I. TUJUAN
1. Menstandarisasi larutan EDTA dengan ZnSO4
2. Menentukan konsentrasi Ni2+
3. Memahami prinsip dan kegunaan titrasi kompleksometri
O
O
HO C H2C
CH2 C OH
N CH2 CH2 N
HO C H2C CH2 C OH
O O
No Alat Fungsi
1 Buret untuk wadah meletakkan larutan
standar/larutan peniter
2 Pipet Gondok untuk mengambil larutan dengan teliti
3 Labu Ukur untuk mengencerkan larutan
4 Gelas Ukur untuk wadah menakar volume larutan
5 Erlenmeyer untuk wadah larutan yang akan dititer
6 Gelas Piala untuk wadah larutan
7 Bola Hisap untuk membantu mengambil larutan
8 Standar untuk menyangga alat buret
9 Klem untuk menjepit buret dengan standar
No Bahan Fungsi
1 ZnSO4 sebagai larutan standar primer (atom
pusat)
2 EDTA sebagai larutan standar sekunder (ligan)
3 Buffer Amoniak Amonium sebagai larutan mempertahankan pH
Klorida pH 10
4 EBT sebagai indikator
5 Ni2+ sebagai larutan sampel
6 Mureksid sebagai indikator
7 Akuades sebagai pelarut
3.2 Cara Kerja
A. Standarisasi EDTA dengan larutan standar primer ZnSO4 0,01 M
Pertama, larutan standar ZnSO4 0,01 M dipipet sebanyak 10 mL. Kemudian
buffer amoniak amonium klorida ditambahkan sebanyak 2 mL pada pH 10
dan 20 mL akuades. Selanjutnya indikator EBT ditambahkan sebanyak 2
tetes. Lalu larutan dititrasi dengan larutan EDTA sampai timbul perubahan
warna dari merah menjadi biru. Terakhir, konsentrasi EDTA dihitung.
B. Menentukan konsentrasi larutan Ni2+
Pertama, larutan Ni2+ diencerkan tepat batas labu ukur 100 mL. Kemudian
larutan dipipet sebanyak 10 mL kedalam erlenmeyer. Lalu larutan buffer
amoniak amonium klorida pH 10 ditambakan sebanyak 5 mL dan 20 mL
akuades serta ditambahkan indikator mureksid sedikit. larutan dititrasi
dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
biru violet. Terakhir, konsentrasi larutan Ni2+ dihitung.
3.3 Skema Kerja
A. Standarisasi EDTA dengan larutan ZnSO4
Hasil
Larutan Ni2+
Hasil
3.4 Skema Alat
Keterangan:
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Standar
4. Klem
5. Labu ukur
6. Labu semprot
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Perhitungan
4.1.1 Data
V EDTA IA = 10.5 mL
V EDTA IIA = 10.2 mL
M ZnSO4 = 0.01 M
M NiSO4 = 0.01 M
V EDTA IB = 4,1 mL
V EDTA IIB = 4.2 mL
V NiSO4 secara teori = 4 mL
4.1.2 Perhitungan
A. Standarisasi EDTA dengan larutan ZnSO4
(V ×M) EDTA = (V× M)ZnSO₄
10.35 mL × M EDTA = 10 mL × 0.01 M
10 mL ×0.01 M
M EDTA =
10.35 mL
M EDTA = 0,00966 M
B. Menentukan konsentrasi larutan Ni2+
(V× M) EDTA = (V× M)NiSO₄ encer
4.15 mL × 0.0966 M = 10 mL × M NiSO₄
4.15 mL ×0.0096 M
M NiSO4 =
10 mL
M NiSO4 = 0.0040 M
(V × M) NiSO4 pekat = (V × M)NiSO₄ encer
V NiSO4 × 0.1 M = 100 mL × 0.0040 M
100 mL × 0.0040 M
V NiSO4 =
0.01 M
V NiSO4 = 4 mL
C. Persen Kesalahan
V teori –V percobaan
% kesalahan = ×100%
V teori
4 mL –4 mL
% kesalahan = ×100%
4 mL
% kesalahan =0%
4.2 Analisa Kerja
A. Standarisasi EDTA dengan larutan ZnSO4
No. Cara Kerja dan Reaksi Gambar Pengamatan Analisa
1 Pertama, larutan ZnSO4 0,01 Larutan ZnSO4 berwarna Penambahan larutan buffer amoniak
M dipipet sebanyak 10 mL. putih bening. amonium klorida pH 10 yang berfungsi
kemudian ditambahkan untuk mempertahankan pH larutan.
larutan buffer amoniak
amonium klorida pH 10
sebanyak 2 tetes dan 20 mL
akuades.
G. Svehla. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Taufik, Moh., dkk. 2018. Validasi Metode of Kadar pada Susu Segar secara
Titrasi Kompleksometri. Fakultas Bioindustri. Universitas Trilogi. Jakarta.
Underwood, A.L, dan R.A. Day. JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jalkarta:
Erlangga.
LAMPIRAN 1. TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1. Apakah yang dimaksud dengan pengompleksan, masking dan demasking?
Jawab:
a. Pengomplekan yaitu suatu proses pembentukan molekul atau ion yang
berintegrasi antar sebuah ion logam dengan ligan elektron bebas melalui
ikatan kovalen koordinasi.
b. Masking yaitu suatu teknik untuk mencegah gangguan ion logam pada
titrasi kompleksometri dengan menggunakan pereaksi tertentu.
c. Demasking yaitu dilepaskannya ion pengganggu yang telah diikat oleh
masking agen dengan menggunakan pereaksi tetentu.
2. Apakah yang disebut dengan kestabilan kompleks, tetapan kestabilan
kondisional?
Jawab:
a. Kestabilan kompleks yaitu suatu tetapan pada saat kestabilan kompleks
dari ion logam dan ligan.
b. Kestabilan kondisional yaitu suatu kestabilan pada saat mencapai titik
ekivalen.
3. Apa itu indikator logam?
Jawab:
Indikator logam yaitu zat-zat yang dengan logam tertentu dapat membentuk
suatu kompleks yang warnanya berbeda dengan warna indikator pada
keadaan bebas dan pada pH tertentu.
4. Dapatkah EDTA dijadikan standar primer? Jelaskan!
Jawab:
EDTA tidak dapat digunakan sebagai standar primer karena:
a. Dapat bereaksi dengan semua logam kecuali logam alkali.
b. Mempunyai kestabilan kompleks yang besar.
c. Bersifat higroskopis sehingga tidak tahan disimpan dalam waktu yang
lama.
d. EDTA merupakan larutan yang tidak stabil.
5. Kenapa titrasi dilakukan pada pH 10, apa fungsi penambahan buffer,
kenapa tidak ditambahkan basa saja?
Jawab:
a. Titrasi kompleksometri dengan EDTA dilakukan pada pH 10 karena
kompleks yang terbentuk akan lebih stabil, jika pH besar dari 10 maka
logam akan mengalami pengendapan sebagai hidroksinya sedangkan jika
pH kecil dari 10 maka kompleks yang terbentuk tidak stabil.
b. Fungsi penambahan buffer yaitu untuk mempertahankan pH larutan agar
tetap konstan, sekalipun dalam proses terjadinya penambahan H2O.
c. Jika ditambahkan basa maka pH akan besar dari 10 sehingga logam akan
mengendap sebagai hidroksinya.
6. Kenapa penggunaan konsentrasi pada kompleksometri dalam satuan
molar?
Jawab:
Konsentrasi digunakan dalam satuan molar karena kompleks yang terbentuk
dengan EDTA adalah kompleks dengan perbandingan 1 : 1, sehingga akan
lebih mudah dinyatakan dalam molaritas dibandingkan normalitas.