Kelompok :9
II. Prinsip
2.1 Asetilasi (Esterifikasi)
Asetilasi merupakan pengenalan gugus asetil ke berapa agen nukleofilik seperti
alkohol, fenol, dan amina dimana atom H dari gugus fungsi OH dan NH2 digantikan oleh
gugus asetil (Groggins, 1985).
2.2 Kristalisasi
Kristalisasi adalah suatu proses pemisahan, dimana akan terjadi peristiwa alih
massa dari fase cair menuju kristal padat murni berdasarkan prinsip perbedaan kelarutan
senyawa pada suhu yang berbeda-beda (Rubiyanto, 2017).
2.3 Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah Teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya dengan
cara mengkristalkan kembali zat yang sudah dilarutkan dalam pelarutnya (Vale, 2015).
2.4 Adsorpsi
Proses perpindahan fasa yang banyak digunakan untuk menyisihkan suatu
komponen dari fasa fluida (gas atau cairan) (Setianingsih, 2018).
III. Reaksi
5.2. Bahan
a. Asam Asetat Anhidrat d. Aquadestillata
b. Asam Posfat e. Batu Didih
c. Asam Salisilat f. Etanol
j.
a. e.
k.
b.
f.
l.
c.
g.
h.
d.
i.
VI. Prosedur
6.1 Pembuatan Asam Asetil Salisilat
Sebanyak 5 gr asam salisilat dan 18 g asetat anhidrat (larutan) ditimbang kemudian
dimasukan ke dalam labu refluks. Tambahkan asam posfat sebagai katalis jika diperlukan.
Masukkan batu didih kemudian refluks pada suhu 80°C selama 15 menit. Dinginkan larutan
pada suhu ruang kemudian tambahkan 25 ml air dingin ke dalam labu. Bila perlu simpan
labu di dalam tangas es. Tunggu hingga terbentuk Kristal. Aduk perlahan untuk
mempercepat pembentukan Kristal. Saring Kristal atau endapan yang terbentuk dengan
menggunakan vakum. Cuci Kristal yang terbentuk dengan pelarut yang sesuai. Keringkan
dan hitung rendemen Kristal yang diperoleh.
6.2 Rekristalisasi Asam Asetil Salisilat
Pemurnian dilakukan dengan rekristalisasi. Masukkan kristal ke dalam gelas kimia
100 mL. Larutkan kristal dengan 15 ml alkohol 96%. Tambahkan 40 mL aquadest panas di
atas kristal. Didinginkan perlahan-lahan dan akan diperoleh kristal berbentuk jarum. Saring
kristal yang terbentuk. Kumpulkan kristal di kaca arloji, kemudian tempatkan di oven untuk
mengeringkan kristal selama 10 menit pada suhu 50 ° C. Dengan menggunakan penjepit,
keluarkan kaca arloji dari oven dan biarkan mencapai suhu kamar. Timbang kristalnya.
Hitung titik leleh dari kristal kering. (Suprianto, 2017)
No Prosedur Hasil
2. Memasukkan asam salisilat sebanyak 5 Telah dimasukkan asam salisilat dan asetat
gram dan asetat anhidrat sebanyak 18 ke anhidrat ke dalam labu refluks
dalam labu refluks
3. Menambahkan asam fosfat ke dalam labu Telah ditambahkan asam fosfat ke dalam
refluks campuran asam salisilat dan asetat anhidrat
4. Masukkan batu didih ke dalam labu Telah dimasukkan batu didih untuk
kemudian refluks pada suhu 80°C selama mencegah bumping saat direfluks dan telah
15 menit direfluks labu berisi larutan pada suhu
sekitar 80°C selama 15 menit
5. Simpanlah labu yang telah dipanaskan Telah didinginkan labu yang berisi larutan
tadi di penangas es, kemudian tunggu dan terlihat pada larutan terbentuk kristal
hingga terbentuk kristal pada larutan, aspirin berwarna putih ketika larutan
untuk mempercepat pembentukan kristal diaduk
larutan dapat diaduk.
6. Saring Kristal atau endapan yang Kristal yang terbentuk tadi telah disaring
terbentuk dengan menggunakan vakum. menggunakan vakum sehingga terpisah
dengan filtratnya.
7. Mencuci kristal dengan pelarutnya Telah dicuci kristal yang terbentuk dan
kemudian dikeringkan dengan telah dikeringkan dengan oven sampai
menggunakan oven massa yang ditimbang benar-benar konstan
1. Masukkan kristal ke dalam gelas kimia Telah dilarutkan kristal aspirin dengan 15
100 mL dan larutkan kristal dengan 15 ml mL etanol 96% (Kristal menjadi terlarut
alkohol 96% sempurna kembali).
3. mendinginkan larutan dan akan diperoleh telah didinginkan larutan sampai terbentuk
kristal berbentuk jarum kristal
4. menyaring kristal yang terbentuk telah disaring kristal yang terbentuk
VIII. Perhitungan
Diketahui : Mr asetat anhidrat = 102,09 ; massa = 18 gram
Mr asam salisilat = 138,12 ; massa = 5 gram
Mr Aspirin = 180,16
18
Perhitungan : n asetat anhidrat = 102,09 = 0, 176
5
n asam salisilat = 138,12 = 0, 0362
Asetat anhidrat + Asam Salisilat → Aspirin + Asam Asetat
C4H6O3 C7H6O3 C9H8O4 C2H4O2
m: 0,176 0,0362 - -
b: 0,0362 0,0362 0,0362 0,0362
1. Percobaan Athoya
● massa asam salisilat = 4,98 g
massa 4,98
n asam salisilat = Mr
= 138,12
= 0,0361 mol
= 78%
2. Percobaan Dela
● massa asam salisilat = 5,01 g
massa 5,01
n asam salisilat = Mr
= 138,12
= 0,0363 mol
● massa anhidrat asetat = 18,02 g
massa 18,02
n anhidrat asetat = Mr
= 102,09
= 0,177 mol
● massa aspirin hasil percobaan = 5,05 g
massa teoritis = 6,53 g
3. Percobaan Michelle
● massa asam salisilat = 5 g
massa 5
n asam salisilat = Mr = 138,12 = 0,0362 mol
● massa anhidrat asetat = 17,99 g
massa 17,99
n anhidrat asetat = Mr
= 102,09
= 0,176 mol
Sintesis Aspirin dimulai dengan mencampurkan 5 gram asam salisilat dengan 18 gram
larutan asetat anhidrat ke dalam labu alas bulat. Pada sintesis aspirin ini digunakan anhidrida
asetat untuk mencegah adanya air yang akan menyebabkan ester yang terbentuk (aspirin)
terhidrolisis kembali karena reaksi esterifikasi ini merupakan reaksi yang reversible. Kemudian,
ditambahkan asam posfat sebagai katalis dan juga batu didih untuk meratakan panas ke seluruh
bagian campuran larutan agar tidak terjadi bumping. Setelah itu, campuran tersebut direfluks
pada suhu 80°C selama 15 menit. Pemanasan ini dilakukan untuk mempercepat reaksi yang
terjadi. Langkah selanjutnya adalah membiarkan campuran tersebut dingin pada suhu ruang,
kemudian ditambahkan 25 ml air agar menurunkan kelarutan aspirin sehingga kristal yang
terbentuk lebih banyak. Untuk mempercepat pembentukan kristal, dapat dilakukan pengadukan
serta menyimpan larutan di dalam penangas es. Setelah itu, kristal yang terbentuk disaring
dengan corong buchner, dicuci, dan dikeringkan. Namun, setiap kristal hasil sintesis dari
senyawa organik belumlah murni.
Selanjutnya, dilakukan prosedur rekristalisasi asam asetil salisilat yang bertujuan untuk
meningkatkan kemurnian kristal asam asetil salisilat yang dihasilkan. Prosedur ini dilakukan
karena prosesnya yang mudah dan tidak membutuhkan alat khusus untuk melakukannya. Prinsip
yang digunakan pada proses rekristalisasi ini yaitu perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan zat pencampurnya. Untuk proses rekristalisasi asam asetil salisilat ini
menggunakan kombinasi dua pelarut, yaitu alkohol dan air panas. Pertama-tama melarutkan
endapan aspirin yang telah disaring ke dalam 15 mL alkohol 96% panas pada gelas kimia 100
mL. Fungsi alkohol disini sebagai pelarut semi polar didasarkan pada sifat kelarutan aspirin.
Aspirin mudah larut dalam alkohol dan suhu hangat dapat menyebabkan kelarutannya
bertambah. Dalam memanaskan alkohol ada yang perlu diperhatikan yaitu, jangan dibiarkan
terbuka karena alkohol memiliki sifat volatile a tau mudah menguap. Maka, dalam pemanasan
alkohol ini dilakukan dalam gelas beaker lalu ditutup dengan kertas alumunium foil. Setelah itu,
tambahkan 40 mL aquades hangat yang berfungsi untuk membantu proses pelarutannya
sekaligus bereaksi memperbanyak endapan. Akan tetapi, penambahan aquades ini harus
dilakukan setelah semua padatan asam asetil salisilat larut sempurna di dalam alkohol. Hal ini
dikarenakan asam asetil salisilat akan berubah menjadi asam asetat jika langsung terkena air.
Aquades ini nantinya akan membantu proses perbanyakan endapan dalam pembentukan kristal
asam asetil salisilat. Selain itu, aquades ini juga dimaksudkan untuk menghidrolisis kelebihan
asam yang terdapat pada kristal asam asetil salisilat.
Setelah larutan yang dipanaskan tersebut larut sempurna dan menjadi larutan yang
homogen, dinginkan dan diamkan larutan tersebut hingga terbentuk kristal jarum aspirin
(rhombic) pada suhu kamar. Tujuan pendinginan ini yaitu agar kelarutan aspirin dan campuran
alkohol dengan aquades mengalami penurunan. Saat didinginkan masukkan batang pengaduk
yang bertujuan untuk menyokong pembentukan inti endapan yang banyak sehingga yang
terbentuk berukuran kecil. Kristal yang terbentuk kemudian disaring dengan menggunakan
corong kaca dan kertas saring yang telah ditimbang sebelumnya untuk memisahkan pengotor
dengan larutan asam asetil salisilat. kertas saring yang digunakan ditimbang terlebih dahulu
untuk keperluan perhitungan yield percent.
Apabila proses penyaringan selesai dilakukan, kumpulkan kristal dalam kaca arloji dan
keringkan di dalam oven selama 10 menit pada suhu 50⁰C. Hal ini bertujuan untuk menguapkan
alkohol dan aquades yang masih berada pada endapan. Sehingga saat penimbangan massa aspirin
yang didapat murni tanpa adanya zat lainnya. Setelah kering, timbang kembali kertas saring
berisi kristal aspirin menggunakan timbangan analitik. Dari hasil perhitungan didapatkan 3 hasil
massa aspirin dari 3 praktikkan. Praktikkan pertama mendapatkan massa aspirin hasil percobaan
sebesar 5,07 gram sehingga didapat yield percent sebesar 78%. Praktikkan kedua mendapatkan
massa aspirin hasil percobaan sebesar 5,05 gram dengan yield percent sebesar 77%. Sementara
itu, praktikkan ketiga mendapatkan yield percent sebesar 74% dengan massa aspirin hasil
percobaan sebanyak 4,81 gram.
Setelah melakukan proses rekristalisasi, dilanjutkan dengan menguji kemurnian kristal
aspirin yang didapatkan melalui uji titik leleh menggunakan alat melting point apparatus.
Menurut literatur, kristal Aspirin murni memiliki rentang titik leleh 138°C-140°C.
Langkah-langkah penentuan titik leleh adalah sebagai berikut.
1. Masukkan sampel padat ke dalam pipa kapiler hingga mencapai panjang sekitar 0,5 cm.
Usahakan sampel mencapai bagian bawah pipa kapiler (bagian bawah adalah bagian yang
tertutup / buntu).
2. Memasukkan pipa kapiler ke dalam alat penentu titik leleh. Biasanya medium pemanas yang
digunakan adalah gliserin.
3. Pastikan padatan dalam pipa teramati lewat kaca pembesar alat.
4. Nyalakan alat (meliputi lampu dan pemanas), dan mulailah mengamati kenaikan suhu lewat
termometer.
5. Catatlah suhu jika padatan mulai meleleh, dan catatlah suhu sekali lagi saat seluruh padatan
meleleh (trayek pelelehan). Misal, jika padatan mulai meleleh pada suhu 66° C dan meleleh
sempurna pada suhu 68° C, maka titik leleh zat tersebut adalah 66°-68° C. Titik leleh juga dapat
digunakan sebagai acuan apakah senyawa tersebut murni atau tidak. Senyawa murni biasanya
mempunyai rentangan titik leleh tak lebih dari 3° Celcius. Misalnya, suatu bahan mempunyai
titik leleh 128°-136° C, maka dapat diketahui senyawa tersebut belum murni karena rentang titik
lelehnya adalah 8 derajat Celcius. (Dwi Winarto, 2013).
X. Kesimpulan
10.1 Reaksi Esterifikasi dapat terjadi antara gugus fenol dari asam salisilat sebagai
nukleofil dengan gugus fungsi asam karboksilat pada asetat anhidrat.
10.2 Aspirin dapat diperoleh dari reaksi antara asam salisilat dan asetat anhidrat yang
kemudian dimurnikan melalui proses rekristalisasi dan dapat diuji titik leleh aspirin murni
yaitu 138°C-140°C.
Daftar Pustaka
Agustina., Waluyo., Warji., dan Tamrin. 2013. Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Koefisien
Difusi dan Sifat Fisik Kacang Merah. Jurnal Teknik Pertanian. 2(1): 35-42.
Ahmadi. 2010. Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah pada Pembuatan Konsetrat Vitamin E dari
Distilat Asam Lemak Minyak Sauce. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 11 (1) : 45-49.
Austin, G. T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries 5th Edition. Singapura: McGratlill
Book Co.
Baysinger, G. et all. 2004. CRC Handbook of Chemistry and Physics 85th edition. United States
of America: CRC Press.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Drug Bank. 2020. “Acetylsalicylic Acid” . Tersedia online di
https://go.drugbank.com/drugs/DB00945. [Diakses pada 23 November 2020 Pukul 09.15
WIB].
Fessenden, R dan Fessenden, J. 1982. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Aksara.
Fessenden, R. J dan Fessenden J.S. 1995. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Fieser, L.K. 1987. Experiment In Organic Chemistry. Bocton: D.C. Iteath and Company.
Groggins, P.H. 1985. Unit Proccess in Organik Synthesis. Newyork: Mc Grawwhill.
Kemenkes RI. 2013. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kristian, R. 2007. Asam Salisilat dari Phenol. Banten: Untirta.
Noviyanti, M.S. 2018. Pra Rancangan Pabrik Asam Asetil Salisilat (Aspirin) dari Asam Salisilat
dan Asetat Anhidrida dengan Proses Sintesis Kalsium Oksida Kapasitas 10.000
Ton/Tahun. Tersedia pada laman dspace.uii.ac.id [Diakses pada 18 November 2020]
O'Neil, M.J. (ed.). The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals.
Whitehouse Station, NJ: Merck and Co., Inc., 2006., p. 140.
Pinalia, A. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi Yang Tepat untuk Meningkatkan Kemurnian
Kristal Ammonium Perklorat (AP). Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara. 5(2): 64-70.
Rubiyanto, D. 2017. Kromatografi- Prinsip Dasar Pembuatan Kromatografi. Yogyakarta:
Deepublish
Setianingsih, T. 2018. Karakterisasi Pori dan Luas Muka Padatan. Malang: UB Press.
Suprianto, Afriadi, dan Purnomo D.S. 2017. Modul Praktikum Kimia Organik. Medan: Yayasan
Helvetia
Winarto, Dwi. 2013. “Cara Menentukan Titik Leleh”. Tersedia online di
https://www.ilmukimia.org/2013/04/cara-menentukan-titik-leleh.html [Diakses pada 14
Oktober 2020 pukul 15.28 WIB].