Anda di halaman 1dari 13

CURCUMA XANTHORRHIZA ROXB.

(PEMANFAATAN DAN BIOAKTIVITASNYA)

Marina Silalahi
marina_biouki@yahoo.com
Prodi Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.
*

ABSTRACT
Curcuma xanthorrhiza Roxb have been long time used by human as medicine and
spices. This article aims to explain the uses and biological activitie of Curcuma
xanthorrhiza. This paper is based on literature offline and online media. Off line
literatures based on handbooks, dissertations and thesis. Web, Scopus, Pubmed,
Journal, and other online media to supplement used in this article. Curcuma
xanthorrhiza have been used as medicine for various purposes such as ulcer,
stomachache, malnutrtions, diabetes mellitus. Curcuma xanthorrhiza have
bioactivites as anti-inflammatory, wound, cholesterol, anti carsinogenic, antioxidant,
anti diabetic, antibacterial, antifungal, phytoestrogenic, and neuroprotective.

Keywords: Curcuma xanthorrhiza, antimicrobaa, antioxidant, diabetes mellitus

ABSTRAK

Curcuma xanthorrhiza Roxb telah lama digunakan manusia sebagai obat maupun
bumbu masak. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan menfaat dan bioaktivitas dari
Curcuma xanthorrhiza. Penulisan artikel ini didasarkan atas kajian literatur online
maupun offline. Data offline berupa buku, jurnal, tesis maupun tulisan ilmiah lainnya.
Sumber online berupa Web, Scopus, Pubmed, Jurnal, dan artikel ilmiah lainnya.
Curcuma xanthorrhiza digunakan sebagai obat untuk mengatasi penyakit ulcer, sakit
perut, diabetes mellitus. Berdasarkan kajian bioactivitasnya, Curcuma xanthorrhiza
bersifat sebagai anti-inflammatory, obat luka, kolesterol, anti kanker, antioksidan,
anti diabetik, anti bakteria, anti jamur, phytoestrogenic, dan neuroprotective.

Kata kunci: Curcuma xanthorrhiza, antimikroba, antioksidan, diabetes mellitus

PENDAHULUAN genus (Saensouk et al. 2015), dan


Zingiberaceae atau yang salah satu genusnya adalah Curcuma.
dikenal dengan empon-emponan Genus Curcuma tercatat sedikitnya 60
merupakan salah satu famili dari ordo spesies di dunia (Larsen dan Larsen
Zingoberales, yang banyak digunakan 2006), yang diciri dengan adanya
sebagai bumbu masak maupun curcumin pada bagian rhizomanya.
sebagai obat tradisional, khususnya Walaupun setiap spesies pada genus
bagi masyarakat lokal Indonesia. Curcuma memiliki curcumin, namun
Zingiberaceae memiliki sekitar 50 kandungan senyawa metabolit
248
Silalahi, Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Pemanfaatan dan Bioaktivitasnya)

sekunder lainnya bervariasi antar Indonesia seperti Sumatra dan pulau


spesies Sebagai contoh, xanthorihol Jawa. Struktur daun dan bunga yang
pada Curcuma xanthorrhiza (Jantan et menarik menjadikan temulawak juga
al. 2012), ar-tumeron pada Curcuma mudah ditemukan di pekarangan yang
longa (Araujo dan Leon 2001). berfungsi juga sebagai tanaman hias
Curcuma xanthorrhiza yang (Gambar 1).
dikenal juga sebagai temulawak atau Sebagai obat tradisional
Javanese tumeric banyak Curcuma xanthorrhiza dimanfaatkan
dimanfaatkan sebagai obat, baik untuk berbagai tujuan seperti obat
sebagai bahan utama maupun sebagai maag, sakit perut, kurang giji, diabetes
bahan tambahan. Javanese tumeric mellitus (Silalahi et al. 2015a; Silalahi
secara harfiah memiliki arti “kunyit et al. 2015b). Munin dan Hanani
Jawa” (kunyit yang berasal dari Pulau (2012) menyatakan bahwa
Jawa). Dilihat dari sturktur morfologi pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
daun maupun rhizomanya temulawak berhubungan dengan kandungan
(Curcuma xanthorrhiza) memiliki metabolit sekundernya atau yang
kesamaan dengan kunyit (Curcuma dikenal juga sebagai senyawa bioaktif.
longa), namun ukuran rhizoma dan Jenis dan konsentrasi/kadar senyawa
daunnya lebih besar, sehingga oleh bioaktif di dalam tumbuhan bervariasi
etnis Sunda sering juga disebut tergantung tahap perkembangan,
koneng gede (“kunyit besar”) (de lingkungan, dan faktor genetik (Taiz
Padua et al. 1999), namun warna dan Zeiger 2006). Walaupun Curcuma
rhizoma Curcuma xanthorrhiza lebih xanthorrhiza telah lama dimanfaatkan
tua dibandingkan dengan Curcuma sebagai obat, namun tulisan secara
longa. Berbeda halnya dengan konprehensip mengenai hubungan
Curcuma longa, yang oleh masyarakat pemanfaatan dan senyawa bioaktifnya
lokal Indonesia banyak digunakan masih terbatas. Artikel ini diharapkan
sebagai bumbu masak, namun akan menjadi salah satu sumber
Curcuma xanthorrhiza lebih dikenal informasi yang menjelaskan hubungan
sebagai bahan obat, khususnya jamu kandungan metabolit sekunder
(obat tradisional etnis Jawa khusunya Curcuma xanthorrhiza dangan
daerah Jawa Tengah dan Yogjakarta). bioaktivitasnya sehingga
Curcuma xanthorrhiza sangat mudah pemanfaatannya dapat dioptimalkan
ditemukan diberbagai daerah di untuk meningkatkan kesehatan
249
JDP Volume 10, Nomor 3, November 2017: 248-260

masyarakat maupun sebagai obat tumeric (Inggris), dan temu lawas


tradisional. (Malaysia). Temulawak merupakan
tumbuhan native di pulau Jawa,
METODE Madura dan Maluku (de Padua et al.
Tulisan ini didasarkan pada 1999) dan telah banyak di
kajian literatur baik secara online dan budidayakan di Indonesia, Malaysia,
offline. Offline didasarkan pada Thailand, Philipina dan India.
berbagai buku literatur seperti Plants
Resources of South East Asian dan
buku lainnya. Media online didasarkan A

pada Web, Scopus, Pubmed, dan


media on-line yang digunakan untuk
publikasi dari berbagai Scientific
journals.

PEMBAHASAN C

BOTANI Curcuma xanthorrhiza


Roxb.
Curcuma merupakan salah satu B

genus dari famili Zingiberaceae yang


terdistribusi luas di daerah tropis Gambar 1. Curcuma

maupun sub tropis terutama di India, zanthorrhiza Roxb. A. Bunga, B.

Thailand, Indochina, Australia bagian Rhizoma, C. Habitus (Srigusa et al.

Utara, dan telah banyak 2007)

dibudidayakan sebagai bahan pangan Curcuma zanthorrhiza, pertama

maupun sebagai obat (Burkil 1965). kali diperkenalkan oleh Roxburgh yang

Genus Curcuma beranggotakan diperoleh dari Maluku. Rhizomanya

sekitar 60 spesies (Larsen dan Larsen besar dengan bewarna kuning gelap

2006) - 70 spesies (Lawrence 1951) atau kuning-orange di bagian dalam

bahkan 80 spesies (Sirirugsa et al. rhizomanya sedangkan di bagian

2007). Curcuma xanthorrhiza memiliki dalam memiliki warna orange hingga

vernacular name antara lain: orange-merah. (Srigusa et al. 2007).

temulawak (Indonesia, Madura), Temulawak telah lama dimanfaatkan

koneng gede (Sunda), Javanese oleh masyarakat Indonesia maupun

250
Silalahi, Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Pemanfaatan dan Bioaktivitasnya)

Malaysia dan di India telah tahap pertumbuhan, jenis organ,


dimanfaatkan lebih dari 100 tahun genetik, dan serangan patogen (Taiz
yang lalu (Skornickov dan Sabu 2005). dan Zeiger 2005). Sebagai contoh
Daunnya merupakan daun lengkap Catharanthus roseus mengakumulasi
dengan panjang pelepah hingga 75 ajmalisin pada bagian akar,
cm, helaian daun berbentuk elips- sedangkan cataranthin pada bagian
oblong atau olong-lanset. Helaian daun (Joy et al. 1998). Antosianin
daun memiliki ukuran 25-100 cm x 8- pada tumbuhan diproduksi lebih
20 cm bewarna hijau dengan warna banyak pada saat terjadi pembungaan,
kemerahan-coklat berbentuk pita dekat dibandingkan dengan tahapan lainnya.
tulang daun utama. Bunga majemuk Metabolit sekunder yang
dengan braktea bewarna hijau pucat, terdapat pada tumbuhan, fungsinya
corolla bewarna bewarna merah muda berhubungan dengan pertahanan
dengan labellum berukuran 2-2,5 cm x terhadap serangan patogen (mikroba)
1,5-2,0 cm bewarna kekuningan maupun adaptasi terhadap lingkungan
dengan warna orange berbentuk pita yang kurang menguntungkan. Sifat
diagian tengah (Gambar 1). Tumbuh metabolit tersebut diadopsi oleh
dengan baik pada tanah yang lembab manusia dan kemudian dikembangkan
dengan ketinggian hingga mencapai sebagai bahan obat. Silalahi (2017)
750 m dpl (de Padua et al. 1999; menyatakan bahwa bunga Etlingera
Skornickov dan Sabu 2005). elatior memiliki jenis essensial oil pada
bunga lebih banyak dibandingkan
Metabolit Sekunder buah, batang, dan daun. Perbedaan
Tumbuhan menghasilkan kandungan metabolit sekunder pada
berbagai jenis metabolit sekunder setiap organ mengakibatkan
melalui proses metabolime sekunder. perbedaan pemanfaatannya. Sebagai
Setiap spesies tumbuhan memiliki contoh rhizoma Curcuma longa
jenis metabolit sekunder yang relatif dimanfaatkan sebagai obat diare,
berbeda antara satu spesies dengan sedangkan daunnya sebagai bahan
spesies yang lainnya. Dalam spesies sauna tradisional (Silalahi 2014).
yang sama, jenis maupun konsentrasi Metabolit sekunder pada
metabolit sekunder setiap individu tumbuhan sebagian besar disintesis
relatif berbeda, dipengaruhi oleh dari senyawa antara dari proses
berbagai faktor seperti, lingkungan, metabolisme primer. Perbedaan jalur
251
JDP Volume 10, Nomor 3, November 2017: 248-260

metabolisme dan prekusornya senyawa seskuiterpenoid (Duke 2003).


mengakibatkan produk akhir yang Tabel 1. menunjukkan jenis dan
dibentuk (Taiz dan Zeiger 2006). struktur metabolit sekunder pada
Biosintesis metabolit sekunder pada Curcuma xanthorrhiza. Xanthorrhizol
tumbuhan memiliki empat prekursor merupakan senyawa sesquiterpene
utama yaitu eritrosa-4-fosfat, dengan berat molekul 218 (Lee et al.
fosfoenolpiruvat, piruvat, dan 3- 2008). Rhizoma Curcuma xanthorrhiza
fosfogliserat (Taiz dan Zeiger 2006). mengandung senyawa utama
Masing-masing prekursor kemudian xanthorrhizol dengan konsentrasi
akan membentuk jalur biosintesis mencapai 64,38% (Helen et al., 2012),
kelompok senyawa metabolit walaupun demikian kadar
sekunder. xanthorrhizol yang diperoleh dari
Zingiberaceae dilaporkan rhizoma Curcuma xanthorrhiza
memiliki senyawa utama yang disebut dipengaruhi oleh zat yang digunakan
dengan zingiberene, dari kelompok dalam ekstraksi.

Tabel 1. Struktur dari senyawa utama dari Curcuma xanthorrhiza (Jantan et al.
2012).

Curcumin Demethoxycurcumin

Bisdemethoxycurcumin Xanthorrhizol

Ar-Curcumene β-Curcumene

252
Silalahi, Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Pemanfaatan dan Bioaktivitasnya)

Camphor Ar-Turmerone

Zingiberene Zerumbone

Geranyl acetate

Curcuma xanthorrhiza (seperti xanthorrizol, bisacumol,


mengandung berbagai senyawa bisacurol, bisacurone, dan
bioaktif seperti xanthorrhizol, zingiberene) juga mengandung
curcumin, dan senyawa yang mudah curcuminoids sebesar 1-2% (Duke
menguap atau sering juga dikenal 2003). Warna kuning pada rhizoma
dengan volatil subtances (Devaraj et Curcuma xanthorrhiza berhubungan
al. 2010). Xanthorrhizol merupakan dengan kandungan curcuminoids
suatu senyawa seskuiterpenoid (Aggarwal et al. 2006) seperti halnya
golongan bisabolen (bisabolane-type yang dimiliki oleh rhizoma Curcuma
sesquiterpenoid) (Devaraj et al. 2010). longa (Jurenka 2009). Walaupun
Rhizoma Curcuma xanthorrhiza juga demikian kandungan curcuminoid
mengandung gula, saponins, pada Curcuma longa lebih tinggi
flavonoids, glikosida jantung (cardiac (7,1%) dibandingkan dengan
glycosides), terpenoids, curcuminoids pada Curcuma
anthraquinones dan tidak memiliki xanthorrhiza (5,0%) (Jantan et al.
alkaloids, steroids, tannins, dan 2012). Hal tersebut mengakibatkan
phlobatannin (Devaraj et al. 2010). warna rhizoma Curcuma longa lebih
Xanthorrhizol merupakan senyawa kuning dibandingkan dengan warna
sesquiterpene dengan berat molekul rhizoma Curcuma xanthorrhiza. Selain
218 (Lee et al. 2008; Mangunwardoyo curcuminoids, ternyata curcumin juga
et al. 2012; Lee et al. 2008). merupakan senyawa utama pada
Rhizoma Curcuma xanthorrhiza Curcuma domestica dan
disamping kaya akan sesquiterpenes konsentrasinya sebesar 3,6%,

253
JDP Volume 10, Nomor 3, November 2017: 248-260

sedangkan pada Curcuma 1,10-di-epi-cubenol, citronellyl


xanthorrhiza hanya 2,3%. Hal yang pentanoate, cis-cadin-4-en-7-ol,
sama juga pada jenis cubenol, α-eudesmol, (e)-amyl
bisdemethoxycurcumin yaitu Curcuma cinnamic alcohol, (e)-citronellyl tiglate,
domestica sebanyak 2,1% sedangkan β-bisabolol, ar-curcumen-15-al, 1-
pada Curcuma xanthorrhiza hanya phenyl-hepta-1,3,5-triyne, 4-hydroxy-3-
0.8% (Jantan et al. 2012). methoxy-cinnamaldehyde,
Kandungan metabolit sekunder chamazulene, (e, z)-farnesol, α-
pada organ Curcuma xanthorrhiza bisabolol oxide a, xanthorrhizol, butyl
bervariasi dalam jenis maupun dodecanoate.
kadarnya. Jantan et al. (2012)
melaporkan jenis-jenis essensial oil Manfaat
yang ditemukan pada rhizoma Curcuma xanthorrhiza telah
Curcuma xanthorrhiza antara lain: α- dimanfaatkan sejak ratusan tahun lalu
thujene, α-pinene, camphene, β- oleh manusia sebagai obat tradisional.
pinene, cis-pinane, myrcene, α- Masyarakat lokal di Indonesia
phellandrene, α-terpinene, 1,8-cineole, memanfaatkan Curcuma xanthorrhiza
(z)-β-ocimene, γ-terpinene, 6,7- sebagai obat antara lain: obat maag
epoxymyrcene, camphor, cis-dehydro- (Silalahi et al. 2015a), diare, sakit
β-terpineol, α-terpineol, terpinen-4-ol, perut, kurang giji, luka (Silalahi 2014).
ethyl-4e-octenoate, dihydro citronellol Pemanfaatan Curcuma xanthorrhiza
acetate, α-cubebene, (z)-β- sebagai obat tradisional berhubungan
damascenone, n-undecanol, geranyl dengan bioaktivitasnya. Berbagai
acetate, β-cubebene, methyl perillate, peneliti telah berhasil mengemukakan
(z)-isoeugenol, α-cis-bergamotene, bioaktivitas Curcuma xanthorrhiza
methyl undecanoate, β-humulene, (z)- antara lain: anti-inflammatori, obat
β-farnesene, γ-elemene, (E)-β- luka, menurunkan kolesterol serum
farnesene, (E)-ethyl cinnamate, ar- darah (Beynen 1987: Dirsch et al.
curcumene, γ-curcumene, β- 1998), anti karsinogenik (Beynen
bisabolene, (z)-γ-bisabolene, β- 1987; Dirsch et al. 1998; Kim et al.
curcumene, β-sesquiphellandrene, 2014), antioxidan dan anti diabetik
1,10-decanediol, (z)-isoeugenol (Kim et al. 2014), antibakterial,
acetate, caryophyllene oxide, antifungal, anticancer,
thujopsan-2-α-ol, sesquithuriferol, phytoestrogenic, dan neuroprotective
254
Silalahi, Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Pemanfaatan dan Bioaktivitasnya)

(Hwang et al. 2000; Lim et al. 2005), (Anjusha and Gangaprasad 2014),
namun dalam artikel ini difokuskan Pseudomonas aeruginosa (Anjusha
pada pemanfaatan Curcuma dan Gangaprasad 2014). Mikroba
xanthorrhiza sebagai anti mikroba (anti merupakan organisme yang
bakterial, anti fungal), antidiabetik, dan mengakibatkan berbagai jenis penyakit
antioksidan. Pemanfaatan sebagai anti pada manusia seperti diare atau
mikroba berhubungan dengan gangguan saluran pencernaan pada
pemanfaatan sebagai pengawet manusia. Sebagian besar diare pada
makanan maupun sebagai obat diare. manusia disebabkan oleh kontaminasi
Anti mikroba mikroba pada makanan. Beberapa
Tumbuhan yang digunakan anti mikroba penyebab pembusukan
mikroba merupakan tumbuhan yang makanan antara lain: Bacillus cereus,
menghasilkan senyawa yang mampu Clostridium perfringens, Listeria
menghambat pertumbuhan mikroba monocytogenes, Staphylococcus
atau merusak komponen sel mikroba. aureus, Salmonella typhimurium, dan
Ekstrak Curcuma xanthorrhiza Vibrio parahaemolyticus, sehingga
memiliki aktivitas sebagai anti bakteri sangat efektif digunakan sebagai
(Lee et al., 2008; Mangunwardoyo et pengawet makanan (Lee et al. 2008).
al. 2012; Anjusha dan Gangaprasad Walaupun demikian namun
2014), anti candida dan anti fungi xanthorrhizol tidak mampu
(Rukayadi et al. 2006; Rukayadi dan menghambat pertumbuhan berbagai
Hwang, 2007). Kemampuan Curcuma jenis bakteri seperti C. jejuni,
xanthorrhiza untuk menghambat Eschericia coli, S. sonnei, and Y.
pertumbuhan mikroba berhubungan Enterocolitica (Lee et al. 2008), untuk
dengan pemanfaatannya sebagai obat itu diperlukan penelitian lebih lanjut
maupun sebagai pengawet makanan. untuk mengetahui efek dari
Xanthorrhizol dari Curcuma xanthorrhiza pada konsentrasi yang
xanthorrhiza mampu menghambat lebih tinggi.
pertumbuhan Bacillus cereus, Hal yang berbeda ditemukan
Clostridium perfringens, Listeria oleh (Lew et al. 2015) bahwa, pada
monocytogenes, Staphylococcus konsentrasi xanthorhiza hingga 5%
aureus, Salmonella typhimurium, mampu menghambat pertumbuhan
Vibrio parahaemolyticus (Lee et al. dan menginaktifkan bakteri Bacillus
2008), Klebsiella pneumoniae cereus, Escherichia coli,
255
JDP Volume 10, Nomor 3, November 2017: 248-260

Pseudomonas spp. dan tumbuhan yang secara empirik


Staphylococcus aureus pada jamur memiliki rasa pahit (Silalahi 2015a).
(Pleurotus sajor-caju), sehingga Secara umum diketahui bahwa
sangat potensial digunakan sebagai alkaloid dan tanin merupakan
sanitizer makanan. Untuk beberapa merupakan metabolit sekunder yang
bakteri penyebab pembusukan memiliki rasa pahit.
makanan antara lain bakteri gram Terdapat dua jenis tipe penyakit
positive (B. cereus, C. perfringens, L. dibaetes mellitus pada manusia yang
monocytogenes, S. aureus) dan disebut dengan tipe 1 dan tipe 2.
bakteri gram-negative (Salmonella Diabetes mellitus tipe 2 berhubungan
typhimurium and V. dengan obesitas. Obesitas menyebkan
parahaemolyticus). Pemanfaatan jaringan target resisten terhadap
Curcuma xanthorrhiza sebagai insulin (insulin-resistant) dan beresiko
pengawet makanan alami memiliki tinggi terhadap penyekit diabetes tipe
kelebihan dibanding dengan pengawet 2 (Arcari et al. 2011; Vazquez-Prieto et
sintetis karena tidak bersifat toksik. al. 2012). Diabetes tipe 2 ditandai
Ekstrak ethanol Curcuma xanthorrhiza dengan peningkatan pelepasan asam
menghambat pertumbuhan bakteri lemak dari jaringan adiposa,
Gram positif Staphylococcus aureus penekanan penurunan output glukosa
dan S. mutans pada konsentrasi 1.0- di hati, dan berkurangnya penyerapan
5.0% (w/v) (Mangunwardoyo et al. glukosa yang diinduksi insulin pada
2012), otot (van Greevenbroek et al. 2013).
Antidiabetik Wiryodidagdo (2000)
Penelitian tumbuhan yang menyatakan bahwa tumbuhan utama
berpotensi sebagai anti diabetik berkhasiat sebagai obat penyakit
semakin meningkat, hal tersebut diabetes mellitus merupakan
berhubungan dengan makin tumbuhan yang menghasilkan
meningkatnya penderita diabetes senyawa yang mampu menekan atau
mellitus di dunia termasuk Indonesia. merangsang kerja kelenjar endokrin,
Berbagai masyarakat mengindentikkan sehingga dapat memengaruhi produksi
penyakit diabetes mellitus hormon dan mengubah proses fisiologi
berhubungan dengan kelebihan kadar organ tubuh. Penelitian menunjukkan
gula di dalam tubuh, sehingga untuk bahwa pemberian xanthorrhizol (10
menetralisasinya dibutuhkan atau 25mg/kg/hari) atau ekstrak
256
Silalahi, Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Pemanfaatan dan Bioaktivitasnya)

Curcuma xanthorrhiza (50 atau kerusakan oksidatif dan defisit memori


100mg/kg/hari) mampu menurunkan yang terkait dengan penuaan
dengan cepat kadar glukosa darah (Prasetya and Yuliani, 2014).
secara signifikan pada tikus percobaan
(Kim et al. 2015). Selain menurunkan KESIMPULAN
kadar gula darah ternyata pemberian 1. Curcuma xanthorrhiza secara
xanthorrhizol atau ekstrak Curcuma tradisional dimanfaatkan
xanthorrhiza juga menurunkan insulin, sebagai obat luka, maag, sakit
glukosa, asam lemak bebas (free fatty perut dan juga sebagai
acid), dan triglyceride di dalam serum pengawet makanan.
(Kim et al. 2015). 2. Xanthorhizol senyawa utama
Antioksidan pada Curcuma xanthorrhiza
Antioksidan merupakan yang memiliki bioaktivitas
senyawa yang menghambat radikal sebagai antimikroba,
bebas bebas di dalam tubuh. Senyawa antioksidan dan antidiabetik.
yang berasal dari golongan fenolik
lebih banyak dikenal sebagai DAFTAR PUSTAKA
antioksidan (Chan et al. 2007). Ekstrak Anjusha S. and Gangaprasad A. 2014.
Phytochemical and Antibacterial
methanol dari rhizoma Curcuma
Analysis of Two Important
xanthorrhiza menunjukkan mampu Curcuma species, Curcuma
aromatica Salisb. and Curcuma
menghambat aktivitas oksidasi copper-
xanthorrhiza Roxb.
mediated dari LDL (low density lipid). (Zingiberaceae), Journal of
Pharmacognosy and
Ekstrak metanol dan etanol dari
Phytochemistry 3(3): 50-53.
curcumin, demethoxycurcumin,
Araújo, C.A.C., & Leon, L.L. (2001).
bisdemethoxycurcumin rhizoma
Biological activities of Curcuma
Curcuma xanthorrhiza menghambat longa L., Mem. Inst. Oswaldo
Cruz, Rio de Janeiro 96(5): 723-
probucol dengan nilai hingga (IC50
728.
atau 0,57 μmol/L) (Jantan et al. 2012).
Aggarwal, B.B., Bhatt, I.D., Ichikawa,
Kandungan curcuminoids,
H., Ahn, K.S., Sethi, G., Sandur,
xanthorrhizol, ar-turmerone dan S.K., Natarajan, C., Seeram, N.,
Shishodia, S. (2006). Turmeric:
zerumbone lebih tinggi jika diekstrak
the Genus Curcuma. Taylor and
dengan methanol dibandingkan Francis, New York: 298-303.
dengan etanol (Jantan et al. 2012).
Arcari, D.P., Bartchewsky, W., dos
Kurkumin terbukti mengurangi Santos, T.W., Oliveira, K.A., De
257
JDP Volume 10, Nomor 3, November 2017: 248-260

Oliviera, C.C., Gotardo, E.M., fractionation of anti-inflammatory


Pedrazzoli, J.J., Gambero, A., plant extracts. Planta Med. 64:
Ferraz, L.F., Carvalho, P.O., 423-426.
Ribeiro, M.L., (2011). Anti
inflammatory effects of yerba Duke, J.A., Bogenschutz-Godwin,
mat´e extract (Ilex M.J., du Cellier, J. (2003).
paraguariensis) ameliorate insulin Handbook of Medicinal Spices.
resistance in mice with high fat CRC Press, London: 150-152.
diet-induced obesity. Molecular
and Cellular Endocrinology Helen, M.P.A., Gomathy, S.K.,
335(2): 110-115. Jayasree, S., Nizzy, A.M.,
Rajagopal, B., & Jeeva, S.
Beynen, A.C. (1987). Lowering of (2012). Phytochemical
serum cholesterol by Temoe characterization and antimicrobial
Lawak singer, a curcuma mixture. activity of Curcuma xanthorrhiza
Artery 14: 190-197. Roxb. Asian Pacific Journal of
Tropical Biomedicine 2(2): S637-
Burkill, I.H. (1966). A Dictionary of S640.
Economic Products of the Malay
Peninsula, vol. 1-2, Ministry of Hwang, J.K., Shim, J.S., Baek, N.I., &
Agriculture and Co-operative, Pyun, Y.R. (2000). Xanthorrhizol:
Kuala Lumpur, Malaysia. a potential antibacterial agent
from Curcuma xanthorrhiza
Chan, E.W.C., Lim, Y.Y., & Omar, M. against Streptococcus mutans.
(2007). Antioxidant and Planta Medica, 66(2): 196-197.
antibacterial activity of leaves of
Etlingera species (Zingiberaceae) Jantan, I., Saputri, F.C., Qaisar, M.E.,
in Peninsular Malaysia. Food & Buang, F. (2012). Correlation
Chem 104: 1586-1593. between Chemical Composition
of Curcuma domestica and
Devaraj, S., Esfahani, A.S., Ismail, S., Curcuma xanthorrhiza and their
Ramanathan, S., & Yam, M.F. antioxidant effect on human low-
(2010). Evaluation of the density lipoprotein oxidation.
antinociceptive activity and acute Evidence-Based Complementary
oral toxicity of standardized and Alternative Medicine. 1-10.
ethanolic extract of the rhizome doi:10.1155/2012/438356.
of Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Molecules 15: 2925-2934 Joy, P.P., Thomas, J., Mathew, S., &
Skaria, B.P. (1998). Medicinal
de Padua, L.S., Bunyapraphatsara, N. Plants. Kerala: Kerala Agricultural
& Lemmens, R.H.M.J. (Editors). University. 210 hlm.
(1999). Plant resources of South-
East Asia No 12(1). Medicinal Jurenka, J.S. (2009). Anti-
and Pousionous Plants 1. inflammatory properties of
Backhuys Publishers, Leiden, the curcumin, a major constituent of
Netherland: 711hlm. Curcuma longa: A Review of
Preclinical and Clinical Research
Dirsch, V.M., Stuppner, H. & Vollmar, Alternative. Medicine Review 14(
A.M. (1998). The griess assay: 2): 141-153.
suitable for a bio-guided

258
Silalahi, Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Pemanfaatan dan Bioaktivitasnya)

Kim, M.B., Kim, C., Song, Y., & Neuroscience Research 82(6):
Hwang, J.K. (2014). 831–838.
Antihyperglycemic and Anti-
Inflammatory Effects of Mangunwardoyo, W., Deasywaty,
Standardized Curcuma Usia, T. 2012. Antimicrobial and
xanthorrhiza Roxb. Extract and Identification Of Active
Its Active Compound Compound Curcuma
Xanthorrhizol in High-Fat Diet- xanthorrhiza Roxb. International
Induced Obese Mice. Hindawi Journal of Basic & Applied
Publishing Corporation Evidence- Sciences 12(01): 69-78.
Based Complementary and
Alternative Medicine, 10 pages Munim, A. & Hanani, E. (2011).
http://dx.doi.org/10.1155/2014/20 Fisioterapi Dasar. Dian Rakyat.
5915 Jakarta: viii + 356hlm.

Larsen, K., & Larsen, S.S. (2006). Prasetya, DY., S. Yuliani. 2014.
Gingers of Thailand, Queen Aktivitas Ekstrak Rimpang
Sirikit Botanic Garden, Chiang Temulawak (Curcuma
Mai. xanthorrhiza Roxb.) Pada Radial
Arm Maze Dan Pasive Avoidance
Lawrence, G.H.M. (1951). Taxonomy Test Tikus Model Demensia.
of Vascular Plant. New York: Pharmaҫiana, 4(2): 157-164.
John Wiley & Sons
Rukayadi, Y., & Hwang, J.K. (2006).
Lee, L.Y., Shim, J.S., Rukayadi, Y., & Effect of coating the wells of a
Hwang, J.K. (2008). Antibacterial polystyrene microtiter plate with
Activity of Xanthorrhizol Isolated xanthorrhizol on the biofilm
from Curcuma xanthorrhiza formation of Streptococcus
Roxb. against Foodborne mutans. J. Basic Microbiol. 46:
Pathogens, Journal of Food 410-415.
Protection 71(9): 1926-1930.
Saensouk, P., Theerakulpisut, P.,
Lew, K.F., Goh, G.L., Son, R., & Thammathaworn, A., Saensouk,
Rukayadi, Y. (2015). Effect of S., Maknoi, C., & Kohkaew, P.
Javanese turmeric (Curcuma (2015). Pollen morphology of
xanthorrhiza Roxb.) extract on genus Curcuma (Zingiberaceae)
natural microflora of oyster in Northeastern Thailand.
mushroom (Pleurotus sajur-caju) Scienceasia 41: 1513-1874.
and its sensory acceptability.
International Food Research Srirugsa, P., Larsen, K., & Maknoi, C.
Journal 22(6): 2446-2451. (2007). The Genus Curcuma L.
(Zingiberaceae): distribution and
Lim, C.S., Jin, D.Q., Mok, H. Oh S.J., classification with reference to
Lee J.U., Hwang, J.K., Ha, L., & species diversity in Thailand.
Han, J.S. (2005). Antioxidant and Gardens Bulletin Singapore
antiinflammatory activities of 59(1&2): 203-220.
xanthorrhizol in hippocampal
neurons and primary cultured Skornickov, J., & Sabu, M. (2005). The
microglia. Journal of identity and distribution of
Curcuma zanthorrhiza Roxb.

259
JDP Volume 10, Nomor 3, November 2017: 248-260

(Zingiberaceae). Gardens' Antibacterial activity of Java


Bulletin Singapore 57: 199-210 turmeric (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) extract against Klebsiella
Silalahi, M. (2014). The Ethnomedicine pneumoniae isolated from
of The Medicinal Plants in Sub- several vegetables, International
ethnic Batak North Sumatra and Food Research Journal 22(5):
The Conservation Perspective. 1770-1776.
[Disertation]. Program Studi
Biologi, Program Pasca Sarjana, Taiz, L., & Zeiger, E. (2006). Plant
FMIPA, Universitas Indonesia. Physiology. Sinauer Associates,
[unpublished]. Inc, Sunderland.

Silalahi, M., Nisyawati, Walujo, E.B., & Vazquez-Prieto, M.A., Bettaieb, A.,
Supriatna, J. (2015a). Local Haj, F.G., Fraga, & Oteiza, P.I.
knowledge of medicinal plants in (2012). (-)-Epicatechin prevents
sub-ethnic Batak Simalungun of TNF -induced activation of
North Sumatra, Indonesia, signaling cascades involved in
Biodiversitas 16(1): 44-54. inflammation and insulin
sensitivity in 3T3-L1 adipocytes.
Silalahi, M, Nisyawati, Walujo, E.B., Archives of Biochemistry and
Supriatna, J. & Mangunwardoyo, Biophysics, 527 (2): 113-118.
W. (2015b). The local knowledge
of medicinal plants trader and van Greevenbroek, M.M.J., Schalkwijk,
diversity of medicinal plants in the C.G. & Stehouwer, C.D.A.
Kabanjahe traditional market, (2013). Obesity-associated low-
North Sumatra, Indonesia. grade inflammation in type 2
Journal Ethnopharmacology 175: diabetes mellitus: causes and
432-443. consequences, Netherlands
Journal of Medicine 71(4): 174-
Silalahi, M. (2017). Senyawa metabolit 187.
sekunder pada Etlingera elatior
(Jack) R. M. Smith. Prosiding Wiryowidagdo, S. (2000). Kimia dan
Seminar Nasional Pendidikan farmakologi bahan alam Edisi I.
Biologi dan Sainteks, 20 Mei Direktorat Pembinaan
2017. Universitas Muhamadiah Pengabdian Pada Masyarakat
Surakarta, Solo: 37-43. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan
Sylvester, W. S., Son, R., Lew, K. F. Nasional. ix + 325
and Rukayadi, Y. 2015.

260

Anda mungkin juga menyukai