Sintesis p-Nitroasetanilida
Disusun oleh :
Kelompok VIII / A
2011
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
dengan rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Sintesis p-Nitroasetanilida” sebagai tugas akhir praktikum kimia sintesis.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mempermudah kelompok-kelompok lain
untuk memahami mengenai reaksi dan cara kerja untuk mensintesis senyawa p-
Nitroasetanilida.
Selama penyusunan tugas makalah kami ini, tidak lepas dari bimbingan,
saran-saran, serta dorongan dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini
kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Suzana, MSi., selaku koordinator praktikum.
2. Bapak Dr. Hadi Poerwono, MSc., selaku dosen pembimbing kami.
3. Bapak dan Ibu dosen pengajar Kimia Sintesis semester IV yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan praktikum ini.
4. Seluruh staff Ruang Praktikum Kimia Sintesis Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
5. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam menyelesaikan praktikum
ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Secara umum, p-nitroasetanilida dibuat dengan jalan mereaksikan
asetanilida bersama asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, dan asam asetat
glasial. Di sini, asam sulfat pekat berfungsi sebagai pembentuk ion nitronium
(NO2+) yang dapat menyerang molekul asetanilida untuk menghasilkan
molekul p-nitroasetanilida. Mekanisme penyerangan oleh ion nitronium inilah
yang dikenal dengan proses reaksi nitrasi. Senyawa p-nitroasetanilida
berbentuk Kristal (padat), sehingga proses pemurniannya dilakukan dengan
cara kristalisasi dan rekristalisasi.
1.3. Tujuan
6
BAB II
SINTESIS PREPARAT
Prepation p-Nitroacetanilide,
7
2.2. Reaksi Kimia dan Hasil Samping
8
2.4. Bahan dan Alat
Bahan :
9
- BJ : 1,049 g/ml -dalam reaksi
0
- TL : 15,6 C berguna untuk
- TD : 1180 C menjaga agar
asetanilida
tidak
terhidrolisis.
Bahaya:
korosif pada
mulut,oesofag
us,menyebabk
an
muntah,diare,a
nemia,hingga
kematian.
3 Asam nitrat 63,02 Mengandung 70%- - - 2 Guna :
pekat 71% HNO3 pembuatan
(HNO3 p) Cairan tidak substrat
berwarna,merupakan organik dan
oksidator,bereaksi anorganik,
keras dengan kandungan
alkohol. nitro untuk
- BJ : 1,512 g/ml pupuk dan
- TL : 41,590 C bahan peledak.
0
- TD : 83 C Bahaya :
menyebabkan
kebakaran,kor
osif pada
mulut,oesofag
us,perut.
4 Asam Sulfat 93,08 Cairan kental seperti - - 8 Bahaya :
pekat minyak,sangat 2 korosif untuk
(H2SO4 p ) korosif,tidak seluruh organ
10
berwarna,tidak tubuh, uapnya
berbau,mampu menyebabkan
menarik air dari kerusakan
udara maupun dari paru, bila
zat organik. kontak dengan
-larut dalam air dan mata
alkohol dengan menyebabkan
melepaskan panas kebutaan.
dan kontraksi Guna : dalam
volume. reaksi berguna
- BJ : 1,389 g/ml sebagai
- TL : 10,490 C pembentuk ion
0
- TD : 340 C nitronium.
5 Etanol 46,07 Cairan tidak qs Bahaya :
(C2H5OH) berwarna,jernih,mud mudah
ah menguap,bau terbakar
khas,rasa panas,dan dengan api
mudah bebas,menyeba
terbakar,mengabsorp bkan pusing,
si air dari udara. muntah, panas,
-larut dalam mengantuk.
air,CHCl3p dan eter Guna : sebagai
p. pelarut
-BJ : 0,810 g/ml senyawa
-TL : -114,10C organik
-TD : 78,5 0C
6 Air es 18 BJ : 1 g/mL qs Guna : dalam
(H2O) TD : 1000 C reaksi untuk
0
TL : 0 C memisahkan
senyawa o-
nitroasetanilida
dengan p-
11
nitroasetanilida
, untuk
menghilangkan
asam.
Alat :
12
4. Dengan corong tetes, campuran nitrasi ini diteteskan kedalam erlenmeyer
yang berisi asetanilida sambil diaduk dan temperatur dijaga agar tidak
lebih dari 10oC.
5. Apabila penetesan telah selesai, labu dikeluarkan dari air es dan dibiarkan
selama 1 jam di suhu kamar.
6. Kemudian dituangkan (dipindahkan) ke dalam beker glass 250 ml yang
berisi 100 ml air dan beberapa potong es.
7. Diaduk perlahan-lahan hingga Kristal p-nitroasetanilida memisah, lalu
didiamkan selama 15 menit.
8. Kristal disaring dengan corong Buchner, dan dicuci beberapa kali dengan
air es hingga tidak asam.
9. Dilakukan rekristalisasi dengan etanol:
a. Etanol (q.s.) dipanaskan di atas hot plate.
b. Kristal dalam beaker glass ditambah etanol panas ad tepat larut (bila
perlu dipanaskan).
c. Disaring dalam keadaan panas dengan corong panas. Filtrat
ditampung.
d. Filtrat didinginkan di suhu kamar hingga kristal terbentuk lagi.
e. Kristal disaring dengan corong Buchner.
f. Kristal ditempatkan di cawan petri.
10. Kristal dikeringkan di oven pada temperature 100oC.
11. Setelah kering, kristal tersebut lalu ditimbang dan ditentukan jarak
leburnya dengan alat elektrothermal.
13
2.6. Bagan Alir :
14
2.7. Skema Kerja :
15
2.8. Hasil Reaksi
a. Hasil teoritis :
Asetanilida p-nitroasetanilida + o-nitroasetanilida
M: 0,0296 - -
R: 0,0296 0,0296 0,0296
S: 0 0,0296 0,0296
BM p-nitroasetanilida = 180,16
Berat p-nitroasetanilida = 0,296 X 180,16
= 5,3318 gram
b. Hasil praktikum :
- Berat p-nitroasetanilida yang diperoleh : 1,1 gram
- % Hasil :
1,1
x 100% = 20,63%
5,3318
16
BAB III
UJI KEMURNIAN
Sampel yang akan diperiksa dimasukan pada pipa kapiler yang salah satu
ujungnya telah dibuntu dengan menggunakan pembakar spiritus.
Sampel ditotolkan pada ujung pipa kapiler yang terbuka kedalam sampel,
hingga setinggi kira-kira 3 mm.
Pipa kapiler dibalik dan sampel didorong dengan cara diketuk-ketuk sampai
mencapai dasar pipa kapiler.
Pipa kapiler dimasukkan pada alat Fisher-John, alat dinyalakan dan diatur
suhunya, kemudian diamati melalui kaca pembesar di dalam alat tersebut dari
kristal mulai meleleh hingga meleleh semua. Jarak lebur yang didapat dicatat.
Pada percobaan uji kemurnian yang telah dilakukan, data jarak lebur
kristal p-nitroasetanilida yang diperoleh adalah 210,50C-212,50C. Sedangkan
menurut literatur, titik lebur p-nitroasetanilida adalah 2140C- 2160C. Sehingga
dapat disimpulakan kristal p-nitroasetanillida yang diperoleh masih mengandung
sejumlah pengotor.
17
BAB IV
IDENTIFIKASI STRUKTUR
1. IR (Cakram KBr) :
Analsis spektra :
- Pada bilangan gelombang 1665 cm-1 memberikan serapan kuat yang
menunjukkan adanya gugus C=O (karbonil).
- Pada bilangan gelombang 1346 cm-1 memberikan serapan yang disebabkan
oleh gugus N-H
- Pada bilangan gelombang 840 cm-1 terdapat serapan kuat yang menunjukkan
adanya benzena tersubstitusi
- Pada bilangan gelombang 1506 cm-1 ada serapan kuat yang menunjukkan
adanya inti aromatis.
- Pada bilangan gelombang pada daerah 3305 – 2556 cm-1 ada serapan yang
cukup lebar yang menunjukkan adanya asam.
18
2. 1H-NMR [400 MHz,(CD3)2SO] :
Analisis spektra :
- Pada daerah 2,147 ppm, menunjukkan adanya gugus CH3
- Pada daerah 7,834 ppm, menunjukkan adanya gugus aromatik.
- Pada daerah 8,211 ppm, menunjukkan adanya gugus aromatik.
- Pada daerah 10,57 ppm, menunjukkan adanya gugus –NH2 (amina).
19
13
3. C-NMR [22,5 MHz,(CD3)2SO]
Analisis spektra :
- Pada daerah 24,16 ppm terdapat serapan yang menunjukkan adanya gugus C-
alkil.
- Pada daerah 119,55-145,44 ppm terdapat serapan yang menunjukkan adanya
gugus C-alkena dan C-aromatis.
- Pada daerah 167,27 ppm terdapat serapan yang menunjukkan adanya gugus C
yang mengikat amida.
20
4. Spektrofotometer UV-Vis
- Pelarut : Etanol
Analisis spektra :
21
5. Spektroskopi Massa.
22
BAB V
PEMBAHASAN
23
bila ada sedikit energi yang berupa panas, maka o-nitroasetanilida kemungkinan
terbentuknya o-nitroasetanilida lebih besar.
Pada percobaan yang telah dilakukan, setelah labu erlenmeyer yang terisi
asetanilida + asam asetat glasial dan + H2SO4 p kemudian ditetesi campuran
nitrasi (H2SO4 p dan HNO3 p) dan didiamkan selama 30 menit hingga suhunya
sama dengan suhu kamar. Pendiaman selama 30 menit ini dilakukan agar reaksi
berlangsung sempurna. Setelah itu cairan dalam labu Erlenmeyer tersebut dituang
ke dalam air es sambil diaduk- aduk dan didiamkan selama 15 menit. Hal ini
dilakukan karena isomer orto dapat larut dalam air dingin, sedangkan isomer para
tidak dapat larut dalam air dingin (membentuk endapan berupa kristal). Untuk
mendapatkan kristal p-nitroasetanilida dapat dilakukan dengan penyaringan
menggunakan corong Buchner, kristal atau endapan merupakan senyawa p-
nitroasetanilida sedangkan filtrat merupakan senyawa o-nitroasetanilida. Kristal
atau endapan p-nitroasetanilida dicuci dengan air es beberapa kali hingga asam
hilang. Hal ini dimaksudkan untuk melarutkan isomer orto yang mungkin masih
terdapat pada kristal atau endapan.
24
keadaan dingin etanol tidak dapat melarutka kristal p-nitroasetanilida. Sehingga
pada keadaan dingin kristal akan terbentuk kembali ( rekristalisasi ).
Pendinginan filtrat corong panas untuk memperoleh kembali kristal,
sebaiknya dilakukan pada suhu kamar. Karena jika pendinginan dilakukan secara
paksa ( misalnya dengan didinginkan di dalam refrigerator ), maka akan terbentuk
kristal amorf. Suatu kristal amorf memiliki luas permukaan yang besar, sehingga
sangat berpotensi mengabsorbsi pengotor. Akibatnya kristal yang diperoleh
menjadi tidak murni.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, senyawa hasil
rekristalisasi berwarna kuning tua dengan titik leleh 210,50C-212,50C.
Berdasarkan literatur, senyawa p-nitroasetanilida berwarna kuning pucat dengan
titik leleh 2140C-2160C. Berdasarkan literatur yang kami baca, perbedaan ini
dapat disebabkan akibat adanya kontaminasi dari kristal p-nitroanilina. Senyawa
p-nitroanilina ini berwarna kuning intensif dan terbentuk akibat adanya atau
terlalu banyaknya jumlah ion H+ yang menyebabkan terjadinya hidrolisis dari
nitroasetanilida. Dan, senyawa p-nitroanilina ini tidak dapat dipisahkan dari p-
nitroasetanilida dengan rekristalisasi.
25
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data-data di atas, kami melihat bahwa pada percobaan
sintesis senyawa p-nitroasetanilida terjadi pemanfaatan prinsip reaksi pada
cincin aromatis yaitu substitusi elektrofilik. Substitusi atom H dengan gugus
nitro pada cincin aromatis. Hal ini dapat dilihat dari penyerangan ion nitronium
( +NO2 ) sebagai elektrofil terhadap cincin benzene pada asetanilida, yang
menghasilkan produk berupa campuran dari senyawa p-nitroasetanilida dan o-
nitroasetanilida. Karena produk yang diinginkan hanya berupa senyawa p-
nitroasetanilida, maka keduanya dipisahkan dengan memanfaatkan perbedaan
sifat kelarutan dari kedua isomer tersebut. Seperti telah diketahui, bahwa pada
suhu rendah, o-nitroasetanilida larut dalam air. Sedangkan senyawa p-
nitroasetanilida tidak larut dalam air pada suhu rendah dan dapat membentuk
kristal.
B. SARAN :
1. Bahan baku, yaitu asetanilida sebaiknya digerus halus dahulu untuk
memperkecil ukuran partikel, sehingga cepat bereaksi dengan molekul-
molekul lain.
2. Pada saat penyaringan kristal dengan corong buchner jangan mencuci kristal
dengan filtratnya agar o-nitroasetanilida dan pengotor-pengotor lain yang
sudah larut tidak mengotori kristal lagi.
26
3. Asetanilida dilarutkan dahulu dalam H2SO4 p dan asam asetat glasial, bila
tidak, pada akhir pendinginan di erlenmeyer selama satu jam akan terbentuk
gumpalan putih yang sukar larut dalam filtrat pada saat dikocok kuat.
4. Dalam Erlenmeyer yang berisi asetanilida, asam sulfat pekat dan asam
asetat glasial harus dijaga ≤ 10o C, untuk mencegah pembentukan o-
nitroasetanilida pada T > 10o C.
5. Etanol panas yang digunakan untuk melarutkan tidak perlu terlalu banyak
karena setelahnya akan sulit dihilangkan dan mempersulit pembentukan
kristal.
6. Untuk menghilangkan asam dari kristal p-nitroasetanilida, dicuci dengan air
es hingga berkali-kali hingga asam hilang dan dibuktikan dengan kertas
lakmus. Selain itu, bila perlu di cuci dengan larutan NaH2PO4 untuk benar-
benar menghilangkan asam tersebut.
7. Setelah larutan zat tepat larut dengan penambahan etanol panas, harus
segera disaring panas, bila tidak endapan tersebut akan berubah menjadi
kristal lembek, sehingga saat akan menyaring panas, dibutuhkan etanol
panas lagi ( etanol akhirnya jumlahnya berlebih ), yang akan mempersulit
pembentukan kristal.
27
DAFTAR PUSTAKA
The Merck Index 10th edition . 1983 . USA : Merck & Co. Inc.
http://www.philadelphia.edu.jo
28