Anda di halaman 1dari 8

SINTESIS P-NITROASETANILIDA

Micho R, Mitha F, Niken P, Rian S, Rina D, Sholikhatin N, Silvera S

Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Jl. KH Wachid Hasyim no. 65 Kediri

ABSTRAK

Senyawa p-nitroasetanlida merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang termasuk


dalam golongan amida sekunder (RCONHR’). Beberapa nama lain dari p-nitroasetanilida
antara lain N-(4-nitrofenil) asetamida, p-asetamidonitrobenzen, N-Asetil-4-nitroanilin.
Senyawa ini berbentuk kristal prisma yang berwarna kuning pucat. Dalam industri, p-
nitroasetanilida, digunakan sebagai bahan baku untuk mensistesis p-nitroanilina, yang umum
digunakan sebagai zat pewarna. Jika diamati struktur molekulnya, maka akan terlihat bahwa
gugus yang terikat pada atom N (R’) mengandung inti benzena .P-nitroasetanilida dibuat
dengan nitrasi asetanilida dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat (campuran nitrasi).
Produk utamanya adalah p-nitrroacetanilida dan produk minornya berupa o-nitroacetanilida
adalah p-nitrroacetanilida dan produk minornya berupa o-nitroacetanilida juga terbentuk
selama proses nitrasi. O-nitroasetanilida sangat larut dalam etil alkolol dan isolasi p-
nitroasetanilida menggunakan metode kristalisasi sangatlah cocok .Alat alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah labuerlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, corong tetes,
termometer, corong buchner.Dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
asetanilida, asam asetat glasial, H2SO4 pekat, HNO3 pekat, aquadest, es batu, etanol
8Masukan 3,375 gram asetanilida ke dalam erlenmeyer 100 ml. Tambahkan kedalamnya 4ml
asam asetat glasial dan 5 ml asam sulfat pekat. Didinginkan labu dalm air es.

Sementara itu dalam labu erlenmeyer 100 ml lain yang terpisah, dicampur 10 ml asam
sulfat pekat yang sudah didinginkan di air es. Kemudian ditambahkan 7ml asam nitrat pekat.

Teteskan campuran nitrasi ini tetes demi tetes ke dalam labu erlenmeyer yang berisi
asetanilida sambil diaduk dan temperatur dijaga agar tidak lebih dari 20°C
Kemudian ditambahkan aquades senyak 50 ml dan beberapa potong es. Aduk
perlahan-lahan kristal p-nitroasetanlida akan memisah. Saring kristal dengn corong buchner,
cuci beberapa kali dengan aqudes kemudian lakukan kristalisasi dengan etanol.

Sebelum digunakan untuk rekristalisasi dipanaskan terlebih dahulu dengan kompor


elektrik. Setelah etanol mendidih dimasukan kedalam sampel yang akan dikristalisasi sampai
sampel larut sempurna .setelah larutan kristal larut dengan sempurna di saring kembali
dengan corong buchner.setelah selesai penyaringan kemudian kristal dimasukkan pada
deksikator. Sampel dibiarkan didalam deksikator selama 24 jam kemudian ditimbang hasil
,massa dan rendemen kristal.
PENDAHULUAN diamati struktur molekulnya, maka akan
terlihat bahwa gugus yang terikat pada
Asetanilida pertamakali ditemukan
atom N (R’) mengandung inti benzena
oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan
(Indri dan Windysari, 2011).
cara mereaksikan asetofenon dengan
NH2OH sehingga terbentuk asetofenon P-nitroasetanilida dibuat dengan
oksim yang kemudian dengan bantuan nitrasi asetanilida dengan campuran asam
katalis dapat diubah menjadi asetanilida. sulfat dan asam nitrat (campuran nitrasi).
Pada tahun 1899, Beckmand menemukan Produk utamanya adalah p-
asetanilida dari reaksi antara benzil sianida nitrroacetanilida dan produk minornya
dan H2O dengan katalis HCL. Pada tahun berupa o-nitroacetanilida juga terbentuk
1905, Weacker menemukan asetanilida ari selama proses nitrasi. O-nitroasetanilida
anilin dan asam asetat. Asetanilida sangat larut dalam etil alkolol dan isolasi
merupakan senyawa turunan asetil amina p-nitroasetanilida menggunakan metode
aromatis yang digolongkan sebagai amida kristalisasi sangatlah cocok (Ahluwaliya
primer, dimana satu atom hidrogen pada dan Raghav, 1997)
anilin digantikan dengan satu gugus asetil.
Anilin tidak dapat dinitrasi dengan
Asetanilida yang berbentuk butiran
campuran nitrasi biasa (asam sulfat dan
berwarna putih, tidak larut dalam minyak
asam nitrat), karena bersifat terbakar dan
parafin dan dalam air dengan bantuan
analin akan teroksidasi. Kesulitan ini dapat
kloralanhidrat. (Anonim, 2014)
diatasi dengan menggunakan kelebihan
Senyawa p-nitroasetanlida dari asam sulfat atau dengan melindungi
merupakan senyawa turunan asam gugus amino dari reaksi asetilasi karena
karboksilat yang termasuk dalam golongan kelompok asetilamido, CH3CONH.
amida sekunder (RCONHR’). Beberapa Asetilamido memiliki orto yang sama dan
nama lain dari p-nitroasetanilida antara para mengarahkan pengaruh sebagai NH2-.
lain N-(4-nitrofenil) asetamida, p- Asetanilida siap mengalami nitrasi dan
asetamidonitrobenzen, N-Asetil-4- memberikan warna p-nitroasetanilida yang
nitroanilin. Senyawa ini berbentuk kristal pucat jika dicampur dengan kuning o-
prisma yang berwarna kuning pucat. nitroasetanilida. (Raheem,2010)
Dalam indstri, p-nitroasetanilida,
digunakan sebagai bahan baku untuk
mensistesis p-nitroanilina, yang umum
digunakan sebagai zat pewarna. Jika
METODE PENGAMATAN Aduk perlahan-lahan kristal p-
nitroasetanlida akan memisah. Saring
Bahan
kristal dengn corong buchner, cuci
Bahan yang digunakan dalam beberapa kali dengan aqudes kemudian
praktikum ini adalah asetanilida, asam lakukan kristalisasi dengan etanol.
asetat glasial, H2SO4 pekat, HNO3 pekat,
Sebelum digunakan untuk
aquadest, es batu, etanol 80%
rekristalisasi dipanaskan terlebih dahulu
Alat dengan kompor elektrik. Setelah etanol
mendidih dimasukan kedalam sampel yang
Alat alat yang digunakan dalam
akan dikristalisasi sampai sampel larut
praktikum ini adalah labuerlenmeyer, gelas
sempurna .setelah larutan kristal larut
ukur, beaker glass, corong tetes,
dengan sempurna di saring kembali
termometer, corong buchner.
dengan corong buchner.setelah selesai
Cara kerja penyaringan kemudian kristal dimasukkan
pada deksikator. Sampel dibiarkan didalam
Masukan 3,375 gram asetanilida ke
deksikator selama 24 jam kemudian
dalam erlenmeyer 100 ml. Tambahkan
ditimbang hasil ,massa dan rendemen
kedalamnya 4ml asam asetat glasial dan 5
kristal.
ml asam sulfat pekat. Didinginkan labu
dalm air es.

Sementara itu dalam labu Analisis Data


erlenmeyer 100 ml lain yang terpisah,
mol asetanilida = gr/mr = 0,1 mol/4 =
dicampur 10 ml asam sulfat pekat yang
0,025 mol
sudah didinginkan di air es. Kemudian
ditambahkan 7ml asam nitrat pekat. mol NHO3 + H2SO4

Teteskan campuran nitrasi ini tetes


demi tetes ke dalam labu erlenmeyer yang
berisi asetanilida sambil diaduk dan
temperatur dijaga agar tidak lebih dari Hasil Penelitian
20°C
Data dan Perhitungan
Kemudian ditambahkan aquades
a.Data
senyak 50 ml dan beberapa potong es.
Perlakuan Hasil disaring
3,375 g asetanilida + Larutan berwarna Filtrate di dinginkan Larutan kuning
4ml asam asetat coklat dengan es batu
glasial, dihangatkan disaring kembali
Di dinginkan dengan Terbentuk Kristal
es batu larutan yang putih
telah dihangatkan
dengan
Larutan yang sudah Larutan coklat
dihangatkan + 5ml
asam sulfat pekat
tetes demi tetes, b. Perhitungan
dinginan
Larutan nitrasi (7ml Tidak berwarna Massa Kristal : 0,5113 g
asam nitrat pekat +
Massa astanilid : 3,375 g
10ml asam sulfat)
Volume asam nitrat : 7ml
Volume asam sulfat : 10ml
𝑔𝑟 0.1𝑚𝑜𝑙
Mol asetanelida : = =
𝑚𝑙 4
0,0255
0,12𝑚𝑜𝑙
Mol HNO3 + H2SO4 : = 0,03
4

M O.O25 0.03
R 0.025 0.025 0.025 0.025
S - 0.005 0.025 0.025
Massa ρ-nitroasetanilida = mol . Mr
= 0025 . 180
= 4,5g
(Larutan asetanilida Larutan coklat
23,03 𝑔
+ asam asetat kehijauan Rendemen = x
4,5 𝑔
glasial) + larutan
100%
nitrasi, jaga suhu <
20°C, lalu biarkan = 511%
disuhu kamar
Ditambahkan 50ml Berwarna kuning Masa O-nitroasetanilida = mol . Mr
aquadest + es batu,
disaring dengan = 0,025 .226
corong buchhner = 5,65 g
Kristal yang Larutan kuning
didapatkan 23,03 𝑔
Rendemen = x
direkristalisasi 5,65 𝑔
dengan etanol panas 100%
tetes demi tetes, lalu = 407 %
dicampurankan dalam penangas es. Agar
tidak terjadi reaksi oksidasi pada gugus
karbonil sehingga asetanilida tidak
Pembahasan Hasil berubah. Hal ini dikarenakan asetanilida
akan disubstitusi oleh elektrofil, sehingga
Praktikum ini membahas dan mempelajari produk yang dihasilkan atau molekul
bagaimana sintesis para-nitroasetanilida target yang diharapkan sesuai. Warna
yang bertujuan untuk mempelajari reaksi larutan yang dihasilkan adalah jingga.
reaksi nitrasi senyawa aromatis. sintesis Asam sulfat memberikan adanya energi
paranitroasetanilida yang dibuat dari
sehingga menimbulkan konjugasi dalam
serbuk asetanilida yang dihasilkan dari asetanilida dan menggeser tingkat energi
praktikum sebelumnya yaitu mengenai kedaerah visibel yaitu pada daerah warna
sintesis asetanilida. Asetanilida merupakan jingga. 7ml HNO3 pekat dan asam sulfat
senyawa turunan asetil amina aromatis pekat dicampurkan dalam wadah lain.
yang digolongkan sebagai amida primer, Perbandingan dibuat sama karena jika
dimana satu atom hidrogen pada anilin sampai berlebih pada asam sulfat maka
digantikan dengan satu gugus asetil. akan ada reaksi sulfonasi yang terjadi
Asetanilida dapat dinitrasi membentuk sehingga produk menjadi tidak murni dan
suatu senyawa para-nitroasetanilida molekul target yang diharapkan berkurang.
dengan menggunakan reagen berupa asam Penambahan dilakukan dalam keadaan
nitrat pekat dan asam sulfat pekat sebagai dingin yaitu dalam air es dan harus
katalisnya. Langkah awal yaitu berhati-hati untuk meminimalisir resiko
mencampurkan 3,375 gram asetanilida, 4 yang diakibatkan oleh adanya panas yang
ml asam aseat glasial, dan 5 ml asam sulfat berasal dari reaksi eksotermik dengan
dalam erlenmeyer dan didinginkan dalam jumlah energi yang cukup besar.
air es. Penambahan asam asetat berfungsi Pencampuran dari kedua larutan ini
sebagai pelarut karena asetanilida bertujuan agar asam nitrat berubah
mempunyai kelarutan yang besar terhadap menjadi elektrofil akibat asam sulfat.
asam asetat sehingga reaksi akan
berlangsung dengan baik. Sedangkan Asam nitrat (HNO3) pekat dan asam

penambahan asam sulfat bertujuan untuk sulfat (H2SO4) pekat akan bereaksi

mempercepat kelarutan atau sebagai membentuk ion nitronium dan air yang
katalis. Kelarutan semakin cepat nantinya akan bereaksi dengan asetanilida
dikarenakan adanya panas yang dihasilkan membentuk para nitro asetanilida dan
dari asam sulfat. Ketiga senyawa ini H3O+ sebagai produk samping. Ion
nitronium merupakan pengarah orto dan ini bertujuan untuk kristalisasi karena pada
para. Dalam hal ini kemungkinan para suhu yang rendah akan mempercepat
yang terbentuk lebih besar daripada orto pembentukan kristal yang disebabkan oleh
karena isomer para energi dari dalam orbital yang berikatan
terlepas sehingga elektron lebih cenderung
(p) dapat membentuk kisi kristal yang
dalam keadaan ground state. Molekul yang
lebih teratur dan lebih simetris pada
melambat akan membentuk ikatan kisi
keadaan padat. Sehingga keadaan para
kristal dengan sesamanya untuk mencapai
lebih stabil daripada posisi orto.
keseimbangan dalam kondisi suhu
Larutan yang dihasilkan kemudian
tersebut. Aduk perlahan-lahan, kristal p-
diteteskan tetes demi tetes dan suhunya
nitroasetanilida akan memisah dan biarkan
tetap dijaga agar tidak lebih dari 10˚C
selama 15 menit. Kristal yang dihasilkan
kemudian dibiarkan selama 60 menit
berwarna putih kekuningan yang terjadi
sambil diaduk atau digoyang. Hal ini
karena perpindahan elektron antar molekul
dilakukan agar proses nitrasi pada
yang berikatan mengakibatkan timbulnya
asetanilida dapat berlangsung sempurna.
warna pada kristal. Kristal yang terbentuk
Pencampuran larutan dari kedua
disaring dengan corong buchner dan dicuci
erlenmeyer bertujuan agar terjadi reaksi
substitusi elektrofilik. Nitrasi merupakan dengan air es. Dalam proses sintesis

masuknya gugus nitro kedalam benzena senyawa para-nitroasetanilida ini juga

pada posisi para karena amida merupakan dilakukan rekristalisasi dengan etanol

pengarah orto para. Namun karena pada panas untuk memperoleh senyawa para-

cabang amida yang kondisinya crowded nitroasetanilida murni. Dalam proses

sehingga sedikit sekali bahkan tidak rekristalisasi ini menghasilkan campuran


mungkin gugus nitro masuk pada posisi berwarna kuning. Hal ini menunjukkan
orto. Keadaan ini semakin membuat bahwa senyawa para-nitroasetanilida dan
kepastian produk para semakin banyak etanol telah tercampur dengan sempurna.
sehingga semakin baik dalam perlakuan
Kristal yang terbentuk kemudian disaring
sintesis. Substitusi elektrofilik pada cincin
untuk memisahkan pelarut sehingga
aromatik asetanilida dan deprotonasi
diperoleh kristalnya. Kristal kemudian
membentuk para-nitroasetanilida.
dioven agar dapat ditimbang untuk dapat
Setelah 60 menit, campuran
diketahui massa dan titik lelehnya.
dituangkan dalam gelas beaker yang berisi
Senyawa para-nitroasetanilida yang
37.5 mL air dan beberapa potong es. Hal
diperoleh sebesar 0,4306 g dan rendemen
sebesar 26,58 %. Rendemen dan massa
yang didapatkan sangat sedikit, hal ini
dikarenakan terdapat kristal yang masih
tertinggal dalam gelas ukur sehingga
mempengaruhi massa yang diperoleh dan
juga tidak sempurnanya proses kristalisasi
dan rekristalisasi sehingga pembentukkan
kristal tidak optimal. Uji titik leleh
senyawa ini mendapatkan range titik leleh
sebesar 212-215o C. Dalam literatur, titik
leleh dari senyawa para-nitroasetanilida
adalah 216oC, jadi dapat disimpulkan
bahwa zat yang didapat adalah senyawa
para-nitroasetanilida karena titik leleh
yang didapat dari hasil percobaan sesuai
dengan titik leleh dari literatur.

Anda mungkin juga menyukai