan larutan
baku permanganat.
2. Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan dapat
dipakai tanpa penambahan indikator, karena ia dapat bertindak sebagai indikator
(autoindikator).
Saran
Dalam praktikum ini sangat dibutuhkan ketelitian dan kesabaran terutama pada saat
titrasi karena hanya dengan beberapa mL saja larutan bisa berubah dan melewati titik
ekivalen apabila kita tidak teliti dan berhati-hati.
7.2
Saran
7.2.1 Praktikan harus memahami materi sebelum praktikum
7.2.2 Praktikan harus teliti agar didapatkan hasil yang tepat
TITRASI REDOKS (
PERMANGANOMETRI)
PERCOBAAN VI
TITRASI REDOKS ( PERMANGANOMETRI)
1. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah membuat larutan KMnO4 dan pembakuannya, serta
penentuan Ca nitrit dengan KMnO4.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Semula istilah oksidasi diterapkan pada reaksi suatu senyawa yang bergabung dengan
oksigen dan istilah reduksi digunakan untuk menggambarkan reaksi dimana oksigen
diambil dari suatu senyawa. Suatu reaksi redoks dapat terjadi apabila suatu pengoksidasian
bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Dari percobaan masing-masing dapat ditentukan
pereaksi dan hasil reaksi serta koefisiennya masing-masing (Syukri, 1999).
redoks. Dalam artian, selama berlangsungnya oksidasi, oksidatornya sendiri akan tereduksi
pula. Begitu pula juga sebaliknya. Dengan demikian suatu proses oksidasi selalu disertai
dengan proses reduksi dan sebaliknya. Redoks kadang-kadang juga sebagai perubahan kimia
yang didalamnya terdapat peralihan elektron dari suatu proses atom atau molekul atau ion
lain. Dalam proses-proses elektrokimia dalam sel-sel oksidasi (pada anoda) dan reduksi (pada
katoda) juga terjadi. Sistem ini pun acap kali dikenal sebagai sistem redoks (Vogel, 1985).
Reaksi-reaksi kimia yang beraneka ragam jenisnya dapat diklasifikasikan berdasarkan
aspek tertentu, jika ditinjau dari segi pertukaran energi dikenal dengan reaksi eksoterm. Dan
jika ditinjau dari segi reversibelnya dikenal dengan reaksi kesetimbangan dan reaksi
berkesudahan. Apabila ditinjau dari adanya perpindahan elektron atau reaksi tanpa adanya
perpindahan elektron maka kita dapat menyebutnya reaksi redoks dan bukan redoks
(Resenberg, 1992)
Kata redoks adalah singkatan dari reduksi oksidasi, dimana reduksi merupakan
peristiwa penangkapan elektron dan oksidasi merupakan peristiwa pelepasan elektron. Dalam
pengertian ini, konsep reduksi tidak terbatas pada reaksi yang menyangkut oksigen saja.
Semua reaksi penangkapan elektron disebut reaksi reduksi (Arifin, 1995)
Melepas elektron berarti memberikan elektron kepada atom lain. Oleh karena
itu,peristiwa pelepasan elektron oleh suatu atom selalu disertai peristiwa oksidasi. Jika suatu
zat mengalami oksidasi (melepas elektron), maka zat itu menyebabkan zat lain mengalami
reduksi (menangkap elektron). Itulah sebabnya zat yang mengalami oksidasi disebut zat
pereduksi (reduktor), karena mereduksi zat lain. Sebaliknya,jika zat mengalami reduksi
disebut zat pengoksidasi(oksidator)sebab ia mengoksidasi zat lain (Pudjatmaka, 1994).
Oksidasi adalah metode analisa berdasarkan peristiwa oksidasi dan reduksi atau
disingkat dengan redoks. Redoks adalah proses kimia dimana polaritas unsur (valensi
bilangan oksidasi berubah). Proses ini menyangkut perpindahan sempurna elektron dalam
pembentukan ikatan kovalen. Dalam reduksi polaritas unsur turun karena menerima elektron.
Perpindahan-perpindahan elektron adalah peristiwa arus listrik antara dua kutub (anoda dan
katoda) (Resenberg, 1992).
Dalam titrasi, reaksi elektron terjadi antara dua kutub yang rapat dan berdampingan.
Dalam reaksi redoks, berat ekuivalen unsur adalah berat atom dibagi perubahan polaritas.
Bila dalam atom dilampaui suatu molekul perubahan dalam polaritas (oksidasi atau reduksi).
Maka, berat ekuivalen unsur adalah berat molekul dibagi jumlah keseluruhan perubahan
polaritas sebesar 1 (satu) (Day, 1998).
b) K2CrO7c)
Ce (IV)
Alat-alat yang digunakan pada pecobaan ini adalah gelas arloji, gelas beaker, eksikator,
buret, erlenmeyer, indikator merah metil, kertas saring, labu takar, pipet, gelas kimia, neraca
analisis dan batang pengaduk.
B. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada prcobaan ini adalah akuades, indikator MM, larutan
KMnO4, larutan Na2C2O4, H2SO4, larutan H2C2O4, NaOH, CaCO3, NH4 oksalat, amoniak.
IV. PROSEDUR KERJA
A. PEMBUATAN LARUTAN KALIUM PERMANGANAT 0,1 N
1. 3,20-3,25 gram kristal KMnO4 ditimbang dengan teliti dalam gelas arloji.
2.
4. 0,13 gram Na2CO4 dilarutkan dengan Aquades dan ditambahkan 0,325 M H2SO4 pekat.
5. Setelah itu diaduk dan diencerkan sampai volume 500 ml
6. Kemudian dipanaskan sampai hampir mendidih (70-80oC).
7. Larutan Na2CO4 dititran dengan larutan KMnO4 dari buret sambil dikocok
8.
perlahan.
Titik akhiri didapat bila larutan berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda (warna
merah muda tidak berubah selama 1 menit).
9.
1. Ca Karbonat 0,15-0,2 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker 400 ml.
2.
Akuades ditambahkan kedalam gelas beaker sampai volume 200 ml, lalu ditambahkan
indikator metil merah.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1.
Warna bening
V lar. Na2C2O4=10 ml
2.
Titrasi dilakukan
3.
1 kali lagi
Vawal = 1,5 ml
Vakhir = 2 ml
Vt
b.
= 1,75 ml
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
2.
3.
4.
ditambahkan
ke
dalam oksalat
5.
6.
7.
Warna coklat
8.
2. Perthitungan
a.
:
N Na2C2O4 = mol Na2C2O4 x e Na2C2O4
V Na2C2O4
= 0,3/134 gmol-1 x2
0,05 L
= 0,0895 N
(N x V) Na2C2O4 = (N x V) KMnO4
N KMnO4 =
= 0,0895 x 25 ml
2,05 ml
= 1,0914 N
b.
BA Ca
Ditanya
= 40,08 g/mol
: % Ca2+ = ....?
Jawab
= mgrek C2CO42-
mgrek MnO4
(N x V) KMnO4
2
= 5 ( mmol H2SO4 x e )
m mol H2SO4
5xe
= 2 x (N x V) KMnO4
= 2 x 1,0914 x 1,75
10
= 0,38199
= 0,38199 x 10-3 mol
1 massa Ca2+
= M. Ca2+
x 100%
M. CaCO3
= 0,0153 gram x 100%
0,2
= 7,65 %
B. Pembahasan
1. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat
Pada percobaan ini larutan kalium permanganat distandarisasi terhadap Na2C2O4 dalam
suasana asam (dengan penambahan H2SO4 pekat) karena reaksi hanya dapat berlangsung
dalam suasana asam dan sangat cepat dalam suasana netral. Fungsi dari penambahan H2SO4
sebelum dan sesudah reaksi atau sebelum titrasi dilakukan agar menambah jumlah ion H+
sehingga menambah keasaman larutan dan memudahkan untuk mengetahui titrasi sudah
mendapati titik ekuivalen (perubahan warna). Reaksi yang terjadi:
2 Na+ + C2O42- + 2H+ + SO42- H2C2O4 + 2Na+ + SO422MnO4 + 5H2C2O4 + 6H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
1 mol Na2C2O4 = 2ekuivalen Na2C2O4
Larutan yang dipergunakan adalah larutan KMnO4, yang juga dapat digunakan sebagai
bahan titrasi untuk mengamati perubahan warna dari larutan tidak berwarna menjadi
berwarna merah muda. Dalam hal ini KMnO4 juga berfungsi sebagai indikator. Percobaan
mengenai titrasi redoks (Permanganometri) ini membahas mengenai tentang pembakuan
larutan kalium permanganometri dengan natrium oksalat, yang berada dalam bentuk indikator
berbeda warna dari bentuk oksidasi pada penetrasian KMnO4 terhadap larutan oksalat dalam
suasana asam dengan suhu 70-80 oC, perlakuan seperti ini dalam suatu reaksi bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi, sebab suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
reaksi sehingga diperoleh perubahan warna dalam suatu larutan tersebut. Hasil percobaan
yang telah selesai dilakukan praktikan mengenai materi pembuatan kalium permanganat
dengan natrium oksalat dengan beberapa langkah percobaan. Diantaranya adalah penggunaan
natrium oksalat sebanyak 0,3 gram dan diencerkan menggunakan air (akuades), air disini
digunakan karena merupakan pelarut yang baik dan memiliki karakteristik sendiri. Kemudian
larutan natrium ditambahkan dengan 12,5 ml H2SO4 pekat. Dapat kita lihat bahwa perubahan
yang terlalu lambat pada penitrasian, disebabkan karena pada waktu penambahan atau pada
saat penimbangan bahan terdapat kesalahan. Dalam penitrasian apabila terjadi perubahan
warna menjadi merah muda(pink), maka percobaan ini dianggap berhasil.
Nilai volume titrasi yang dihasilkan dari percobaan di atas adalah 1,75 ml. Besarnya
volume yang dihasilkan dikarenakan dalam reaksinya menghasilkan CO2 dan H2O yang
diperhatikan koefisiennya bernilai besar. Normalitas KMnO4 yang dihasilkan adalah 1,0914
N lebih besar daripada nilai normalitas Na2C2O4 yaitu sebesar 0,0895 N.
2. Penentuan Kalsium (Ca2+) dalam CaCO3
Untuk menentukan kadar Ca2+ dalam kalsium karbonat, digunakan dasar penentuan
kalsium pada umumnya. Oksalat yang bereaksi dengan Ca2+ menjadi endapan Ca oksalat,
disaring dan dipisahkan dari filtratnya. Ca oksalat dilarutkan dalam asam sulfat dan asam
oksalat yang dibebaskan setelah diasamkan dengan asam sulfat kemudian dititrasi dengan
larutan standar KMnO4. Reaksi yang terjadi:
Nilai volume titrasi yang dihasilkan pada percobaan ini sebesar 7,3 ml. Massa Ca2+
yang didapat adalah 0,0153 gram, dan kadar Ca2+ yang diperoleh dari percobaan ini adalah
sebesar 7,65%.
Dalam percobaan ini terjadi kesalahan yaitu terletak pada larutan pentiter KMnO4 pada
buret terkena sinar, terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan kali ini, jadi dapat diambil suatu
kesimpulan yaitu :
1. Perubahan warna pada penentuan kadar Ca2+ dalam CaCO3 seharusnya adalah dari
warna kuning menjadi warna merah muda
2. Penentuan kadar Ca2+ dalam CaCO3 menghasilkan perubahan warna kuning menjadi
warna coklat.
3. Perubahan warna pada penentuan kadar Ca2+ dalam CaCO3 seharusnya adalah dari
warna kuning menjadi warna merah muda
4. Rata-rata hasil perhitungan pembakuan larutan kalium dengan natrium oksalat
Na2C2O4 yaitu sebesar 0,0895 N dan Normalitas KMnO4 yang dihasilkan adalah
1,0914 N.
5. Rata-rata hasil perhitungan perubahan kalsium Massa Ca2+ yang didapat adalah
0,0153 gram, dan kadar Ca2+ yang diperoleh adalah sebesar 7,65%.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PERCOBAAN
Na oksalat 0.3 gram dilarutkan dengan aquades sedikit
Campurkan 12.5 ml H2SO 4 (1:8). Tambahkan aquades hingga tanda tera.
Panaskan hingga 70-800C
2.3-0.3 = 2
V1 = 2 ml
V1 = 2 ml (0.3-2.3)
V2 = 2.1 ml
V2 = 2.1 ml (2.3-4.4)
Rata-ratanya
Titrasi II
V1 = 33
V1 = 31.5
V2 = 35
V2 = 33
Vakhir = V2-V1
Vakhir = V2-V1
= 35 33
= 33 31.5
= 2 ml
= 1.5 ml
Rata-rata titrasi
= titrasi I + Titrasi II
= 2 + 1.5
2
= 3.5
2
= 1.75 ml