Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA II

“KOMPLEKSOMETRI”

KELOMPOK II
Husna Azizah 1911012320005
Nafia Fitrawati 1911012120003
Noor Nashar 1911012310008
Nugi Maulana 1911012210020
Siti Fatimah 1911012320002

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini berdasarkan titrasi kompleksometri yaitu
pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk
kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri adalah Dinatrium EDTA. Persamaan umum pada titrasi
kompleksometri adalah :
Mn+ + H2Y2- MY(n-4) + 2H+

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesadahan total, tetap,
dan kesadahan sementara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa


kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Sebagai zat pembentuk
kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatrium etilendiamin tetraasetat (Na2EDTA). Ion – ion yang dapat terukur
menggunakan metode ini adalah kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+). Indikator
yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah biru hidroksi naftol
dan Eriochrome Black T (EBT) (Agustina, 2016). Titrasi kompleksometri
merupakan titrasi pembentukan kompleks antara kation dengan zat pembentuk
kompleks. Garam dinatrium etilen diamina tetra asetat (EDTA) adalah zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
(Hidayat, 2020).
Analisis suatu sediaan farmasi dapat digunakan berbagai macam metode,
di mana metode yang digunakan untuk penetapan kadar zink, yaitu metode titrasi
kompleksometri dan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Di dalam dunia
farmasi, metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat
yang mengandung ion logam (Bakhtra, 2015). Pada pengujian kadar Magnesium
menggunakan titrasi kompleksometri yaitu tirasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks dalam titrasi kompleksometri adalah garam EDTA
(Ethylenediaminetetraacetate) dan ditambahkan larutan buffer yang bertujuan
untuk mempertajam titik akhir titrasi. Kemudian pada saat penambahan indikator
EBT (Eriochrome Black T) memberikan pengaruh warna yang sama dan dititrasi
dengan EDTA 0,02 N maka kalsium akan menjadi suatu kompleks, hingga terjadi
perubahan warna dari ungu menjadi biru. Keunggulan dari EDTA ialah mudah
larut dalam air dan dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak
dipakai dalam titrasi kompleksometri (Asmah, 2020). Reaksi kompleksometri
antara logam dengan etilen diamintetraasetat (EDTA) dapat menjadi dasar metode
alternatif analisis logam yang sederhana dan murah. Titrasi kompleksometri
memerlukan indikator logam yang cukup langka, namun kesulitan ini dapat
diatasi dengan memanfaatkan alat fotometer sederhana dalam penentuan titik
akhir titrasi. Teknik titrasi ini disebut titrasi fotometri yang tidak memerlukan
senyawa indikator dan deteksi titik akhir lebih karena menggunakan peralatan dan
terbebas dari subyektivitas analis (Himawan, 2019).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat & Bahan


a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Neraca Analitik
2. Sudip
3. Labu Takar 250 ml
4. Gelas Arloji
5. Gelas Piala
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Buret, Klem, dan Statif
8. Pipet Volume 2 bola hisap
9. Pipet Tetes
10. Hot Plate
11. Kertas Saring
12. Corong
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1.ZnCl2
2.Akuades
3.Buffer pH 10
4.Indikator EBT-NaCl
5.Larutan Baku 0,01 M EDTA
3.2. Prosedur Kerja
a. Pembakuan larutan EDTA
0,3-0,4 g ZnCl2
 ditimbang
Akuades

 dilarutkan
 dimasukan ke dalam labu takar 250 ml
 diencerkan sampai tanda batas
Larutan ZnCl2

 dipipet sebanyak 25 ml
 dimasukan ke dalam erlenmeyer 250 ml
2 ml buffer pH 10

 ditambahkan ke dalam erlenmeyer


akuades

 ditambahkan hingga volumenya 100 ml


50 ml indikator EBT-
NaCl
 ditambahkan ke dalam erlenmeyer
Larutan baku 0,01 M EDTA

 dititrasi sampai warnanya berubah dari merah ke biru


 dilakukan duplo atau triplo
 dihitung konsentrasi EDTA
hasil

b. Penentuan kesadahan total


50 ml cuplikan air + 1 ml buffer pH 10
 dimasukan ke dalam erlenmeyer 250 ml
50 mg campuran EBT-NaCl

 dimasukan ke dalam erlenmeyer dan dikocok


Larutan baku EDTA
 dititrasi hingga warnanya berubah dari merah menjadi biru
 dilakukan duplo atau triplo
 dihitung kesadahan air (dalam ppm)
c. hasil
Penentuan kesadahan tetap
250 ml cuplikan air

 dimasukan kedalam gelas kimia


 dididihkan selama 20 menit
 didinginkan
 disaring
Filtrat

 ditampung ke dalam labu takar 250 ml


 diencerkan hingga tanda batas
Larutan

 dipipet sebanyak 50 ml
1 ml buffer pH 10 + 50 mg EBT NaCl
 ditambahkan ke dalam erlenmeyer
Larutan baku EDTA

 dititrasi hingga warnanya biru jelas


 dilakukan duplo atau triplo
Hasil

d. Penentuan kesadhan sementara


Kesadahan sementara dapat ditentukan dengan kesadahan total dikurangi
kesadahan tetap
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

Data Pengamatan Kompleksometri


No. Langkah Percobaan Hasil Percobaan
1. Penentuan Kesadahan Total Titrasi 1
- 25,0 mL cuplikan air Volume EDTA = 0,3 mL
sumur dipipet + 1 mL Titrasi 2
buffer pH 10 + 50 mg Volume EDTA = 0,4 mL
campuran EBT-NaCl. Vrata-rata = 0,35 mL
Dikocok dengan baik Perubahan warna = Ungu – Biru
- Menitrasi dengan larutan muda
baku EDTA
- Dititrasi secara duplo
2.
Penentuan Kesadahan Tetap Titrasi 1
- 125 mL cuplikan air Volume EDTA = 0,3 mL
diambil ke dalam gelas Titrasi 2
kimia dan mendidihkan Volume EDTA = 0,3 mL
selama 30 menit. Vrata-rata = 0,3 mL
Mendinginkan larutan ini Perubahan warna = Ungu – Biru
- Disaring g filtrat ke dalam muda
labu takar 250 mL tanpa
pembilasan kertas saring
- Dititrasi secara duplo

4.2. Perhitungan
1. Penentuan Kesadahan Total
Diketahui :
Vcuplikan = 25,0 mL = 0,025 L
Massa indikator EBT-NaCl = 50 mg
VEDTA = 0,35 mL
MEDTA = 0,01 M
BM CaO = 56 g/mol
Ditanya :
Konsentrasi dari kesadahan total?

Jawab:
 Massa CaO = MEDTA.VEDTA.BM CaO
= 0,01 M . 0,35 mL . 56 g/mol
= 0,196 mg
mg CaO
 ppm CaO =
Vcuplikan
0,196 g
=
0,025 L
= 7,84 ppm
2. Penetapan Kesadahan Tetap
Diketahui:
Vcuplikan = 125 mL = 0,125 L
Massa indikator EBT-NaCl = 50 mg
VEDTA = 0,3 mL
MEDTA = 0,01 M
Ditanya :
Konsentrasi dari kesadahan tetap?

Jawab:
 Massa CaO = MEDTA.VEDTA.BM CaO
= 0,01 M . 0,3 mL . 56 g/mol
= 0,168 mg
mg CaO
 ppm CaO =
Vcuplikan
0,168 mg
=
0,125 L
= 1,344 ppm

3. Penetapan kesadahan sementara


Diketahui:
ppm kesadahan total = 7,84 ppm
ppm kesadahan tetap = 1,344 ppm
Ditanya:
Konsentrasi dari kesadaan sementara?

Jawab:
konsentrasi kesadahan sementara = ppm kesadahan total-ppm kesadahan tetap
= 7,84 ppm - 1,344 ppm
= 6,496 ppm

4.3. Pembahasan
1. Pembahasan Kesadahan Total
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang
meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa
seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Eriochrom Black T
(EBT) sebagai indikator akan terjadi blocking indikator oleh ion besi, sehingga
perlu ditambahkan buffer pH 10 dalam titrasi ini untuk menyingkirkan besi
sebagai endapan. Kesadahan total yang dilakukan, sampel dititrasi menggunakan
larutan baku sekunder EDTA, dimana larutan tersebut belum diketahui dengan
tepat molaritasnya, untuk mengetahui konsentrasi dari larutan sekunder EDTA
diperlukan standarisasi primer CaCO3 yang kemudian dihitung molaritas EDTA
(Khopkar, 2002).
Menurut Dwantari & Wiyantoko (2019), penentuan kesadahan total pada air
sumur menggunakan metode titrasi kompleksometri. Kesadahan total
menggunakan titrasi kompleksometri karena ion logam Ca 2+ dan Mg2+ dapat
membentuk kompleks dengan ligan atau senyawa pengompleks seperti EDTA.
Prinsip titrasi kompleksometri didasarkan pada pembentukan ion-ion kompleks
dalam larutan. Garam dinatriumetilen diamin (EDTA) sebagai pengompleks akan
membentuk senyawa kompleks kelat yang larut saat bereaksi dengan kation logam
tertentu. Titrasi dilakukan setelah penambahan larutan buffer pH 10±0,1. Larutan
buffer pH 10±0,1 digunakan untuk memastikan hanya ada satu bentuk EDTA
dalam air yaitu Y+ dan reaksi antara indikator EBT dengan EDTA berlangsung
sempurna pada pH 8-10 dalam keadaan stabil. Titik akhir titrasi ditandai oleh
larutan yang berubah warna menjadi biru saat EDTA mengikat seluruh ion Ca 2+
dan Mg2+. Hal ini sesuai dengan reaksi:

Ca2+ + EBT → Ca2+-EBT (merah)

Ca2+-EBT → Ca2+-EDTA + EBT (biru)

CaIn-(merah) + H2Y2- → CaY2-(tak berwarna) + HIn2-(biru) + H+

Mg2+ + H2Y2- ↔ MgY2- + 2H+

Ca2+ + H2Y2- ↔ CaY2- + HIn- + H+

MgIn- + H2Y2-↔ MgY2- + HIn-(biru) + H+

Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan adanya perubahan warna dari ungu
menjadi biru yang menunjukan titik akhir titrasi. Hal ini sesuai dengan literatur
yaitu untuk penetapan kesadahan total ini menggunakan metode kompleksometri,
yaitu pembentukan kompleks berwarna oleh logam. Dengan menggunakan larutan
baku Na2EDTA dan indikator EBT. Bila penambahan indikator EBT pada larutan
yang mengandung ion Ca dan Mg pada pH 10 ± 0,1 larutan akan menjadi merah
anggur. Bila kemudian dititrasi dengan Na2EDTA, ion Ca dan Mg sudah terikat,
larutan yang berwarna merah anggur berubah menjadi biru sebagai titik akhir
titrasi (Astuti dkk, 2015). Berdasarkan data yang didapat, maka hasil hitungan
kesadahan yang diperoleh ialah sebesar 7,84 ppm. Fungsi penambahan Indikator
EBT ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung suatu ion Ca dan Mg
akan membentuk warna merah anggur, dimana EBT ini berfungsi sebagai
mempermudah untuh mengetahui titik akhir titrasi. Tambahkan buffer pH 10
dimana buffer pH 10 ini berfungsi untuk menjaga pH agar tetap dalam suasana
basa. Titrasi dengan EDTA karena EDTA berfungsi sebagai pengompleks ion Ca
dan Mg akan terikat sebagai kompleks (Khopkar, 2002).

2. Pembahasan Kesadahan Tetap dan Sementara

Prinsip percobaan ini adalah penentuan kadar ZnCl₂ dengan menggunakan


metode titrasi kompleksometri yaitu sampel dilarutkan dalam air lalu
ditambahakan 2 ml larutan buffer PHS 10 dan titrasi dengan larutan baku EDTA
menggunakan indikator EBT sampai terjadi perubahan warna ungu ke biru.
Prinsip titrasi kompleksometri adalah berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks yang larut antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks biasa, dikenal pula kompleksometri yang
dikenal sebagai titrasi katometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan dan dalam larutan air (Khopkar,
2002).

Prosedur penetapan kesadahan air total dan kesadahan air tetap tidak
berbeda jauh. Prosedur penetapan kesadahan air total antara lain sampel
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 25,0 ml, ditambahkan larutan
buffer pH 10 sebanyak 1 ml. Penambahan larutan pada pH 10 berfungsi supaya
suasana dalam keadaan basa ketika melakukan proses titrasi dan untuk
mempertahankan nilai pH, ditambahkan indikator EBT sebanyak 50 mg.
Penambahan indikator EBT berfungsi sebagai indikator pH, kemudian dititrasi
dengan EDTA 0,01 M. Proses titrasi dilakukan mirip dengan titrasi pembakuan
larutan EDTA yaitu menggunakan indikator EBT dan larutan dapar pH 10. Hanya
saja sampel yang digunakan adalah air. Setelah dilakukan titrasi dan didapatkan
titik ekuivalennya, dapat ditentukan kesadahan total dari air yaitu sebesar 7,84
ppm. Selain menghitung kesadahan total, juga dilakukan praktikum untuk
menentukan kesadahan tetap air . Dalam percobaan ini sampel air dipanaskan
terlebih dahulu dan disaring untuk menghilangkan bakteri atau pengotor air
lainnya dalam air. Setelah dilakukuan titrasi dan didapatkan titik
ekuivalennya,didapatkan kesadahan tetap dari sampel air yaitu 1,344 ppm, dan
yang terakhir juga ada kesadahan sementara yang diperoleh dari kesadahan total
dikurangi dengan kesadahan tetap dari sampel air, yaitu sebesar 6,496 ppm.
Percobaan ini didapatkan larutan sampel dititrasi dan mengalami perubahan warna
dari ungu menjadi biru muda. Hal itulah yang membuktikan bahwa terdapat
kesadahan didalam sampel air yang digunakan.

Reaksi yang terjadi pada proses titrasi kompleksometri :

Ca2+ + EBT Ca. EBT

Mg2+ + EBT Mg. EBT

Ca. EBT + EDTA Ca. EDTA

Mg. EBT + EDTA Mg. EDTA


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpuln pada percobaan ini ialah Titrasi kompleksometri yaitu titrasi
berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam
yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan
titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Data yang
didapatkan dari Konsentrasi kesadahan total diperoleh sebesar 7,84 ppm,
Konsentrasi dari kesadahan tetap 1,344 ppm, dan konsentrasi kesadahan
sementara 6,496ppm.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. W., Rahayu, M., & Rahayu, D. S. 2015. Penetapan Kesadahan Total
(CaCO3) Air Sumur di Dusun Cekelan Kemusu Boyolali dengan Metode
Kompleksometri. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Ahmad Daulan. 9(2): 119-124.

Agustina, W. Djuma. Frengki, O. 2016. The Examination Of Total Hardness On


Drinking Water With Boiling And Filter Process Using Complexometry
Method. Jurnal Info Kesehatan. 14(1) : 1168-1177.
Asmah, N. Yulida, A. Rahmatul, F. 2020. Penentuan Kadar Anion dan Kation
pada Air Injeksi di WTIP (Water Treatment Injection Plant) PT. Pertamina
EP Asset 1 Rantau Field. Jurnal kimia sains dan terapan. 2(1) : 1-4.
Bakhtra, D, B, A. Zulharmita. Valeria, P. 2015. Penetapan Kadar Zink Pada
Sediaan Farmasi Dengan MetodeKompleksometri Dan Spektrofotometri Dan
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Farmasi Higea. 7(2) : 181-189.

Dwantari, I. P. S., & Wiyantoko, B. 2019. Analisa Kesadahan Total, Logam


Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dalam Air Sumur Dengan Metode Titrasi
Kompleksometri dan Spektrofotometri Serapan Atom. Indonesian Journal
of Chemical Analysis (IJCA). 2(01): 11-19.
Hidayat, A. Maharani, K. 2019. Analisis Kadar Kalsium Pada Sawi Putih
(Brassica chinensis L.) Yang Beredar Di Pasar Youtefa Abepura. Jurnal
Agitasi.1(1) : 6-9.
Himawan. 2019. Studi Spektrum Absorpsi Senyawa Kompleks Logam-EDTA
pada Daerah Sinar Tampak. AVOGADRO Jurnal Kimia. 3(1) : 14-16.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai