Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Percobaan


Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium
permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa
ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti:

(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat
dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.

(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci,
dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian
Fe2+dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.

Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini,
ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam
suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi
dalam suatu sample.

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium


permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan
yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus
tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada
volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan
pereaksi.

Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau


sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan
kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:

5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui kadar KMnO4 dengan cara mentitrasi oksalat oleh Kalium Permanganat,
mengetahui kadar Fe dengan KMnO4 yang telah didapat konsentrasinya dengan standarisasi
KMnO4, Mengetahui fungsi pemanasan 70-80 oC.

1.3 Rumusan Masalah

1. Pengertian titrasi permanganometri?


2. Bagaimana cara kerja titrasi permanganometri?
3. Apa manfaat dan kegunaan dari titrasi permanganometri?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari titrasi permanganometri?
5. Menentukan kadar Fe dalam sampel FeCl3 menggunakan larutan KmnO4

1.4 Manfaat Percobaan


Manfaat percobaan permanganometri adalah untuk mengetahui jumlah kadar suatu bahan
yang masih bisa dioksidasi oleh KMnO4 contohnya besi. Percobaan ini dapat dimanfaatkan
untuk menindentifikasi kadar suatu bahan misalnya Fe dalam suatu larutan misalnya dalam
pengolahan air, dengan percobaan ini bisa diketahui kadarnya dan dipisahkan untuk
keperluan industri lainnya

1.5 Ruang Lingkup Percobaan


Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe
(dalam percobaan ini digunakan FeCl3), kalium permanganat (KMnO4) 0,3 N, asam oksalat
(H2C2O4) 0,3 N, asam sulfat (H2SO4) 1 N, asam fosfat (H3PO4) 85% dan Aquades (H2O). Alat-
alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, corong, statif, klem,erlenmeyer,
termometer, gelas ukur, pipet tetes, bunsen, kaki tiga, kasa penangas air, danbeaker glass.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Permanganometri


Salah satu cara pemeriksaan kimia disebut titrimetri, yakni pemeriksaan jumlah zat
yang didasarkan pada pengukuran volume larutan preaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi
secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan. Pemeriksaan titrimetri ini sangat luas
pemakaianya hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi,cara ini
menguntungkan karena pelaksanaanya mudah dan cepat,ketelitian dan ketepatanya cukup
tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat diguanakan untuk menentukan
kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Pada dasarnya cara titrimetri ini
tediri dari pengukuran volume larutan preaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara
stokiometri dengan zat yang akan ditentukan. Larutan pereaksi ini biasanya diketahui
kepekatanya dengan pasti, dan disebut pentiter atau larutan baku. Sedangkan proses
penambahan pentiter kedalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi. Dalam proses
itu bagian demi bagian pentiter ditambahkan kedalam larutan zat yang akan ditentukan
dengan bantuan alat yang disebut buret sampai tercapai titik kesetaraan. Titik kesetaraan
adalah titik pada saat pereaksi dan zat yang ditentukan bereaksi sempurna secara stokiometri.
Titrasi harus dihentikan pada atau dekat titik kesetaraan ini. Jumlah volume pentiter yang
terpakai untuk mencapai titik kesetaraan ini disebut volume kesetaraan. Dengan mengetahui
volume kesetaraan, kadar pentiter dan faktor stokiometri, maka jumlah zat yang ditentukan
dapat dihitung dengan mudah ( Rosidi,2010).
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi
reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida
secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak
memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat
bereaksi secara
beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7
(Underwood, 1999).
Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi yang mudah diperoleh,
tidak mahal, dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau digunakan larutan larutan
yang sangat encer. Satu tetes 0,1 N KMnO4 memberikan suatu warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan yang biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan
untuk menunjukkan kelebihan preaksi ( Rosidi,2010).

2.2 Kalium Permanganat (KMnO4)


Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi
selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan
tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes
permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang
biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan
kelebihan reagen tersebut. Permanganat mengalami beragam reaksi kimia, karena
Mangan(Mn) dapat dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi
dalam larutan-larutan yang bersifat asam 0,1 N atau lebih besar :
MnO4- + 8H+ + 5e- ↔ Mn2+ + 4H2O Eo = +1,51 V
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi
ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat
untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan:
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5 MnO2(s) + 4H+
Sedikit kelebihan permanganat yang ada pada titik akhir suatu titrasi telah cukup untuk
menimbulkan pengendapan MnO2. Untung bahwa reaksi ini lambat, sehingga biasanya
MnO2 tidak diendapkan pada titik akhir titrasi permanganat.
Dalam mempersiapkan larutan permanganat harus dilakukan tindakan pencegahan
khusus. Mangan dioksida mengatalis penguraian larutan permanganate. Runutan MnO 2 yang
ada pada awalnya dalam permanganat, atau terbentuk oleh reaksi permanganat dengan
runutan zat pereduksi dalam air, menimbulkan penguraian. Biasanya dianjurkan untuk
melarutkan Kristal, kemudian pemanasan untuk memusnahkan zat pereduksi, dan
penyaringan lewat asbes atau kaca masir (filter yang tak mereduksi) untuk menyingkirkan
MnO2. Larutan itu kemudian distandarkan, dan jika disimpan dalam gelap dan tak-
diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah dengan nyata dalam kurun waktu beberapa
bulan.
Larutan asam dari permanganat tidak stabil karena asam permanganat terurai menurut
persamaan:
4MnO4- + 4H- => 4MnO2(s) + 3O2(g) + 2H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan encer pada temperatur kamar. Namun, orang tak pernah
boleh menambahkan permanganat berlebih kepada suatu zat pereduksi dan kemudian
menaikkan temperatur untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi tersebut di atas akan
berlangsung pada laju yang cukup nyata (Underwood, 1999).

2.3 Prinsip Titrasi Permanganometri


Titrasi Permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi kimia
yang melibatkan oksidasi-reduksi digunakan secara meluas dalam analisi titrimetri.Misalnya,
besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan standar serium(IV)sulfat:
Fe2+ + Ce4+ => Fe3+ + Ce3+
Suatu zat pengoksidasi lain yang digunakan secara meluas sebagai suatu titran adalah
kalium permanganat, KmnO4.Reaksinya dengan besi(II) dalam larutan asam adalah:
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ => 5Fe3+ + Mn2+ 4H2O
(Underwood, 1999).
Titrasi adalah suatu prosedur analisis asam-basa suatu larutan yang belum diketahui
konsentrasinya. Dalam titrasi suatu larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya,
sejumlah volume tertentu asam dimasukkan ke dalam suatu labu erlenmeyer. Kemudian,
suatu titra, berupa basa, yang telah diketahui konsentrasinya ditambahkan hingga dicapai titik
ekuivalen. Pencapaian titik ekuivalen (saat mol ion H + = mol ion OH-) pada saat reaksi
berlangsung dapat diketahui dengan indikator (Sentot,2008).
2.4 Standarisasi
Standar-standar primer untuk permanganat, yaitu :
2.4.1 Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam
larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan non higroskopis. Reaksinya dengan permanganate agak sedikit rumit dan
berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60
°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya
meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan
reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion
tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan
permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), di mana
pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi
divalent.Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ => 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain.

2.4.2 Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar
primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang diproduksi
selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh
permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi,
oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat
daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara bersamaan dengan
besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari As2O3 ataupun
Na2C2O4 dalam larutan asam klorida. Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan
asam fosfat, disebut larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat
ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat.
Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III) dengan membentuk sebuah kompleks,
membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning
yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna,
dan titik akhirnya lebih jelas.

2.4.3 Arsen (III) Oksida


Senyawa As2O3 adalah standar primer yang sangat baik untuk larutan-larutan
permanganat. Senyawa ini stabil, nonhigroskopik, dan tersedia dengan tingkat kemurnian
yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam Natrium hidroksida, dan larutan kemudian
diasamkan dengan asam klorida dan dititrasi dengan permanganat (Underwood, 1999).

2.5 Aplikasi Permanganometri


2.5.1 Penentuan Kadar Nitrit
Penentuan kadar nitrit dalam suatu sample dapat ditentukan melalui titrasi redoks
menggunakan larutan baku kalium permanganat. Penitrasian ini dilakukan dengan cara yang
sedikit berbeda dengan standarisasi larutan kalium permanganat. Perbedaannya pada
standarisasi larutan kalium permanganat, KMnO4 yang digunakan sebagai titran. Sedangkan
pada penentuan kadar nitrit, NaNO3 yang digunakan sebagai titran. Penambahan
H2SO4 dilakukan karena H2SO4 ini berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat laju
reaksi dalam keadaan asam. Serta bertujuan untuk mmperkecil besarnya energi aktifasi yang
timbul dan juga agar tidak menghasilkan reaksi samping. Reaksi yang terjadi :
MnO4- + 8H+ + 5e => Mn2+ + 4H2O
Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat hilangnya warna ungu pada larutan. Dengan
kata lain, titik akhir titrasi (titik ekivalen) ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada
larutan dari ungu menjadi bening. Perubahan warna ini terjadi karena titik ekivalen dicapai.
Titik ekivalen terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat. Selama titrasi berlangsung
KMnO4 lenyap bereaksi. Tetapi, setelah titrat habis KMnO4 ini warnanya memudar hingga
lenyap akibat reaksi MnO4- dengan Mn2+ hasil titrasi. Reaksi yang terjadi selama proses titrasi
adalah sebagai berikut :
5NO2- + 2MnO4- + 6H+ => 2Mn2+ + 3H2O + 5NO3-

Volume rata-rata natrium nitrit yang digunakan untuk titrasi adalah 1,85 ml. Dari hasil
perhitungan didapatkan kadar nitrit yaitu 5,17 %. Pada percobaan ini, tidak menggunakan
indikator karena larutan KMnO4 dapat dipakai untuk indikator penentuan titik akhir titrasi.
KMnO4 tidak memiliki range pH, tetapi hanya bekerja sebagai indikator pada umumnya.

2.6 Kelebihan Dan Kekurangan Titrasi Permanganometri

2.6.1 Kelebihan Titrasi Permanganometri

Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini
tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai
indicator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn- tidak
berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.

2.6.2 Kekurangan Titrasi Permanganometri

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:


Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama,
larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti
H2C2O4. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO 4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada
larutan seperti H2C2O4. Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.

H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑

H2O2 ↔ H2O + O2↑

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang
pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
2.7 Manfaat Titrasi Permanganometri

Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat
dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air,
dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi
reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Percobaan


Permanganometri merupakan suatu metode titrasi yang berdasarkan reksi oksidasi
reduksi. Dalam percobaan yang dilakukan digunakan konsentrasi KMnO4 yaitu 0,3 N.
Sedangkan yang didapatkan pada standarisasi KMnO4 adalah 0,0344 N dengan persen ralat
14,6 %.
Reaksinya:
2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 → 2MnSO4 + 10CO2 + 8H2O
Reaksi reduksi-oksidasi tersebut berjalan lambat, oleh karena itu, titrasi dilakukan
dalam keadaan panas pada suhu 70-80 oC karena suhu tersebut adalah suhu optimum
KMnO4 untuk mengoksidasi asam oksalat. Pada penentuan kadar Fe bahan yang digunakan
adalah FeCl3 oleh karena itu digunakan asam fosfat sebagai larutan pencegah.Suatu larutan
mangan(II)sulfat,asam sulfat,dan asam fosfat, yang disebut larutan “pencegah” atau larutan
Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan dalam larutan asam klorida dari besi sebelum
titrasi dengan permanganate. Asam fosfat menurunkan konsentrasi ion besi(III) dengan
pembentukan kompleks, sehingga membantu untuk memaksa agar reaksi berjalan lengkap,
dan menghilangkan warna kuning yang diperagakan besi(III) dalam media klorida. Kompleks
fosfat tidak berwarna dan titik akhir akan menjadi lebih jelas (Underwood,1999). Didapat
konsentrasi Fe sebesar 0,2055 N dalam sampel FeCl3 dari percobaan dengan konsentrasi teori
0,5 N, dan persen ralat adalah 58,9 % dari larutan sampel. Pada percobaan didapat
konsentrasi kalium permanganometri adalah 0,344 N sedangkan pada teori adalah 0,3 N dan
persen ralat adalah 14,6 %.
Reaksinya:
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
Besarnya persen ralat yang didapat, dapat disebabkan oleh banyak hal. Adapun faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan seperti ini adalah:
1. Larutan KMnO4 pada buret akan teroksidasi menjadi MnO2 karena terkena cahaya
2. Kurang telatennya praktikan dalam memakai alat serta menyuci alat setelah dipakai dan
ingin digunakan lagi
3. Pembacaan buret tidak teliti oleh praktikan dan keran buret yang kurang lancar sehingga
bisa melewati titik akhir titrasi memungkinkan terjadinya kesalahan dalam penentuan volume
KMnO4
4. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
BAB IV
KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan maka dapatditarik kesimpulan yaitu :


1. Permanganometri adalah merupakan metode titrasi yang berdasarkan reaksi oksidasi reduksi.
2. Dalam suasana asam titrasi permanganometri berjalan dengan keadaan lambat akibat dari
asam sulfat yang tidak bereaksi dengan kalium permanganat dalam keadaan encer.
3. Fungsi pemanasan 70 – 80 °C adalah karena suhu tersebut merupakan suhu optimum
KMnO4 untuk mengoksidasi H2C2O4 (asam oksalat). Jika dibawah 70 – 80 °C maka reaksi
akan berjalan lambat dan akan mengubah MnO4- menjadi Mn2+ yang berupa endapan cokelat
sehingga TAT susah untuk dilihat. Sedangkan jika di atas 70 – 80 °C maka akan merusak
asam oksalat, mengubah asam oksalat (H2C2O4) menjadi CO2 dan H2O sehingga hasil akhir
akan lebih sedikit.(Underwood,1999)
4. Konsentrasi KMnO4 dalam penghitungan teori yaitu 0,3 N.
5. Konsentrasi praktek Fe yang terkandung dalam sampel adalah sebesar 0,2055 N, dan
konsentrasi teori dari sampel FeCl3 adalah sebesar 0,5 N. Persen ralat yang diperoleh adalah
58,9 %.
6. Larutan KMnO4 distandarisasi dengan asam oksalat dan asam sulfat pada suhu 70 – 80oC,
sehinggga diperoleh konsentrasi praktek KMnO4 adalah sebesar 0,344 N dan persen ralat
sebesar 14,6 %.
DAFTAR PUSTAKA
 Budi Rahardjo, Sentot.2008.Kimia Berbasis Eksperimen 2. Solo:Platinum
 Tarigan, Rosidi.2010.Analisa Kalsium Oksida (CaO) Pada Berbagai Jenis Pakan
Ayam Secara Titrasi Permanganometri di Baristand Industri Medan. Medan
 Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai