Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

KOMPLEKSOMETRI

Oleh
Tuti Sri Mulyani

Patner :
Maulana Reza
Rini Silvia
Sri Lestari
Yuliani

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG
2014-2015

BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan praktikum kompleksometri adalah berdasarkan
pembentukan senyawa kompleks yang larut antara ion logam dengan zat
pembentuk kompleks.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum adalah mahasiswa diharapkan mampu untuk menentukan
kadar ion logam.

BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1 Teori penunjang
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi
kompleksometri :

Ag+ + 2 CN– Ag(CN)2


Hg2+ + 2Cl– HgCl2
(Khopkar, 2002).

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral
(Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal
pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan,
dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :

M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O


(Khopkar, 2002).
BAB III
CARA KERJA, ALAT DAN BAHAN
3.1 Cara Kerja

1. Standarisasi larutan Na2EDTA :


- Pipet 10 ml larutan Mg2SO4 0,1 N masukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian
encerkan sampai dengan tanda batas.
- Pipet 10 ml larutan hasil pengenceran tersebut ke dalam erlenmeyer tambahkan
5 ml buffer salmiak Ph 10 dan sedikit indikator EBT
- Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur
ke biru.
- Hitung konsentrasi larutan EDTA
2. Penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel :
- Pipet 10 ml larutan sampel masukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian
homogenkan.
- Tambahkan 10 ml buffer salmiak Ph 10 dan sedikit indikator EBT
- Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur
ke biru.
- Hitung kadar total Ca dan Mg

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
- Buret
- Labu ukur 100 ml 1 buah
- Erlenmeyer 3 buah
- Gelas ukur / pipet volum
Bahan yang digunakan :
- NaCl
- Indikator K2CrO4 5 %
- AgNO3

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Hasil percobaan
1. Standarisasi larutan Na2 EDTA
- Larutan MgSO4
M = gr / mr x 1000 / ml
0,1 = gr / 120 x 1000 / 100
gr = 1,2 gram
1,2 gram MgSO4  Aquadest ad 100 ml (m1)
Pengenceran 10 ml (m1) + aquadest ad 100 ml
- 10 ml hasil pengenceran  erlenmeyer + 5 ml buffer salmiak PH 10 dan sedikit
indikator EBT
Pembuatan buffer salmiak
5,4 gr amonium klorida
70 ml Amonium hidroksida 5 M
Aquadest ad 100 ml
- Titrasi dengan larutan EDTA
Perhitungan EDTA
M = gr / mr x 1000 / ml
0,1 = 9 / 372 x 1000 / 100
Gr = 3,72 gr

Volume pengenceran Volume


No Volume awal Volume akhir
MgSO4 terpakai

1. 10 ml 42 ml 41,5 ml 0,5 ml
2. 10 ml 41,5 ml 41 ml 0,5 ml
3. 10 ml 41 ml 40,8 ml 0,2 ml
V Rata-rata = 1,2 / 3 = 0,4 ml
Perhitungan konsentrasi
V1 . N1 = V2 . N2
42 . 0,1 = 0,4 . N2
4,2 / 0,4= N2
10,5 = N2

2. Penentuan kadar CaCl2


- Lakukan pengenceran
M = gr / mr x 1000 / ml
0,1 = gr / 110 x 1000 / ml
Gr = 1,1 gr
1,1 gram CaCl2  Aquadest ad 100 ml (m1)
Pengenceran 25 ml (m1) + aquadest ad 100 ml
- 10 ml buffer salmiak Ph 10 dan sedikit indikator EBT
- Titrasi dengan EDTA ad warna biru

Volume
No Volume CaCl2 Volume awal Volume akhir
terpakai

1. 10 ml 30 ml 29 ml 1 ml
2. 10 ml 29 ml 28 ml 1 ml
3. 10 ml 28 ml 27 ml 1 ml
V rata-rata =
1 ml
Perhitungan kadar CaCl2
V1 . N1 = V2 . N2
30 . 0,1 = 1 . N2
3 / 1= N2
3 = N2
Jadi kadar CaCl2 adalah 3
Pembahasan
Pada praktikum ini, kami melakukan proses titrasi kompleksometri. Titrasi
kompleksometri adalah titrasi yang melibatkan reaksi ion logam dengan zat
pengompleks/zat ligand. Dimana zat pengompleks yang digunakan pada praktikum ini yaitu
EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) dan ion logamnya yaitu Ca2+. Sebelum melakukan
proses titrasi ini, kami melakukan proses pembakuan larutan EDTA. Dan sebelum melakukan
proses pembakuan larutan, kami pun membuat larutan yang diperlukan terlebih dahulu.
Larutan EDTA 0,01 M, larutan dapar pH 10 dan larutan indikator EBT (Eriochrome Black T)
sudah tersedia. Maka, kami pun membuat larutan baku kalsium.
Larutan baku kalsium dibuat dari padatan CaCO3 pa, larutan HCl dan air. Padatan
CaCO3 yang digunakan itu pa (pro analys), karena salah satu syarat larutan standar primer
yaitu tingkat kemurniannya pa. Sebelum dilakukan titrasi Ca dilakukan terlebih dahulu
pembakuan larutan EDTA. Proses pembakuan dilakukan karena EDTA merupakan larutan
standar primer, maka harus distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer
(larutan baku kalsium) sebelum melakukan proses titrasi.
Setelah proses pembuatan larutan baku kalsium, dilakukanlah proses pembakuan
larutan EDTA. Larutan baku kalsium dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Karena, dengan labu erlenmeyer akan lebih memudahkan dalam proses titrasi,
terutama dalam proses pengocokkan. Setelah itu, ditambah larutan dapar pH 10.
Penambahan larutan dapar pH 10 berfungsi supaya suasana dalam keadaan basa ketika
melakukan proses titrasi dan untuk mempertahankan nilai pH. Lalu, ditambahkan aquades.
Sebelum melakukan proses titrasi, ditambahkan indikator EBT. Penambahan indicator EBT
berfungsi sebagai indikator pH. Dengan ditambahkannya indikator EBT, maka terbentuk
CaIn– yang berwarna merah anggur (pink). Jika sudah terbentuk larutan berwarna merah
anggur (pink), maka proses titrasi antara larutan EDTA dan larutan baku kalsium dapat
langsung dilakukan.
Setelah didapat larutan berwarna biru langit, proses titrasi dihentikan. Saat itulah,
mol CaCl2sama dengan mol EDTA, dan hal ini dinamakan titik akhir titrasi. Dimana reaksi
yang terjadi selama proses titrasi yaitu
Ca2+ + HIn2- → CaIn– + H+
CaIn– + H2Y2- → CaY2- + HIn2- + H+
(merah anggur) + (biru)

Dari proses titrasi tersebut, didapatkan konsentrasi EDTA sebesar 10,5 N.


Kemudian, kami melakukan titrasi Ca. Langkah kerja yang dilakukan sama dengan proses
pembakuan larutan EDTA. Hanya terdapat perbedaan ketika ditambahkannya larutan dapar
pH 10. Dimana pada proses ini, larutan dapar pH 10 yang digunakan lebih banyak 1 mL.
Dalam praktikum juga dilakukan titrasi kesadahan total dari sampel air. Kesadahan
air adalah adanya kandungan mineral-mineral tertentu yang terdapat di dalam air, pada
umumnya mineral itu adalah ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Proses titrasi dilakukan mirip dengan titrasi pembakuan larutan EDTA yaitu
menggunakan indicator EBT dan larutan dapar pH 10. Hanya saja sampel yang digunakan
adalah air. Setelah dilakukan titrasi dan didapatkan titik ekuivalennya, dapat ditentukan
kesadahan total dari air yaitu sebesar 103 ppm. Selain menghitung kesadahan CaCl 2 yaitu 3
M.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Konsentrasi larutan EDTA 10,5 N Kadar Ca yang diperoleh 3
M
pada titrasi kompleksometri larutan baku sekunder yang digunakan yaitu ZnSO4 .7H2O , dan larutan
baku sekunder yang digunakan adalah Na2EDTA ( Etilen Diamin Tetra Asetat ). kemudian indikator
yang digunakan adalah EBT ( Eriochrom Black T ) dan Murexide.

Pada saat sebelum dilakukan titrasi di erlenmeyer dimasukan logam ( Mg, Zn , dll ) ditambahkan
larutan dapar salmiak pH 10 , Mengapa harus pH 10 ?
Penambahan larutan dapar ini dimaksudkan untuk menjaga pH supaya tetap dalam suasana basa ,
hal ini bertujuan karena jika dalam suasana asam maka senyawa kompleks yang terbentuk tidak
akan stabil , maka suasana titrasi harus dalam suasana basa.
Kemudian ditambahkan indikator yaitu EBT , sehingga membuat larutan menjadi berwarna ungu (
merah anngur ) , setelah itu kemudian dititrasi menggunakan Na2EDTA sehingga larutan menjadi
berwarna biru .

Apa yang menyebabkan warna larutan menjadi biru ?


Warna biru yang terjadi adalah akibat dari indikator EBT , jadi saat sebelum di titrasi EBT ini
bereaksi dengan logam sehingga menjadi berwarna ungu. pada saat ditirasi dengan EDTA setelah
EDTA bereaksi semua, larutan berwarna biru karena EBT sudah tidak berikatan dengan logam lagi (
bebas )

Mengapa EBT melepaskan diri dari logam ? sehingga digantikan oleh EDTA?
hal ini terjadi karena ikatan kompleks antara logam dengan EBT tidak stabil , tetapi antara logam
dengan EDTA ( ligan ) ikatan komleks nya stabil.
Judul Percobaan : Titrasi Pembakuan EDTA
Percobaan :
1. Untuk menentukan konsentrasi EDTA
2. Memahami jenis-jenis metoda volumetric
3. Melakukan titrasi kompleksometri dengan tepat dan benar

Prinsip Percobaan : Berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks, sejumlah mL


CaCO3 dititrasi dengan EDTA pada suasana basa dengan menggunakan indikator EBT,
dititrasi sampai Titik Akhir sehingga TA terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi
biru, sehingga mol ekivalen EDTA ekivalen dengan mol ekivalen CaCO3

Teori dasar :
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks
(ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat,
disebut ligan. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA).
Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam
titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan
salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang
dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus
karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom
koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina
tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen - penyumbang dan empat atom
oksigen penyumbang dalam molekul. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks
yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak
selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata
bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan
menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai
tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan
pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga
sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan
akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya
selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau
tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-
indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin
agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke
kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas
dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus
sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi
sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan
dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada
pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh
Ca2+ dengan indikator murexide.

Alat dan Bahan :


Alat Bahan
- Botol timbang - CaCO3 p.a
- Spatula - Aquadest
- Gelas kimia - HCl pekat
- Gelas ukur - Larutan Dapar pH 10
- Pipet tetes - Indikator EBT
- Batang pengaduk - Larutan Baku EDTA
- Corong
- Labu ukur
- Botol semprot
- Neraca analitik
- Pipet volume
- Pipet ukur
- Bola hisap
- Buret
- Klem dan statif

Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Baku Kalsium
a. Menimbang dengan teliti 0,25 gram CaCO3 p.a, menuangkan ke dalam gelas kimia 100 mL.
b. Menambahkan 25 mL aquades dan menambahkan secara perlahan dan tetes demi tetes HCl
pekat sambil diaduk hingga kalsium larut sempurna.
c. Setelah larut sempurna, menuangkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 250 mL dan
mengencerkan hingga tanda batas.

2. Pembakuan Larutan EDTA


a. Memipet 25 mL larutan baku kalsium yang sudah dibuat ke dalam labu erlenmeyer.
b. Menambahkan 7-8 mL larutan dapar pH 10 mL dan 15 mL aquades,dan mengocoknya.
c. Menambahkan indicator EBT secukupnya sampai larutan berwarna merah anggur.
d. Menitrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi
biru langit.
e. Melakukan titrasi sebanyak 3 kali.
f. Menghitung konsentrasi EDTA yang sebenarnya.

Persamaan reaksi :
Ca2+ + HIn2- CaIn- + 2H+
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
CaIn- + H2Y2- CaY2- + HIn2- + H+
(merah anggur) (biru)

Data Pengamatan
Prosedur Pengamatan
Penambahan larutan dapar pH 10 Ketika larutan buffer ditambahkan
ke dalam larutan CaCO3, larutan
tidak mengalami perubahan
apapun. Larutan tetap bening.
Penambahan aquadest Ketika aquadest ditambahkan
kedalam larutan, larutan tidak
mengalami perubahan apapun.
Larutan tetap bening.
Penambahan EBT Ketika EBT ditambahkan larutan
berubah menjadi warna merah
muda (pembakuan EDTA), dan
berwarna kecoklatan (penentuan
kesadahan total)
Titrasi dengan EDTA Pada saat dititrasi dengan EDTA,
larutan berubah warna dari merah
muda menjadi biru muda ketika titik
akhir titrasi.

Data Percobaan dan Perhitungan


a. Pembuatan larutan CaCO3
Berat padatan CaCO3 = 6.25 gram
Mr CaCO3 = 100,09 gram/mol
Volume CaCO3 = 250 mL

NCaCO3 =

N CaCO3 =
NCaCO3 = 0,25 N

b. Standarisasi EDTA
No. Volume Volume EDTA yang
CaCO3 (mL) diperlukan (mL)
1 25 24.3
2 25 24.3
Rata-rata 24.3

Perhitungan
 Molaritas larutan kalsium (Ca)

MCa =

MCa =
MCa = 0,25 M

Pengenceran CaCO3
V1 x N1 = V2 x N2
10 x 0.25 = 100 x N2
2.5 = 100 N2
N2 = 0.025 N

 Molaritas larutan EDTA


MEDTA VEDTA = MCa VCa

MEDTA =

MEDTA =
MEDTA = 0,0257 M
1. Kesadahan total sampel air
a. Data percobaan
Volume EDTA yang digunakan
No Volume air (mL)
(mL)
1 50 5.6
2 50 5.7
Rata rata 5.65

b. Perhitungan
mg CaCO3 = Volume EDTA MCa Mr CaCO3
mg CaCO3 = 5.65 0.25 100,09
mg CaCO3 = 141. 377 mg

kesadahan total =

kesadahan total =
kesadahan total = 2827.54 mg/L
kesadahan total = 2827.54 ppm
2. Kesadahan tetap dari sampel air
a. Data percobaan
Volume EDTA yang digunakan
No Volume air (mL)
(mL)
1 50 5,3
2 50 5,5
Rata rata 5,4

b. Perhitungan
mg CaCO3 = Volume EDTA MCa Mr CaCO3
mg CaCO3 = 5,4 0.25 100,09
mg CaCO3 = 135.1215 mg

kesadahan tetap =

kesadahan tetap =
kesadahan tetap = 2702.43 mg/L
kesadahan tetap = 2702.43 ppm

Pembahasan
Nama : Yova Yuvitasari
NIM : 121431030

Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks
senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titrandan titrat yang saling mengkompleks. Dalam
hal ini titran larutan EDTA dan titrat larutan CaCO3 saling mengompleks dengan bantuan
indicator warna EBT
Dalam proses pembuatan larutan CaCO3 ini, karena CaCO3 tidak larut dalam air maka
ditambahkan HCl (1:1) yang artinya, HCl dilarutkan terlebih dahulu dengan aquades pada
perbandingan volume yang sama, setelah itu ditambahkan ke larutan CaCO3 untuk membuat
CaCO3 melarut sempurna. Namun dalam pengamatan ini, karena factor kelarutan
CaCO3 berada dalam keadaan jenuh, sehingga, pada awalnya, CaCO3 dapat larut namun,
semakin lama CaCO3 tidak dapat melarut lagi karena sudah berada pada titik jenuh. Sehingga
ditambahkan HCl karena ion dalam CaCO3 bisa seimbang dengan tambahan asam kuat
seperti HCl. Sehingga reaksi pelarutan CaCO3 oleh HCl adalah :
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2
Pada titrasi ini larutan CaCO3 ditambahkan buffer pH 10. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga pH larutan tidak turun (menjadi asam). Hal ini dikarenakan pH pada saat titrasi, pH
larutan akan turun karena pada reaksinya, EDTA akan menghasilkan H+ dihasilkannya H+ ini
menjadikan pH larutan akan turun menjadi asam, hal ini tentunya akan mempengaruhi titrasi
karena indikator EBT akan bekerja pada pH 7-11. Agar indikator EBT bekerja pada pH 7-11,
maka pH titrasi perlu dijaga/disangga oleh larutan buffer. Selain itu penggunaan indikator
EBT dalam percobaan ini karena indikator ini dapat menitrasi secara langsung ion kalsium
(Ca2+) menggunakan indikator EBT ini.

Pada saat penambahan indikator terjadi reaksi antara ion kalsium (Ca2+) dengan
indikator EBT, seperti reaksi di bawah ini :
CaCO3 + In3-  CaI-
(merah anggur)

Setelah ditambahkan indikator EBT, larutan CaCO3 dititrasi dengan larutan EDTA.
Pada awal titrasi ini larutan berwarna merah anggur dimana larutan CaCO3 akan bereaksi
dengan indikator EBT membentuk senyawa kompleks CaEBT berwarna merah
anggur. Kompleks logam-indikator yang terbentuk menghasilkan warna merah anggur
dimana setelah penambahan garam EDTA, ion logam akan bebas dan berikatan dengan
Na2EDTA sehingga indikator akan berubah warna dari warna indikator yang membentuk
kompleks dengan ion logam ke warna indikator yang bebas dari ion logam. Hal ini
disebabkan karena kompleks logam-indikator lebih lemah daripada kompleks logam-EDTA
sehingga EDTA yang ditambahkan selama titrasi akan mengikat ion logam bebas. Reaksi
yang terjadi antara ion logam, Na2EDTA dan indikator dapat terlihat di bawah ini
CaI- + Na2EDTA  CaEDTA + I3- + 2Na+
(merah anggur) (biru)

Dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi larutan baku EDTA sebesar ....N. Dan
dari titrasi didapat volume EDTA pada saat titik akhir titrasi yang digunakan untuk
mengetahui kesadahan total dari sample air sebanyak 5.65 mL. sehingga didapatkan
kesadahan total sebesar .....Ppm. sedangkan volume EDTA pada saat titik akhir titrasi yang
digunakan untuk mengetahui kesadahan tetap dari sample air sebanyak 5.4 mL. sehingga
didapatkan kesadahan total sebesar .....Ppm

IX. Simpulan
1. Untuk standarisasi EDTA dengan larutan CaCO3 digunakan titrasi dengan metode
kompleksometri karena EDTA dapat bereaksi sempurna dengan ion logam pada CaCO3 dengan
menggunakan indicator EBT.
2. Larutan EDTA digunakan sebanyak 24.3 ml untuk titrasi 10 ml CaCO3.
3. Titik akhir titrasi terjadi saat larutan CaCO3 berubah warna dari merah anggur menjadi biru.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Analisa Pembentukan Ion


Kompleks”, (online), ( http://pdtk1-tekim-
undip.weebly.com/materi-kompleksometri.html diunduh 27 Mei 2012 pkl. 15.24)

Day, Jr, R. A., Underwood, A. L. 1989. Analisis Kimia. Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Firdaus, Ikhsan. 2009. “Beberapa Hal Penting Mengenai Senyawa Kompleks”, (online),
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/beberapa-hal-
penting-mengenai-senyawa-kompleks/diunduh 27 Mei 2012 pkl. 15.56)

Wiryawan, Adam. “Titrasi Kompleksometri”, (online), (http://www.chem-is-


try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/titrasi-kompleksometri/ diunduh 27 Mei
2012 pkl. 10.13)

Yoni. 2012. “Titrasi Kompleksometri”, (online), (http://odeyoni.blogspot.com/2012/02/laporan-


praktikum-titrasi.htmldiunduh 27 Mei 2012 pkl. 15.30)

Anda mungkin juga menyukai