Anda di halaman 1dari 25

Laporan

KIMIA ANALISIS
"ASIDI-ALKALIMETRI"

OLEH

Nama : Abdul kadir s. Ismail (821319038)


Anzaly Farni Amalia Khantohe (821319067)
Andi putri anugerah pelamonia (821319052)
Muhamad Yahya Muchtar (821319062)
Siti Gustiawati Kiay (821319043)
Syaadilla S. Bunta (821319071)
Israwaty Adam (821319087)
Kelompok : III (Tiga)
Kelas : B-D3 Farmasi 2019

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
A. Judul Percobaan
Asidi – Alkalimetri
B. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang
sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.
C. Dasar Teori
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, hal ini ikut
mendorong perkembangan ilmu kimia analisis. Terutama dalam hal metode
analisis instrumental, dimana metode modern dengan peralatan canggih dapat
digunakan sebagai metode alternatif pengganti metode konvensional. Dengan
adanya kemajuan tersebut, suatu analisis yang membutuhkan waktu lama dan
kurang praktis serta efesien dapat diselesaikan dalam waktu relatif singkat dengan
hal memuaskan serta menjamin keamanan penggunaannya. Pemilihan metode
merupakan masalah yang penting di dalam setiap analisa, karena metode yang
akan dipilih itu merupakan pencerminan dari beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut antara lain tujuan analisis, macam bahan, jumlah bahan yang dianalisis,
ketepatan dan ketelitian yang diinginkan. Lamanya waktu yang diperlukan untuk
analisis serta peralatan yang tersedia (Fatah dan Mursyidi, 1982: 2).
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan
standarditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang
tidakdikenal.Asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan
garam terhidrolisis dari asam lemah. Larutan standarnya adalah asam. Sedangkan
alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam
terhidrolisis dari basa lemah. Larutan standarnya adalah basa (Chadijah,2012:
177).
Indikator dibagi menjadi dua yaitu indikator alami dan indikator buatan.
Indikator buatan diantaranya metil merah (MM) dan metil jingga atau metil
orange (MO) sebagai indikator asam, serta fenolftalein (PP) sebagai indikator
basa (Rufaida dan Waldjinah, 2009). Indikator alami dapat dibuat dari bagian-
bagian tumbuhan yang berwarna, seperti kunyit, kelopak bunga sepatu, kol ungu,
karamunting, daun bayam merah, dan bunga bugenvil (Indira, 2005).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran
ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang
dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun titran
biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi
dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut
dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik
ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar
kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting
agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik
ekivalen maka pH-nya 7 (netral).

Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan
melelui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena
pelaksanaanya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.
Titrasi asidi-alkametri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan
alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam
untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl,
asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan
dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk
menentukan asam (Haryadit, 2011).
Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia
seperti.
aA + tT produk
Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T
yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental),
biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui
(Khopkar, 1984).

Salah satu contoh metode analisis titrimetri adalah digunakan pada reaksi
asam-basa. Tirasi asam basa merupakan teknikyang banyak digunakan untuk
menetapkan secara tepat konsentrasinya dari suatu larutan asam atau basa. Titrasi
ini pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa juga disebut aside-
alkalimetri. Jika larutan ng asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya
adalah basa disebut alaklimetri. Dalam titrasi asam basa, jumlah relative asam dan
basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentuk an dengan
perbandingan jumlah mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi.
Misalanya:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Reaksi ionnya:
H3O+ + OH- H2O
Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan
menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini
seringkali dideteksi dengan zat yang disebut indicator, yaitu suatu senyawa
organic yang akan berubah warnanya dalam rentang pH tertentu (Lukum, 2005).

Asidimetri berasal dari kata asidi dan metri, dimana asidi berasal dari
kata aad yang berarti asam sedangkan metri berasal dari bahasa Yunani yang
berarti ilmu, proses, seni mengukur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam untuk
menentukan basa. Titrasi asidimetri-alkalimetri merupakan titrasi yang
berhubungan dengan reaksi asam basa (Padmaningrum, 2006).

Alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi


netralisasi, yaitu reaksi anatara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan air
hidroksida yang berasal dari basa yang membentuk molekul air. Oleh sebab itu,
alkalimetri dapat didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam
dari suatu sampel dengan menggunakan larutan basa yang sesuai (Andari,
2013). Reaksi penetralan atau asidimetri-alkalimetri adalah salah satu dari
empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri
(Basset, 1994).
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indictor bila ph pada titik ekivalen antara
4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa
lemah. Jika penititrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan
disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam- basa, ph larutan berubah
secara khas. Ph berubah secara drastis bila volume titrasinya mencapai titik
ekivalen (Sasongko, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi asam-basa :
1) Indikator titrasi
Zat kimia yang digunakan untuk mengetahui bila penambahan titran
berhenti/titik ekivalen titran telah tercapai (Underwood dan Day, 2002)

2) Titik ekivalen/titik akhir teoritis


Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang
diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai
titik ekivalen (Khopkar, 1985)

3) Titik akhir titrasi


Titik akhir titrasi yaitu suatu peristiwa dimana indicator telah
menunjukkan warna dan titrasi harus diberhentikan (Brady, 987)

Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik
ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik
akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang
membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi
meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan
menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara  di atas termasuk analisis
titrimetri atau volumetrik.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
Digunakan untuk
meneteskan sejumlah
larutan yang sangat
Buret (50 teliti, tepat terukur,
1 1
mL) volume variable dan
biasa digunakan  pada
metode titrasi atau
volumetri.
Digunakan untuk
Gelas Piala tempat larutan dan
2 (300 mL 1 dapat juga untuk
dan 40 mL) memanaskan larutan
kimia.
Untuk mengukur
volume segala benda,
baik padat maupun
3 Gelas Ukur 1
cair pada berbagai
ukuran volume

Sebagai tempat
Labu Titrasi
4 1 larutan pada saat
100 ml
proses titrasi
Untuk menyiapkan
larutan dalam kimia
analitik yang
konsentrasinya dan
Labu Takar
5 1 jumlahnya
100 ml
diketahui dengan
pasti dengan
keakuratan yang
sangat tinggi
Untuk menyiapkan
larutan dalam kimia
analitik yang
konsentrasinya dan
Labu Takar
6 1 jumlahnya
1000 ml
diketahui dengan
pasti dengan
keakuratan yang
sangat tinggi
Untuk mengukur atau
menimbang masa dan
Neraca bahan- bahan yang
7 2
analitik akan digunakan
dengan hitungan yang
tepat

Untuk mengambil zat


8 Spatula 1 yang berbentuk
padatan

9 Statif dan 2
Klem Untuk menahan buret
pada saat proses titrasi
sedang berlangsung

Untuk memindahkan
suatu cairan dari
10 Pipet Ukur 1
wadah satu ke wadah
lainnya

2. Bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
-Berat molekul: -Didapatkan dari reaksi
90,03584 gr/mol. pemanasan gula
-Berat jenis: 2,408 (sukrosa) dengan
gr/cm3. oksigen.
-Bentuk: Padatan C12H22O11 + 18 O 6
Kristal (COOH)2 + 5 H2O
-Tak berwarna -Memiliki afinitas yang
-Larut dalam air besar terhadap air.
Asam Oksalat
1 Khusus panas dan dingin. -Dapat menggantikan
(C2H2O4)
hidrogen dalam
reaksinya dengan logam
aktif. dan membentuk
garam sulfat.
-Dapat digunakan
sebagai pembersih
logam
-Beracun
- -
Rumus molekul: Melarut dengan mudah
CH3COOH dalam air
- -
Massa molar: 60.05 Bersifat higroskopik
g/mol dan korosif
- -
Densitas dan fase: Asam asetat merupakan
1.049 g cm−3, asam lemah.
-
cairan 1.266 g Asam asetat merupakan
cm−3, padat monobasic.
Asam cuka - -
2 Khusus Titik lebur: 16.5 °C Asam asetat merubah
(CH3COOH)
(289.6 ± 0.5 K) latmus biru menjadi
(61.6°F)[1] merah.
- -
Titik didih: 118.1°C Asam asetat
(391.2 ± 0.6 K) membebaskan CO2
(244.5°F) dari karbonat.
- Penampilan: Cairan - Asam asetat menyerang
higroskopis tak logam yang melibatkan
berwarna. hidrogen.

3 Indikator Khusus -Rumus molekul: -Trayek pH 8,2 – 10


fenoftalin C20H14O4 -Merupakan indikator
(PP) -Penampilan: Padatan dalam analisa kimia
Kristal tak berwarna -Tidak dapat bereaksi
-Massa jenis: 1,227 dengan larutan yang
-Berbentuk larutan direaksikan, hanya
-Merupakan asam sebagai indikator
lemah -Larut dalam 95% etil
-Larut dalam air alkohol
-Asam dwiprotik
-Tidak berwarna saat
asam
-Berwarna merah rosa
saat basa
- Rumus molekul: - NaOH sangat mudah
NaOH menyerap gas CO2
- Densitas dan fase: - Senyawa ini sangat
2.100 g cm−3, cairan mudah larut dalam air
Natrium
- Titik lebur: 318°C - Merupakan larutan basa
4 Hidroksida Umum
- Titik didih: 1390°C kuat
(NaOH) -
Penampilan: Cairan - Sangat korosif terhadap
higroskopis tak jaringan Organik
berwarna. - Tidak Berbau

-
Cairan bening tak - Pelarut polar
-
berwarna Merupakan ion H+ ,
Aquadest -
5 Umum Titik didih 1000 C yang berasosiasi
(H2O) -
Titik lebur 00C dengan OH-
(273,15 K)
-
Massa atom=36,45 - HCl akan berasap tebal
gr/mol pada udara lembab
-
Massa jenis= 3,21 - Merupakan oksidator
gr/cm3 kuat
6 HCl Khusus - -
Titik leleh=-101oC Racun bagi pernapasan
-
Energy ionisasi= - Dapat larut dalam alkali
1250bkj/mol hidroksida kloroform
-
Berbau tajam dan eter
7 Soda Kue Umum - Rumus - Larut dalam air,
(Natrium molekul : NaHCO3 - stabil dalam
Bikarbonat) - Berat udara kering tetapi
molekul: 84 lambat terdekomposisi
gram/mol dalam udara basah dan
- Kemurniaan: tidak mudah terbakar
99,9%
- Titik lebur
270℃
- Densitas: 2,2
g/cm
- Kelarutan
(40℃) :11,27g/100
g air
- Panas
pembentukan:
226.500 kkal/kmol

E. Prosedur Kerja
1. Alkalimetri
a. Membuat larutan baku primer asam oksalat 0,1 N

Asam Oksalat

Ditimbang sebanyak 6,3035 gram


Dilarutkan dalam Aquadest hingga mencapai
1000 mL

Larutan Asam Oksalat 0,1


NN
b. Penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat

Larutan baku asam oksalat 0,1 N

Dibersihkan buret dengan larutan NaOH yang akan


dipakai, kemudian diisi dengan larutan NaOH tersebut

Dipipet 25 mL larutan baku asam oksalat yang telah


dibuat, ditambahkan 4 tetes indikator fenoftalein

Dicatat kolom dalam buret, lalu teteskan NaOH dari


buret ke dalam larutan asam dengan hati-hati sampai
terjadi perubahan warna, dan tidak berwarna menjadi
merah mudah

Dicatat keadaan akhir buret dan jumlah mL NaOH yang


dipakai adalah selisih keadaan semula dengan keadaan
akhir buret
Konsentrasi NaOH
Penentuan Asam asetat dalam cuka

Asam Cuka
Ditimbang botol, masukkan kira-kira 5 mL cuplikan cuka
dan timbang lagi, kedua penimbangan ini teliti sampai 0,1
mg

Dituangkan cuplikan semuanya ke dalam labu ukur 100 mL


dan encerkan dengan aquadest, impitkan dan kocok

Dipipet 25 mL larutan tersebut tambahkan tiga tetes


fenoftalein

Dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dari buret


sampai timbul warna merah jingga

Dilakukan titrasi duplo

Dihitung persen berat asam asetat dalam cuplikan

 Perubahan warna
menjadi warna
pink ke unguan
 Volume NaOH

2. Asidimetri
a. Pembakuan Asam Klorida dengan Na2B4O7 10H2O 0,1 N

Boraks

Ditimbang sebanyak 19,07 gram


Dilarutkan dengan aquadest hingga mencapai 1 L

Larutan Boraks
b. Pembakuan HCl 0,1 N
c.
Larutan baku HCl 0,1 N

Diambil 25 mL larutan boraks yang telah tersedia


dengan pipet ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan indikator metil orange

Dititrasi dengan HCl yang akan dibakukan hingga


indikator mengalami perubahan

Diulangi pekerjaan hingga 2-3 kali

Konsentrasi HCl 0,1 N

c. Penentuan Asam asetat dalam cuka

Soda Kue

Ditimbang soda kue kira-kira 2 gram

Dilarutkan dengan aquadest kemudian encerkan hingga


volume 250 mL dalam labu takar dan kocok

Diambil 25 mL larutan tersebut ke dalam erlenmeyer


kemudian tambahkan 25 mL aquadest

Ditambahkan indikator PP beberapa tetes. Titrasi dengan


HCl yang telah dilakukan hingga indikator berubah warna

Ditambahkan indikator MO sebanyak 3 tetes

Dititrasi kembali hingga indikator mengalami perubahan


warna. Catat volume HCl yang digunakan

Diulangi pekerjaan duplo

 Perubahan warna
menjadi warna
merah bata
F. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
1. Hasil pengamatan
a. Alkalimetri

No. Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Ditimbang erlenmeyer kosong 59,1252 gram
2. Diukur asam cuka 5 mL 5 mL, berwarna bening
3. Dimasukkan asam cuka ke dalam Berwarna bening
erlenmeyer
4. Ditimbang kembali erlenmeyer yang 63,5871 gram
telah terisi asam cuka
5. Ditambahkan aquadest hingga 100 mL 100 mL, berwarna bening
6. Dibersihkan buret menggunakan NaOH Bening
7. Dikocok erlenmeyer yang telah terisi Bening
asam cuka dan aquadest
8. Diambil 5 mL lalu dimasukkan ke Bening
dalam gelas ukur
9. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer Bening
kosong
10. Diambil indikator PP sebanyak 5 tetes Ungu Muda
11. Dilakukan hal yang sama di erlenmeyer Ungu Muda
kedua
12. Dititrasi menggunakan larutan NaOH Ungu
hingga terjadi perubahan warna

b. Asidi

No. Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Ditimbang capet 49,4192 gram
2. Ditimbang soda sebanyak 2 gram 2 gram, berwarna putih
3. Dimasukkan ke dalam gelas kimia, lalu Bening
dilarutkan menggunakan aquadest
4. Diencerkan sampai 250 mL, lalu Bening
dikocok hingga homogen
5. Diambil 25 mL larutan tersebut Bening
kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
6. Ditambahkan aquadest 25 mL 25 mL, berwarna bening
7. Ditambahkan indikator PP sebanyak 5 pink
tetes
8. Dititrasi menggunakan HCl hingga Merah bata
indikator berubah warna
9. Ditambahkan larutan MO sebanyak 3 Jingga
tetes
10. Dititrasi menggunakan HCl hingga Merah bata
indikator berubah warna

2. Perhitungan

a. Alkalimetri
1) Perhitungan volume titran yang terpakai (NaOH)

Dik : Volume awal erlenmeyer 1 = 50 mL

Volume akhir erlenmeyer 1 = 36,7 mL


Volume awal erlenmeyer 2 = 50 mL

Volume akhir erlenmeyer 2 = 27,5 mL

Dit : Volume yang terpakai (NaOH)?

Penye : Volume awal erlemeyer 1 – Volume akhir erlenmeyer 1

= 50 mL – 36,7 mL

= 13,3 mL

Volume awal erlemeyer 2 – Volume akhir erlenmeyer 2

= 50 mL – 27,5 mL

= 22,5 mL

2) % Kadar

Dik : Mtitran erlenmeyer 1 = 13,3 mL

Mtitran erlenmeyer 2 = 22,5 mL

Ntitran = 0,1

BE =1

Msampel = 5 mL

Dit : % Kadar?

Penye : % kadar erlemeyer 1 = Mtitran x Ntitran x BE


x 100%
Msampel x 1000

= 13,3 x 0,1 x 1
x 100%
5 x 1000

= 1,33

5000 x 100%
= 0,0266%

% kadar erlemeyer 2 =
Mtitran x Ntitran x BE x 100%
Msampel x 1000

= 22,5 x 0,1 x 1
x 100%
5 x 1000

= 2,25

5000 x 100%

= 0,045%
2. Asidi
a. Perhitungan volume titran yang terpakai (HCl)

Dik : V1 erlenmeyer 1 = 0,3 mL

V2 erlenmeyer 1 = 1,5 mL

V1 erlenmeyer 2 = 1,9 mL

V2 erlenmeyer 2 = 3,5 mL

Dit : Volume yang terpakai (HCl)?

Penye : V2 erlemeyer 1 – V1 erlenmeyer 1

= 1,5 mL – 0,3 mL

= 1,2 mL

V2 erlemeyer 2 – V1 erlenmeyer 2

= 3,5 mL – 1,9 mL
= 1,6 mL

b. % Kadar

Dik : Mtitran erlenmeyer 1 = 1,2 mL

Mtitran erlenmeyer 2 = 1,6 mL

Ntitran = 0,1

BE =1

Msampel = 5 mL

Dit : % Kadar?

Penye : % kadar erlemeyer 1 = Mtitran x Ntitran x BE


x 100%
Msampel x 1000

= 1,2 x 0,1 x 1
x 100%
5 x 1000

= 0,12

5000 x 100%

= 0,0024%

% kadar erlemeyer 2 =
Mtitran x Ntitran x BE x 100%
Msampel x 1000

= 1,6 x 0,1 x 1
x 100%
5 x 1000

= 0,16

5000 x 100%

= 0,0032%
G. Pembahasan
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai
yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa
dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat komsentrasi dari senyawa
yang dilarutkan/diencerkan.
Dalam praktikum ini, kita akan menentukan berat cuplikan dalam sampel,
untuk alkalimetri, kita akan menentukan persen berat asam asetat dalam cuplikan
cuka.
1. Alkalimetri
Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar
keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan standar basa, basa yang
digunakan biasanya adalah Natrium Hidroksida NaOH.Dalam percobaan ini
diperlukan larutan standar primer,dimana larutan standar primer adalah larutan
baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutkan sampai volume
tertentu. Dalam percobaan ini akan ditentukan konsentrasi NaOH dengan
menggunakan asam oksalat (H2C2O4) sebagai larutan standar primernya.
a. Pembuatan larutan baku asam oksalat 0,1 N
Untuk alkalimetri diawali dengan pembuatan larutan baku primer asam
oksalat dengan cara menimbang asam oksalat dan dilarutkan dengan aquades
sampai 1000 ml. Kemudian larutan baku primer ini digunakan untuk standarisasi
larutan NaOH.
Pembakuan yang melibatkan NaOH ini menggunakan teknik titrasi, NaOH
diteteskan pada larutan asam oksalat yang berada dalam labu erlenmeyer.
Sebelum melakukan proses titrasi, sebelumnya asam oksalat ditetesi indikator PP.
Indikator PP berasal dari asam lemah yang memiliki perbedaan warna antara ion
dan molekulnya sehingga ketika dalam keadaan basa, indikator ini akan
mengalami perubahan warna bening ke warna ungu. Penambahan indikator PP ini
bertujuan untuk memberikan warna pada larutan pada titik akhir titrasi, Proses
penetesan ini dilakukan secara perlahan untuk mendapatkan hasil akhir volume
titrasi. reaksi yang terbentuk dalam proses ini yaitu:
2 NaOH + (COOH)2 → (COONa)2 + H2O

Selama proses titrasi yaitu penetesan NaOH dari buret, labu erenmeyer
harus tetap di kocok. Pengocokan larutan bertujuan untuk mempercepat proses
kelarutan NaOH untuk bereaksi dengan Asam osalat karena salah satu faktor yang
mempengaruhi kelarutan adalah tekanan. Pengocokan erlenmeyer mendorong
peroses larutnya NaOH dalam asam oksalat untuk mendapatkan hasil titrasi yang
tepat. Pada titik ekivalen, larutan mulai terjadi perubahan warna. Hal ini
menandakan bahwa mol asam = mol basa. Sehingga pada titik akhir titrasi telah
terjadi perubahan warna dalam jangka waktu tertentu dan proses titrasi harus
dihentikan. Namun pada percobaan ini titik ekivalen tidak di dapatkan karena
tidak adanya ketelitian yang lebil dalam mengamati perubahan warna pada
titratnya sehingga melewati titik ekivalen. Dalam proses ini didapatkan volume
NaOH yang digunakan dalam titrasi adalah 36,7 ml dan untuk duplo 27,5 ml.

Gambar perbedaan titrasi 1 NaOH dan titrasi 2 NaOH


b. Penentuan Asam Asetat Dalam Cuka
Langkah pertama yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah
menimbang botol terlebih dahulu kemudian memasukan 5 ml asam cuka ke dalam
botol tersebut setelah itu ditimbang kembali botol yang sudah terisi tersebut.
Langkah yang selanjutnya adalah menuangkan cuplikan semuanya kedalam
labu ukur 100 ml setelah itu di encerkan dengan aquadest kemudian diimpitkan
dan dikocok. Setelah melakukan pengenceran yang terjadi adalah larutan berubah
menjadi bening. Dalam percobaan ini 5 ml larutan cuka dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang larutannya berwarna bening, kemudian ditambahkan tiga tetes
indikator fenoftalin, larutan tidak terjadi perubahan. Kemudian larutan tersebut
dititrasi dengan larutan baku NaOH, larutan menjadi warna ungu muda, proses
perubahan warna terjadi pada titrasi pertama volume 13,3 ml dan titrasi kedua
yaitu 22,5 ml. Titiik akhir titrasi adalah titik dimana telah terjadi perubahan warna
pada larutan dan titrasi dihentikan setelah terjadinya perubahan warna pada
larutan. Namun lagi – lagi pada percobaan ini praktikan tidak teliti dalam melihat
perubahan yang terjadi. Sehingga pada titrasi 1 dan 2 mengalami perbedaan
volume.

Gambar perbedaan titrasi 1 dan titrasi 2 titrasi NaOH


2. Asidimetri
Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat
yang menggunakan larutan asam sebagai standar. Standar asam yang sering
digunakan adalah asam klorida (HCl). Dalam percobaan ini akan ditentukan
konsentrasi HCl dengan menggunakan Boraks (Na2B4O7.10H2O) sebagai larutan
standar primernya.
a. Pembuatan larutan baku boraks 0,1 N
Dalam membuat larutan boraks 0,1 N pertama yang dilakukan adalah
menimbang boraks dan melarutkanya ke dalam labu ukur sebanyak 250 ml.
Kemudian mengambil 5 ml larutan boraks kedalam erlenmeyer dan menambahkan
3 tetes indikator metil orens ke dalam 5 ml larutan soda kue yang ada dalam
erlenmeyer. Larutan yang awalnya berwarna bening, setelah di teteskan indikator
metil orens terjadi perubahan warna dari bening menjadi orens muda. Sebelumnya
yang bertindak sebagai titran dalam percobaan asidimetri ini adalah HCl. Jadi HCl
sebelumnya sudah berada dalam buret untuk kemudian diteteskan ke dalam
erlenmeyar yang berisi larutan boraks tadi.
Pada percobaan ini sama halnya dengan alkalimetri, tetes demi tetes di
masukan kedalam erlenmeyer dan melihat perubahan warna yang terjadi.
Perubahan warna yang tadinya berwarna orens muda berubah menjadi merah.
Perubahan warna menandakan bahwa titik akhir titrasi sudah tercapai. Dan pada
percobaan ini titik ekivalen didapatkan bersamaan dengan titik akhir titrasi. Titik
ekivalen adalah sebuah kondisi dimana mol titran sama dengan mol titrat.
Perubahan warna terjadi pada volume 2 ml pada titrasi awal dan diplonya.

Reaksi yang terjadi adalah

Na2B4O7.10H2O(aq) + HCl(aq) 2NaCl(aq) + 4H3BO3(aq) + 5H2O(l)

Gambar larutan soda kue yang sudah berubah warna


H. Kesimpulan
Dalam percobaan, menggunakan indikator asam basa yang sesuai
memungkinkan asumsi bahwa titik akhir titrasi tepat berada pada titik
ekivalennya.Konsentrasi atau kadar larutan asam dapat dihitung atau ditentukan
dengan menggunakan larutan basa yang sudah di ketahui konsentrasinya atau
sebaliknya.Titik ekivalen tercapai apabila umlah mol asam sama dengan jumlah
mol basa yang ditandai dengan adanya perubahan warna.
Pada penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat, titik
akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna yaitu dari bening menjadi
merah muda. Sedangkan pada penentuan asam asetat dalam asam cuka titik akhir
titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna yaitu dari warna merah muda.

DAFTAR PUSTAKA

Fatah, A.M., dan Mursyidi, A., 1982, Seri Pengantar Kimia Farmasi Analitik,

Volumetri dan Gravimetri, 19-26; 63-66, Fakultas Farmasi, UGM,

Yogyakarta.

Chadijah, Sitti. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin University

Press, 2012.

Indira, Cita. 2015. “Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting”. Jurnal

Kaunia. IX(1). 1-10.

Khopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Lukum, Astin P. 2005. Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.
Rufaida A, Dyah dan waldjinah. (2009). Kimia untuk SMA/MA kelas XI semester

2. Klaten: Intan Pariwara.

Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai