Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PEMBUATAN ETIL ASETAT

OLEH:

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

A. PEMBAGIAN JOBDESK ........................................................................... 1

B. JUDUL PRAKTIKUM ................................................................................ 1

C. TANGGAL PRATIKUM ............................................................................ 1

D. TUJUAN PRATIKUM ................................................................................ 1

E. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 1

F. ALAT DAN BAHAN .................................................................................. 3

G. CARA KERJA ............................................................................................. 4

H. DATA DAN ANALISIS .............................................................................. 5

I. PEMBAHASAN .......................................................................................... 7

J. KESIMPULAN .......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

LAMPIRAN .......................................................................................................... 12

i
PEMBUATAN ETHIL ASETAT

A. PEMBAGIAN JOBDESK
NAMA JOB

B. JUDUL PRAKTIKUM : PEMBUATAN ETIL ASETAT

C. TANGGAL PRATIKUM : 27 OKTOBER 2018

D. TUJUAN PRATIKUM
Mengenal pembuatan ethil asetat dengan esterifikasi.

E. TINJAUAN PUSTAKA
Ester diturunkan dari asam karboksilat. Seubah asam karboksilat
mengandung gugus COOH, dan pada sebuah ester hydrogen dari gugus
ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini
kita hanya akan melihat kasus-kasus dimana hydrogen pada gugus –
COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh berbeda
jika diganti dengam sebuah gugus aril (yang berdasarkan pada sebuah
cincin benzene) (Clark,2007).
Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril.
Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam
karboksilat dan suatu alcohol., yang disebut dengan reaksi esterifikasi
(Carey, 1993).
Etil asetat adalah cairan jernih, tidak berwana, berbau khaas yang
dibandingkan dengan etanol, etil asetat memiliki koefisien distribusi yang
lebih tinggi dibanding etanol termasuk kelarutannya dalam gasoline.
Selain dari penggunaannya sebagai pelarut etil asetat dapa berfungsi
sebagai bahan aktif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin serta

1
dapat berguna sebagai bahan baku kimia serba guna. Pembuatan etil asetat
biasannya dilakukan dengan esterifikasi ( Liza dkk, 2015 )
Proses ini disebut esterifikasi Fischer, berdasarkan Emil Fischer
yang mengembangkan metode ini. Meskipun reaksi ini berkesetimbangan,
reaksi dapat digeser ke arah kanan dengan beberapa cara. Jika alkohol atau
asamnya murah, gunakanlah secara berlebih. Cara lain, ester dan/atau air
dapat dipindahkan segera setelah terbentuk (lewat penyulingan), sehingga
reaksi berjalan ke kanan (Hart, 2003).

R C OR'

Gambar 1.1. Rumus kimia ester (Hart, 2003)

Reaksi esterifikasi merupakan hasil reaksi antara asam karboksilat


dengan alkohol. Salah satu cara pembuatan isoamil asetat yaitu dengan
cara proses esterifikasi langsung dari isoamil alkohol dengan asam asetat.
Reaksi ini dikenal sebagai reaksi reversibel. Biasanya dilakukan dalam
fase cair dan menggunakan asam sebagai katalis. P roses tersebut banyak
digunakan karena sangat sederhana dan menghasilkan air sebagai produk
sampingnya. Dengan adanya katalis yang bersifat asam, baik katalis
homogen maupun heterogen, maka reaksi dapat berjalan lebih cepat. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi esterifikasi diantaranya adalah
suhu, waktu reaksi, jumlah molekul pereaksi alkohol, dan konsentrasi
katalis (Hart, 2003).
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat tergantung pada halangan
sterik dalam alcohol dan asam karboksilatnya. Asam kuat dari asam
karboksilat hanya memainkan peran kecil dalam laju pembentukan ester
(Fessenden, 1982).
Reaksi asam karboksilat dengan alkohol menghasilkan senyawa
ester melalui reaksi yang dikenal dengan nama esterifikasi, dan basanya

2
menggunakan katalis asam. Reaksinya kan berlangsung dengan baik jika
direfluks bersama sedikit asam sulfat atau asam klorida(Riswiyanto, 2009)
Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis
suatu senyawa baik organic maupun anorganik. Umumnya digunakan
untuk mensintesis senyawa-senyawa yang mudah menguap atau volatile.
Pada kondisi ini dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap
sebelum reaksi berjalan sampai selesai (annonim, 2011).
Etil Asetat dibuat dengan memanaskan etanol dengan asam asetat
glasial dengan penambahan asam sulfat. Reaksi antara asam asetat dan
etanol dengan katalis asam sulfat akan menghasilkan etil ester dan air
seperti pada reaksi dibawah menghasilkan etil ester dan air seperti pada
reaksi dibawah ini:
H₂SO₄
CH₃COOH + CH₃O → CH₃COOC₂H₅ + H₂O
Asam asetat etanol etil asetat air

( Liza dkk, 2015 )

F. ALAT DAN BAHAN


1. Bahan :
 Etanol
 Asam sulfat pekat
 Na sukabornat
 Asam asetat
 Aquades
 CaCL₂
2. Alat :
 Alihn condenser 40cm / 8 bola
 LAB 125ml

3
 Pipa along
 Pendingin Liebig 80cm
 Pipet bengkok
 Erlenmeyer

G. CARA KERJA

Campur 30g etanol, 30g asam asetat dan 8g asam sulfat pekat ke dalam
LAB, tambahkan beberapa batu didih.

Refluks selama 30 menit

Ganti pendingin Alihn dengan pendingin Liebig (miring), destilasi

Ambil 10 tetes destilat, tambahkan 10ml air untuk mengetahui


perusakan air dengan etil asetat

Teruskan destilasi sampai terkumpul semua

Tambahkan 2g Na subkarbonat pada destilat hingga netral dan gojog

Tambahkan 15ml air, pisahkan air dan ester (air dibuang)

Tambahkan 25ml CaCh 50%, gojog dan ulangi sekali lagi

Destilasi kembali destilat

4
H. DATA DAN ANALISIS
NO Percobaan Keterangan
1. Refluks Larutan berwarna kuning kecoklatan
2. Destilasi Diperoleh cairan destilat berwarna jernih
3. Uji coba Air dan destilat terpisah (air di bagian
1 ml destilat & bawah dan bagian atas destilat)
1 ml air
4. Larutan destilat + 2 gram Putih keruh dan larutan netral
Na2CO3
5. Etil asetat +CaCl2 Etil asetat dan air terpisah (air terbentuk
dibagian bawah dan etil asetat dibagian
atas).

Pengambilan etanol

- BJ = 0,790 g/ml
𝑚𝑎𝑠𝑎 30 𝑔𝑟𝑎𝑚
- Volume = = 0,790 𝑔/𝑚𝑙
𝐵𝐽

= 37,97 ml ~38 ml

Pengambilan Asam Asetat

- BJ = 1,04 g/ml
30 𝑔
- Volume = 1,04 𝑔/𝑚𝑙

= 28,85 ml ~28.9 ml

Pengambilan H2SO4

- BJ = 1,84 g/ml
8𝑔
- Volume = 1,84 𝑔/𝑚𝑙

= 4,35 ml ~ 4 ml

5
𝐻2𝑆𝑂4
C2H5OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O
8𝑔

30 g 30 g

M 0,65 0,5

R 0,5 0,5

S 0,15 0 0,5 0,5

Molaritas C2H5OH

𝑔 30 𝑔
= 46 𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑅

= 0,65 mol

Molaritas CH3COOH

𝑔 30 𝑔
= 60 𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑅

= 0,5 mol

Berat Teoritis CH3COOC2H5

Mr = 88 g/mol

Berat teoritis = mol x Mr

= 0,5 x 88 = 44 gram

Volume destilat

- Sebelum pemurnian = 50 ml
- Sesudah pemurnian 40 ml

Bj = 0,894 g/ml

= 40 ml x 0,894 g/ml

6
= 35,76 gram

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙
Rendemen = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 x 100%

35,76
= x 100%
44

= 81,27%

I. PEMBAHASAN
Pada percobaan pembuatan etil asetat ini diawali dengan pemanasan
campuran asam asetat sebanyak 28.9 mL, alkohol 38 mL, dengan
menggunakan refluks (untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan
tetapi tidak mengurangi zat yang ada). Sebelum dilakukan pemanasan
terhadap campuran larutan asam asetat dengan alkohol, larutan tersebut
terlebih dahulu ditambahkan Asam sulfat pekat (H2SO4) sebanyak 4 mL.
Dimana H2SO4 disini sebagai katalisator yang digunakan untuk mempercepat
reaksi. Katalis asam sufat dalam reaksi esterifikasi adalah adalah katalisator
positif karena berfungsi untuk mempercepat reaksi esterifikasi yang berjalan
lambat. Penambahan katalis dilakukan secara perlahan-lahan dan dikocok,
bertujuan untuk menghindari degradasi reaksi campuran dari asam asetat dan
etanol, dan untuk menghindari agar H2SO4 tidak menguap mengingat karena
mengingat bahwa sifat dari reaksi H2SO4 yang bersifat eksoterm kuat (dimana
reaksi berjalan dengan sendirinya). Karena dimana semakin tinggi suhu maka
semakin banyak molekul yang memiliki kekuatan lebih besar atau sama
dengan tenaga aktivasi, sehingga akan mempercepat reaksinya.
Dengan adaya penambahan asam sulfat sebagai katalisator maka reaksi
esterifikasi akan dipercepat reaksinya, karena reaksi yang terjadi antara asam
sulfat dengan air akan menghasilkan etil asetat dan air. Air yang ditambahkan
asam sulfat akan mampu mendidih, sehingga suhu reaksinya akan menjadi
tinggi. Karena dimana semakin tinggi suhu maka semakin banyak molekul

7
yang memiliki kekuatan lebih besar atau sama dengan tenaga aktivasi,
sehingga akan mempercepat reaksinya. Dimana katalis asam sulfat akan
menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energy aktivasi yang lebih
rendah sehingga nilai konstanta reaksi (k) akan semakin besar, sehingga
kecepatan reaksinya juga semakin besar. Selain itu, dikarenakan asam sulfat
mampu untuk mengikat air (bersifat higroskopis), maka untuk reaksi
esterifikasi setimbang yang menghasilkan air, asam sulfat pekat dapat
menggeser arah reaksi kekanan (kearah produk) sehingga produk yang
dihasilkan menjadi lebih banyak.
Tahap selanjutnya dilakukan pemanasan terhadap campuran asam
asetat, alkohol, dan asam sulfat, sebelum dipanaskan terlebih dahulu
ditambahkan beberapa butir batu didih yang berbentuk kecil, dan memiliki
pori, yang berfungsi untuk meratakan panas sehingga panas menjadi lebih
homogen pada seluruh bagian larutan. Pori-pori pada batu didih akan
membantu menangkap udara pada larutan dan melepaskannya kepermukaaan
larutan sehingga akan terbentuk gelembung-gelembung kecil pada batu didih.
Selain itu batu didih juga berpungsi untuk mencegah terjadinya bumping
(ledakan) yang dimana jika larutan dipanaskan tanpa menggunakan batu didih
akan menyebabkan panas tidak merata dan hanya pada bagian-baian tertentu
sehingga dapat menyebabkan bumping.
Adapun tujuan dilakuakannya proses pemanasan dengan
mengguanakan refluk selain untuk mempercepat reaksi juga bertujuan untuk
menghomogenkan larutan. Dan refluks juga berfungsi untuk memutuskan
ikatan rangkap dari karbon karbonil dengan oksigen (C-O) sehingga akan
memudahkan gugus OH untuk menyerang karbon karbonil sehingga produk
etil asetat yang dihasilkan dalam jumlah banyak, dan dimana campuran
tersebut juga merupakan campuran senyawa organik yang umumnya reaksi-
reaksi nya begitu lambat. Proses refluk ini berlangsung kurang lebih selam 30
menit.
Adapun reaksi yang terjadi antara asam asetat dengan alkohol sampai
menghasilkan etil asetat dan air antara lain sebagai berikut:

8
H₂SO₄
CH₃COOH + CH₃O → CH₃COOC₂H₅ + H₂O
Asam asetat etanol etil asetat air

Setelah proses refluks selesai, maka dilakukan pendinginan terhadap


larutan yang sudah dipanaskan tersebut. Setelah itu dilanjutkan ke proses
distilasi. Proses distilasi ini bertujuan untuk memisahan senyawa etil asetat
dengan air sehingga didapatkan etil asetat yang murni. Peroes ini dilakukan
selama beberapa menit sampai distilat berhenti menetes pada ujung alat
distilat kedalam erlenmayer (sebagi tempat penampung hasil dari distilasi).
Sebelumnya hasil distilat yang didapatkan juga di ambil sebanyak 1 mL untuk
dilakukan uji coba kemudian dicampur dengan aquadest 1 mL, hal ini
bertujuan untuk melihat apakah hasil dari distilat jika dicampur dengan
aquadest dapat terjadi pemisahan atau tidak. Dan pada uji coba ini hasil yang
didapatkan bahwa terjadinya pemisahan antara lapisan etil asetat dengan
aquadest. Hal ini terjadi dikarenakan BJ air lebih besar dibandingkan etil
asetat sehingga lapisan yang berada dibawah merupakan air dan lapisan yang
diatasnya adalah etil asetat.
Tahap selanjutnya yaitu pemurnian, sebelum dilakukan pemurnian
dilakukan pengukuran jumlah volume larutan yang akan digunakan untuk
menghitung rendemen, dan volume destilat yang didapatkan
sebelumpemurnian yaitu 50 mL. Dimana larutan distilat yang dihasilkan
ditambahkan dengan 2 gram Na subkarbonat (Na2CO3) dan warna larutan
menjadi agak keruh sehingga perlu digojok kuat agar Na subkarbonat dapat
larut. Penambahan ini bertujuan untuk menetralkan hasil distilasi yang sudah
dihasilkan. Untuk melihat apakah cairan distilat sudah netral atau belum
dilakukan pengecekan dengan menggunakan kertas lakmus, jika kertas lakmus
berubah warna dari biru menjadi merah maka larutan distilat tersebut masih
bersifat asam. Sifat asam ini kemungkinan terjadi dikarenakan masih
terdapatnya sifat asam dari asam asetat.

9
Proses pemurnian ini dilanjutkan dengan penambahan kalsium klorida
(CaCl2) kedalam larutan distilasi yang sudah netral dan ditutup rapat agar
tidak terjadi penguapan mengingat bahwa sifat dari etil asetat yang mudah
menguap. Setelah itu larutan dimasukkan kedalam corong pisah (bertujuan
untuk memisahkan senyawa etil asetat dengan senyawa lain), dan di kocok ad
homogen dan setelah itu didiamkan beberapa saat dengan tujuan agar
terbentuknya endapan kalsium klorida. Senyawa yang berada di dasar corong
pisah dikeluarkan, sedangkan senyawa yang berada dipermukan corong pisah
merupakan etil asetat yang dihasilkan dari pemurnian. Volume etil asetat
setelah dilakukan pemurnian yaitu sebanyak 40 mL dan dihitung berat (massa)
dari etil asetat setelah pemurnian yaitu 35,76 gram.
Tahap terkhir yaitu perhitungan rendemen, dimana rendemen ini dapat
dihasilkan dengan menggunakan berat hasil dibagi dengan berat teoritis dikali
100 %. Dalam percobaan ini berat teoritis dari asam asetat yaitu 44 garam,
sedangakan berat hasil yaitu sebesar 35,76 gram sehingga persentasi rendemen
etil asetat yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu 81,27 %. Walaupun
didapatkan kemurnian etil asetat yang kurang dari 100 % akan tetapi masih
bisa dikatakan baik dikarenakan hasil rendemen lebih dari 50% nya. Adapun
penyebab kurangnya hasil rendemen yang didapatkan yaitu antara lain
kemungkinan disebabkan karena kurang ketelitian pada saat melakukan
pengambilan ataupun pengukuran bahan, alat yang digunakan kemungkinan
telah terkontaminasi oleh benda-benda asing sehingga akan mempengaruhi
hasil dari pemurnian. Selain itu juga, kemungkinan dapat disebabkankan
karena kuranya ketelitian dalam pengamatan dalam proses melakukan
percobaan.

J. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan etil asetat dilakukan dengan proses esteriikasi dengan
mencampurkan asam asetat dengan alkohol dengan menggunakan
katalis asam kuat (H2SO4) untuk mempercepat reaksi.

10
2. Adapun hasil yang didapatkan padi percoban ini yaitu etil asetat
dengan ;
Voume sebelum pemurnian = 50 mL dan volume sesudah pemurnian
40 mL.
Bj = 0,894 g/ml
Massa = 35,76 gram
3. Adapun hasil perhitungan rendemen dari etil asetat diperoleh yaitu;
81,27 %

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Refluks. http://id. Sribe.com. Diakses pada 29 Maret 2013.


Carey, F.1993. Advenced Organic Chemistery Part B: Reaktion a Syntesis.
London: PleunumPress.
Clark. 2007.http://www.chem-is-try.org.01 Oktober 2017

11
Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga.
Jilid 11. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas.
Erlangga: Jakarta.
Liza, S.dkk.2015.Pembuatan Etil Asetat Dari Hasil Hidrolisis, Fermentasi Dan
Esterifikasi Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca L.). Dapertemen Teknik
Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Sumatra Utara.

LAMPIRAN

12
Gambar 1. Poses Refluks

Gambar 2. Proses Distilasi

Gambar 3. Uji coba hasil destilasi

13
Gambar 4. proses penetralan dan pemurnian

Gambar 5. Proses pemisahan hasil dengan air

Gambar 6. Proses pemisahan etil asetat setelah penambahan (CaCl2)

14

Anda mungkin juga menyukai