Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PERCOBAAN VI

PENETAPAN KADAR ASAM BORAT DENGAN METODE

ALKALIMETRI

NAMA : OLVAN SANGISI PUJIONO

STAMBUK : F 121 15 025

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2016
PERCOBAAN VI
PENETAPAN KADAR ASAM BORAT DENGAN METODE

ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar asam borat dengan metode alkalimetri

II. Tinjauan Pustaka


Asam borat (H3BO3) adalah senyawa yang mengandung boron yang larut dan
bersirkulasi di dalam plasma. Ini berwarna dan bubuk putih larut dalam air dan
telah digunakan sebagai pestisida untuk membunuh kutu, serangga, jamur dan alga
dan juga lalat, kecoa, kutu busuk dan jamur pelapuk kayu. Asam borat digunakan
secara meluas sebagai pengawet makanan (4mg/L) di dalam produk makanan
seperti kaviar dan juga untuk tujuan kesehatan dan non kesehatan. Ini juga
digunakan untuk mengawetkan daging, kaviar, dan produk keju. Boron dan
derivatnya yang digunakan dalam sel - sel harus dikurangi. Ada banyak laporan
yang mengindikasikan efek yang berbahaya pada organism organism yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan jika makanan tersebut dikonsumsi oleh manusia.
Asam borat dan boraks memiliki efek beracun pada sel. Untuk bayi yang baru lahir
dosis maksimum yang dapat diberikan antara 3 6 gram, dan 15 20 gram untuk
dewasa. Beberapa gejala yang ditimbulkan oleh asam borat antara lain batuk, iritasi
mata, diare, dan iritasi pada mulut. Pada umumnya asam borat akan menakibatkan
efek yang buruk pada kesehatan manusia jika di konsumsi dalam skala besar.
Bagaimanapun dilakukan peringatan pada asam borat dalam pengunaanya di
beberapa produk makanan (Kumar, 2011).
Senyawa asam borat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
sebagai antiseptic, kosmetik, industry kulit, detergen, sabun, plastic, industry metal
dan alat-alat listrik. Kegunaan asam borat yang utama adalah untuk obat-obatan,
dan yang berhubungan dengan lapangan farmasi, seperti untuk obat kumur, obat
semprot hidung dan formula kesehatan untuk muka. Namun, ternyata ada beberapa
produsen makanan yang menambahkan borat kedalam makanan. Penambahan borat
ke dalam bahan makanan sebagai tambahan makanan atau food aditif memang
memberikan keuntungan bagi produsen, diantaranya makanan menjadi lebih awet,
bakso daging misalnya menjadi lebih kenyal, padat dan rapuh. Borat diperoleh di
pasaran dengan harga yang relative murah, padahal asam borat merupakan bahan
kimia yang hanya diperbolehkan untuk pemakaian luar dan tidah boleh
dipergunakan untuk internal (Marushin, 2004).

III. Alat dan Bahan


III.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan yaitu Erlenmeyer, buret, klem
dan statif.

III.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan yaitu sampel yang
mengandung asam borat, manitol, indicator pp, dan larutan NaOH.

IV. Prosedur Kerja


Timbang 0,1 gram asam borat dan larutkan dengan aquades lalu masukkan ke
dalam labu ukur 100 mL. Kemudian pipet 25 mL larutan sampel, masukkan
dalam Erlenmeyer. Setelah itu tambahkan 2-3 tetes indicator phenolptalein (pp).
Titrasi larutan ini dengan NaOH 0,1 N sampai timbul perubahan warna pada
sampel dari tidak berwarna menjadi merah muda.

V. Hasil Dan Pembahasan


Hasil

PERLAKUAN HASIL

Penetapan kadar asam borat Bening menjadi merah muda


0,1 g sampel + aquades dan Kadar asam borat 10.506 gram
pipet 25 mL + 2-3 tetes
indicator fenolftalein, dititrasi
dengan NaOH 0,1 N.

Analisa Data
Volume NaOH = 5,1 mL
N NaOH = 0,1 N = 0,1 grek/L
Bobot sampel = 0,1 gram
Mr H3BO3 = (3 H = 1) + (B = 10,8 ) + (3 O = 48)
= 3 + 10,8 + 48
= 61,8
BE H3BO3 = Mr H3BO3 = 61,8
3 3
= 20,6

Kadar asam borat = volume titrasi x N NaOH x BE asam borat x 100 %


Bobot sampel

= 5,1 x 0,1 x 20,6 x 100 %


0,1
= 10.506 gram

Pembahasan
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan
larutan baku basa, sedangkan alkalimteri adalah pengukuran konsentrasi
basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya
disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur
volume larutan yang terdapat dalam buret (titran) yang ditambahkan ke
dalam larutan lain yang diketahui volume atau molaritasnya sampai
terjadi reaksi sempurna pada titer yang belum diketahui konsentrasinya.
Pada percobaan ini, titrasi yang dilakukan menggunakan metode
asidimetri karena menggunakan basa sebagai larutan baku dan asam
sebagai sampel.
Percobaan yang dilakukan adalah penetapan kadar senyawa asam borat
dan asam salisilat dalam suatu sediaan obat. Hal ini dilakukan karena
asam borat yang merupakan zat tambahan yang digunakan sebagai
pengawet dalam sediaan sampel harus diketahui kadarnya. Suatu
pengawet dalam sediaan obat harus sesuai dengan kadar yang telah
ditetapkan, tidak kurang dan tidak lebih atau harus sesuai dengan
peraturan yang tertera pada Farmakope. Jika kadarnya berlebih maka
akan merugikan dan membahayakan orang yang mengkonsumsi obat
tersebut. Begitupula dengan asam salisilat, asam salisilat penggunaanya
dalam bidang farmasi yaitu sebagai analgetik dan antipiretik atau
penghilang rasa sakit dan penurun panas (demam). Jika kadarnya kurang
maka obat tersebut tidak akan mencapai efek terapi atau dengan kata lain
tidak mempan, dan jika berlebih maka akan bersifat toksik atau racun
bagi tubuh, sehingga perlu dilakukannya penetapan kadar asam borat.

VI. Penutup
VI.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : kadar asam
borat dalam sampel adalah sebesar 10.506 gram.
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Gandjar, Ibnu G. dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta. (Hal. 1 dan 10)

K. Rao, Purushotham, Khaliq K., Kharat S. S., Sagare P., dan Patil S. K.,
2010, Preparation And Evaluation O/W Cream For Skin Psoriasis,
International Journal of Pharma and Bio Sciences, Vol. 1, No. 3, ISSN :
0975 6299, India.

Kumar, G. dan N. Srivastava, 2011, Genotoxic Effects Of Two Commonly


Used Food Additives Of Boric Acid And Sunset Yellow In Root
Meristems Of Trigonella Foenum Graecum, Iran Journal
Environment Health Science English, Vol. 8, No. 4, India.
Marushin, N., Warnety M., dan Nila S., 2004, Pengaruh Asam Borat
Terhadap Ovarium Mencit Putih (Mus musculus L), Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi, Vol. 9, No. 2, ISSN : 1124 0177, Andalas.

Panjaitan, Elman, 2007, Karakterisasi Fisik Liposom Asam Salisilat


Menggunakan Mikroskop Elektron Transmisi, Jurnal Sains Materi
Indonesia, Vol. 9, No. 3, ISSN : 1411 1098, Tanggerang.

Anda mungkin juga menyukai