Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MINGGUAN

KIMIA ANALITIK
KOMPLEKSOMETRI

Oleh :
Nama
NRP
Meja
Kelompok
Asisten
Tgl. Percobaan

: Fahrunnisa
: 063020078
: 4 (empat)
: III (Tiga)
: Devita Indriani
: 8 November 2007

LABORATORIUM KIMIA ANIALITIK


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2007

I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang,
(2) Prinsip Percobaan, (3) Tujuan Percobaan dan (4) Reaksi
Percobaan.
1.1. Latar Belakang
Titrasi Kompleksometri adalah suatu metoda analisis
yang berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
ion logam dan zat pembentuk kompleks (Liganda). Liganda
banyak digunakan adalah di Natrium- Etilen Diamina Tetra
Asetat ( Na2-EDTA) yang mempunyai rumus empiris sebagai
berikut :
HOOC
N

H2
CH2

CH2

NaOOC

COONa

CH2

Dan biasanya ditulis sebagai Na2H2Y


Reaksi pembentukan kompleks dengan ion logam
adalah :
H2Y2- + Mn+

Myn-4 + 2H+

H2Y2- = EDTA
Larutan Na2-EDTA merupakan lrutan baku sekuncer,
sehingga harus dibakukan terlebih dahulu dengan larutan
baku primer, seperti larutan Zn 2+ ( dari logam Zn atau garam
ZnSO4.7H2O) (Harjadi,1985).

1.2. Prinsip Percobaan


Prinsip

pada

percobaan

Kompleksomettri

adalah

berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara logam


Mg dengan EDTA terhadap indikator EBT dalam suasana pH
10. Pada titrasi akhir terjadi perubahan warna dari warna
merah anggur menjadi warna biru jelas.
1.3. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan Kompleksometri adalah untuk
menentukan konsentrasi sampel yang berupa MgSO 4, ZnSO4
atau CaCl2 dan konsentrasi Na-EDTA ( Natrium-Etilen Diamin
Tetra Asetat).
1.4. Reaksi Percobaan
H3ln

Hln-2 + 2H+

Mg2+ + Hln2-

Mgln- + H+

Mg2+ + H2Y2-

MgY2- + 2H+

Mgln- + H2Y2-

MgY2- + Hln2- + H+
(biru)

II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Pengertian Ion
Kompleks, (2) Larutan EDTA, (3) Kurva Titrasi Kompleksometri
dan (4) Indikator Kompleksometri.
2.1. Pengertian Ion Kompleks
Kompleks yang akan dibicarakan terbentuk dari suatu
reaksi ion logam, yaitu kation dengan suatu anion atau
molekul netral. Ion logam yang terdapat di dalam kompleks
tersebut biasa disebut atom pusat dan kelompok yang terikat
pada atom pusat disebut ligan.
Bila suatu kompleks dilarutkan, akan terjadi pengionan
atau disosiasi, sehingga akhirnya terbentuk kesetimbangan
antara

kompleks

yang

komponen-komponennya.

tersisa

(tidak

Sebaliknya

terdisosiasi)
bila

dan

komponen-

komponen suatu kompleks dicampurkan didalam larutan, akan


terjadi ikatan sampai tercapai kesetimbangan antara kompleks
yang terbentuk dengan komponennya (Harjadi,1985).
2.2. Larutan EDTA
Contoh dari kompleks untuk titrasi kompleksometri adalah
larutan EDTA. Yang mempunyai bentuk stuktur :
HOOC-CH2
CH2COOH
N CH2 CH2 N
HOOC-CH2
CH2COOH

Terlihat

dari

strukturnya

bahwa

molekul

tersebut

mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun


dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan kelat
bercincin

sampai

dengan

enam

secara

serempak

(Khopkar,2002).
Kompleksometri dalam perkembangan analisa kimia
mengalami

suatu

kemunduran

karena

kelemahan

-kelemahannya, serta cara-cara baru yang lebih baik. Tetapi


dengan penelitian-penelitian tentang pengkelat polidentat.
Maka

terjadi

kebangkitan

baru

yang

boleh

dikatakan

rovolusioner dalam analisa unsur-unsur logam. Perhatikan


terutama

tertuju

pada

asam-asam

seperti

aminopolikarboksilat, salah satu diantaranya adalah EDTA.


Nama resmi EDTA merupakan singkatan dari Ethylene
diamine tetra acetit acid (Harjadi,1985).
EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi,
yang dapat empat gugus karboksil untuk memudahkan bentuk
asam EDTA, sering kali disingkat H4Y. Dalam larutan yang
cukup asam, protonasi sebagian dari EDTA tanpa kerusakan
lengkap

dari

kompleks

logam,

mungkin

terjadi,

yang

menyebabkan terjadi pembentukan zat lain, tetapi pada


kondisi basa ke empat hidrogen hlang, apabila ligan di
koordinasikan dengan ion logam. Pada pH yang sangat tinggi
ion hidroksida mungkinakan menembus lingkungan koordinasi
dari logam dan kompleks dapat terjadi (Underwood,1999).

Faktor-faktor

yang

menyebabkan

EDTA

ampuh

sebagai pereaksi yang baik adalah : (1) dengan ion logam


selalu terbentuk kompleks 1 : 1 ( satu molekul EDTA dengan
satu i0n logam ) sehingga reaksi berjalan satu tahap,
(2) konstanta kestabilan kelatnya, umumnya besar sekali
reaksi sempurnaan ( kecuali dengan asam logam alkali ) dan
(3) banyak ion logam yangbereaksi cepat (Harjadi,1985).
2.3. Kurva Titrasi Kompleksometri
EDTA adalah Heksadentat, tetapi bila digunakan
dalam bentuk garam di Natrium menjadi Kudridentat : H 4R.
melihat nilai tetapan disosiasinya, nampak bahwa pada pH
diatas 10.0 nilai R4- yang berasal dari H 4R yang ada dalam
jumlah yang dominan. Ion logam bersaingan dengan H 3O+
untuk memperebutkan EDTA. Bila pH menurun, maka
kesetimbangan bergeser dari kiri ke kanan (Khopkar,2002).
Semakin banyak ligan yang terikat pada ion inti ,
semakin
bagiannya.

banyak

pula

Walaupun

tahap

reaksi

tampaknya

pembentukannya
konstan

namun

pembentukan ini besar dan memungkinkan titrasi Zn + oleh


SO4 dengan kurva titrasi yang kecuraman besar disekitar TG,
dalam kenyataannya tidaklah demikian karena sebagai halnya
titrasi asam polivalen, kurva titrasinya terjadi dari beberapa
kecuraman yang tidak terlalu besar (Harjadi,1985).

2.4. Indikator Kompleksometri


Sebagian

besar

titrasi

mempergunakan

suatu

indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan


tentusaja ion kompleks logamnya mempunyai warna yang
berbeda yang dilakukan dengan pengompleksannya sendiri.
Indikator yang demikian disebut indikator Metalokromat.
Indikator seperti ini contohnya adalah Eriochrome Black T
(EBT), Pyrocathechol Violet, Xylenol Orange,

Calmagit

1-(2-piridil-azonafid), PAN, Zincon, Asm salisilat, metafalein


dan calcein blue (Khopkar, 2002).
Sudah dikemukakan secara sepintas, bahwa indikator
untuk titrasi kompleksometri merupakan asam indikator ini
dikembangkan setelah terjadi peranan EDTA dan ion-ion lain
untuk titrasi semakin tampak penting, dan dengan berhasil
dikembangkannya indikator ini. Semakin pesat kemajuan yang
dialami oleh analisa kimia berdasar Kompleksometri, sampai
tahun 1963 sudah dilaporkan lebih dari 200 persenyawa yang
dapat

digunakan

sebagai

indikator

Metalokrkhromik.

Pemilihan indikator jauh lebih rumit dari pada dalam titrasi,


karena perubahan warna disini menyangkut kekuatan larutan
logam EDTA, ion logam indikator maupu pH, disamping itu
juga harus di perhatikan jenis warna indikator bebas pada pH
titrasi dibandingkan dengan warna larutannya (Harjadi,1985).
Indikator Eriochrome Black T (EBT) merupakan
indikator yang bersifat asam basa (berubah warna jika pH
lingkungan berubah) sebab pada pH berbeda, ion yang

dominan juga berbeda. Dari besarnya pH (7.3 10.5 ) dan


mulai menampakkan biru jelas pada pH 6.3 dan masih cukup
bersifat kebiru-biruan pada pH 11.5 (Harjadi,1985).
Jadi untuk mengkhaskan warna yang akan dimiliki
oleh suatu indikator metalokrom dalam suatu larutan tertentu
umumnya harus diketahui baik nilai pH mau pun nilai Ppm
untuk ion logam tertentu yang ada ( Underwood,1999).

III ALAT, BAHAN, METODE PERCOBAAN


Bab

ini

menguraikan

mengenai :

(1) Alat

yang

Digunakan, (2) Bahan yang Digunakan dan (3) Metode


Percobaan.
3.1. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan kompleksometri
adalah buret, klep, labu Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur,
labu titrasi dan pipet gondok.
3.2. Bahan Yang Digunakan
Bahan yang digunakan pada percobaan kompleksometri
adalah MgSO4/ZnSO4. EBT ( indikator ), Na-EDTA, larutan
dapar sarmiak, sampel S dan aquadest.
3.3. Metode Percobaan
Hitung gram MgSO4 dengan BM=246,48 dan didapat
sebesar 1,23 gram, lalu masukkan pada labu titrasi dan
tambahkan 100 ml aquades dan homogenisasikan. Setelah itu
ambil dengan pipet gondok sebanyak 25 ml dan simpan pada
labu erlenmeyer, kemudian tambahkan larutan dapar salmiak
dan indikator EBT. Untuk pengenceran Na-EDTA dimasukkan
ke dalam gelas kimia sebanyak 125 ml. Pengenceran ini
dimasukkan kedalam buret sebagai pentiter. Setelah selesai,
titrasikan MgSO4 yang sudah dicampur dengan indikator EBT
dan larutan dapar salmiak dengan Na-EDTA dari warna merah
anggur sampai biru jelas. Lakukan sekali lagi (duplo) dengan
prosedur yang sama. Lalu hitung hasilnya.

Pada sampel S diambil sebanyak 25 ml, lalu


tambahkan larutan dapar sarmiak dan indikator EBT lalu
dititrasikan dengan Na-EDTA sampai berubah warna dari
warna merah anggur menjadi biru jelas. Hitung konsentrasi
sampel tersebut.

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan
dan (2) Pembahasan
4.1. Hasil Pengamatan
Hasil dari percobaan kompleksometri adalah sebagai
berikut :
Berat zat baku primer MgSO4 = 1,23 gram
BE zat baku primer MgSO4 = 246,48
Volume pengenceran

= 28,2 ml larutan standar 0,01 N


dilarutkan
sampai

dengan
dengan

aquadest
125

ml

sehingga diperoleh konsentrasi


larutan standar 0,0446 M.
Normalitas larutan standar Na-EDTA = 0,046 M
Normalitas larutan sampel (S)

= 0,0064 M

Normalitas larutan sampel(SH)

= 0,006 M

Faktor kesalahan (FK)

= 0%

TAT (Titik Akhir Titrasi)

= merah anggur menjadi


biru jelas

4.2. Pembahasan
Titrasi kompleksometri meliputi pembentukan ion-ion
kompleks
terdisosiasi

ataupun
dalam

pembentukan
larutan.

molekul
Persyaratan

netral

yang

mendasar

terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan

tinggi. Contoh dari kompleks tersebut adalah kompleks logam


dengan EDTA. Dalam percobaan ini Titrasi Kompleksometri
dilakukan dengan cara Khelometri yang telah dilakukan
denngan berhasil baik dan hampir semua kation biasa. Titrasi
ini sesungguhnya telah mengganti analisa gravimetri terdahulu
yang menjemukan untuk kebanyakan logam dalam beberapa
contoh.
Titrasi langsung dengan EDTA dapat dilakukan terhadap
sedikitnya

25

kation

dengan

menggunakan

indikator

metalokhromatik. Pereaksi pembentukkan kompleks seperti


sitrat dan tetrat, sering ditambahkan untuk mencegah
pengendapan hidroksida logam. Buffer NH3-NH4Cl dengan
pH 9-10 sering digunakan untuk logam yanng membentuk
kompleks dengan amoniak. Kesalahan total air, kalsium,
magnesium dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan
EDTA dengan menggunakan indikator EBT atau Calmagite.
Sepert dikatakan sebelumnya, kompleks antara Ca2+ dan
indikator terlalu lemah untuk terjadinya perubahan warna yang
sesuai. Akan tetapi Magnesium membentuk kompleks lebih
kuat dengan indikatornya dari pada dengan Kalsium dan suatu
titik akhir yang cocok diperoleh dari buffer amonium dengan
pH 10.

Jika

contoh

yang

dititrasi

tidak mengandung

magnesium , beberapa garam magnesium dapat ditambahkan


kepada EDTA sebelum larutan ini di standarisasikan. Maka
titran (pH 10) merupakan suatu campuran MgY2- dan Y4-.
Karena ini ditambahkan kepada larutan yang mengandung

Ca2+ maka CaY2- yang lebih stabil terbentuk, denngan


membebaskan MG2+ untuk bereaksi dengan indikator yang
membentuk Mgln merah. Setelah Kalsium habis terpakaki,
maka tambahan titran mengubah Mgln menjadi MgY2- dan
indikator kembali kebentuk Hln2- biru (Underwood,1999).

V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan
(2) Saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

percobaan

mengenai

kompleksometri dapat disimpulkan bahwa massa yang


diperlukan untuk membuat MgSO4 adalah 1,23 gram, dengan
volume Na-EDTA 0,1 M sebesar 28,2 ml, konsentrasi
pembakuan Na-EDTA 0,0446 M sedangkan konsentrasi
sampel 0,064 M, dengan FK 0 %.
5.2. Saran
Praktikan

pada

saat

melakukan

percobaan

kompleksometri harus teliti dan prosedurnya dimengerti,


sehingga tidak terjadi kesalahan dalam hasil pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, (1985), Kimia Analitik Dasar, Penerbit PT Gramedia
Pustaka, Jakarta.
Khopkar. SM, (2002), Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerbit
Universitas
Indonesia UI-PRESS, Jakarta.
Underwood, (1999), Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima,
Penerbit
Erlangga, Jakarta.

LAMPIRAN
Perhitungan
hasil
kompleksometri

pengamatan

pada

1. Membuat MgSO4 / ZnSO4 0,01 M


M

gram
246,48
gram
246,48

0.05M =
Gram

X
X

1000
100
1000
100

= 1,23

2. Pengenceran larutan Na-EDTA 0,05 M 0,01 M


V1 . M1

= V2 . M2

V1 . 0,1 M

= 250 ml . 0,05 M

V1 = 125 ml
3. Pembakuan larutan Na-EDTA 0,05 M
(VM) MgSO4 = (V M) Na-EDTA
28,2 ml. M

= 25 ml . 0,05 M
28,2
= 0,0446 M

4. Penentuan konsentrasi sampel (S)


M Sampel

= (V . M) Na-EDTA
V Sampel
= 36,5 ml . 0,0083 M
25 ml
= 0,0064 M

percobaan

Normalitan sampel (S) : 0,0064N


Normalitan sampel (SH) : 0,006 N
Faktor Kesalahan = 0 %

Anda mungkin juga menyukai