Anda di halaman 1dari 17

D

OLEH :

NUR AZIZAH

SITI NURHALIZA

SAFIRA MUSTAQILLA

TIA ANDRIANI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya,
diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodatometri,
bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu
senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga
pastinya akan melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan
rekasi oksidasi dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka
sampelnya adalah oksidator.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi.
Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa permanganate. Kalium permanganate
merupakan oksidator kuat yang dapar bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH
larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi
pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman
valensi mangan.
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia biasanya
digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn 2+(aq). Pada
analisi besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi
dengan MnO4-. Mn2+ mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat
dengan mata telanjang. MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan
yang dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu
tetes lagi MnO4-. MnO4- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk mempelajari
metode permanganometri lebih lanjut maka perlu dilakukannya praktikum ini (penentuan
kadar besi secara permanganometri).
Metode Permanganometri adalah suatu metode yang dilandaskan pada prinsip redoks dan
menggunakan larutan Kalium Permanganat sebagai suatu zat pengoksidasi. Reagensia
Kalium Permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih dari
100 tahun. Reagen ini mudah diperoleh, tidak mahal, dan tak memerlukan indikator kecuali
bila larutan yang digunakan sangat encer. Dalam teknik kimia sendiri, zat ini digunakan
untuk menentukan kadar dari suatu senyawa. Sebagai contoh dalam aplikasinya,
permanganometri digunakan untuk menentukan kadar besi dalam bijih besi, menentukan
kadar Ca2+ dalam kalsium karbonat pada proses pengolahan air, serta analisis kandungan
limbah cair produksi. Sehingga analisa permanganometri tidak hanya bermanfaat di skala
laboratorium namun juga di skala industri. Oleh karena itu, praktikum analisa
permanganometri diperlukan agar praktikan memahami konsep analisa permanganometri
dengan tepat

1.2  Tujuan Percobaan


-          Mengetahui konsentrasi KMnO4 dengan bahan baku asam oksalat.
-          Mengetahui kadar besi secara permanganometri.
-          Mengetahui fungsi pemanasan 60°C - 70°C.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis
reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa
maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya.
Permanganometri adalah teknik pengukuran penetapan kadar zat berdasar atas reaksi
oksidasi reduksi dengan KMnO4, Kalium permanganate merupakan oksidator kuat dalam
larutan yang bersifat asam, netral dan basa. Permanganometri merupakan suatu penetapan
kadar atau reduktor dengan jalan dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat
(KMnO4) dalam lingkungan asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada
reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam suasana asam, netral, dan
alkalis, dimana kalium permanganate merupakan oksidator yang kuat sebagai titran. Titrasi
ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permangant inilah yang
telah digunakan meluas lebih dari 100 tahun.
Pada umumnya titrasi menggunakan KMnO4 tidak memerlukan indicator karena 0,01
KMnO4 0,1N dalam 100 ml larutan telah memberikan warna ungu
Metode permanganometri didasarkan atas reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini
dapat dijalankan dalam suasana asam, netral, ataupun alkalis. Jika titrasi dilakukan dalam
lingkungan asam, maka akan terjadi reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
Dimana potensial oksidasinya sangat dipengaruhi oleh adanya kepekaan ion
hidrogen, akan tetapi konsentrasi ion mangan (II) pada persenyawaan diatas tidak terlalu
berpengaruh terhadap potensial redoks, karena konsentrasi ion mangan (II) sendiri mampu
mereduksikan permanganat dengan membentuk ion mangan (III) dan mangan oksida (MnO2).
Dalam suasana asam reaksi diatas berjalan sangat lambat, tetapi masih cukup cepat untuk
memucatkan warna dari permanganat setelah reaksi sempurna. Jadi umumnya titrasi
dilakukan dilakukan dalam susana encer lebih mudah mengamati titik akhirnya.
Oksidasi dengan permanganat dalam lingkungan asam lemah, netral, atau alkali dengan
reaksi sebagai berikut :
MnO4 +4H- +3e MnO2 + 2H2O
Dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi ion hidrogen agak kurang dibandingkan dalam
suasana asam.
Kalium permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkalis kuat, maka
ada dua kemungkinan bagian reaksi , yaitu pertama : reaksi yang berjalan relatif cepat :
MnO4 - + e- MnO42-
Dan reaksi kedua yang berlangsunng relatif lambat :
MnO4 2- + 2H2O + 2 e- MnO2 + 4 OH-
Dari uraian di atas maka untuk membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga
faktor-faktor yang dapat menyebapkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku
tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan
yang sangat encer. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi.
Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau
sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan
kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ →  10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat.
Penetapan kadar zat berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara
permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam
dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah
kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator
kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai
pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih.. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk
menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali
dari mangan oksida. Dalam larutan asam, permanganat(VII) akan tereduksi sehingga tidak
berwarna dan bilangan oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
8 H+ + MnO4− + 5 e− → Mn2+ + 4 H2O
Dalam larutan basa kuat, permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya menjadi hijau,
dengan bilangan oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4− + e− → MnO42−
Dalam larutan netral, ion ini akan tereduksi sehingga bilangan oksidasinya menjadi
+4, warnanya hijau (mangan dioksida MnO2).
2 H2O + MnO4− + 3 e− → MnO2 + 4 OH−. (wikipedia Permangana).
Zat organik air dioksidasikan dengan KMNO4 direduksikan oleh asam oksalat .
Kelebihan asam oksalat dititrasi dengan KMNO4.
Asam formiat disebut juga asam semut merupakan cairan jernih, mudah menguap,
tidak berwarna, dan berbau khas. Dalam pengolahan kulit asam formiat digunakan untuk
pengikatan zat warna/fiksasi pada proses pewarnaan dasar. H2SO4 merupakan asam yang
paling cocok karena tidak bereaksi dengan permanganate.
Dalam permanganometri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan
konsentrasinya. Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui
konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi.

Larutan standar dapat digolongkan menjadi:


1.   Larutan standar primer
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
a. Memiliki kemurnian yang tinggi
b. Mudah diperoleh dalam bentuk murni dan mudah dikeringkan
c. Mudah diperiksa kemurniannya
d. Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah teroksidasi oleh udara
e. Mempunyai rumus molekul yang pasti
f. Tidak mengalami perubahan saat penimbangan
g. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi jadi kesalahan penimbangan dapat
diminimalkan.
Contoh larutan standar primer
Asam: H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa: Na2CO3, MgO, Na2B4O7,Na2C2O4.
Na2C2O4 merupakan larutan standar primer yang baik untuk permanganat dalam
larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan non higroskopis.
2.Larutan standar sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
primer sebagai pembanding.
Contoh: NaOH, KOH, KMnO4.

Dalam titrasi permanganometri KMnO4 tidak dapat dipakai sebagai larutan standar

primer, sebab :
a.       Tidak dapat diperoleh dalam keadaan murni bebas dari MnO2.
b.      Aquades yang digunakan untuk melarukan biasanya mengandung bahan-bahan reduktor yang
akan mereduksi KMnO4 menjadi MnO2. Adanya MnO2 merupakan katalisator pada
penguraian KMnO4 sendiri.
3.      Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
sekunder sebagai pembanding.

Adapun faktor-faktor kesalahan yang dilakukan pada percobaan ini yaitu :


1.  Pembuatan larutan baku yang kurang tepat
2.  Kurang teliti pada percampuran larutan
3.  Kurang akurat dalam penimbangan bahan
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri yang lain antara lain larutan
pentiter KMnO4 pada buret apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan
KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2. penambahan KMnO4
yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4, penambahan KMnO4 yang terlalu lambat
pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4
yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. Hal ini dapat
menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya
akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah zat yang
dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat lain dan zat yang dapat
memberikan electron kepada zat lain sedangkan oksidator adalah zat yang dalam reaksi
mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang mampu mengoksidasi zat lain, zat yang
menangkap elaktron dari zat lain (Keenan, 1986).
Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks. Istilah dari
redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian reaksi reduksi dan
oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi dan oksidasi
berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen, oksidasi sebagai pengikat oksigen
sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan oksigen. Pada perkembangan selanjutnya
oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan pengkapan dan pelepasan electron dan dengan
perubahan bilangan oksidasinya (Underwood,1998).
Larutan–larutan iodine standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung iodine
murni dan penegenceran dalam sebuah labu volumetric . Iodine akan dimurnikan oleh
sublimasi dan ditambahkan kedalam sebual larutan KI yang konsentrasi iodatnya berjalan
cukup cepat, rekasi ini  juga hanya membutuhkan sedikit kelebihan ion hydrogen untuk
menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat berjalan lebih lambat, namun kecepatannya dapat
ditingkatkan dengan menaikkan konsentrasi ion hydrogen. Biasanya, sejumlah kecil
ammonium molibdat ditambahkan sebagai katalis (Underwood,1998).
Tembaga murni dapat dipergunakan sebagai standar primer  untuk natrium tiosulfat
dan didasrkan untuk dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan untuk menetukan
tembaga. Potensial standar dari pasangan Cu (II) - Cu(I)
Cu2+ + e    ----->                Cu
Adalah + 0,15V, sehingga iodine E° = + 0,53 V, adalah agen pengoksidasi yang lebih baik
dibandingkan ion Cu (II). Namun demikaian, ketika ion iodide ditambahkan kedalam sebuah
larutan Cu (II). Endapan CuI terbentuk :
2 Cu2+ + 4 I           ----->       2 Cu + I2
Reaksi dipaksa bergeser ke kanan oleh pembentukan endapan dan juga oleh penembahan ion
iodide berlabih pH dari larutan harus dijaga oleh suatu system penyangga, biasanya antara
tiga dan empat. Telah ditemukan. Telah ditemukan bahwa iodida telah ditahan oleh absorpsi
pada permukaan dan endapam tembaga (I) iodide dan harus dipindahkan untuk mendapatkan
hasil–hasil yang benar. Kalium triosianat biasabya ditambahkan sesaat sebelum titik akhir
dicapai untuk memyingkirkan iodine yang di absorbs (Underwood, 1998).
          Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa cara berdasarkan pemakainnya:
1.      Na2S2O3 sebagai titran dikenal sebagai iodimetri tak langsung.
2.      I2 sebagai titran, dikenal sebagai iodimetri langsung dan kadang–kadang dinamakan
iodimetri.
3.      Suatu oksidator kuat sebagai titran, diantaranya paling sering dipakai ialah:
a)    KMnO4
b)   K2CrO7
c)    Ce (IV)
4.      Reduktor kuat sebagai titran (Harjadi, 1993).
          Dikenal berbagai macam titrasi redoks yaitu permanganometri, dikromatometri,
serimetri, iodo – iodimetri, dan bromatometri. Permanganometri adalah titrasi redoks yang
menggunakan KMnO4 (oksidator kuat) sebagai titran. Dalam permanganometri tidak
diperlukan indicator, karena titran bertrindak sebagai indicator (auto indikator). Kalium
permanganate bukan larutan baku primer, maka larutan KMnO4 harus distandardisasi, antara
lain arsen (III), oksida (As2O3), dan Natrium Oksalat (N2C2O4). Permanganometri dapat
digunakan untuk penentuan kadar bese, kalsium, hidrogen peroksida. Pada penentuan besi
pada bijih besi mula-mula dilarutkan asam klorida, kemudian semua besi direduksi menjadi
Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada penetapan kalsium, mula-mula
kalsium diendapakan, dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan permanganat (Khopkar,
1990).
          Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai
oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah daripada
permanganate. Kalium dikromat merupakan standar primer (Khopkar, 1990).
          Titrasi dengan iodium  ada dua macam yaitu iodimetri (secara lansung) dan iodimetri
(cara tidak langsung). Dalam iodimetri, iodin digunakan sebagai oksidator, sedangkan
iodimetri ion iodida digunakan sebagai reduktor. Baik dalam iodimetri ataupun iodimetri.
Penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada I2 yang bebas. Dalam iodiometri digunakan
larutan tiosulfat untuk menitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat
merupakan standar sekunder dan dapat distandardisasi  dengan kalium kromat tau kalium
iodidat (Khopkar, 1990).
          Dalam proses analitis iod diguankan sebagai zat pengoksid (iodimetri ), dan ion iodida
digunakan sebagai zat pereduksi (iodimetri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi
yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan
iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk
bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak prose penggunaan iodimetrik. Suatu
kelebihan ion iodida di tambahkan kepada perekasi oksidasi yang ditentukan dengan larutan
natrium tiosulfat. Iodimetri adalah suatu proses analitik tak langsung yang memlibatkan iod.
Ion  iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang
kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat (Underwood, 1999).
          Dalam suatu titrasi bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti,
perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut
larutan baku primer. Larutan standar primer adalah larutan dimana kadarnya dapat diketahui
secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O4, As2O3 dan sebagainya. Adapun
syarat–syarat larutan standar primer adalah :
1.      Mudah diperoleh dalam bentuk murni
2.      Mempunyai kemurnian tinggi
3.      Mempunyai rumus molekul yang pasti
4.      Tidak mengalami perubahan saat penimbangan
5.      Mempunyai berat ekivalen yang tinggi jai kesalahn penimbangan dapat diabaikan.
Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan cara
pembakuan. Contohnya NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, dan lain-lain.
          Kebanyak titrasi dapat dilakukan dalam keadaan asam, disamping itu ada beberapa
titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan-bahan organik. Daya oksidasi
MnO4- lebih kecil sehingga letak keseimbang kurang menguntungkan. Untuk menarik
keseimbangan kearah hasil titrasi, titasi di tambahkan Ba2+, yang dapat mngendapkan ion
MnO42- sebagai BaMnO4. Selain menggeser kesetimbangan ke kanan pengendapan ini juga
mencegah reduksi MnO42- ini lebih lanjut (Harjadi, 1993).
          KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia biasanya
digunakan pada larutan asam, dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn 2+(aq). Pada
analisis besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan
dititrasi dengan MnO4-(aq). Mn2+ mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang
dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir
titrasi larutan yang dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) pekat dengan hanya
penambahan satu
tetes lagi MnO4-. MnO4- kurang cocok untuk titrasi pada larutan alkali sebab hasil reduksi
MnO2 yang tidak larut mengaburkan titik akhir titrasi (TAT). Titrasi lain yang menggunakan
MnO4- meliputi penentuan nitrit, H2O2  dan kalsium (setelah mengendap sebagai oksalat).
Pada kimia organik MnO4- digunakan untuk mengoksidasi alkohol dan hidrokarbon tidak
jenuh. Mangan dioksida, MnO2, digunakan pada sel kering, pada kaca dan lapisan keramik,
dan sebagai katalis (Petrucci, 1999).
          Penetapan besi dalam bijih besi merupakan salah satu penerapan yang penting dari
titrasi permanganat. Bijih besi yang utama adalah oksida atau oksida terhidrasi: hemit
(Fe2O3), mangnetit (Fe2O4), geotit, dan limotit (2 Fe2O3 3H2O). Asam terbaik untuk
melarutkan bijih-bijih besi adalah asam klorida. Oksidasi terhidrasi mudah larut, sedangkan
hematit dan magnetit melarutkan agak lambat. Sebelum titrasi dengan permanganat besi(III)
harus direduksi menjadi besi(II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan timah (II) klorida
(Underwood, 1998).
Banyak aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman
anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan
kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan
menggunakan permanganometri.
Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi
selama lebih dari 100 tahun.  Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan
tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer.  Satu tetes
permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang
biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi.  Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan
kelebihan reagen tersebut.  Permanganat mengalami beragam reaksi kimia, karena
Mangan(Mn) dapat dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi
dalam larutan-larutan yang bersifat asam 0,1 N atau lebih besar :
MnO4- + 8H+ + 5e- ↔ Mn2+ + 4H2O + Eo = +1,51 V
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi
ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi.  Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat
untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan:
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5 MnO2(s) + 4H+
(Day, R.A dan Underwood, 1986 : 332).
Kalium Permanganat bukanlah standar primer.  Sangat sukar untuk mendapatkan
pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas sama sekali dari mangan dioksida.Apa lagi, air yang
dipakai sebagai pelarut sangat mungkin masih mengandung zat pengotor lain yang dapat
mereduksi Permanganat menjadi Mangan dioksida (MnO2). Adanya zat ini sangatlah
mengganggu, karena akan mempercepat penguraian  dari larutan permanganat setelah
didiamkan.
Reaksi Penguraian :
4MnO4- + 2H2O ↔ 4MnO2- + 3O2- + 4OH-
Permanganat merupakan oksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi
MnO2 menurut persamaan :
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Larutan Kalium Permanganat(KMnO4) dapat distandarisasikan dengan menggunakan
arsen (III) oksida atau Natrium Oksalat sebagai  larutan standar primer,larutan standar
sekunder meliputi besi logam, dan besi (II) etilenadiamonium sulfat ( etileradiamina besi (II)
sulfat), FeSO4, C2H4(NH3)2SO4, 4H2O (Basset, J. dkk, 1984 : 212).
Larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung dalam penetapan
zat pengoksida, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan mangan, oksida
semacam itu sukar dilarutkan dalam asam atau basa tanpa mereduksi logam itu ke
keadaan  yang lebih tinggi.  Tidak praktis untuk menitrasi zat ini secara langsung karena
reaksi dari zat padat dengan zat pereduksi berjalan lambat (Day, R.  A dan Underwood,
1986).
Oleh karena itu sampel diolah dengan kuantitasnya yang berlebih diketahui sesuatu zat
peruduksi dan dipanasi agar reaksi lengkap.  Kemudian kelebihan zat pereduksi dititrasi
dengan Permanganat standar.  Berbagai zat pereduksi dapat digunakan seperti AS2O3 dan
N2C2O4.  Analisis pirolusit, atau bijih yang mengandung MnO2 merupakan latihan yang lazim
bagi mahasiswa.  Reaksi MnO2 dengan HASO2 :
MnO2(s) + HASO2 + 2H+ → Mn2+ + H3AsO4
Dalam larutan yang bersifat basa, KMnO4 agar mudah mengoksidasi ion-ion iodida,
sionida, tiosianat, dan beberapa senyawa organik dioksidasi oleh kalium permanganat
menjadi oksalat, bukan menjadi karbondioksida  (Rivai, 1995).
Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah Kalium Permanganat dalam
air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih, kemudian saring endapan MnO 2 yang
terbentuk, lalu dibakukan dengan zat baku utama.  Zat baku utama yang lazim dipakai adalah
Natrium Oksalat.
Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan tersebut adalah sebagai berikut : 
  5C2O42- + 2MnO42- + 16H+ → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Titik titrasi akhir ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan oleh
kelebihan Permanganat (Rivai, 1995).
Standarisasi larutan Kalium permanganat dapat dilakukan dengan senyawa Natrium
Oksalat (Na2C2O4) yang  juga merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam
larutan asam.  Senyawa ini mempunyai derajat kemurnian yang tinggi, stabil pada
pengeringan dan tidak mudah menguap.  Reaksi dengan Permanganat agak rumit, dan
meskipun telah banyak penyelidikan, mekanisme yang eksak masih belum jelas.  Reaksi itu
lambat pada temperatur kamar dan karenanya biasanya larutan dipanaskan  yaitu pada suhu
sekitar 60oC (Day, R.  A dan Underwood, 1986 : 341).
Penetapan titrimetrik terhadap Kalsium dalam batu kapur seringkali digunakan sebagai
latihan mahasiswa.Kalsium diendapkan sebagai  Kalsium Oksalat(CaC2O4). Setelah disaring
dan dicuci, enadapan dilarutakn dalam Asam Sulfat dan Oksalatnya dititrasi dengan
Permanganat.Prosedur ini lebih cepat dibandingkan prosedur Gravimetri  (Day, R.  A dan
Underwood, 1986).

Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat,


yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan
oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas
lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator
kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat bereaksi secara beraneka,
karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).

Dalam suasana asam atau [H+] ≥ 0,1 N, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion
mangan (II) sesuai reaksi :

MnO4– + 8H+ + 5e– Mn2+ + 4H2O Eo = 1,51 Volt


Dalam suasana netral, ion permanganat mengalami reduksi menjadi mangan dioksida
seperti reaksi berikut :

MnO4– + 4H+ + 3e– MnO2 + 2H2O Eo = 1,70 Volt

Dan dalam suasana basa atau [OH–] ≥ 0,1 N, ion permanganat akan mengalami reduksi
sebagai berikut:

MnO4– + e– MnO42- Eo = 0,56 Volt

(Svehla, 1995).

Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi
:

2MnO4– + 10Cl– + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi ini terutama
berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika tindakan-tindakan
pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih, larutan
yang sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasi yang lambat sambil mengocok
terus-menerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal. Pereaksi
kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu
dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan ini untuk membakukan kalium permanganat
ini dapat digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam larutan asam (Basset, 1994).

Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam ini tidak
menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida dapat terjadi
kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini mengakibatkan
dipakainya larutan permanganat dalam jumlah berlebih. Meskipun untuk beberapa
reaksi dengan arsen (II) oksida, antimoni (II) dan hidrogen peroksida, karena pemakaian
asam sulfat justru akan menghasilkan beberapa tambahan kesulitan. Kalium
pemanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada dalam HCl akan
mengoksidasi ion Cl– yang menyebabkan terbentuknya gas klor dan kestabilan ion ini
juga terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N. Namun, beberapa zat
memerlukan pemanasan atau katalis untuk mempercepat reaksi. Seandainya banyak
reaksi itu tidak lambat, akan dijumpai lebih banyak kesulitan dalam menggunakan
reagensia ini (Svehla, 1995).

MnO4– + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O E0 = 1,51V

Permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan jalan


dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO4) dalam lingkungan asam sulfat
encer. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi
ini berlangsung dalam suasana asam, netral, dan alkalis, dimana kalium permanganate
merupakan oksidator yang kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan
oksidasi atau redoks. Kalium permangant inilah yang telah digunakan meluas lebih dari 100
tahun. (Shevla, 1995).
Pada teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukkan kadar oksalat atau besi
dalam suatu sampel. Kalium Permanganat merupakan peran oksidator yang paling baik untuk
menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam dengan
menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4). Permanganometri juga bisa digunakan untuk
menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya.(Anonim, 2009).
Sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan kholor. Reaksi ini terutama
kemungkinan akan terjadi dengan garam – garam besi, kecuali jika tindakan - tindakan
pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih, larutan yang
sangat encer, temperature yang rendah, dan titrasi yang lambat sambil terus menerus, bahaya
dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal. Pereaksi kalium permanganate bukan
merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada
percobaan ini untuk membakukan kalium permanganate dapat digunakan natrium oksalat
yang merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. ( Basset,
1994 ).
BAB III
GAMBAR

1 Alat dan Bahan


         A. Alat
                        Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
-         Gelas beker 50 mL :menampung bahan kimia atau larutan dalam jumlah banyak
-         Buret 50 mL : meneteskan sejumlah reagen cair
-         Erlenmeyer : untuk menampung larutan yang akan dititrasi
-         Gelas arloji : menimbang bahan kimia yang bersifat higrokopis
-         Neraca analitik : untuk menimbang massa/bobot
-         Gelas ukur 10 mL :mengukur volume larutan
-         Statif : menegakkan corong/buret
-         Sudip
-         Botol semprot : untuk mencuci dan membilas alat dan bahan

      B. Bahan
    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
-          NaNO2 (Natrium Oksalat)
-          H2SO4 pekat
-          Larutan KMnO4 (Kalium Permanganat)
-          Larutan H2SO4 pekat
-          Akuades

2  Prosedur Kerja
A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
1. Menimbang 0,1 gram NaC2O4 dan melarutkan dengan aquades.
 Menambahkan 2,5 mL H2SO4 pekat, mengaduk sampai volume totalnya   50 mL.
2. Mengambil 5 mL larutan untuk dititrasi.
3. Menitrasi dengan KMnO4 sambil mengocok perlahan sampai berubah warna dari ungu
menjadi merah muda
4. Mengulangi sebanyak 2 kali dan mencatat volume titrasinya.

B.  Penentukan Kadar Nitrit


1. Menimbang nitrit sebanyak 0,2 gram dan melarutkannya dengan aquades sampai volume
totalnya 50 mL dan memasukkannya kedalam buret.
2. Memipet 5 mL KMnO4 kedalam erlenmeyer dan menambahkan 2,5 mL H2SO4.
3. Menitrasi dengan larutan nitrit yang ada dalam buret sampai warna berubah dari ungu
menjadi bening.
4. Mengulangi sebanyak 2 kali dan mencatat hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, D. 2010. Analisa Permanganometri dalam campuran.


http://analisapermanganometri.html diakses 23 Mei 2014 pukul 19.40

Subhi, FS. 2011. Titrasi Oksidasi Reduksi. Politeknik Negeri Bandung

Basset, J.  dkk.  1984.  Buku ajar Vogel Kimia analisis kuantitatif anorganik.  Kedokteran


EGC.  Jakarta.

Day, R.  A.  Jr dan A.  L.  Underwood.  1986.  Kimia analisis kuantitatif.  Erlangga.  Jakarta.

Rivai, Harrizul.  1995.  Asas pemeriksaan kimia.  Penerbit Universitas Indonesia.  Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai