Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM VIRTUAL

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

“TITRASI PERMANGANOMETRI ”

Disusun Oleh:

NURYANI LA SAMIRU

(441419032)

KELAS PENDIDIKAN KIMIA B

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020/2021
A. Tujuan
Menentukan kadar Fe2+ dalam gram Fero Sulfat dengan menggunakan larutan
pengoksidasi KMnO4
B. Dasar Teori
Salah satu jenis reaksi kimia yang digunakan analisis volumetri adalah reaksi oksidasi
reduksi, yang di kenal dengan istilah oksidimetri.jenis reaksi ini melibatkan adanya transfer
elektron antara oksidator dan reduktor. Ada dua cara perhitungan reaksi oksidasi reduksi ;
1. Berdasarkan atas mol pada persamaan stoikiometri.
2. Berdasarkan cacah elektron yang terlibat dalam senyawa oksidator yang dikenal dengan berat
ekivalen.
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan biloks,
sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biloks. Oksidator adalah senyawa dimana
atom yang terkandung mengalami penurunan biloks. Sebaliknya pada reduktor, atom yang
terkandung mengalami kenaikan biloks.
DAY, R.A., Jr; Underwood, A.L. (1986). Dalam banyak prosedur analitik, analit ada
dalam lebih dari satu keadaan oksidasi dan harus dirubah menjadi keadaan oksidasi tunggal
sebelum dilakukan titrasi. Pereaksi redoks yang digunakan harus mampu untuk mengubah analit
secara lengkap dan cepat kedalam oksidasi yang diinginkan.
Astin lukum, (2009 : 108) Indikator yang digunakan dalam titrasi oksidasi reduksi ini
biasanya berupa zat organik yang dapat dioksidasi atau di reduksi bolak-balik dan berubah
warnanya pada perubahan tingkat oksidasinya. Pada dasarnya indikator ini harus teroksidasi atau
tereduksi pada titik ekivalensi titrasinya. Jika kita mentitrasi suatu larutan reduktor, indikatornya
harus reduktor, tapi yang lebih lemah. Jadi lebih sukar dioksidasi dari pada zat yang dititrasi.
Indikatornya baru teroksidasi (berubah warna) jika cuplikannya sudah atau hampir semua
teroksidasi.
Indikator yang digunakan untuk menandai titik akhir titrasi oksidasi reduksi, yaitu :
Auto indikator, indikator sendiri yaitu indikator yang berasal dari pereaksinnya sendiri. Contoh:
KMnO4; Indikator spesifik, contoh indikator kanji untuk iodium; Indikator redoks, contoh
indikator yang dapat berbeda warna pada keadaan terduksi dan teroksidasinya. Contoh asam
difenil amin dan feroin.
Secara sederhana pasangan redoks dari indikator redoks dilambangkan sebagai berikut :
In+ + e In

Warna A warna B

Jika [In]/[In+] ¿ 10, maka warna B yang tampak

Jika [In]/[In+] ¿ 0,1, maka warna A yang tampak

Jadi daerah perubahan warna ( ΔE indikator) = 2 x 0,059 = 0,12 V


Syarat pemilihan indikator bagi suatu titrasi redoks adalah harus berubah warna pada atau
di dekat harga potensial sel titik ekivalensi. Beberapa contoh titrasi redoks adalah
permanganometri, dikromatometri, bromatometri, iodometri, dan iodimetri.
Titrasi redoks itu melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit.Titrasi
redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat sebagai
oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam
minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan
menggunakan kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat
dengan menggunakan permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi redoks
memegang peran penting, selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator
dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu
maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah. Titik akhir titrasi dalam
titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan
volume titrant, atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan
dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa
titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan
permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya titrasi redoks
yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering
dipakai untuk titrasi redoks jika kedua indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya
ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin. Contoh titrasi redoks yang terkenal adalah iodimetri,
iodometri, permanganometri menggunakan titrant kalium permanganat untuk penentuan Fe2+
dan oksalat, Kalium dikromat dipakai untuk titran penentuan Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl.
Bromat dipakai sebagai titrant untuk penentuan fenol, dan iodida (sebagai I2 yang dititrasi
dengan tiosulfat), dan Cerium(IV) yang bisa dipakai untuk titrant titrasi redoks penentuan
ferosianida dan nitrit.
Permanganometri adalah salah satu cara analisis tipe reaksi oksidasi reduksi. Titrasi ini
menggunakan KMnO4 sebagai titran. Kalium permanganat adalah oksidator kuat yang dapat
bereaksi dengan suatu reduktor menghasilkan senyawa mangan yang mempunyai bilangna
oksidasi yang berbeda-beda tergantung pada pH larutan. Permanganometri merupakan titrasi
yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan
pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi
dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan
cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat
larut dan sebagainya.
Menurut Elvelyta (2013) Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi
redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4‾ bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4‾ akan berubah
menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan
kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Pada permanganometri, titran yang digunakan
adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan
indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai
pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk
menunjukkan kelebihan pereaksi.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat. Permanganometri
juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi
permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik. Kalium permanganat
merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah.
Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi
bolak-balik, sedangkan potensial elktroda sangat bergantung pada pH. Pereaksi kalium
permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih
dahulu.
Larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung dalam penetapan zat
pengoksida, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan mangan, oksida
semacam itu sukar dilarutkan dalam asam atau basa tanpa mereduksi logam itu ke keadaan yang
lebih tinggi. Tidak praktis untuk menitrasi zat ini secara langsung karena reaksi dari zat padat
dengan zat pereduksi berjalan lambat (Day, R. A dan Underwood, 1986).
Oleh karena itu sampel diolah dengan kuantitasnya yang berlebih diketahui sesuatu zat
peruduksi dan dipanasi agar reaksi lengkap. Kemudian kelebihan zat pereduksi dititrasi dengan
Permanganat standar. Berbagai zat pereduksi dapat digunakan seperti AS 2O3 dan N2C2O4.
Analisis pirolusit, atau bijih yang mengandung MnO2 merupakan latihan yang lazim bagi
mahasiswa. Reaksi MnO2 dengan HASO2 :
MnO2(s) + HASO2 + 2H+ → Mn2+ + H3AsO4
Dalam larutan yang bersifat basa, KMnO4 agar mudah mengoksidasi ion-ion iodida,
sionida, tiosianat, dan beberapa senyawa organik dioksidasi oleh kalium permanganat menjadi
oksalat, bukan menjadi karbondioksida.
Menurut Bobone (2012) Metode untuk melakukan standarisasi kalium permanganat,
diantaranya adalah dengan menggunakan natrium okasalat (Na2C2O4), asam oksalat (N2C2O4) dan
dengan Arsen (III) oksida. Tapi dalam percobaan ini hanya menggunakan natrium oksalat
(Na2C2O2).
Natrium oksalat (Na2C2O2) merupakan standar primer yang baik untuk permanganat
dalam larutan asam. Larutan natrium oksalat dititrasi dengan larutan kalium permanganat
samapai warna berubah dari bening menjadi merah muda. Reaksi ini berjalan lambat pada
temperatur kamar dan sehingga diperlukan pemanasan hingga 60ºC. Bahkan bila pada
temperatur yang lebih tinggi reaksi akan berjalan makin lambat dan bertambah cepat setelah
terbentuknya ion mangan (II). Pada penambahan tetesan titrasi selanjutnya warna merah hilang
semakin cepat karena ion mangan (II) yang terjadi berfungsi sebagai katalis, katalis untuk
mempercepat reaksi dan reaksi ini disebut dengan autokatalitik. Autokatalitik adalah reaksi
dimana katalisator dapat terbentuk dan diproduksi dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat
memberikan efek katalitik dengan cara bereaksi dengan cepat dengn katalitiknya untuk
membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), dimana pada gilirannya secara
tepat mengoksidasi ion oksalat kembali ke kondisi divalensi.
Pada standarisasi larutan kalium permanganat dengan natrium oksalat dilakukan
pencampuran 0,1 gram natrium oksalat yang telah diencerkan dengan akuades dengan H2SO4.
Reaksi yang terjadi pada proses pencampuran antara natrium oksalat dengan H 2SO4 adalah
sebagai berikut: 2Na+ + C2O42- + 2H+ + SO42- → H2C2O4 + 2Na+ + SO42-
Dari reaksi di atas terlihat bahwa fungsi pengasaman larutan tidak lain adalah untuk
memperoleh hasil yang berupa produk asam oksalat dan sebagai katalis. H 2SO4 merupakan
katalis yang bertujuan memperkecil besarnya energi aktifasi. Serta berfungsi untuk mempercepat
jalannya suatu reaksi dalam keadaan asam sampai H2SO4 ini tidak bereaksi menghasilkan reaksi
samping.
Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi merah
muda pada larutan yang permanen dan tidak hilang selama beberapa menit. Perubahan warna ini
terjadi karena Mn2+ (larutan bening) dan MnO4- (KMnO4) tereduksi oleh Na2C2O4 menjadi Mn2+
(merah muda). Titik ekivalen terjadi karena mol titrat sama dengan mol titran.
Senyawa AS2O3 merupakan standar primer yang bagus sekali untuk larutan permanganat.
Stabil, tidak higroskopis dan mudah diperoleh dengan derajat kemudian yang tinggi. Oksida ini
dilarutkan dalam natrium hidroksida, larutan diasamkan dengan asam klorida dan dititrasi
dengan permanganat.
2 HAsO2 + 2 MnO4- + 6 H+ + 2 H2O → 2 Mn2+ + 3 H3AsO4
Reaksi perlahan pada temperatur kamar, kecuali bila ditambah suatu katalis. Kalium
iodida, KI, kalium iodat, KIO3 dan iod monoklorida ICl, telah digunakan sebagai katalis.
Kalium permanganate adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah,
tidak mahal, dan tidak membutuhkan indicator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu
tetes 0,1 N permanganate memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan
yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini digunakanuntuk mengindikasi
kelebihan reagen tersebut. Kelemahannya adalah dalam medium HCL. Cl-dapat teroksidasi,
demikian juga larutannya, memiliki kestabilan yang terbatas.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi
dalam larutan-larutan yang bersifat asam, 0.1 N atau lebih besar:
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O     E° = +1,51 V
Permanganate bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi
ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk
mempercepat reaksi. Sebagai contoh, permanganate adalah agen unsure pengoksidasi yang
cukup kuat unuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO 2 , titik akhir permanganate tidak permanen
dan warnanya dapat hilang karena reaksi:
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 (s) + 4H+
Ungu              Tidak berwarna
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam keadaan netral.
Kelebihan sedikit dari permanganate yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Bagaimanapun juga, mengingat
reaksinya berjalan lambat, MnO2 tidak diendapkan secara normal pada titik akhir titrasi-titrasi
permanganate.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganate.
Mangan oksida mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang
semula ada dalam permanganate, atau berbentuk akibat reaksi antara permanganate dengan jejak-
jejak dari agen-agen pereduksi di dalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini
biasanya berupa larutan Kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi-substansi
yang dapat direduksi, dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter (filter-filter non
pereduksi) untuk menghilangkan MnO2. Biasanya sebelum disaring dipanaskan terlebih dahulu
selama 15-30 menit, jika tidak dipanaskan, sebagai alternative larutan didiamkan dalam suhu
ruang selama 2-3 hari. Larutan tersebut kemudian distandardisasi, dan jika disimpan dalam gelap
dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Larutan
kalium permanganate harus disimpan dalam tempat yang bersih, berbahan kaca dengan warna
gelap yang sebelumnya telah dibersihkan dengan larutan pembersih kemudian dibilas dengan
deionised water. Larutan-larutan permanganate yang bersifat asam tidak stabil karena asam
permanganate terdekomposisi dan air teroksidasi dengan persamaan: 4MnO4- + 4H+ → 5MnO2
(s) + 3O2 (g) + 2H2O
Ini adalah sebuah reaksi lambat di dalam larutan-larutan encer pada suhu ruangan.
Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan MnO2. Namun demikian,
jangan pernah menambahkan permanganate berlebih ke dalam sebuah unsure reduksi dan
kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi yang nantinya muncul
akan berlangsung dengan laju yang rendah.
C. Alat dan Bahan
1. Alat

No Nama Alat Gambar Fungsi Kategori

Untuk meneteskan
1. Pipet tetes 1
bahan.

Digunakan untuk
tempat larutan dan
2 Gelas Beaker dapat juga untuk 1
memanaskan
larutan kimia.
Digunakan untuk
mengukur volume
zat kimia dalam
bentuk cair. Alat
3 Gelas Ukur 1
ini mempunyai
skala, tersedia
bermacam-macam
ukuran

Di gunakan untuk
4 Batang Pengaduk 1
mengocok larutan

Digunakan untuk
tempat zat yang
akan dititrasi.
5 Erlenmeyer 1
Kadang-kadang
boleh juga
digunakan
digunakan dalam
6 Labu takar pengenceran 1
sample

Untuk mengukur
7 Neraca analitik bahan (sampel), 2
atau zat kimia

Untuk menahan
buret pada saat
8 Tatif dan Klem proses titrasi 1
sedang
berlangsung
Digunakan untuk
meneteskan
sejumlah larutan
yang sangat teliti,
tepat terukur,
9 Buret 1
volume variable
dan biasa
digunakan  pada
metode titrasi atau
volumetri.
2. Bahan
Nama Kategori
No Bahan Sifat Fisik Sifat Kimia Bahan
1. FeSO4 1. Berwarna hijau 1. Jika pada larutan Bahan
2. Larut dalam suatu garam fero Khusu
pelarut polar ditambahkan KCN s
maka mula-mula
terbentuk endapan
kuning cokelat
dari Fe(CN)2

2. KMnO4 1. Berat molekul: 1. Larut dalam Bahan


197,12 gr/mol methanol Khusu
2. Titikdidih: 32,35 KMnO4 + CH3OH → s
0
C CH3MnO4 + KOH
3. Titikbeku: 2,83 2. Mudah terurai
0
C oleh sinar
4. Bentuk Kristal 3. Dalam suasana
berwarna ungu netral dan basa
kehitaman akan tereduksi
5. Densitas: 2,7 menjadi MnO2
kg/L pada 20 0C 4. Kelarutan dalam
basa alkali
berkurang jka
volume logam
alkali berlebih
5. Merupakan zat
pengoksidasi kuat
6. Bereaksi dengan
materi yang
tereduksi dan
mudah terbakar
menimbulkan
bahaya api dan
ledakan
3. H2SO4 1. Merupakan asam Bahan
1. Cairan bening
kuat Khusu
2. Titik leleh 10 0C
2. Bersifat korosif s
3. Titik didih 330
0 3. Memiliki afinitas
C
yang sangat besar
terhadap air
4. Bersifat sangat
reaktif
5. Merupakan asam
bervalensi dua
6. Diperoleh dari
reaksi SO3
dengan air

4. H2O 1. cairan bening 1. pelarut polar Bahan


tak berwarna 2. merupakan ion H+ Umu
2. titik didih 1000 , yang berasosiasi m
C dengan OH-
3. titik lebur 00 C
(273,15 K)
D. Prosedur Kerja
Permanganometri : Menentukan Kadar Fe2+ dalam Ferosulfat dengan pengoksidasi KMnO4

FeSO4
- Menimbang dengan teliti ± 600 mg
- Melarutkan dengan 100 ml air suling
- Memasukan ke dalam labu erlrnmeyer
- Membubuhi dengan 25 ml H2SO4 4 N

125 ml FeSO4 + KMnO4 0,1 N


H2SO4 - Memasukan dalam buret

- Melakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna

- Mencatat volume yang telah dipakai untuk mentitrasi 125


ml FeSO4 + H2SO4
- Mengulangi proses titrasi secara duplo

Warna larutan berubah dari bening


menjadi warna merah mudah

E. Hasil Pengamatan
Permanganometri : Menentukan Kadar Fe2+ dalam Ferosulfat dengan pengoksidasi KMnO4

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Menimbang dengan teliti ± 600 mg Penimbangan : 600 mg
FeSO4

2. Melarutkan FeSO4 dengan 100 ml air Warna larutan bening


suling dalam Erlenmeyer kekuningan
3. Membubuhi dengan 25 ml H2SO4 4 N Warna larutan jadi bening

4. Menitrasi dengan KMnO4 0,1 N Warna larutan menjadi ungu.


Volume KMnO4 yang didapat
pada titrasi 4,6 ml

5. Mengulang secara duplo Warna larutan dari bening


menjadi merah jambu..
Volume KMnO4 yang didapat
pada titrasi 3,8 ml

Perhitungan
Menentukan Kadar Fe2+ dalam Ferosulfat dengan pengoksidasi KMnO4
Dik : V1  KMnO4      = 4,6 mL    V2  KMnO4      = 3,8 mL

Mg FeSO4   = 600 mg    Mg FeSO4   = 600 mg

N KMnO4    = 0,1 N mr  Fe = 56             

Dit :  Kadar Fe2+  =......... ?

Penye :

Kadar Fe pada V1  KMnO4

V1 x N x mr Fe
Kadar Fe2+ = mg Contoh x 100 %

4,6 x 0,1 x 56
= 600 x 100 %

= 4,2 %

Kadar Fe pada V2  KMnO4 Duplo


V2 x N x mr Fe
Kadar Fe2+ = mg Contoh x 100 %

3,8 x 0,1 x 56
= 600 x 100 %

= 3,5 %

kadar 1+ kadar 2
Rata-rata kadar Fe =
2

4,2+3,5
=
2

= 3,85 %
F. Pembahasan
Permanganometri adalah salah satu cara anlisis tipe reaksi oksidasi reduksi. Titrasi ini
menggunakan KMnO4 sebagai titran. Kalium permanganat adalah oksidator kuat yang dapat
bereaksi dengan suatu reduktor menghasilkan senyawa mangan yang mempunyai bilangan
oksidasi yang berbeda-beda tergantung pada pH larutan.
Dalam percobaan ini menggunakan Kalium Permanganat sebagai titran untuk
melakukakn proses titrasi. Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan zat pengoksidasi yang
sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak
sebagai indikator. Kemampuan suatu larutan untuk dapat menjadi suatu indikator dalam suatu
reaksi titrasi tanpa penambahan disebut dengan auto indikator. Larutan KMnO4 merupakan salah
satu larutan auto indikator. Untuk titrasi larutan berwarna atau sedikit saja berwarna, pemakaian
indikator tidaklah perlu karena kalium permanganat 0,1 N dan yang hanya serendah 0,1 cm
sudah memberikan warna merah jambu pucat kepada air.
Metode analisis permanganometri kali ini digunakan untuk menentukan kadar Fe 3+ dalam
gram Ferosulfat. Ferosulfat padatan ditimbang ± sampai 600 mg. pengukuran pertama yaitu 600
mg dan pengukuran kedua untuk duplo yaitu 600 mg. Sampel ini dilarukan dengan 100 ml air
suling ke dalam erlenmeyer sehingga didapatkan larutan encer Ferosulfat. Warna larutan ini
bening namun kekuningan atau sedikit kental karena adanya unsur besi yang dilarutkan.
Larutan encer ini dibubuhi dengan larutan H2SO4 4 N sebanyak 25 ml. Saat melarutkan
sampel Fe2+ tersebut harus ditambahkan asam terlebih dahulu untuk menghindari Hidrolisis,
yaitu reaki logam dengan air menghasilkan sesuatu yang lemah yang dapat mengendap dengan
reaksi :
Fe2+ + H2O →   Fe(OH)2
Fungsi penambahan asam sulfat pada saat sebelum titrasi adalah agar suasana menjadi
asam karena kalium permanganat memiliki daya oksidasi yang kuat hanya dalam suasana asam.
Penambahan H2SO4 agar reaksi cepat dan kuantatif dan luntur dengan pembentukan kompleks
tak berwarna. Dalam titrasi permanganometri titrasi harus dilakukan dalam suasana asam. Oleh
karena itu, digunakan asam kuat yang dapat mengionisasi sempurna dan dapat berfungsi untuk
menciptakan suasuana asam yang stabil bukan sebagai indikator karena KMnO 4 bersifat
autoindikator. Dalam hal ini dipilih asam sulfat (H2SO4) sebagai pencipta suasana asam yang
paling baik dan juga berfungsi mengikat air. Kalium permanganat hanya bersifat oksidator dalam
suasana asam, namun pada suasana basa kalium permanganat ini tidak memiliki daya oksidasi,
melainkan malah mengendap menjadi Mn(OH)2 yang nantinya akan membentuk MnO2 yang
mengendap juga. Oleh karena itu pada saat titrasi penentuan konsentrasi kalium permanganat
harus ditambahkan asam sulfat. Penambahan asam sulfat di maksudkan supaya besi larut
sempurna dan dapat bereaksi dengan baik. Selain untuk melarutkan besi, penambahan asam
sulfat juga bertujuan agar KMnO4 tereduksi menjadi Mn2+. Asam sulfat juga dimaksudkan untuk
menghindari oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ karena Fe2+ kurang stabil diudara terbuka. Setelah
penambahan H2SO4, Warna larutan berubah menjadi bening.
Titrasi dimulai dengan meneteskan larutan KMnO 4 pada erlenmeyer sampai terjadi
perubahan warna pada titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi saat penambahan KMnO4 adalah :

5Fe2+ + MnO4- + 8H+   →    Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+


Perubahan warna larutan setelah dititrasi yaitu terjadi perubahan warna dari bening
menjadi ungu.
Tetapi setelah dilakukan duplo juga terjadi perubahan warna dari bening menjadi warna merah
muda.
Warna pada Titik akhir tiirasi ini tidak tetap bertahan, setelah beberapa lama lenyap kembali
akibat reaksi antara kelebihan MnO4- tadi dengan ion Mn2+ hasil reaksi penetapan :
2H2O + 2MnO4- + 3Mn2+ ↔ 5MnO2 ↓ + 4H+
Dengan konstan kesetimbangan besar, Namun karena reaksi sangat lambat warna tidak
segera hilang dan tidak perlu menimbulkan keraguan apakah sudah benar mencapai Titik akhir
titrasi. Kelebihan sedikit dari permanganat pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Akan tetapi, mengingat reaksinya
berjalan lambat, MnO2 tidak diendapkan secara normal pada titik akhir titrasi permanganat.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Jejak-jejak
dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat, atau terbentuk akibat dari reaksi antara
permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen pereduksi didalam air, mengarah pada
dekomposisi. Dengan kata lain dalam penambahan ini belum bisa terdapat endapan pada hasil
akhir titrasi karena alasan di atas. Namun pada titik akhir titrasi dapat jelas diamati bahwa warna
larutan dapat berubah menjadi ungu pada volume titran 4,6 ml dan pada duplo 3,8 ml. sehingga
setelah dilakukan perhitungan kadar Fe2+ dalam gram Ferosulfat terdapat sekitar 3,85 % besi.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan hasil pengamatan serta perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kadar besi dalam ferosulfat dapat diketahui melalui oksidimetri-permanganometri yang
menggunakan KMnO4 sebagai titran sekaligus sebagai indikator dan dalam suasana asam. Dapat
diketahui bahwa kadar besi(II) yang terdapat dalam senyawa ferosulfat yang diperoleh pada praktikum ini
adalah sebesar 3,85%.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Muh. (2013). Analisa Permanganometri. (online) http://kimia-analisi.blogspot.com


diakses 5/11/2014 pukul 13.21 wita
Anna. (2010). Analisa Permanganometri dalam Campuran. (Online)
http://choalialmu89.blogspot.com diakses 5/11/2014 pukul 13.32 wita
Bobone. (2012). Permanganometri. Peneapan Kadar Nitrit. (Online) http://pharmacist-
bobone.blogspot.com diakses 5/11/2014 pukul 13.24 wita
DAY, R.A., Jr; Underwood, A.L. (1986). Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Evelyta. (2013). Permanganometri. (online) http://evelyta-appe.blogspot.com diakses 5/11/2014
pukul 13.02 wita
Hamdani. (2013). Titrasi Permanganometri. (Online) http://catatankimia.com diakses 5/11/2014
pukul 13.38 wita
Khoper. (1984). konsep dasar kimia analitik. Jakarta:UI-press
Lukum, Astin. (2009). Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. UNG : Jurusan Pendidikan
Kimia
Nischal. (2012). Titrasi Redoks. (Online) http://auroracahya.wordpress.com diakses 5/11/2014
pukul 13.14 wita
Teaching, Team. (2012). penuntun praktikum dasar-dasar kimia analitik. UNG: laboratorium
Kimia

Anda mungkin juga menyukai